1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, hal ini mendorong

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat

Ethics in Market Competition. Mery Citra.S,SE.,MSi Business Ethics #7

DAFTAR ISI. Halaman Sampul... Lembar Pengesahan... Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Intisari... Abstract... BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi langkah baru bagi

I. PENDAHULUAN. dimana manusia cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak hal. Dari banyaknya

Adapun...

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Pengantar Hukum Persaingan Usaha. Oleh: Ditha Wiradiputra Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi 11 Juni 2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha yaitu mencakup hal-hal

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

HUKUM PERSAINGAN USAHA

Hukum Persaingan Usaha

I. PENDAHULUAN. lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

HUKUM MONOPOLI & PERSAINGAN USAHA

UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar pengaturan hukum persaingan usaha adalah Undang-Undang Nomor 5

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT [LN 1999/33, TLN 3817]

DR. SUKARMI, KOMISIONER KPPU

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena

BAB I PENDAHULUAN. Proses tender merupakan persaingan antara para penyedia barang

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

Pedoman Pasal 47 Tentang. Tindakan. Administratif

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS. yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

MERGER PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA

SILABUS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perubahan Perilaku merupakan suatu bagian dari tahap dalam tata cara

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

I. PENDAHULUAN. di segala bidang. Persaingan usaha yang sangat tajam ini merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami banyak kemajuan yang didorong oleh kebijakan pembangunan di

BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Dasar Hukum dan Pengertian Hukum Persaingan Usaha. Dasar hukum pengaturan hukum persaingan usaha adalah Undang-Undang Nomor

Kerangka Logis Perencanaan Strategis: Beberapa Pemikiran untuk KPPU

PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA DAN KEBIJAKAN PERSAINGAN DIKAITKAN DENGAN KINERJA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA ( KPPU )

BPK DAN KPPU MENYEPAKATI KERJASAMA DALAM PENANGANAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 1. Status dan Keanggotaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

SILABUS NTAG. Mata Kuliah : Hukum Persaingan n Usaha Kode Mata Kuliah : HKIn 2059 SKS : 2 : 1. Enny Patria, S.H., M.H. 2. Siti Mariam, S.H., M.H.

mengambil Putusan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

MATRIKS HARMONISASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

OPTIMALISASI PERAN KOPERASI MEMBANGUN SISTEM PERSAINGAN BERKEADILAN

MAKALAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum. Dosen Pengampu : Ahmad Munir, SH., MH. Disusun oleh : Kelompok VII

PERSAINGAN USAHA dan JASA KONSTRUKSI

I. PENDAHULUAN. suatu ancaman bagi para pengusaha nasional dan para pengusaha asing yang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba (Pasal 1 Undang-Undang No. 3

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan kepada pembeli dengan ketentuan jumlah, jenis, kualitas, tempat dan

KARTUN PERSAINGAN USAHA. Persaingan Sehat Sejahterakan Rakyat

V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PEMBERIAN SARAN DAN PERTIMBANGAN KEPADA PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam menjamin terciptanya persaingan usaha yang sehat di

NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

STUDI KASUS HUKUM. Oleh : CANDRA BUDI KURNIAWAN No. Mahasiswa : Program Studi : Ilmu Hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. Persaingan usaha dan Monopoli adalah dua hal yang sangat penting dalam

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 1999 TENTANG KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. negatif dan sistem ekonomi yang menyebabkan tidak kompetitif. 1

STUDI KELAYAKAN (Feasibility Study) Pengadaan Gudang Barang Pemerintah Kota Tarakan

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Hukum Persaingan Usaha di Indonesia. 1. Pengertian dan arti penting hukum persaingan usaha

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Fakultas Hukum UNTAG Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan bernegara yang dituangkan dalam alinea ke

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Pada kenyataannya saat sekarang ini ekonomi pasar

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor Tahun 2009 Tanggal Juni 2009 BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. musyawarah merupakan nilai yang mengakar pada bangsa kita. dikenal sama sekali dalam tatanan kehidupan masyarakat kita yang

LAPORAN AKHIR KERJASAMA. Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan Dan Pengembangan Masyarakat Universitas Airlangga (LP4M UA)

I.PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar dalam perekonomian nasional Indonesia. 1 Dengan berbagai

Sulit Berantas Kartel, KPPU Butuh Apa Lagi? Oleh: M. Nurfaik *

BAB III ANALISIS PUTUSAN KPPU NOMOR 08/KPPU-M/2012 TERKAIT UNSUR-UNSUR DUGAAN TERHADAP PELANGGARAN PASAL 29 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

KPPU DAN TATA CARA PENANGANAN PERKARA PROF DR JAMAL WIWOHO, SH, MHUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan ketika berinteraksi dilandasi atas motif-motif ekonomi. 7 Pengertian

BAB II KASUS POSISI, FAKTA HUKUM, DAN IDENTIFIKASI FAKTA HUKUM. pengadaan sarana Pengadaan sarana Peningkatan mutu Pendidikan di

Pedoman Larangan Persekongkolan Dalam Tender. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Bila persaingan dipelihara secara konsisten, akan tercipta kemanfaatan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT. 2.1 Pengertian Persaingan Usaha dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

KAJIAN YURIDIS PEMBATASAN PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK OLEH UU NO

PERJANJIAN MENGIKAT (TYING AGREEMENT) SEBAGAI PERJANJIAN YANG DILARANG MENURUT UU No. 5 TAHUN 1999 (STUDI PUTUSAN KPPU No.12/KPPU-I/2014) (Skripsi)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Dasar Hukum dan Pengertian Hukum Persaingan Usaha. terbitnya Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 (selanjutnya disebut UU No.

MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu benda atau hak kepada benda atau hak lainnya. Secara umum dapat

ETIKA DAN HUKUM KEWIRAUSAHAAN oleh: Prof. DR. H. Yudha Bhakti A., SH., MH.

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, hal ini mendorong timbulnya berbagai kegiatan usaha dan juga pelaku usaha yang berperan untuk memajukan kegiatan ekonomi. Makin maraknya pelaku usaha yang menjalankan usaha tentunya menimbulkan persaingan bisnis antar para pelaku usaha. Persaingan bisnis yang semakin ketat menjadikan para pelaku usaha akan berbuat apapun guna untuk melancarkan usahanya dan agar kegiatan usaha mereka dapat terus berjalan dan mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Persaingan dalam dunia usaha tentunya diperbolehkan selama persaingan tersebut dilakukan secara sehat dan tidak ada pihak lain yang merasa dirugikan. Namun apabila persaingan tersebut dilakukan secara tidak sehat atau akan menjadikan pihak lain merasa dirugikan tentunya persaingan tersebut tidak diperbolehkan karena akan menghambat perkembangan ekonomi itu sendiri. Berdasarkan pertimbangan untuk memulainya suatu sistem ekonomi yang demokratis tanpa adanya pihak yang menguasai suatu usaha, maka pada tanggal 5 Maret 1999 diundangkanlah sebuah Undang-Undang yang mengatur persoalan antimonopoli, yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 (LN 1999-33) tentang

2 Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat untuk selanjutnya disingkat dengan UU No. 5 Tahun 1999. UU No. 5 Tahun 1999 melarang terjadinya praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, adapun bentuk perbuatan yang dilarang meliputi perjanjian yang dilarang yang terdiri dari oligopoli, penetapan harga, pembagian wilayah, pemboikotan, kartel, trust, oligopsoni, integrasi vertikal, perjanjian tertutup, dan perjanjian dengan pihak luar negeri. Kegiatan yang dilarang yaitu monopoli, monopsoni, penguasaan pasar dan persekongkolan. Posisi dominan, dalam hal ini yang termasuk posisi dominan yaitu jabatan rangkap, pemilikan saham, dan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 dan untuk menjamin pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1999, maka dibentuk suatu komisi independen yang bertugas untuk mengawasi kegiatan usaha dan menyelesaikan perkara pelanggaran hukum persaingan usaha yaitu, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (selanjutnya disebut KPPU). KPPU memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan penilaian terhadap perjanjian, kegiatan maupun penyalahgunaan posisi dominan yang dilakukan para pelaku usaha maupun sekelompok pelaku usaha yang dapat mengakibatkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Sepanjang Periode didirikannya KKPU telah menerima banyak laporan mengenai dugaan pelangggaran persaingan usaha dan hampir 46% dari kasus yang ditangani adalah kasus dugaan persekongkolan tender (http://www.kppu.go.id).

3 Persekongkolan tender adalah salah satu bentuk tindakan yang dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat dan merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilarang oleh UU No. 5 Tahun 1999. Persekongkolan tender adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam rangka memenangkan peserta tender tertentu. Undang-Undang anti monopoli dalam salah satu pasalnya yaitu Pasal 22 melarang setiap persekongkolan oleh pelaku usaha dengan pihak lain dengan tujuan untuk mengatur dan atau menentukan pemenang suatu tender. Pengertian bersekongkol berdasarkan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 adalah kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender tertentu yang mengakibatkan persaingan usaha yang tidak sehat. Persekongkolan tender yang terjadi saat ini telah menimbulkan dampak yang besar bagi perekonomian nasioal. Untuk itu, secara khusus KPPU telah membuat suatu Pedoman Pasal 22 tentang Larangan Persekongkolan dalam Tender (selanjutnya disebut Pedoman Pasal 22). Pedoman Pasal 22 dibuat dibuat dengan tujuan memberikan pengertian yang jelas dan tepat tentang larangan persekongkolan tender, memberikan pemahaman dan arah yang jelas dalam pelaksanaan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999. Berdasarkan Pedoman Pasal 22, persekongkolan tender dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu, persekongkolan tender yang bersifat vertikal, persekongkolan tender yang bersifat horizontal, dan gabungan dari persekongkolan tender yang bersifat vertikal dan persekongkolan tender yang bersifat horizontal. Dari banyaknya kasus persekongkolan tender yang telah ditangani oleh KPPU yang menarik yaitu kasus persekongkolan tender pada putusan pengadaan Pipa

4 PVC dan HDPE pengembangan kinerja pengelolaan air minum Provinsi Kepulauan Riau tahun anggaran 2007 (selanjutnya disingkat Putusan KPPU No. 21/KPPU-L/2007) dan Tender Perluasan Gedung Kantor Pelayanan Pajak Proyek Pengadaan Barang dan Jasa Kantor Pelayanan Pajak Madya Batam (selanjutnya disingkat Putusan KPPU No. 05/KPPU-L/2008). Kronologis kasus persekongkolan tender pada Putusan KPPU N o. 21/KPPU- L/2007 adalah berawal dari laporan yang diterima oleh KPPU. Berdasarkan laporan tersebut, sebelum KPPU menindaklanjuti ketahap selanjutnya KPPU perlu melakukan pemeriksaaan awal (penelitian dan klarifikasi) agar laporan dinyatakan lengkap dan jelas. Pada pemeriksaan awal menunjukan bahwa proses tender pengadaan Pipa PVC dan HDPE pengembangan kinerja pengelolaan air minum Provinsi Kepulauan Riau tahun anggaran 2007 dimenangkan oleh PT. Alfatama Anugrah Sari Albaqi (selanjutnya disebut Terlapor I ) dan PT. Harapan Widyatama Pertiwi (selanjutnya disebut Terlapor II) memberikan dukungan kepada Terlapor I agar Terlapor I menjadi pemenang tender. Terlapor I dan Terlapor II mengikuti tender pengadaan Pipa PVC dan HDPE pengembangan kinerja pengelolaan air minum Provinsi Kepulauan Riau tahun anggaran 2007 yang dipanitiai oleh panitia tender (selanjutnya disebut Terlapor III). Kemenangan itu menimbulkan tanda tanya bagi para peserta tender lain, dikarenakan panitia tidak konsisten dalam menerapkan persyaratan tender serta panitia salah dalam melakukan evaluasi penawaran dan juga panitia pengadaan tetap meluluskan PT. Alfatama Anugrah Sari Albaqi yang tidak memenuhi persyaratan teknik.

5 Majelis Komisi juga menduga adanya keterlibatan pihak lain yakni Terlapor II yang telah memberikan daftar harga satuan kepada Terlapor I pada saat memberikan dukungan. Dugaan keterlibatan pihak lain juga diperkuat dengan Terlapor I mencontoh metode pelaksanaan yang dikirim melalui faksimili. Berdasarkan kondisi tersebut, maka Majelis Komisi perlu menilai lebih lanjut perilaku para terlapor (sumber data putusan KPPU No. 21/KPPU-L/2007). Sedangkan krologis kasus persekongkolan tender dalam Putusan KPPU No. 05/KPPU-L/2008 juga berawal dari laporan yang diterima oleh KPPU. Berdasarkan laporan tersebut juga, sebelum KPPU menindaklanjuti ketahap selanjutnya KPPU perlu melakukan pemeriksaaan awal (penelitian dan klarifikasi) agar laporan dinyatakan lengkap dan jelas. Pada pemeriksaan awal menunjukan bahwa proses Tender Perluasan Gedung Kantor Pelayanan Pajak Proyek Pengadaan Barang dan Jasa Kantor Pelayanan Pajak Madya tersebut dimenangkan oleh PT. Uniteknindo Inti Sarana (selanjutnya disebut Terlapor I ). Dan PT. Tunggal Jaya Santika (selanjutnya disebut Terlapor II) memberikan dukungan kepada Terlapor I. Terlapor I dan Terlapor II mengikuti tender perluasan Gedung Kantor Pelayanan Pajak Proyek Pengadaan Barang dan Jasa Kantor Pelayanan Pajak Madya Batam yang dipanitiai oleh panitia tender perluasan Gedung Kantor Pelayanan Pajak Proyek Pengadaan Barang dan Jasa Kantor Pelayanan Pajak Madya (selanjutnya disebut terlapor III). Kemenangan itu menimbulkan tanda tanya bagi peserta tender lainnya dikarenakan ditemukan indikasi kerjasama antara sesama pelaku usaha yaitu Terlapor I dan Terlapor III dimana Terlapor III menghambat peserta lain untuk

6 mengikuti tender tersebut. Majelis komisi juga menduga adanya keterlibatan pihak lain yakni Pattar Tumanggor yang membuatkan dokumen penawaran untuk Terlapor I dan Terlapor II sehingga harga penawaran dapat diatur dan pada akhirnya mengatur Terlapor I menjadi pemenang. Mencermati kondisi tersebut, maka Majelis Komisi perlu menilai lebih lanjut perilaku para terlapor (sumber data Putusan KPPU No. 05/KPPU-L/2008. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kasus persekongkolan tender yang telah diputus oleh KPPU dalam Putusan KPPU No. 21/KPPU-L/2007 dan Putusan KPPU No. 05/KPPU-L/2008 dengan judul: Analisis Hukum Putusan KPPU No. 21/KPPU-L/2007 dan Putusan KPPU No. 05/KPPU-L/2008 tentang Persekongkolan Tender sebagai Bentuk Pelanggaran dalam Hukum Persaingan Usaha. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah persekongkolan tender dapat dikatakan sebagai pelanggaran dalam hukum persaingan usaha? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi pokok bahasan dari penelitian ini adalah; a. Unsur-unsur persekongkolan tender dalam Putusan KPPU No. 21/KPPU- L/2007 dan Putusan KPPU No. 05/KPPU-L/2008 dan. b. Bentuk persekongkolan yang terdapat dalam putusan KPPU No. 21/KPPU- L/2007 dan Putusan KPPU No. 05/KPPU-L/2008.

7 Ruang lingkup penelitian ini meliputi ruang lingkup pembahasan dan ruang lingkup bidang ilmu. Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah unsur-unsur pelanggaran persekongkolan dalam tender dan bentuk pelanggaran dalam persekongkolan tender (studi Putusan KPPU No. 21/KPPU-L/2007 Putusan KPPU No. 05/KPPU-L/2008). Sedangkan ruang lingkup bidang ilmu adalah hukum keperdataan ( hukum ekonomi ) khususnya hukum persaingan usaha. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan pokok bahasan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara lengkap, jelas, rinci dan sistematis mengenai; 1. Unsur-unsur persekongkolan tender dalam Putusan KPPU No. 21/KPPU- L/2007KPPU dan Putusan No.05/KPPU-L/2008. 2. Bentuk persekongkolan tender dalam Putusan KPPU No. 21/KPPU-L/2007 dan Putusan KPPU No.05/KPPU-L/2008. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Kegunaan Teoritis Kegunaan teoritis untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum persaingan usaha mengenai unsur-unsur persekongkolan tender dan bentuk persekongkolan tender.

8 2. Kegunaan Praktis Secara praktis, penelitan ini berguna untuk: a. Upaya memperluas pengetahuan dalam bidang ilmu hukum, khususnya hukum persaingan usaha. b. Sebagai tambahan pemikiran, informasi dan bahan bacaan kepada pihakpihak yang memerlukan. c. Upaya perluasan pengetahuan bagi penulis dalam bidang ilmu hukum ekonomi khususnya tentang penyelesaian perkara oleh KPPU. d. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Hukum Universitas Lampung.