BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

dokumen-dokumen yang mirip
Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KENALI FLU BABI DAN DIRI ANDA

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

BAB I PENDAHULUAN. pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan fibrin. Pneumonia masih

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu respon inflamasi sel urotelium

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

Influensa DIVISI PENYAKIT TROPIK DAN INFEKSI DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM FK USU / RS H ADAM MALIK

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. toksin ke dalam aliran darah dan menimbulkan berbagai respon sistemik seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

Pendahuluan. Epidemiologi

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Misbach, 2011). Stroke merupakan salah satu sumber penyebab. gangguan otak pada usia puncak produktif dan menempati urutan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diagnosis tuberkulosis (TB) paru pada anak masih menjadi masalah serius hingga saat ini. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Umumnya tipe ini ditemukan pada burung dan unggas. Kasus penyebaran :

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan peradangan brokioli yang lebih kecil.edema membran

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. adalah penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang. parenkim paru-paru. Menurut Kollef et.al.

Artikel Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit, namun penyakit sering datang tiba-tiba sehingga tidak dapat dihindari.

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat menyerang saluran pernafasan bagian atas maupun bawah dan sering disertai dengan gejala dan tanda sistemik seperti demam, sakit kepala, mialgia dan malaise. 1 Virus influenza termasuk dalam keluarga Orthomxyoviridae dan terbagi atas 3 tipe yaitu virus influenza A, B dan C. Penggolongan tipe ini didasarkan atas sifat antigenik dari protein matriks dan nukleoproteinnya. 2 Influenza tipe A terdapat pada manusia, babi, burung, kuda dan beberapa mamalia lainnya. Infeksi virus influenza umumnya lebih sering terjadi pada musim dingin di negara-negara dengan 4 musim. Tetapi di negaranegara tropis, infeksi virus influenza dapat terjadi secara sporadik sepanjang tahun. 2 Di Amerika Serikat, infeksi virus influenza mengakibatkan angka rawat inap sampai dengan 226.000 kasus dan angka kematian sebanyak 36.000 kasus setiap tahunnya. Infeksi oleh virus influenza juga diperkirakan mengakibatkan pengeluaran biaya medis sebanyak 1 sampai 3 miliar dolar AS dan pengeluaran biaya akibat penurunan produktifitas kerja antara 10 sampai dengan 15 miliar dolar AS setiap

tahunnya. Jika terdapat keadaan pandemi, biaya yang dikeluarkan bahkan dapat mencapai 71 sampai dengan 167 miliar dolar AS setiap tahun. 2,3 Saat ini telah tersedia pengobatan anti virus influenza yang cukup efektif. Obat yang terbaru adalah golongan neuraminidase inhibitor yaitu oseltamivir dan zanamivir terbukti dapat mengurangi durasi gejala dan tanda akibat influenza menjadi 1-2,5 hari lebih cepat, dapat mengurangi pemakaian antibiotik sampai dengan 30-40%, mengurangi mortalitas dan morbiditas serta bersifat cost effective. 4 Selain itu, golongan obat lain adalah golongan adamantane yaitu amantadin dan rimantadin juga dapat dipergunakan untuk penanganan influenza. 5 Golongan obat ini dipergunakan untuk influenza A dan dapat mengurangi durasi penyakit hingga mencapai 50% dibandingkan tanpa terapi. Namun penelitian menunjukkan bahwa pemakaian obat anti virus hanya akan efektif bila diberikan dalam waktu kurang dari 48 jam setelah gejala dan tanda influenza mulai terjadi. Pemakaian yang tidak tepat waktu akan mengakibatkan pemakaian obat menjadi tidak efektif, menambah beban biaya dan cenderung menimbulkan resistensi obat. 5 Hal ini mejadi alasan diperlukannya suatu metode diagnostik yang akurat dan cepat dalam mendiagnosis influenza. Metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dan teknik isolasi virus dengan kultur sel diketahui merupakan metode diagnostik yang sangat akurat,

namun mempunyai kelemahan dalam aplikasi klinis karena biayanya yang besar dan waktu pemeriksaan yang cukup lama. Metode diagnostik lain dengan deteksi antigen influenza secara cepat atau lebih dikenal dengan metode Rapid test Diagnostic mempunyai kelemahan karena sensitivitasnya yang rendah dan bervariasi yaitu sekitar 64%-78% saja. 6,7 Karena itu, hingga saat ini diagnosis influenza dilakukan masih berdasarkan atas pemeriksaan klinis para dokter. Center of Disease Control (CDC) di Amerika Serikat memnbuat suatu kriteria diagnostik infeksi influenza yang disebut sebagai kriteria Influnza-Like Illness (ILI), yang digunakan sebagai pedoman diagnosis kasus-kasus yang disangkakan sebagai influenza. Akan tetapi kriteria ini sendiri masih belum dapat secara spesifik mendiagnosis influenza mengingat banyak penyakit infeksi saluran nafas lain yang bisa menimbulkan gejala yang serupa dengan influenza, misalnya pneumonia bakterial, infeksi Respiratory Syncitial Virus, Coronavirus, Adenovirus, Rhinovirus dan lain sebagainya. 8,9,10 Beberapa peneliti mencoba melakukan penelitian untuk mencari tanda dan gejala klinis yang dapat dipergunakan untuk prediktor diagnosis influenza secara lebih akurat. Manto dkk (2000) mendapatkan bahwa kombinasi gejala batuk dan demam mempunyai Positive Predictive Value (PPV) sebesar 79% untuk mendiagnosis influenza. Sejalan dengan Manto, Boivin dkk (2000) juga

mendapatkan bahwa batuk dan demam merupakan prediktor gejala yang paling baik untuk influenza. Sedangkan Walsh (2000) dan Navarro-Meri (2009) dalam penelitiannya mendapatkan hasil yang berbeda. Walsh (2000) melaporkan bahwa batuk dan demam mempunyai PPV hanya sebesar 47% pada populasi pasien lansia, dan Navarro-Meri (2009) di Spanyol melaporkan bahwa kriteria ILI hanya mempunyai PPV sebesar 36%. 11,12,13 Data mengenai tampilan klinis berbagai subtipe influenza masih sedikit dan terbatas. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan gambaran klinis yang bervariasi antar subtipe yang berbeda. Influenza B dilaporkan mempunyai gejala yang lebih ringan dibandingkan influenza A, dengan tampilan gejala gastrointestinal yang lebih sering dibandingkan dengan influenza A. 14,15 Penelitian tentang influenza di Indonesia pernah dilakukan setelah epidemik di Hongkong pada tahun 1968-1970. Isolat pertama influenza H2N2/Hongkong/68 ditemukan oleh Gani dkk dari sampel faring yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia sebagai penyebab epidemik. Hasil yang sama dilaporkan oleh Tjaij dan Gani dengan menggunakan sampel yang dikumpulkan di Medan. Selanjutnya Maroef pada tahun 1982-1986 serta tahun 1991-1993 dapat mengisolasi semua subtipe influenza A dan influenza B. 16 Irwin dkk (2008) dalam penelitiannya di Medan, mendapatkan bahwa subtipe virus influenza yang dijumpai di kota Medan dalam periode

September 2004 sampai dengan April 2006 adalah virus influenza A H1N1, A H3N2 dan B. 17 Sejauh ini, data mengenai tampilan klinis influenza dan perbedaan tampilan klinis antara subtipe influenza di Indonesia belum pernah dilaporkan. Karena itu peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan tampilan klinis ILI antara influenza A H1N1, A H3N2, B dan non influenza dengan sample pasien penderita ILI yang berobat di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. 1.2 Perumusan masalah Apakah ada perbedaan gambaran klinis ILI antara influenza A H1N1, A H3N2, B dan non influenza pada pasien dewasa. 1.3 Hipotesis Terdapat perbedaan gambaran klinis ILI antara influenza A H1N1, A H3N2, B dan non influenza pada pasien dewasa. 1.4 Tujuan penelitian Untuk mengetahui perbedaan gambaran klinis ILI antara influenza A H1N1, A H3N2, B dan non influenza pada pasien dewasa. 1.5 Manfaat penelitian

1.5.1. Dengan mengetahui perbedaan gambaran klinis ILI antara influenza A H1N1, A H3N2, B dan non influenza pada pasien dewasa dapat membantu para klinisi untuk membedakan secara klinis penyebab ILI dan membantu dalam penatalaksanaannya. 1.5.2. Dapat menjadi data dasar untuk penelitian lanjutan tentang influenza.