BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pada anak dengan hambatan tumbuh kembang. Pembangunan. tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK ATETOID HEMIPLEGI DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cerebral palsy (CP). CP merupakan kelainan atau

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dikenalkan pada anak. menyikapi fenomena perilaku anak ( Gleen doman, 2005 )

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh Allah subhanahuwata aladalam Al-Qur an sesuai. firmannya pada surat Al-Mu min ayat 67 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat. maturasi serebral (Mahdalena, Shella. 2012).

Topografi: Letak gangguan di otak Etiologi: Penyebab dan saat terjadinya gangguan

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari

BAB I PENDAHULUAN. olahraga, dalam upaya mengembangkan prestasi olahraga yang tinggi.

BAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak (Needlman, 2000). Perkembangan adalah bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup di Indonesia. Lansia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, Bab 1 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya.

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini

PENGARUH PEMBERIAN HOME PROGRAM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSIONAL DUDUK PADA ANAK CEREBRAL PALSY SPASTIC DIPLEGI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. membesarkan anak tersebut. Perintah kepada kedua orang tua untuk menjaga dan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Negara menggunakannya sebelum abad ke-18. Hal ini masih tradisi di

BAB I PENDAHULUAN tahun yang lalu. Pertama kali diduga adanya stroke oleh Hipocrates. pengobatannya (Waluyo, 2013). Di Indonesia stroke

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental murni. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan suatu proses natural dan tidak disadari secara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, modernisasi merupakan kata yang dapat. dimulai dari kehidupan sosial, ekonomi, pola pikir, ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Kecepatan lari merupakan unsur kemampuan gerak yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada keseimbangan gaya berdiri (center of gravitiy) dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai

LAPORAN STATUS KLINIK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah terindah dalam keluarga. Setiap orang tua mengharapkan memiliki anak yang normal, namun sering hidup tidak berjalan seperti yang kita inginkan. Tuhan menitipkan karunia-nya kepada beberapa keluarga dengan memberikan anak khusus misalnya anak dengan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang pastinya juga membutuhkan perhatian dan perawatan khusus dalam kehidupannya. Masa anak-anak adalah tahap dimana anak mengalami tumbuh kembang yang menentukan masa depannya. Masa tumbuh kembang adalah masa yang penting, banyak faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Anak mengalami proses tumbuh kembang sejak dari dalam kandungan, masa bayi, batita, balita, usia sekolah dan remaja. Setiap tahapan proses tumbuh kembang mempunyai ciri khas tersendiri, sehingga jika terjadi masalah pada salah satu tahapan tumbuh kembang tersebut akan berdampak pada kehidupan selanjutnya. Tidak setiap anak mengalami proses tumbuh kembang normal. Banyak diantara mereka yang mengalami hambatan, gangguan, keterlambatan atau faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal dengan anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai kelainan/penyimpangan dari kondisi rat-rata anak normal umunya dalam hal fisik, mental maupun karekteristik perilaku. The World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 7-10% dari total jumlah anak usia 0-18 tahun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2007, terdapat 82.840.600 jiwa anak dari 231.294.200 jiwa penduduk Indonesia, sekitar 8,3 juta jiwa diantaranya adalah anak berkebutuhan khusus (KemKes, 2010). 1

2 Salah satu yang termasuk dalam kelompok anak berkebutuhan khusus adalah Cerbral Palsy (CP). CP merupakan penyakit kronis dengan gangguan nonprogresif pada postur dan gerak yang ditandai dengan kesulitan mengontrol otot-otot yang disebabkan oleh kerusakan sistem gerak di ekstrapiramidal atau piramidal (Potts & Mandleco, 2007). Lebih dari 2 dari setiap 1000 kelahiran adalah anak yang lahir dengan CP di negara-negara maju. Di negara negara dengan pelayanan medis yang kurang, jumlahnya lebih tinggi, terdapat 1 anak dalam setiap 300 kelahiran menderita CP. Di negara maju, proporsi yang signifikan dari anak-anak dengan CP yaitu mereka yang lahir prematur. Di negara berkembang, bayi prematur yang tidak menerima intervensi medis yang baik yang diperlukan bagi mereka untuk bertahan hidup, pada saat yang sama, kurangnya pelayanan obsteri menjadikan lebih banyak beresiko lahir dengan CP (Hincliffe, 2007). Di Indonesia, prevalensi penderita CP diperkirakan sekitar 1 5 per 1.000 kelahiran hidup. Seringkali terdapat pada anak pertama. Angka kejadiannya lebih tinggi pada bayi berat badan lahir rendah dan kelahiran kembar. Umur ibu yang lebih dari 40 tahun juga mempengaruhi terjadinya CP (Soetjiningsih, 2000). Cerebral palsy merupakan sekumpulan gejala neurologi yang bersifat tidak progresif, dapat menimbulkan berbagai permasalahan tergantung letak dimana lesi otak yang terkena yang menyebabkan berbagai klasifikasi atau tipe dari CP. Kalsifikasi CP dapat dibedakan berdasarkan tonus otot yaitu hipotonia, hipertonia, atethosis, ataksia, spastisitas, rigiditas dan campuran, sedangkan berdasarkan distribusinya dibedakan menjadi hemiplegia, diplegia dan quadriplegi. Sekitar 70%-80% kasus CP adalah tipe spastik (Potts & Mandleco, 2007). Spastik adalah suatu keadaan dimana tonus otot lebih tinggi dari normal, hal ini disebabkan karena hilangnya kontrol spinal terhadap aktivitas stretch reflex (Bishop, 2007) Cerebral Palsy spastik diplegi adalah CP dengan tonus otot yang tinggi terutama pada lower extremity dan memiliki tangan yang lebih fungsional. Penyebab paling banyak CP spastik diplegi dikaitkan dengan prematuritas (Rudolph, et, all, 2007). The National Collaborative Perinatal Project di Amerika Serikat merekomendasikan peringatan bahwa ⅔ anak anak yang

3 didiagnosa mengalami diplegia spastik dan ½ dari semua anak yang menunjukkan tanda tanda CP pada tahun pertama kehidupan mereka akan tampak sebagai CP setelah mereka berusia 7 tahun (Lin, 2003). Namun ada juga penelitian yang menyebutkan bahwa permaturitas adalah resiko utama yang menyebabakan CP, terutama untuk CP tipe spastik diplegi. Permasalahan umum yang timbul pada kondisi CP spastik diplegi adalah peningkatan tonus otot-otot postur karena adanya spastisitas yang akan mempengarhui pada kontrol gerak. Abnormalitas tonus postural akan mengakibatkan gangguan postur tubuh, kontrol gerak, koordinasi gerak dan keseimbangan yang akan berpotensi terganggunya pertumbuhan dan perkembangan. Anak CP spastik diplegi biasanya mempunyai defisit persepsi visual dan strabismus sehingga kecenderungan untuk jatuh ke belakang karena reaksi keseimbangan kurang berkembang (Berker, 2005). Tumbuh kembang anak normal memiliki beberapa tahapan, contohnya pada motorik kasar anak harus melewati tahapan mulai dari terlentang hingga berjalan bahkan berlari, tapi banyak anak CP yang mengalami permasalahan di otak akan mengalami gangguan pada motorik kasarnya, salah satunya adalah duduk. Duduk merupakan komponen yang penting untuk memasuki tahap tumbuh kembang selanjutnya, persiapan postur saat berdiri atau berjalan. Duduk adalah posisi yang paling disenangi oleh anakanak karena pada posisi duduk anak-anak dapat dengan mudah melakukan aktifitas dan juga bermain dengan kedua tangannya. Banyak komponen yang harus diperhatikan untuk meningkatkan keseimbangan duduk yaitu head and trunk control, arm and leg movements dan ekstensi trunk dengan posisi pevic yang benar, selain itu yang harus diperhatikan agar anak CP dapat duduk stabil salah satunya adalah keseimbangan. Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor, dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman

4 (Irfan, 2009). Keseimbangan duduk sangat diperlukan untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Posisi duduk pada perkembangan anak normal cenderung lebih mudah untuk ekstensi trunk guna menjaga Base of Support (BOS) di tuburositas ischium pada saat duduk dengan posisi pelvic anterior tilt. Namun pada anak CP, BOS pada saat duduk terdapat di sacrum sehingga anak kesulitan untuk mencapai duduk yang stabil, diantaranya dikarenakan kurangnya kontrol trunk atau kurangnya aktivasi otot-otot trunk disertai dengan hyperetonus pada lower extremity. Trunk control adalah sebagai stabilisasi dan pergerkan yang selektif dari trunk. Stabilisasi yang dimaksud adalah untuk menjaga suatu posisi, sedangkan yang dimaksud pergerakan selektif adalah kontrol, gerakan yang koordinasi dan spesifik dari sendi atau bagian tubuh yang berhubungan dengan segmen tubuh lainnya (Saether, 2010). Trunk menjadi titik kunci sentral tubuh, Kontrol proksimal trunk merupakan prasyarat untuk kontrol gerakan, keseimbangan dan kegiatan fungsional ekstremitas distal. Trunk Control berperan penting pada saat duduk untuk memungkinkan tubuh tetap tegak, menyesuaikan pergeseran berat badan, dan melakukan gerakan selektif trunk untuk mempertahankan pusat tubuh dalam base of support (BOS) selama statik dan dinamik penyesuain postur duduk (Karthikbabu, 2011). Oleh karenanya trunk control merupakan salah satu komponen penting untuk anak CP dalam menjaga kesimbangan duduk, trunk control yang baik dipengerahui dimana letak BOS pada saat duduk, jika anak CP duduk BOS di sacrum makan akan mempengaruhi kontrol dari trunk. Selain trunk control, komponen yang juga penting untuk mencapai keseimbangan duduk adalah Ankle movement. Ankle movement adalah komponen penting pada perkembangan normal dan membantu pada fungsi bagian proksimal tubuh untuk menjaga keseimbangan duduk dalam berbagai arah. Posisi duduk adalah postur yang baik untuk memfasilitasi pergerakan ankle yang berhubungan dengan pergerekan trunk dan pelvic (Hong, 2011). Sendi ankle pada anak CP spastik diplegi mengalami kurangnya mobilitas terutama gerakan dorsifelksi dikarenakan ekstremitas bawah yang hypertonus.

5 Ketidakseimbangan duduk anak CP spastik diplegi dapat dipengaruhi oleh gerakan pelvic. Pada anak CP spastik diplegi, pelvic memiliki kecendrungan bergerak ke arah posterior tilt dan tonus yang tinggi pada lower extremity mengakibatakan terjadinya imobilisasi pada sendi pelvic, hip, knee dan ankle. Sendi hip CP pastik diplegi memiliki pola fleksi, internal rotasi dan aduksi, knee fleksi serta sendi ankle yang plantar fleksi dan inversi. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pada posisi duduk. Gerakan pelvic ke arah posterior menyebabkan base of support (tumpuan) pada saat duduk berada di sacrum bukan pada tuberositas ischium, ini dapat diperbaiki salah satunya dengan memperbaiki gerakan pada ankle ke arah dorsifleksi. Gerakan ankle ini akan terhubung ke pelvic yang akan menyebabkan pelvic ke arah anterior sehingga BOS berada pada tuberositas ischium, BOS yang berubah menjadi anteior tilt akan berpengaruh pada trunk sehingga trunk akan terkativasi untuk tegak yang akhirnya posisi duduk akan menjadi lebih stabil. Dari permasalah yang ditimbulkan di atas, makan anak CP harus mendapatkan penanganan yang khusus, salah satu penanaganan yang penting untuk anak CP adalah melakukan fisioterapi. Fisioterapi berperan penting untuk menangani permasalahan yang timbul pada CP. Fisioterapis sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kemampuan dan keterampilan mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh, termasuk perannya dalam menangani anak CP. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengangkat topik mengenai penambahan ankle movement exercise pada trunk control exercise dapat meningkatkan keseimbangan duduk anak cerebral palsy spastik diplegi dalam bentuk penelitian. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil beberapa masalah yaitu jumlah kasus CP yang berada di masyarakat cukup besar, dimana kita ketahui CP memiliki berbagai karakteristik dan masalah yang berbeda beda. Cerebral palsy yang merupakan salah satu dari anak

6 berkebutuhan khusus ini memiliki banyak gangguan salah satunya pada motorik kasar misalnya pada keseimbanagan duduk. Duduk merupakan posisi yang disenangi anak untuk dapat bermain sambil menggunakan tangannya, selain itu juga merupakan persiapan postur yang baik untuk berdiri dan berjalan sehingga apabila posisi duduk ini bermasalah maka anak sulit untuk dapat melakukan aktivitas sehar-harinya. Keseimbangan duduk yang sering ditemukan ini disebabkan berbagai hal salah satunya adalah kontrol postur yang rendah, BOS pada sacrum, kurangnya aktivasi otot-otot postur, dan juga kurangnya pergerakan tungkai dan kaki. Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor, dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman. Bentuk latihan yang akan diberikan adalah latihan dengan trunk control exercise dan ankle movement exercise. Kedua latihan ini memilikifungsi untuk meningkatkan keseimbangan duduk untuk anak CP. Terkadang dalam memberikan intervensi untuk keseimbanagn duduk, hanya fokus pada trunk dan juga pelvic padahal yang harus diperhatikan juga adalah leg movement yaitu pergerakan ankle dimana pergerakan ankle ini dapat mempengaruhi BOS dari pelvic yang benar yaitu pada tuberositas ischium sehingga pelvic menjadi ke arah anterior tilt dan trunk menjadi lebih tegak dan teraktivasi yang akhirnya keseimbangan duduk pun dapat tercapai. Ankle movement ini juga akan mengaktifkan kontrol postural untuk dapat mencapai keseimbangan. Kedua bentuk latihan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan keseimbangan, tapi belum di temukan adanya efektifitas penambahan ankle movement exercise pada trunk control exercise terhadap keseimbangan duduk anak CP spatik diplegi. C. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

7 1. Apakah pemberian trunk control exercise dapat meningkatkan keseimbangan duduk anak canak cerebral palsy spastik diplegi? 2. Apakah penambahan ankle movement exercise pada trunk control exercise dapat meningkatkan keseimbangan duduk anak cerebral palsy spastik diplegi? 3. Apakah pengaruh penambahan pemberian ankle movement exercise pada trunk control exercise lebih baik terhadap keseimbangan duduk anak cerebral palsy spastik diplegi? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh penambahan ankle movement exercise pada trunk control exercise terhadap keseimbanagn duduk anak cerebral palsy sasptik diplegi. 2. Tujuan Khusus a. Untuk lebih mengetahui peningkatan keseimbangan duduk anak cerebral palsy spastik diplegi pada pemberian trunk control exercise. b. Untuk lebih mengetahui peningkatan keseimbangan duduk anak cerebral palsy spastik diplegi dengan penambahan ankle movement exercise pada pemberian trunk control exercise. E. Manfaat Penelitian a. Bagi Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada institusi mengenai pengaruh intervensi ankle movement exercise dan trunk control exercise terhadap keseimbangan duduk pada anak cerebral palsy spastik diplegi. b. Bagi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi tambahan dalam peningkatan keseimbangan duduk pada anak cerebral

8 palsy spastik diplegi dan diharapkan menjadi bahan kajian untuk diteliti lebih lanjut. c. Bagi Peneliti Adanya penelitian ini, membuat peneliti dapat mengetahui sejauh mana pengaruh latihan yang diberikan pada anak cerebral palsy spastik diplegi.