BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya perkembangan ekonomi, industri dan pusat-pusat rekreasi dan hiburan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul

I. 1 Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

DESKRIPSI PROYEK. Data umum dari proyek perancangan ini adalah sebagai berikut : Kel. Mengger Kec. Bandung Kidul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dan gaya hidupnya dewasa ini semakin berkembang. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Tabel 1. 1 Pertumbuhan Jumlah Pelajar di Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah bunyi-bunyian yang berirama 1. Banyak manusia tidak


Olahraga ekstrem telah lama lahir dan dikenal oleh masyarakat luas, dengan banyak pilihan jenis serta spesifikasi yang berbeda beda.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar1.1 Kemacetan di Kota Surabaya Sumber: 25/4/

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Universitas Sumatera Utara

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan atau permintaan pihak pemberi tugas. Tahapan perencanaan yang. kebudayaan Indonesia serta pengaruh asing.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman di era globalisasi ini menuntut aktivitas-aktivitas sosial yang

Women and Child Center di Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta adalah kota yang relatif aman, stabil dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. MALL BAKERY & CAFE DI SURAKARTA SEBAGAI WADAH PENDIDIKAN,PENJUALAN DAN REKREASI, dapat diartikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komputer (pc) sangat maju dengan pesat di era

BAB I Pendahuluan. Kota Jogjakarta merupakan kota pelajar penuh dengan aktifitas, kreatifitas dan inovasi -

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. :Bangunan untuk tempat tinggal. (

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Sport Hall

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. orang membutuhkan informasi sebagai suatu hal yang hakiki. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan permainan berbasis online atau sering di sebut dengan Game Net. Game

Gedung Pameran Seni Rupa di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pusat Perawatan Hewan Peliharaan

BAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu individu yang dinamis namun sudah. cukup lama dirasakan adanya ketidakseimbangan antara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

BAB III METODE PERANCANGAN. mewakili kompleksitas pemahaman Islam di Indonesia khususnya di Malang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arjuna Joi Bowl & Pool Arjuna Joi Bowl & Pool

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian Judul Stadion Sepak bola Berbasis Publik Area Stadion Sepakbola Berbasis Publik Area

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

2015 HUBUNGAN ANTARA POWER TUNGKAI D AN KESEIMBANGAN D ENGAN KECEPATAN SPRINT 300 METER PAD A OLAHRAGA SEPATU ROD A

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Seminar Tugas Akhir KBA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menggemari olahraga tersebut baik sebagai cara untuk menjaga

I.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN... BAB 1 PENDAHULUAN

1.4 Metodologi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI

EXECUTIVE CLUB DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA DI JAKARTA BARAT PAPER TUGAS AKHIR. Oleh: Siswanti Asri Trisnanih ( ) 08 PAC


BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

bab 1 pertama.. bagiku kau hanya sebuah misteri membosankan karena kau hanya melulu dihargai dengan angka-angka dan hitungan yang statis dan mejemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Analogi Pisau luncur. Bentuk & massa bangunan Solo Ice Skating Center yang inovatif dan kreatif

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Presentase Jumlah Pecinta Seni di Medan. Jenis Kesenian yang Paling Sering Dilakukan Gol. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. .1. Batasan Judul : merupakan fasilitas olah raga yang menyediakan. 1994, hal. 107).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PUSAT RUMAH MODE (FASHION HOUSE CENTER) DI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Judul. Perancangan Interior Dan Furniture Clubhouse Jakarta Golf Club 1.2. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Perkembangan golf yang signifikan tidak terlepas dari pembangunan lapangan golf yang berkelanjutan di Indonesia. 2 Jumlah peminat golf dari tahun ke t

Pusat Perawatan Kecantikan dan Kebugaran di Yogyakarta BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PENGARUH TATA RUANG TERHADAP TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN DI MALIOBORO MALL, GALERIA MALL DAN AMBARRUKMO PLAZA, YOGYAKARTA 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, banyak perkembangan yang terjadi dipusat-pusat kota, seperti halnya perkembangan ekonomi, industri dan pusat-pusat rekreasi dan hiburan. Perkembangan tersebut, telah merembak kota-kota kecil lainnya seperti halnya kota Jogjakarta, yang jumlah penduduknya kian bertambah. Perkembangan di Jogjakarta ini terbentuk oleh aktivitas dan kebutuhan dari manusia sebagai pemakai yang belum tersedia. Salah satu pengembangan yang berpotensi di Jogjakarta adalah pusat hiburan dan rekreasi baik bagi keluarga maupun remaja. Selain Jogjakarta sebagai kota budaya dan kota pelajar yang tingkat pendatangnnya cukup banyak dan kian bertambah dikalangan remaja. Khususnya, pusat hiburan yang merupakan salah satu unsur penunjang tempat dan pusat berinteraksinya remaja untuk menuangkan hal-hal yang lebih positif. Unsur rekreasi dan hiburan ini dirasa sangat perlu dikembangkan karena masih sedikitnya tempat permainan yang mampu memberikan kepuasan terhadap pemain pada jenis permainan dan tempat yang sudah tersedia. Selain itu banyaknya pelajar yang jenuh dengan aktifitas harian yang membutuhkan suasana lain, yang berupa sebuah hiburan yang bersifat mendukung aktifitas mereka yang membutuhkan tempat olah raga ataupun tempat permainan yang bersifat sehat dan menghibur, serta permainan yang lebih menantang. Perkembangan suatu permainan biasanya terdominasi adanya sebuah tempat dan wadah yang lebih menunjang. Seperti halnya permainan yang sedang semarak dikalangan remaja saat ini, skateboard,sepeda BMX, dan in-line skate dapat merebak dan menjajaki segala tempat karena belum tersedianya tempat dan fasilitas permainan. Sama halnya dengan perkembangan permainan ice skating. Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir ini dari hasil 1

peneliti lebih dari 50 pemain permainan skateboard dan in-line skate juga menyenangi hobi permainan ice hockey maupun speedskate dengan alasan permainan mereka menjadi lebih beragam dan lebih bervariasi. 1 Ketika adanya isu pada tahun 2003 bahwa area ice skating akan dibuat didaerah Timoho, para Skater dan Biker dan in-line skate serta orang umum menyetujui dan berminat untuk bermain serta berpartisipasi. 2 seperti halnya dari data yang didapat, bahwa di Jogjakarta memiliki peminat permainan ice skating yang cukup banyak. Jenis pemain 1. pemain in-line skate - dari area UGM ± 40 skater. - Dari Mandala Krida ±38 skater. - Pemain kalangan umum. 2. pemain skateboard. - UGM ± 15 skater - Mandala Krida ± 10 skater. - ISI ± 25 skater. Yang berminat pada permainan Ice Skating 30 35 ±200 pelajar SMA. Diagram1: animo peminat permainan Ice Skating 3 (Sumber: Analisa penulis terhadap peminat permainan Ice Skating) 5 4 9 Berdasarkan pengamatan bahwa pada kota kota lain seperti Jakarta, dan Surabaya bahwa permainan Ice Skatng, digemari banyak peminat. Jika melihat dari 4 tahun terakhir ini dari 30 % pemain ice skating di Jakarta berasal dari Jogjakarta. Sedangkan pada tahun 2002, ditaman Anggrek Mall Jakarta diselenggarakan kejuaraan Nasional untuk Figure skate yang 1 Survey Penulis pada club pelatihan in-line Skate di area UGM. 2 Wawancara dengan Lukas, skater dari club in-line skate Mandala Krida 3 survey penulis pada tempat-tempat permainan dijogjakarta pada bulan September 2004. 2

dari 2 pesertanya berasal dari kota Jogjakarta. 4 Hal lain menurut pak Anton selaku pengurus ikatan in-line skate di Jogjakarta, bahwa pada setiap permainan in-line skate membutuhkan permainan yang lebih beragam dan lebih bervariasi, selain itu permainan juga membutuhkan suasana yang lain. Begitupula pada jenis permainan ice skating yang pola permainannya hampir sama melainkan permainan in-line skate sebagai dasar permainan ice skating, hanya saja arena permainan tersebut belum tersedia. 5 Ada beberapa jenis permainan yang bisa dilakukan diatas es. Permainan es tersebut adalah ice skating, ski ice, ballet skate, snowboard, ski jump. Khusus permainan yang tergolong dalam permainan Ice Skating adalah Ballet skate, dan hockey, figure skating, speed skate. Ballet skate, biasanya digunakan dan dipertunjukan dalam sebuah kompetisi, atau kejuaraan, yang memadukan gerakan balet dengan berseluncur diatas es. Ice Hockey adalah salah satu permainan dan olah raga es yang menggunakan stick, bola dan gawang serta memakai pakaian khusus dalam bermain. Dan speed skating adalah sebuah kompetisi berseluncur diatas lapisan es dengan kecepatan yang ditentukan serta arena yang memiliki luasan tersendiri. Sedangkan figure skating adalah permainan yang dilakukan oleh individu dan berkelompok dengan banyak gerakan yang aktraktif. Dari data yang diperoleh dilapangan, jumlah peminat ice skating dari kalangan remaja baik SMP maupun SMA cukup banyak. Jumlah pemain in-line pun semakin bertambah tiap tahunnya begitupun peminat ice skating yang mulai merembak disegala kalangan. Sekitar 30 % peminat menjadi 40 % peminat ice skating. 6 Ada beberapa alasan yang bisa dijadikan dasar mengapa mereka menyetujui dibangunnya tempat olah raga dan permainan ice skating. Alasan-alasan tersebut diantaranya adalah karena tidak adanya tempat khusus yang bisa digunakan untuk menyalurkan hobi mereka, kurangnya tempat hiburan sekaligus olah raga yang menantang, selain itu tidak adanya tempat bermain yang 4 Wawancara dengan Erin, skater dari club in-line skate UGM. 5 Wawancara dengan Pak Anton selaku pengurus ikatan in-line skate di jogjakarta. 6 hasil survey penulis di club ice skating Taman Anggrek Jakarta, pada bulan Juli 2004. 3

berkapasitas besar dan mempunyai keleluasaan dalam bergerak. Hal lain yang mempengaruhi banyaknya minat para remaja akan permainan ice skating adalah jenis permainan ini merupakan perpaduan antara jenis permainan rekreasi dan juga sebagai permainan yang tergolong olah raga. Jenis perpaduan permainan rekreasi atau hiburan dengan olah raga saat ini jelas menjadi trend yang digemari khususnya oleh remaja. Trend center yang sekarang menjadi pola hidup remaja masa kini yang selalu mencari yang belum ada atau yang belum ia ketahui, hal ini juga menjadi latarbelakang dari kebutuhan fasilitas hiburan dan olah raga. Dengan bertambahnya jumlah pelajar di jogjakarta semakin dibutuhkannya tempattempat hiburan yang dapat menampung mereka dengan aktivitas dan permainan yang erat hubungannya dengan olah-raga, serta permainan. Dimana mereka dapat melakukan segala kegiatan secara bersama maupun idividu secara bebas. Permainan ini melibatkan berbagai kalangan usia, mulai umur 7 tahun keatas. Yang akan terbagi dengan 2 kategori, junior dan senior. Golongan junior terdiri dai umur 7 12 tahun dan senior dari umur 13 21 keatas. Walaupun perkembangan yang tidak begitu pesat, hal ini tidak menutup kemungkinan kurang banyaknya peminat. Peminat diluar kalangan pemain in-line skate dan skateboard dan hockey street juga beragam, baik dari kalangan menengah kebawah maupun mereka yang berasal dari kalangan menengah keatas. Jumlah tempat permainan di Jogjakarta seperti Time Zone di Galeria Mall, Taman Bermain Purawisata, Kids Station di Jln. Wonosari, masih terbatas dan belum memenuhi kebutuhan pengunjung. Jenis permainan yang disediakan di tempat-tempat permainan di Jogjakarta saat ini tidak variatif. Karena sebagian besar tempat-tempat permainan tersebut hanya menyediakan satu jenis permainan yang dirasa oleh para remaja atau pelajar di kota Jogjakarta kurang menantang dan bervariatif untuk memilih jenis permainan. 4

Pusat permainan di Jogjakarta saat ini dirasa kurang memadai khususnya dalam hal letak, kapasitas, kenyamanan, dan dimensi tempat. Hal ini dikarenakan oleh tidak tersedianya tempat khusus untuk bermain. Karena masih bersatu dengan fasilitas lainnya seperti pusat pembelanjaan atau kata lainnya Mall, atau tempat permainan yang jauh dari pusat kota. Kondisi pusat permainan di Jogjakarta kebanyakan kurang terawat dan tidak tertata dengan baik. selain itu tempat permainan kurang memenuhi kapasitas yang dibutuhkan. Kualitas tempat permainan di Jogjakarta ini berbeda-beda. Kualitas pusat permaian yang ada di pusat-pusat pembelanjaan seperti Galeria Mall, Malioboro mall dan Ramai Mall, saat ini cukup memadai hanya saja tempat kurang luas untuk kapasitas pengunjung yang banyak dan juga tidak dapat dijadikan tempat untuk menyalurkan hobi. Sedangkan pusat permainan seperti Kids Fun/ Kids Satation di Jln Wonosari, memiliki kualitas tempat yang kurang baik, misalnya sirkulasi udara tidak begitu baik, tempat terlalu gelap dan pengap, lokasi terlalu jauh dari kota, sehingga pengunjung yang datang tidak seperti perkiraan yang diperhitungkan. Pengunjung pada pusat permainan di Jogjakarta pada umumnya berasal dari kalangan menengah keatas. Dan status mereka sebagaian besar adalah pelajar. Penyediaan pusat permainan Ice Skating di Jogjakarta dirasa perlu untuk dibangun untuk menambah lokasi pusat hiburan, rekreasi, maupun olah raga. Dengan dibangunnya tempat permainan ini diharapkan para pelajar di Jogjakarta dapat menyalurkan kegiatan hiburan mereka kearah yang lebih positif, bermain sekaligus berolah raga, serta melakukan kegiatan lainnya yang bersifat kebersamaan. 1.2 Rumusan Masalah Perlunya merancang Arena Permainan Ice Skating di Jogjakarta yang mampu mewadahi jenis permainan dalam satu arena yang sama, sehingga mampu menjadikan tempat 5

permainan tersebut sebagai pemenuhan kebutuhan kota Jogjakarta pada areal komersial dengan pendekatan pada fleksibilitas arena permainan Ice Skating. 1.3. Tujuan Merancang arena permainan ice skating di Jogjakarta yang mampu mewadahi berbagai jenis permainan Ice Skating dalam satu arena yang sama dengan pendekatan fleksibilitas ruang dalam arena permainan ice skating. 1.4. Sasaran 1.4.1. Melakukan studi tentang berbagai jenis permainan Ice Skating. 1.4.2. Melakukan studi tentang arena permainan Ice Skating indoor. 1.4.3. Melakukan studi tentang potensi kota Yogyakarta. 1.4.4. Melakukan studi tentang fasilitas-fasilitas pendukung dalam arena permainan Ice Skating. 1.4.5. Melakukan studi tentang fleksibilitas ruang dalam pada arena permainan 1.4.6. Melakukan Studi tentang minat dan peran remaja pada pusat permainan 1.4.7. Melakukan studi tentang karakteristik es terhadap bentuk bangunan 1.5. Lingkup 1.5.1. Berbagai jenis permainan Ice Skating yang meliputi permainan Ballet skate, figure skate, speed skating, hockey ice. Yang menggunakan type skate yaitu sprint. 1.5.2. Arena permainan dibatasi pada Arena Permainan Ice Skating. 1.5.3. Yogyakarta dibatasi pada hal yang berhubungan dengan pemilihan site untuk gedung tersebut. 6

1.5.4. Fleksibilitas arena permainan Ice Skating meliputi: arena permainan yang dapat digunakan untuk kekempat permainan ice skating serta dapat digunakan untuk pertunjukan seni baik musik atau opera dengan batasan pengolahan pada dinding penyekat seta suasana arena pada lantai ruang. fleksibilitas ruang dalam arena permainan dapat merubah suasana dan bentuk arena menjadi arena permainan es dan pertunjukan menurut fungsi permainan dengan system Hidrolik. ( system buka tutup dan naik turun), dan penggunaan movement structure. 1.5.5. Penghawaan pada arena permainan Ice Skating sebagai dasar perhitungan guna kenyamanan pengunjung. 1.5.6. Fasilitas pendukung meliputi fasilitas perlengkapan, penjualan alat-alat, area skater, café, dan mini shopping, serta arena pendidikan berupa perpustakaan dan book store lainnya. 1.6. Metode 1.6.1. Metode Mencari Data 1.6.1.1. Wawancara Ditujukan pada para skater (pemain in-line skate dan skateboard), pengelola club ice rink Taman Anggrek Mall Jakarta, pengurus club pelatihan in-line skate Yogyakarta di UGM dan Mandala Krida. 1.6.1.2. Studi Literatur Melakukan studi tentang sejarah ice sakting, jenis permainan ice skating, alat-alat/ perlengkapan permainan ice skating, arena ice skating dan fleksibilitas pada lantai serta 7

dinding. Selain itu studi literature lainnya melalui buku Time saver building type, internet, dan buku mengenai design for sport center. 1.6.1.3. Studi Banding Melihat langsung arena permainan ice skating Taman Anggrek Jakarta. 1.6.2. Metode Menganalisis Data 1.6.2.1. Metode Kuantitatif Tabulasi kapasitas arena permainan ice skating terhadap jumlah pengunjung. 1.6.2.2. Metode Kualitatif fleksibilitas besaran ruang terhadap tingkat kenyamanan pengunjung. 1.6.3. Metode Perancangan Perancangan menggunakan prinsip Building in Building sebagai pembentuk bangunan serta penggunaan transformasi karakteristik es yang diterapkan pada arena permainan. 1.7. Sistematika Penulisan Bab 1 : Pendahuluan Mengunakapkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan sasaran, lingkup pembahasan metode dan sistematika penulisan. 8

Bab 2 : Tinjauan Arena Permainan Ice Skating Mengungkapkan sejarah awal mula permainan ice skating, potensi perkembangan permainan dan jenis-jenis permainan Ice Skating beserta segala fasilitas pendukung. Bab 3 : Tinjauan Fleksibilitas Arena Permainan Ice Skating. Mengungkapkan prinsip-prinsip dasar sistem fleksibilitas, keragaman jenis fleksibilitas yang digunakan dalam Arena Permainan Ice Skating. Bab 4 : Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan Arena Permainan Ice Skating. Mengungkapkan pendekatan konsep perancangan arsitektur arena permainan ice skating, pendekatan konsep site terpilih, pendekatan konsep zoning, pendekatan konsep organisasi ruang, pendekatan konsep sirkulasi ruang, pendekatan konsep bentuk, pendekatan konsep fleksibilitas bentuk dan susunan arena permainan ice skating. Bab 5 : Konsep Perencanaan dan Perancangan Mengungkapkan konsep perancangan arsitektur, konsep site terpilih, konsep zoning, konsep oeganisasi ruang, konsep sirkulasi, konsep bentuk ruang, konsep fleksibilitas bentuk dan susunan arena permainan ice skating. 9