BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II SISTEM MENGAPUNG (FLOATING SYSTEM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis

zat alc.if dari tablet dapat diatur mtuk tujuan tertentu (Banker &

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Granul merupakan sediaan multiunit berbentuk agglomerat dari

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

OPTIMASI FORMULA TABLET FLOATING IBUPROFEN MENGGUNAKAN HPMC K4M AMILUM KULIT PISANG AGUNG DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI FLOATING AGENT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Oleh: HADI CAHYO K

OPTIMASI FORMULA TABLET FLOATING METFORMIN HIDROKLORIDA MENGGUNAKAN POLIMER HPMC K4M

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bioavailabilitasnya meningkat hingga mencapai F relsl = 63 ± 22 %

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Pemberian obat secara bukal adalah pemberian obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa pipi. Pemberian sediaan melalui

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa masalah fisiologis, termasuk waktu retensi lambung yang

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

OPTIMASI FORMULA TABLET FLOATING METFORMIN HIDROKLORIDA MENGGUNAKAN POLIMER GUAR GUM

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI SANASHTRIA PRATIWI K Oleh :

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

OPTIMASI FORMULA TABLET FLOATING METFORMIN HCl MENGGUNAKAN HPMC K4M AMILUM KULIT PISANG AGUNG DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI FLOATING AGENT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASIKOMBINASI MATRIKSHIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DAN NATRIUM ALGINAT UNTUK FORMULA TABLET KAPTOPRIL LEPAS LAMBAT SISTEM FLOATING SKRIPSI

OPTIMASI NATRIUM BIKARBONAT DAN ASAM SITRAT SEBAGAI KOMPONEN EFFERVESCENT PADA TABLET FLOATING NIFEDIPIN

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Depkes RI,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gliklazid adalah agen anti hiperglikemia yang digunakan secara oral untuk pengobatan non-insulin dependent diabetes mellitus. Gliklazid termasuk dalam golongan sulfonilurea. Sulfonilurea meningkatkan pemanfaatan glukosa perifer, menurunkan glukoneogenesis hepatik dan dapat meningkatkan jumlah dan sensitivitas reseptor insulin. Durasi aksinya sebesar 10-24 jam dan mampu berikatan dengan protein plasma hingga 94%. Puncak konsentrasi plasma terjadi dalam waktu 4-6 jam pada pemberian secara oral (Sarkar et al, 2011). Gliklazid sebagian besar diabsorbsi di lambung (Jadhav and Chandratreya, 2014). Dosis gliklazid yang berada di pasaran untuk bentuk immediate release sebesar 80 mg, sedangkan untuk bentuk modified release dosisnya sebesar 30 mg dan 60 mg. Penggunaan tablet gliklazid MR lebih menguntungkan karena resiko efek samping yang berupa hipoglikemia sangat jarang terjadi. Penggunaan glilklazid yang sekali sehari juga dapat mengurangi resiko terjadi penurunan berat badan. Pasien yang menggunakan gliklazid yang modified release memiliki berat badan yang stabil (Mogensen, 2007). Absorbsi gliklazid yang baik di saluran cerna, membuatnya cocok untuk diformulasikan sebagai floating tablet. Hal tersebut telah didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Jadhav dan Chandratreya (2014) yaitu memformulasikan gliklazid sebagai floating tablet. Disolusi yang dihasilkan tablet tersebut berkisar antara 95%-100% (Jadhav and Chandratreya, 2014). 1

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Sebagian besar, tablet digunakan pada pemberian obat secara oral atau melalui mulut (Allen, Propovich, dan Ansel, 2013). Sediaan tablet mengapung atau Floating Drug Delivery System (FDDS) adalah suatu sistem yang mampu memperpanjang waktu tinggal sediaan di lambung. Sistem penghantaran obat ini memiliki kerapatan massa yang kurang dari cairan lambung tanpa mempengaruhi pengosongan lambung. Mekanisme kerja dari FDDS adalah sediaan akan mengapung di lambung, kemudian obat ini dirilis perlahan. Setelah obat dilepaskan, residu akan dikeluarkan dari lambung. Pengapungan sistem FDDS dapat dicapai dengan menggabungkan ruang tempat pengapungan obat dengan gas inert, udara, atau dengan cara vacuum. Kelebihan dari sistem ini adalah mampu meningkatkan bioavailabililtas dan mengurangi residu obat. Namun, sistem ini terbatas untuk obat yang memiliki absorpsi yang baik di lambung atau usus halus bagian atas dan tidak bersifat mengiritasi lambung (Narang, 2010). FDDS dibagi menjadi 2 sistem yaitu sistem non-eferfesen dan sistem eferfesen. Sistem non-eferfesen mampu membentuk gel, mudah mengembang, matriksnya berupa golongan selulosa hidrokoloid (misalnya hidroksil etil selulosa, hidroksil propil selulosa, hidroksipropil metil selulosa [HPMC] dan natrium karboksi metil selulosa), polisakarida atau matriks pembentukan polimer (misalnya, polikarbopil, poliakrilat, dan 2

polistiren). Setelah pemberian oral, sediaan akan mengembang setelah kontak dengan cairan lambung dan mencapai kepadatan massa < 1. Udara yang terperangkap dalam matriks akan membuat obat mengapung. Sistem eferfesen menggunakan matriks seperti metilselulosa dan kitosan dan berbagai macam senyawa eferfesen, misalnya natrium bikarbonat, asam tartrat dan asam sitrat. Mereka diformulasikan sedemikian rupa sehingga ketika berhubungan dengan asam lambung, CO 2 dibebaskan dan terperangkap dalam hidrokoloid, yang membuat sediaan mengapung. (Narang, 2010). Sumber basa, umumnya adalah garam karbonat yang padat dan kering yang dapat menghasilkan gas karbondioksida pada sebagian besar produk eferfesen. Bentuk bikarbonat dan karbonat merupakan bahan yang paling sering digunakan karena sifatnya yang reaktif. Sumber karbonat yang dapat digunakan adalah natrium bikarbonat, natrium karbonat, kalium bikarbonat, kalium karbonat, natrium seskuikarbonat, natrium glisin karbonat, L-lisin karbonat, arginin karbonat, kalsium karbonat amorf. Natrium bikarbonat merupakan sumber utama karbondioksida dalam sistem eferfesen. Natrium bikarbonat dipergunakan dalam sediaan eferfesen karena stabil ketika diformulasikan dalam bentuk eferfesen dan kemampuannya mengabsorpsi kelembapan dengan baik sehingga mencegah reaksi eferfesen yang pertama (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). Pada penelitian yang dilakukan oleh Chowdary dan Hussainy (2012), konsentrasi natrium bikarbonat yang digunakan sebagai floating agent tunggal dalam menghasilkan gas karbondioksida dalam penelitian mengenai formulasi floating tablet Gliklazid sebesar 7,5% dan 10%. Sedangkan dalam 3

penelitian ini, konsentrasi natrium bikarbonat yang digunakan adalah 10% dan 12,5%. Bahan tambahan yang sangat berperan dalam sediaan tablet lepas lambat adalah polimer yang berfungsi sebagai controlled release agent. Polimer yang bisa digunakan sebagai controlled release agent adalah amilum dan HPMC. Amilum merupakan polimer alami, murah, dan bersifat biodegradable. Amilum banyak ditemukan dalam daun tanaman, batang, akar, umbi, kacang-kacangan. Sumber utama amilum adalah jagung (82%), gandum (8%), kentang (5%) dan ubi kayu (5%). Dalam dunia kefarmasian, amilum dapat berfungsi sebagai bahan penghancur tablet, polimer untuk tablet lepas lambat dan bahan pengikat tablet (Ochobiojo and Rodrigues, 2012). Amilum juga dapat diperoleh dari kulit pisang. Pisang merupakan tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Buah pisang selain sebagai sumber vitamin dan mineral, juga berkhasiat untuk penyembuhan anemia, mengurangi tekanan darah, mencegah stroke, menghindari penyumbatan pada pembuluh darah, dan menghindari kepikunan. Tidak hanya buahnya, bagian-bagian lain dari pisang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Salah satunya adalah kulit pisang. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat (zat pati) sebesar 18,50% (Munadjim, 1984). HPMC K4M adalah eter selulosa yang dapat digunakan sebagai dasar untuk matriks hidrofilik untuk sistem pelepasan terkontrol sediaan oral. Matriks dapat dikempa dengan metode granulasi basah atau kompresi langsung (Ghosal, Chakrabarty, and Nanda, 2011). HPMC, dengan tingkat 4

hidrasi dan viskositas yang tepat, digunakan sebagai floating agent dan populer dalam penyusunan sistem pelepasan obat terkendali. HPMC K4M memiliki beberapa karakteristik yaitu kapasitas yang tinggi untuk memuat obat, kompresi yang mudah ke tablet dan tidak beracun (Al-Achi, Gupta, and Stagner, 2013). Konsentrasi HPMC K4M yang digunakan sebagai floating agent dalam penelitian mengenai formulasi floating tablet Metformin HCl sebesar 15% dan 20% (Hadi, 2013). Pada penelitian ini, konsentrasi HPMC K4M ditingkatkan menjadi 32% dan 33,3%. Untuk mengatasi masalah dalam formulasi sediaan tablet maka perlu dilakukan penelitian mengenai optimasi formula tablet floating gliklazid menggunakan kombinasi amilum kulit pisang agung-hpmc K4M dan natrium bikarbonat sebagai floating agent. Dalam penelitian ini, amilum digunakan untuk membantu HPMC agar cepat mengembang sehingga tablet bisa segera mengapung. Amilum memiliki sifat hidrofilik sehingga air dengan mudah masuk ke dalam tablet. Sifat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kinanti (2015) yang menggunakan amilum kulit pisang agung sebagai pengikat. Konsentrasi amilum yang digunakan sebesar 2% dan 4% dan menghasilkan tablet yang memiliki kekerasan tablet yang berkisar antara 4,6 6,66 Kp. Peningkatan konsentrasi amilum kulit pisang diikuti dengan peningkatan kekerasan tablet. Namun, peningkatan kekerasan tablet tidak diikuti dengan semakin lamanya waktu hancur. Hal ini disebabkan karena ketika amilum kontak dengan air, tablet akan mengembang dan memutus ikatan antar partikel dalam tablet sehingga tablet akan hancur. Selain itu, sifat hidrofilik dari amilum juga didukung oleh kandungan amilosa yang terdapat dalam amilum, dimana amilosa bersifat larut air (Greenwood and Munro, 1979). 5

Sifat amilum yang hidrofilik ini membantu HPMC untuk dapat segera mengembang dan membentuk gel sehingga tablet dapat mengapung dan pelepasan obat menjadi dapat diperlambat. Selain itu, amilum juga mampu membentuk gel dengan cepat sehingga pelepasan obat pada menit-menit awal dapat terkendali. Dalam penelitian ini, perbandingan HPMC K4M dan amilum kulit pisang agung yang digunakan sebesar 5:1 dan 4:1. Selama proses orientasi, perbandingan HPMC K4M dan amilum kulit pisang agung yang lebih besar dari 5:1 akan menimbulkan kekuatan mekanik gel yang besar dalam tablet sehingga tablet belum hancur sempurna sampai 2 hari dan perbandingan yang lebih kecil dari 4:1 akan membuat tablet lebih mudah hancur saat mengapung di menit-menit awal. Optimasi adalah suatu teknik yang memberikan keuntungan baik pemahaman maupun maupun kemudahan dalam mencari dan memakai suatu range faktor-faktor untuk formula dan prosesnya. Salah satu golongan desain yang sering digunakan ketika sejumlah faktor-faktor dibatasi disebut dengan desain faktorial. Jumlah percobaan yang dilakukan sebanyak 2 n, dengan 2 adalah jumlah tingkat dan n adalah jumlah faktor. Faktor adalah variabel yang ditetapkan, sedangkan tingkat adalah harga yang ditetapkan untuk faktor. Tingkat rendah biasanya diidentifikasikan dengan tanda (-), tingkat tinggi dengan tanda (+). Nilai tingkat harus berada dalam rentang angka baku (-1) sampai (+1), sehingga nilai sesungguhnya harus diubah dulu menjadi bentuk yang berada dalam rentang angka baku tersebut. Berdasarkan metode ini, dapat ditentukan persamaan dan contour plot yang dapat digunakan untuk menentukan level pasangan faktor yang menghasilkan respon seperti yang diinginkan (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013). 6

Berdasarkan pemaparan di atas, akan dilakukan penelitian mengenai optimasi tablet gliklazid yang diformulasikan sebagai tablet floating dengan kombinasi HPMC K4M-amilum kulit pisang agung dan natrium bikarbonat sebagai floating agent, laktosa monohidrat sebagai bahan pengisi, PVP K-30 sebagai bahan pengikat, magnesium stearat sebagai lubricant menggunakan metode optimasi dengan desain faktorial untuk memperoleh formula optimum menggunakan 2 faktor yaitu kombinasi HPMC K4M-amilum kulit pisang agung dan konsentrasi natrium bikarbonat terhadap mutu fisik tablet (kekerasan tablet dan kerapuhan tablet), floating lag time, floating time, dan pelepasan obat yang diukur melalui profil disolusi dan konstanta laju disolusi. 1.2 Rumusan Masalah - Bagaimana pengaruh rasio amilum kulit pisang agung HPMC K4M dan konsentrasi natrium bikarbonat sebagai floating agent serta interaksi keduanya terhadap mutu fisik tablet (kekerasan, kerapuhan), floating lag time, floating time, dan pelepasan obat dari tablet floating gliklazid? - Apa formula optimum tablet floating gliklazid yang menggunakan amilum kulit pisang agung HPMC K4M dan natrium bikarbonat sebagai floating agent yang memiliki mutu fisik tablet (kekerasan, kerapuhan), floating lag time, floating time, dan pelepasan obat yang memenuhi persyaratan? 7

1.3 Tujuan Penelitian - Mengetahui pengaruh rasio amilum kulit pisang agung HPMC K4M dan konsentrasi natrium bikarbonat sebagai floating agent serta interaksi keduanya terhadap mutu fisik tablet (kekerasan, kerapuhan), floating lag time, floating time, dan pelepasan obat dari tablet floating gliklazid. - Memperoleh formula optimum tablet floating gliklazid yang menggunakan amilum kulit pisang agung HPMC K4M dan natrium bikarbonat sebagai floating agent yang memiliki mutu fisik tablet (kekerasan, kerapuhan), floating lag time, floating time, dan pelepasan obat yang memenuhi persyaratan. 1.4 Hipotesis Penelitian - Rasio amilum kulit pisang agung HPMC K4M dan konsentrasi natrium bikarbonat sebagai floating agent serta interaksi keduanya berpengaruh terhadap mutu fisik tablet (kekerasan, kerapuhan), floating lag time, floating time, dan pelepasan obat dari tablet floating gliklazid. - Dapat diperoleh formula optimum tablet floating gliklazid menggunakan amilum kulit pisang agung HPMC K4M pada perbandingan tertentu dan natrium bikarbonat pada konsentrasi tertentu sebagai floating agent untuk menghasilkan tablet floating yang memenuhi persyaratan mutu fisik tablet (kekerasan, kerapuhan), floating lag time, floating time, dan pelepasan obat. 8

1.5 Manfaat Penelitian - Meningkatkan pemanfaatan amilum yang berasal dari kulit pisang agung sebagai floating agent pada sediaan tablet floating gliklazid. - Mengembangkan dan menemukan formula tablet floating gliklazid menggunakan amilum kulit pisang agung yang dikombinasi dengan HPMC K4M dan natrium bikarbonat sebagai floating agent. 9