BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB V HASIL PEMBAHASAN

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

Viscocrete Kadar 0 %

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis. Penentuan Bahan Material. Pengujian Bahan Material. Sesuai. Mix Desain. Sesuai. Pembuatan Benda Uji

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

BAB IV METODE PENELITIAN

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB III METODOLOGI. 3.1.Ruang Lingkup

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR KUARSA SEBAGAI SUBSTITUSI SEMEN PADA SIFAT MEKANIK BETON RINGAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian

PENGARUH PENGGUNAAN SILICA FUME, FLY ASH DAN SUPERPLASTICIZER PADA BETON MUTU TINGGI MEMADAT MANDIRI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

material lokal kecuali semen dan baja tulangan. Pembuatan benda uji, pengujian

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI PENGISI DALAM PEMBUATAN BETON

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Berat Tertahan (gram)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia konstruksi modern saat ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT LENTUR BETON RINGAN ALWA MUTU RENCANA f c = 35 MPa

PEMANFAATAN LIMBAH KERAMIK SEBAGAI AGREGAT KASAR DALAM ADUKAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM TERHADAP KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT HALUS BATU KAPUR KRISTALIN TUGAS AKHIR PROGRAM SI

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELTIAN

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG

STUDI PENGARUH FAKTOR AIR SEMEN TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON RINGAN DENGAN SERAT KAWAT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN GLENIUM ACE 8590 DAN FLY ASH TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON RINGAN DENGAN AGREGAT KASAR BATU APUNG

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH KOMPOSISI BETON NON-PASIR DENGAN SUBSTITUSI FLY ASH DAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT LENTUR DAN TARIK BELAH

BAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I 1

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup yang akan diteliti adalah penggantian sebagian semen Portland dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan sebesar 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, variasi ini nantinya akan disubstitusi dengan berat semen. Dalam penelitian ini, semua perlakuan menggunakan superplasticizer, karena faktor air perekat (fap) yang rendah sehingga pengerjaan sangat sulit dilakukan bila tidak menggunakan superplasticizer. Variasi superplasticizer yang digunakan adalah 0,4% dan 0,8% terhadap berat semen. Penggunaan 0,8% superplasticizer berdasarkan penggunaan maksimal yang diijinkan oleh pabrik yang tertulis pada brosur superplasticizer. Selanjutnya penggunaan 0,4% ditetapkan dari setengah penggunaan maksimal superplasticizer. Seperti diketahui beton yang menggunakan abu terbang akan menunjukkan perkembangannya setelah berumur lebih dari 28 hari (Salain, 2007). Dengan demikian dalam penelitian ini dipilih umur 28 hari dan 56 hari. Benda uji untuk masing-masing perlakuan sebanyak 3 (tiga) buah dengan 2 kali pengulangan, seperti yang ditampilkan pada Tabel 3.1, yang diuji pada umur 28 hari dan 56 hari.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 12 minggu. Tabel 3.1 Jumlah benda uji Persentase variasi Jumlah benda uji Umur 28 hari Umur 56 hari Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 1 Ulangan 2 0,4% SP + 0% FA 3 3 3 3 0,4% SP + 10% FA 3 3 3 3 0,4% SP + 20% FA 3 3 3 3 0,4% SP + 30% FA 3 3 3 3 0,4% SP + 40% FA 3 3 3 3 0,8% SP + 0% FA 3 3 3 3 0,8% SP + 10% FA 3 3 3 3 0,8% SP + 20% FA 3 3 3 3 0,8% SP + 30% FA 3 3 3 3 0,8% SP + 40% FA 3 3 3 3 Total 30 30 30 30 Pada penelitian ini dilakukan 2 kali pengulangan baik pada beton umur 28 hari dan 56 hari. Total keseluruhan benda uji adalah 120 silinder. 3.3 Penentuan Sumber Data Sumber material : 1. Agregat kasar berupa batu apung yang diambil dari desa Ijo Balit Kabupaten Lombok Timur-NTB. 2. Agregat halus berupa pasir alam berasal dari Karangasem-Bali. 3. Semen Portland tipe I merk Gresik.

4. Abu terbang berasal dari PLTU Muara Enim-Palembang-Sumatera Selatan. 5. Air PDAM. 6. Superplasticizer jenis viscocrete 3115 N. 3.4 Bahan Penelitian Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semen Portland, abu terbang, pasir, batu apung, air, dan superplasticizer. 3.5 Instrumen Penelitian Pada penelitian ini akan mempergunakan beberapa jenis peralatan utama maupun penunjang antara lain : alat uji fisik material, alat timbangan (penakar), alat pencampur beton, alat pencetak beton, alat uji tekan beton. 3.6 Prosedur Penelitian Tahap kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah seperti diagram alir yang diperlihatkan dalam Gambar 3.1.

Mulai Studi literatur Persiapan bahan dan alat Pemeriksaan bahan Pembuatan campuran beton ringan : 1. Mix design 2. Penggantian sebagian semen Portland dengan abu terbang (0%, 10%, 20%, 30%, 40%) 3. Penggunaan superplasticizer 0,4% dan 0,8% terhadap berat semen Pengujian slump Pencetakan dan perawatan benda uji Pengujian : 1. Kuat tekan beton ringan 2. Modulus elastisitas beton ringan Data Analisa data dan Pembahasan Simpulan dan saran Gambar 3.1 Bagan alir proses penelitian

3.7 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan meliputi : 1. Pengadaan bahan, meliputi semen Portland, abu terbang, pasir, batu apung, air, dan superplasticizer. 2. Persiapan alat yang akan digunakan : ketersediaan dan kondisi alat. 3.8 Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan dilakukan untuk mendapatkan sifat mekanis masing - masing material yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Air : pemeriksaan terhadap mutu air tidak dilakukan karena yang digunakan air dari PDAM dan diasumsikan telah memenuhi standar SNI 03-2847-2002. 2. Semen : pemeriksaan terhadap semen hanya dilakukan pengamatan secara visual dan memastikan semen yang akan digunakan tidak menggumpal. 3. Agregat halus (pasir), pemeriksaannya meliputi : a) Berat satuan (unit weight) b) Berat jenis (specific gravity) c) Gradasi butiran dirancang masuk dalam zone 1 d) Kadar lumpur (mud content) 4. Agregat kasar (batu apung) : a) Berat satuan (unit weight) b) Berat jenis (specific gravity) c) Gradasi butiran dirancang dengan butiran maksimum 12,5 mm d) Keausan dengan los angeles machine.

3.9 Susunan Campuran Beton Ringan Berikut merupakan langkah - langkah dalam merencanakan campuran beton ringan sesuai dengan SNI 03-3449-2002, dimana rancangan ini hanya untuk mencari proporsi rancangan campuran beton ringan. 1. Menentukan kuat tekan yang ditargetkan (f c B ) = 200 kg/cm 2 = 20 MPa 2. Menentukan nilai tambah /Margin (M) = K x S = 1,64 x 70 kg/cm 2 = 114,8 kg/cm 2 = 11,48 MPa dengan : M = nilai tambah K = tetapan statistik (1,64) S = deviasi standar (70 kg/cm 2 ) 3. Menentukan kuat tekan beton ringan yang ditargetkan (f c BR ) menurut SNI 03-3449-2002 Pasal 7.1.3 adalah (f c BR ) = (f c B ) + (M) = 20 MPa + 11,48 MPa = 31,48 MPa 4. Berat isi beton ringan (BI BR ) yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari SNI 03-2847-2002 yaitu sebesar 1900 kg/cm 2.

5. Dalam campuran beton ini digunakan semen portland tipe I dengan merk Gresik. 6. Menentukan jenis agregat yang akan digunakan, dimana jenis agregatnya sebagai berikut : - agregat kasar = batu apung - agregat halus = pasir alami 7. Menentukan berat jenis agregat. Untuk mendapatkan nilai dari berat jenis agregat, baik agregat halus maupun kasar maka dilakukan pengujian terhadap material di laboratorium. Hasil yang didapat adalah sebagai berikut : - agregat kasar = 1,112 - agregat halus = 2,273 8. Menentukan nilai kuat hancur agregat kasar Dalam menentukan nilai kuat hancur agregat, maka digunakan grafik hubungan antara kuat hancur agregat ringan dengan berat jenis batu apung (Gambar 3 SNI 03-3449-2002). Hasil yang didapat adalah (f C A) = 6,03 MPa. 9. Menentukan nilai kuat tekan adukan atau mortar (f C M) Dalam menentukan nilai kuat tekan adukan (f C M), maka digunakan rumus fraksi agregat ringan kasar (nf) sebagai berikut : (nf) = 0,35 BBBB MM BBBB BB BBBB MM pppp = ff cccc llllll ff cccc llllll ff cccc ff cccc 0,5. Dengan memasukkan nilai (f C A) untuk batas bawah 0,35 dan batas atas 0,50 maka kuat tekan adukan atau mortar dapat dihitung sebagai berikut :

(f cm) untuk nf = 0,35 nf = llllll (ff cccc/ff cccc) llllll (ff cccc/ff cccc) 0,35 (log 6,03 log f cm) = log (20 log f cm) 0,35 (0,780 log f cm) = (1,301 log f Cm) 0,65 log f cm = 1,028 f cm = 38,16 MPa (f cm) untuk nf = 0,50 nf = llllll (ff cccc/ff cccc) llllll (ff cccc/ff cccc) 0,50 (log 6,03 log f cm) = log (20 log f cm) 0,50 (0,780 log f cm) = (1,301 log f Cm) 0,50 log f cm = 0,911 f cm = 66,39 MPa 10. Menentukan nilai f cm yang digunakan. Dari perhitungan sebelumnya didapat nilai f cm untuk batas bawah dan batas atas. Dalam perancangan ini digunakan nilai f cm untuk batas bawah, yakni sebesar 38,16 MPa pada nf 0,35. 11. Menentukan nilai faktor air perekat (fap) Untuk mendapatkan fap, maka digunakan grafik hubungan antara kuat tekan adukan (f cm) dengan fap (Gambar 7 SNI 03-3449-2002). Dari grafik tersebut diperoleh nilai fap adalah 0,32 sehingga susunan campuran adukan dapat diperoleh dari tabel pada (Gambar 7 SNI 03-3449-2002).

12. Melakukan susunan campuran adukan Berdasarkan nilai fap yang didapatkan dari grafik sebelumnya, maka didapatkan susunan campuran adukan beton ringan sebagai berikut : Semen = 502 kg/m 3 Air = 161 kg/m 3 Pasir = 1626 kg/m 3 Harga ini digunakan untuk menghitung susunan campuran beton 13. Menghitung susunan campuran beton per m 3 Oleh karena telah ditetapkan pada perhitungan sebelumnya bahwa fraksi agregat kasar yang digunakan adalah 0,35, maka volume adukannya pun harus 0,35. Dengan demikian susunan susunan campuran beton per m 3 adalah sebagai berikut: Semen = (1-nf) x 502 = 326,30 kg/m 3 Air = (1-nf) x 161 = 104,65 kg/m 3 Pasir = (1-nf) x 1626 = 1056,90 kg/m 3 Agregat kasar = ρa x nf x 1000 = 389,20 kg/m 3 Total = 1877,05 kg/m 3 14. Menghitung volume silinder V= ¼ π d 2 t = ¼ π 0,15 2. 0,30 = 5,3036 x 10-3 m 3 14.1 Digunakan 3 silinder, maka V = 3 x 5,3036 x 10-3 m 3 = 0,0159108 m 3

14.2 Tambahan 10% untuk susut, maka V = (0,0159108 m 3 x 10%) + 0,0159108m 3 = 0,01750188 m 3 15. Melakukan koreksi terhadap susunan campuran beton Oleh karena agregat yang akan digunakan biasanya sudah mengandung kadar air. Maka susunan campuran beton masih perlu dikoreksi lagi terhadap jumlah air yang sudah diserap tersebut. Untuk koreksi terhadap air : = B - (Ck - Ca) x C/100 - Dk Da) x D/100 = 104,65 - (4,080-5,530) x 1056,9/100-4,23 x 31,072) x 389,2/100 = 164,806 kg/m 3 Untuk koreksi terhadap agregat halus = C + (Ck - Ca) x C/100 = 1056,9 + (4,080-5,530) x 1056,9/100 = 1002,533 kg/m 3 Untuk koreksi terhadap agregat kasar = D + (Dk - Ca) x D/100 = 389,2 + (4,23-5,530) x 389,2/100 = 371,907 kg/m 3

16. Susunan campuran beton setelah dikoreksi menjadi Semen = 326,3 kg/m 3 x 0,01750188 = 5,710 kg Air = 164,806 kg/m 3 x 0,01750188 = 2,884 kg Pasir = 1002,533 kg/m 3 x 0,01750188 = 17,546 kg Agregat kasar = 371,907 kg/m 3 x 0,01750188 = 6,509 kg 17.Proporsi susunan campuran beton ringan dengan varian abu terbang dan superplasticizer. No Perlakuan Beton Tabel 3.2 Proporsi susunan campuran beton ringan Pasir (kg) Semen (kg) Batu Apung (kg) Abu Terbang (kg) SP (gr) Air (kg) 1 0% FA + 0,4% SP 17,546 5,710 6,509 0 22,84 2,884 2 10 % FA + 0,4% SP 17,546 5,139 6,509 0,571 22,84 2,884 3 20% FA + 0,4% SP 17,546 4,568 6,509 1,142 22,84 2,884 4 30% FA + 0,4% SP 17,546 3,997 6,509 1,713 22,84 2,884 5 40% FA + 0,4% SP 17,546 3,426 6,509 2,284 22,84 2,884 6 0% FA + 0,8% SP 17,546 5,710 6,509 0 45,68 2,884 7 10 % FA + 0,8% SP 17,546 5,139 6,509 571 45,68 2,884 8 20% FA + 0,8% SP 17,546 4,568 6,509 1,142 45,68 2,884 9 30% FA + 0,8% SP 17,546 3,997 6,509 1,713 45,68 2,884 10 40% FA + 0,8% SP 17,546 3,426 6,509 2,284 45,68 2,884 Keterangan : FA = abu terbang (fly ash) SP = Superplasticizer 3.10 Cara Pencampuran Bahan Beton Setelah semua bahan ditimbang, maka dilakukan pencampuran kering antara semen dan abu terbang sampai terbentuk campuran yang homogen. Pencampuran adukan beton dilakukan dengan menggunakan concrete mixer dengan urutan penuangan material dimulai dari batu apung, pasir, semen Portland dan abu terbang. Setelah semua bahan ini tercampur dengan baik, maka dilakukan penuangan air yang telah ditakar sesuai kebutuhan secara bertahap sehingga

seluruh adukan beton tercampur secara homogen. Terakhir dilakukan penuangan superplasticizer ke dalam adukan beton sesuai dengan takaran yang sudah ditentukan. Kemudian beton dituangkan ke dalam cetakan secara bertahap sampai tiga lapis, dimana setiap lapis digetarkan dengan meja getar. 3.11 Pengujian Slump 1. Tujuan percobaan untuk mengetahui kekentalan adukan beton, maka dilakukan pengujian slump yang dapat menggambarkan kelecakan (workability) beton segar. 2. Alat yang digunakan yaitu kerucut Abrams dan perlengkapannya. 3.12 Pembuatan Benda Uji 1. Alat yang digunakan antara lain : cetakan berbentuk silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. 2. Proses pencetakan dilakukan dengan langkah - langkah sebagai berikut : 1. Adukan dituangkan ke dalam cetakan setelah nilai slump didapat, adukan dituangkan secara bertahap 3 lapis, masing-masing lapis dipadatkan secara merata. 2. Cetakan dibuka setelah berumur 24 jam, kemudian dilakukan perawatan dengan karung goni basah sampai umur uji 28 hari dan 56 hari. 3.13 Pengujian Properti Mekanik Beton Setelah semua proses dari pemeriksaan bahan sampai perawatan benda uji dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah pengujian properti mekanik beton

pada umur 28 hari dan 56 hari terhadap masing-masing benda uji. Pengujian properti mekanik meliputi : 1. Pengujian kuat tekan beton Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan cara benda uji silinder di set pada mesin uji tekan dengan posisi jarum sama dengan nol saat piston menyentuh permukaan benda uji. Setelah semuanya siap, mesin tekan mulai dijalankan dengan kecepatan konstan. Pembacaan ini dilakukan sampai beban maksimum yang dapat diterima oleh masing - masing benda uji. Selanjutnya kuat tekan beton dihitung dengan rumus (2.1). 2. Pengujian modulus elastisitas Pengujian perpendekan dilakukan secara bersamaan dengan pengujian kuat tekan. Benda uji silinder diberi alat pengukur perpendekan yang telah dilengkapi dengan jarum penunjuk, selanjutnya silinder tersebut diset pada mesin uji tekan dengan posisi jarum sama dengan nol saat piston menyentuh permukaan benda uji. Setelah semuanya siap, mesin tekan mulai dijalankan. Pada tiap interval 20 KN dilakukan pembacaan pada jarum penunjuk perpendekan dan dicatat nilai beban dan perpendekannya. Pembacaan ini dilakukan berulang sampai silinder beton retak/hancur, sehingga didapat sekaligus nilai kuat tekan dan perpendekan beton. Dari data kuat tekan dan perpendekan beton. Dari data perpendekan beton, dapat dihitung nilai tegangan dan regangan beton, selanjutnya modulus elastisitas beton dihitung dengan rumusan (2.2).

3.14 Analisis Data Setelah semua data hasil pembebanan didapat, maka dilakukan perhitungan terhadap nilai kuat tekan dan modulus elastisitas. Hasil yang didapat dibuat ke dalam bentuk tabel dan grafik, serta dilakukan pembahasan mengenai hasil yang didapat. Terakhir dilakukan simpulan dan saran terhadap hasil pengujian.