BAB II KAJIAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bibliometrika berasal dari kata biblio atau bibliography dan metrics, biblio

OBSOLESCENCE: Mengenal Konsep Keusangan Literatur dalam Dunia Kepustakawanan

ANALISIS PARO HIDUP LITERATUR PADA JURNAL INFORMATION RESEARCH PERIODE

Universitas Sumatera Utara

Usia Paro Hidup dan Keusangan Literatur Jurnal Skala Husada Volume 11, 12 Tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada tahun 1969 (Sulistyo-Basuki 2002,2). Istilah bibliometrika berasal dari kata

BAB II KAJIAN TEORITIS

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuannya, mengembangkan diri dan pemenuhan kebutuhan dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS. Sementara itu Sulistyo-Basuki (1990:16) menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa untuk melakukan penelitian. Dokumen yang banyak digunakan dalam

BAB II TINJAUAN LITERATUR

ANALISIS SITIRAN JURNAL PADA SKRIPSI MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN TAHUN 2014 DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO

ANALISIS PARO HIDUP USIA LITERATUR PADA ARTIKEL JURNAL AL-MAKTABAH TAHUN

BAB I. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu

BAB II KAJIAN TEORITIS. Pengertian lain menurut Koswara (2003, 3) bahwa:

ABSTRACT ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. Rochani Nani Rahayu 1*, Tupan 1*, Mardiana 2

BAB I PENDAHULUAN. keaslian penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

UJI PARUH HIDUP ARTIKEL PADA MAJALAH ILMIAH BAWAL: WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lusi Anggraini 1, Bakhtaruddin Nst 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola produktivitas pengarang...,malta Nelisa, FIB Universitas UI, 2009 Indonesia

Kajian Bibliometrika Menggunakan Analisis Sitiran terhadap Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNP Tahun

ANALISIS SITIRAN TERHADAP SKRIPSI MAHASISWA JURUSAN SASTRA INGGRIS TAHUN 2012 DI PERPUSTAKAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNDIP

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

STUDI BIBLIOMETRIK DAN SEBARAN TOPIK PENELITIAN PADA JURNAL HAYATI TERBITAN

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Menurut ALA Glossary of Library and Information Science (1983, 43), yang

CHARACTERISTICS OF ARTICLE AND CHARACTERISTICS OF CITATION IN THE JURNAL BAHASA DAN SENI

ANALISIS SITIRAN JURNAL KEDOKTERAN PERGURUAN TINGGI (Trisakti, Universitas Maranatha, UKI Atmajaya)

PENGARUH JENJANG JABATAN FUNGSIONAL PENELITI TERHADAP PENGGUNAAN LITERATUR UNTUK RUJUKAN KARYA TULIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan kategori kajian

BAB III METODOLOGI DAN OBJEK PENELITIAN. dokumen dengan teknik analisis referensi (Sulistiyo-Basuki 2004, 73).

Zulmaisar. St 1, Elva Rahmah 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang

PRODUKTIVITAS PENGARANG ARTIKEL BIDANG ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI DI INDONESIA TAHUN : ANALISIS BIBLIOMETRIKA MENGGUNAKAN HUKUM LOTKA

Analisis Sitiran terhadap Disertasi Program Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Analisis Sitiran Terhadap Disertasi Program Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

1 Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

USIA PARO HIDUP DAN KEUSANGAN LITERATUR JURNAL SKALA HUSADA THE JOURNAL OF HEALTH VOLUME 11 NOMOR 1 DAN 2, VOLUME 12 NOMOR 1 DAN 2, TAHUN

Oleh: Sri Wulan ABSTRAK

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Khoirul Maslahah IAIN Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat luar biasa bagi kehidupan masyarakat banyak. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. informasi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DENGAN PENGGUNAAN BAHAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI BAHAN RUJUKAN. Noer Aida ABSTRAK

ANALISIS KETERPAKAIAN REFERENSI : STUDI KASUS KUMPULAN ORASI ILMIAH PENGUKUHAN PUSTAKAWAN UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) merupakan

KETERSEDIAAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN) JAKARTA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN PENULISAN KARYA ILMIAH:

Analisis Bibliometrika terhadap Publikasi Hasil Penelitian AIDS di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Bibliometrika terhadap Artikel Penelitian Penyakit Malaria di Indonesia Tahun 1970 April 2004 Menggunakan Database Online PubMed

ANALISIS BIBLIOMETRIK PADA BULETIN PALAWIJA A Bibliometric Analysis on the Buletin Palawija

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo Basuki,1993:1.6). secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi.

Bab I Pendahuluan. Fungsi tersebut adalah sebagai sarana simpan karya manusia, fungsi informasi,

BABII KAJIAN TEORITIS

ANALISIS BIBLIOMETRIKA MENGGUNAKAN KAIDAH LOTKA PADA PRODUKTIVITAS PENULIS ARTIKEL BIDANG PERTANIAN DI INDONESIA PEGGY ANTONETTE SOPLANTILA

FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Analisis Sitiran terhadap Skripsi Jurusan Kartografi dan Penginderaan Jauh / Purwani Istzana

PRODUKTIVITAS DOSEN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PADA JURNAL TERINDEKS SCOPUS: SUATU KAJIAN BIBLIOMETRIK

LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

INFORMASI BIDANG EKONOMI DALAM ARTIKEL MAJALAH ILMIAH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMANFAATAN KAJIAN BIBLIOMETRIKA SEBAGAI METODE EVALUASI DAN KAJIAN DALAM ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Is Citation Analysis A Legitimate Evaluation Tool.?:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai

Chiftul Mawalia Anwar ( ) ABSTRAK ABSTRACT

Analisis Sitiran sebagai Alat Evaluasi Koleksi Perpustakaan. Citation Analisis as a Tool of Library Collections Evaluation

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemanfaatan E-journal oleh Mahasiswa: Kajian Analisis Sitasi Terhadap Tesis Mahasiswa Klaster Saintek Universitas Gadjah Mada**)

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi informasi adalah munculnya perkembangan informasi yang

BAB 3 METODE PENELITIAN

Engkos Koswara Natakusumah 1 *

BAB III METODE PENELITIAN

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SARI KARANGAN ILMIAH

SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANFAAT PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA UPT PERPUSTAKAAN UNIMA UNTUK TEMU KEMBALI INFORMASI OLEH MAHASISWA FAKULTAS MIPA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang

Oleh Wiwin Septia Dewi ( ) Program Studi S1 Ilmu Informasi & Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRACT

CIRI-CIRI KEPENGARANGAN DAN PENGGUNAAN LITERATUR DALAM MAJALAH INDONESIA BIDANG ILMU-ILMU SOSIAL

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Pelayanan Sumber Informasi di Perpustakaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran merupakan masalah ekonomi makro yang berpengaruh langsung bagi

PERAN FASILITAS PERPUSTAKAAN TERHADAP KINERJA PUSTAKAWAN DI BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI PROVINSI SULAWESI UTARA

PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI Oleh : Sjaifullah Muchdlor, S.Pd

PRODUKTIFITAS PENULIS ARTIKEL MAJALAH ILMIAH PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA MENGGUNAKAN DALIL LOTKA

HUKUM ZIPF Mengenai Frekuensi Kata dalam Dokumen Sebagai Dasar Pengembangan Sistem Pengindeksan Otomatis (automatic indexing)

PERTEMUAN 7 HIPOTESIS PENELITIAN

Berikut adalah pengertian dokumen dari beberapa sumber, antara lain : 1. Kamus Umum Bahasa Indonesia, menyebutkan :

DESKRIPSI MATA KULIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan

agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang dan menjadi objek inferensi, Statistika inferensi mendasarkan diri pada dua

ABSTRAK. Keyword : Bibliometrika, Analisis Sitiran, Karya Akhir PPDS ABSTRACT

BAB II METODE PENELITIAN

PEMBUATAN INDEKS BERANOTASI JURNAL ILMIAH BIDANG HUMANIORA DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X

PELAYANAN RUJUKAN /REFERENSI

PEMBUATAN BIBLIOGRAFI BERANOTASI TERBITAN BANK INDONESIA KHUSUS KAJIAN EKONOMI REGIONAL TAHUN DI PERPUSTAKAAN KPW BI WILAYAH VIII

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Bibliomerika 2.1.1 Sejarah Ringkas dan Pengertian Bibliometrika Bibliometrika berasal dari kata biblio atau bibliography dan metrics, biblio berkaitan dengan mengukur. Jadi bibliometrics berarti mengukur atau menganalisis buku/literatur dengan menggunakan pendekatan matematika dan statistika. (Diodato yang dikutip oleh Hartinah, 2005:350) Menurut Pritchard yang dikutip oleh Glanzel (2003), bibliometrics is the application of mathematical and statistical methods to books and other media of communication, hal ini berarti bibliometrik adalah aplikasi matematika dan metode statistik untuk buku dan media komunikasi lainnya. Ming yang dikutip oleh Dewiyana (2010) menyatakan bahwa, Bibliometrics is the quantitative study of literature as it is reflected in bibliographies. Dapat diartikan bahwa bibliometrika merupakan kajian kuantitatif terhadap literatur yang dinyatakan dalam bibliografi. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Harande (2001:1) : It refers to the application of statistical techniques to the literature of a given subject. Bibliometrics studies the patterns of communication between documented information and the potential users of information. Dari uraian tersebut, diambil kesimpulan bahwa bibliometrika merupakan penerapan metode matematika dan statistika untuk menganalisis jurnal ilmiah dan bentuk-bentuk komunikasi tertulis lainnya. Fairthorne (1969) mendefinisikan bibliometrika sebagai kajian kuantitatif dari komunikasi tercetak dan sifat-sifat yang ditimbulkan. Definisi Fairthorne menunjukkan bahwa penerapan bibliometrika terbatas pada pengkajian secara kuantitatif informasi terekam. Sedangkan, menurut Nicholas dan Richie yang dikutip oleh Mustikasari (2008:2) menekankan bahwa lingkup kajian bibliometik bertujuan untuk menyediakan informasi tentang pengetahuan dan bagaimana mengkomunikasikannya.

Bibliometrika merupakan bagian dari informetrika yang mengkaji aspek kuantitatif informasi terekam (recorded) dengan tujuan untuk mencari bentukbentuk keteraturan dalam proses komunikasi formal. Bibliometrika merupakan studi mengenai produksi dan penyebaran informasi yang secara operasional dikaji melalui produksi dan penyebaran media yang merekam informasi untuk disimpan dan disebarluaskan. Menurut Bremholm yang dikutip oleh Dewiyana (2010) berpendapat bahwa : Bibliometrics is defined as the study of patterns in the publication and use of documents, while bibliometric laws define predictable relationships in those patterns. Dari definisi tesebut, dijelaskan bahwa bibliometrika mengkaji pola publikasi dan penggunaan dokumen. Dokumen yang menjadi objek kajian utama dari bibliometrika adalah dokumen primer dan yang paling dominan adalah majalah ilmiah (jurnal ilmiah), karena jurnal dianggap sebagai media penting dalam komunikasi ilmiah, merupakan pengetahuan publik serta arsip umum yang dapat dibaca oleh siapa saja setiap saat. Bibliometrika yang mengkaji distribusi publikasi merupakan kajian kuantitatif terhadap literatur, hal ini ditandai dengan munculnya tiga dalil dasar bibliometrika, yaitu dalil Lotka untuk menghitung distribusi produktivitas berbagai pengarang, dalil Zipf untuk memberi peringkat kata dan frekuensi dalam literatur dan hukum Bradford untuk menentukan core journal suatu subjek tertentu. Sudjana yang dikutip oleh Mustikasari (2008:29) menyatakan bahwa: Bibliometrik merupakan salah satu bidang studi yang belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bibliometrik dikenal hanya sebatas sebagai daftar rujukan. Bila ditelaah secara serius, bibliometrik bisa menjadi kaca untuk sebuah disiplin ilmu atau peta dari sebuah profesi. Merujuk pada pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa bibliometrik sebagai ilmu yang menerapkan penelitiannya pada bibliografi bukan hanya sebatas penelitian terhadap daftar rujukan, akan tetapi bibliografi tersebut dapat dijadikan cermin untuk melihat perkembangan suatu disiplin ilmu. Bibliometrika sendiri berasal dari bahasa Yunani asal kata biblio dan metrika. Biblio artinya buku atau catalog dan metrika artinya satuan ukuran yang diterapkan untuk menghitung (mengukur) informasi. Jadi Bibliometrika adalah : suatu kajian yang menggunakan dokumen atau publikasi lainnya untuk dikaji dan diukur dengan menerapkan metode matematika dan statistik.

Kajian bibliometika merupakan penerapan dari sosiologi ilmu pengetahuan. Selain sebagai penerapan sosiologi ilmu, kajian bibliometrik juga digunakan untuk analisis sitasi guna meneliti kualitas publikasi individu, peneliti unggulan dan wibawa lembaga penelitian. Penerapan lainnya dalam kajian bibliometrik adalah penelitian kolaborasi. Kajian bibliometrika mengelompokkan suatu literatur ke dalam tiga bagian yang dikaji yaitu: 1. Objek dari literatur yang dikaji, 2. Isi objek dan bahan materi yang dikaji, 3. Kegunaan (manfaat) dari materi yang dikaji. Ilmu Pengetahuan berkembang pesat sejak ditemukannya mesin cetak sebagai sarana pengganda hasil informasi terekam. Dampak dari mesin cetak adalah meningkatnya jumlah literatur ilmiah dalam berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan. Peningkatan kuantitas literatur ilmiah serta kemudahan memperoleh informasi sangat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan terus meningkatkan produktivitas ilmuwan dalam melakukan penelitian, percobaan dan inovasi. Meningkatnya produktivitas karya ilmiah yang dihasilkan ilmuwan akan mendorong terbitnya media komunikasi ilmiah yang mengkomunikasikan hasil kegiatan ilmiah, dari seorang ilmuwan dengan ilmuwan lain pada masanya maupun masa sebelum dan sesudahnya. Media komunikasi yang dimaksud dapat berupa buku atau majalah ilmiah. Kajian bibliometrika lebih dikonsentrasikan pada karya ilmiah bidang ilmu eksakta, hal ini dikarenakan penelitian dibidang ini menghasilkan informasi yang akan disebarluaskan. Para ilmuwan dan pustakawan menghadapi kesulitan dalam penyimpanan dan temu kembali hasil penelitian. Untuk mengatasinya, mereka menyimpan informasi tersebut berdasarkan informasi terbaru tanpa menghilangkan produk dan jumlah penelitian. 2.1.2 Tujuan Bibliometrika Tujuan utama bibliometrika adalah untuk mengungkapkan variasi nilai di berbagai bidang pengetahuan dalam rangka menemukan keteraturan yang dapat digeneralisasikan. Itu sebabnya bibliometrika memakai istilah hukum (Law)

sebagaimana ilmu pasti alam mengartikan hukum alam sebagai suatu kebenaran yang berlaku universal. Menurut Sulistyo-Basuki (2002:3), tujuan bibliometrika ialah menjelaskan proses komunikasi tertulis dan sifat serta arah pengembangan secara deskriptif penghitungan dan analisis berbagai faset komunikasi. Dengan kata lain, Bibliometrika dapat memberikan penjelasan tentang proses komunikasi tertulis dari segi sifat dan perkembangannya dalam sebuah disiplin ilmu (sepanjang masih menyangkut komunikasi tertulis). 2.1.3 Manfaat Bibliometrika Bibliometrika merupakan bagian dari informetrika yang mengkaji aspek kuantitatif berbagai informasi terekam. Bibliometrika merupakan kajian ilmu yang berhubungan dengan temu-kembali informasi yang dapat membantu pustakawan mencari dan menyajikan informasi di perpustakaan. Menurut Ishak (2005:18) manfaat biliometrika dalam perpustakaan adalah: 1. Mengidentifikasikan majalah inti dalam berbagai disiplin ilmu. 2. Identifikasikan arah dan gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu. 3. Menduga keluasan literatur sekunder 4. Mengenali pemakai berbagai subjek. 5. Mengenali kepengarangan dan arah gejalah pada dokumen berbagai subjek. 6. Mengukur manfaat jasa SDI ad-hoc dan retrospektif. 7. Meramalkan arah gejalah perkembangan masa lalu, sekarang dengan mendatang. 8. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi. 9. Mengkaji keusangan & penyebaran literatur ilmiah. 10. Meramalkan produktivitas penerbit pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin ilmu. Pendapat di atas didukung oleh Sulistyo-Basuki (2002:8), Manfaat aplikasi kuantitatif dari bibliometrika bagi perpustakaan adalah: 1. Identifikasi literatur inti 2. Mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu yang berlainan 3. Menduga keluasan (comprahensiveness) literatur sekunder 4. Mengenali pemakai berbagai subjek

5. Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada dokumen berbagai subjek 6. Mengukur manfaat jasa SDI ad hoc dan retrospectif 7. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang mendatang 8. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagi ilmu 9. Merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat dalam batas anggaran belanja 10. Mengembangkan model eksperimental yang berkorelasi atau melewati model yang ada 11. Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak secara tepat 12. Memprakarsai sistem jaringan arus ganda yang efektif 13. Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi 14. Mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah (melalui penggugusan dan pasangan literatur ilmiah) 15. Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin 16. Mendisain pengolahan bahasa automatis untuk auto-indexing, autoabstracting dan autoclassification 17. Mengembangankan norma pembakuan Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat bibliometrika adalah: mengetahui karakteristik literatur berdasarkan judul, indeks sitasi, kata kunci/ tajuk subjek, keusangan dan kepengarangan serta pertumbuhan pengetahuan. 2.2 Keusangan Literatur (Obsolescence) Keusangan literatur adalah kajian bibliometrika/informetrika tentang penggunaan dokumen (literatur) yang berkaitan dengan umur literatur tersebut. Sesungguhnya fenomena lahir, hidup dan mati bagi mahluk hidup, dapat pula diterapkan pada dokumen. Suatu dokumen dikatakan lahir pada saat dokumen itu diterbitkan. Kemudian dokumen dikatakan hidup selama dokumen itu dimanfaatakan. Pada akhirnya dokumen dikatakan mati pada saat tidak ada lagi yang menggunakan dokumen itu. Death of paper adalah konsep dalam ilmu informetrika/ bibliometrika yang berarti bahwa suatu karya tidak pernah lagi dikutip. Keusangan literatur / Obsolescence berasal dari kata obsolete berarti outof-date, no longer in use, no longer valid atau no longer fashionable.

Keusangan literatur / Obsolescence adalah konsep yang relatif, karena ada literatur yang baru terbit sekitar lima tahun sudah jarang digunakan lagi, tetapi sebaliknya ada literatur yang sudah terbit puluhan bahkan ratusan tahun tetapi masih tetap digunakan oleh banyak orang. Ada dokumen yang sudah usang bahkan sebelum diterbitkan. Ada orang yang menganggap suatu dokumen sudah usang, tetapi bagi orang lain belum usang. Menurut Mustafa (2008:2) Keusangan literatur adalah kajian bibliometrika/informetrika tentang penggunaan dokumen (literatur) yang berkaitan dengan umur literatur tersebut. Sedangkan menurut Vickery yang dikutip oleh Mustafa (2008:2) menyatakan: obsolescence is in fact a function of two factors, growth and obsolescence, yang berarti keusangan literatur merupakan sebuah fungsi yang terdiri dari dua faktor, yaitu pertumbuhan dan keusangan. Sementara Brookes yang dikutip oleh Mustafa (2008:2) mengemukakan bahwa: a further factor should be considered the rate of growth of the number of contributing scientists, the number of papers and the number of contributing scientists act in opposite directions on the rate of ageing. Dari uraian tersebut dijelaskan bahwa kajian mengenai bibliometrik harus mempertimbangkan faktor yang lebih lanjut yaitu, tingkat pertumbuhan dari jumlah ilmuwan yang memberikan kontribusi (dalam melakukan penelitian), jumlah tulisan dan jumlah ilmuwan yang memberikan kontribusi atas tindakan yang berada pada tujuan yang berlawanan dalam tingkat keusangan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Obsolescence merupakan fungsi dari 2 (dua) faktor yang nyata yakni pertumbuhan dan keusangan serta dalam melakukan kajian mengenai bibliometrik, perlu mempertimbangkan faktor yang lebih lanjut yaitu tingkat pertumbuhan jumlah ilmuwan yang melakukan penelitian yang memberikan kontribusi dan jumlah tulisan. Keusangan literatur (literature aging atau obsolescence) adalah penurunan atas waktu dalam hal kesahihan atau pemanfaatan koleksi. Penurunan penggunaan suatu literatur atau kelompok literatur dalam suatu subjek tertentu pada suatu periode atau kurun waktu dikarenakan literatur tersebut semakin tua.

Maurice B. Line yang dikutip oleh Mustafa (2008) menyatakan bahwa pengurangan penggunaan suatu literatur disebabkan oleh: a. Informasinya masih sahih (valid), tetapi sudah dicakup dalam karya lain yang lebih baru b. Informasinya masih sahih, tetapi sudah disuperseded oleh karya lain yang lebih baru c. Informasinya masih sahih, tetapi pada bidang/subjek yang semakin tidak diminati d. Informasinya tidak lagi sahih. Keusangan literatur merupakan dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi karena hanya literatur yang mutakhir yang menarik bagi ilmuwan, sedangkan literatur yang lebih tua digunakan hanya bila mengandung informasi yang cenderung menggabungkan karya yang terakhir. Keusangan literatur (literature aging atau obsolescence) terbagi dua yaitu synchronous dan diachronous. Obsolescence synchronous adalah ukuran keusangan literatur dengan cara memeriksa tahun terbitan referensi melalui median citation age (median umur sitiran). Obsolescence diachronous adalah ukuran keusangan literatur dari sekelompok literatur dengan memeriksa tahun terbitan dari sitiran yang diterima suatu literatur tersebut. Dalam bibliometrika yang menjadi data penelitian dalam ukuran keusangan (Obsolescence) literatur adalah sitiran yang ada pada dokumen tersebut. Obsolescence synchronous dapat diukur melalui median usia ditiran yang dapat diperoleh dengan cara mengurangi tahun terbit dokumen sumber dengan median tahun terbit yang terdapat dalam daftar referensi. Sedangkan obsolescence diachronous dapat mengukur usia kelompok dokumen melalui suatu pengujian terhadap tahun terbit sitiran yang diterima oleh dokumen obsolescence diachronous diukur melalui paro hidup (half-life) yang dapat diperoleh dengan cara mengurangi median tahun terbit dokumen yang menyitir dokumen sumber dengan tahun terbit termuda dokumen sumber. Kedua cara tersebut memang mirip tetapi dengan cara penanganan yang berbeda. Jika synchronous menentukan literatur yang menyitir kemudian mengkaji distribusi usia referensi yang ada didalamnya, maka Diachronous

menentukan literatur yang disitir kemudian mengkaji penggunaan literatur tersebut pada terbitan selanjutnya. Dikemukakan dalam berbagai penelitian bahwa masing-masing bidang ilmu memiliki keusangan literatur yang berbeda. (Purnomowati, 2004:18) 2.2.1 Manfaat kajian keusangan literatur Kajian literatur setidaknya bermanfaat untuk efisiensi dalam bidang pengelolaan perpustakaan. Hal ini karena hasil kajian keusangan literatur dapat digunakan untuk: a. Penyiangan (weeding) koleksi yang tidak diperlukan lagi b. Pemanfaatan ruang/rak yang terbatas c. Pemisahan koleksi yang digunakan dengan frekuensi tinggi dan rendah d. Efektifitas pelayanan Mustafa (2008:4) menyatakan parameter informasi yaitu: 1. Kuantitas. Diukur dengan jumlah dokumen, halaman, kata, karakter, byte dsb 2. Isi. Arti atau makna suatu informasi 3. Struktur. Format atau bangun suatu informasi dan kata logisnya diantara unsur-unsur yang membentuknya 4. Bahasa. Simbol, abjad, kode atau tata bahasa informasi itu disampaikan 5. Kualitas. Kelengkapan, ketepatan, relevansi informasi yang disampaikan 6. Usia. Selang waktu kapan suatu informasi masih bernilai atau dimanfaatkan Faktor yang mempengaruhi suatu dokumen (literatur) digunakan adalah: a. Jumlah dokumen lain yang dibuat berdasarkan dokumen itu b. Jumlah kutipan rata-rata per dokumen c. Jumlah dokumen pada dokumen yang dikutip d. Aksesibilitasnya secara bibliografis e. Aksesibilitasnya secara fisik f. Aksesibilitasnya secara digital

g. Nilai ilmiahnya h. Jumlah karya lain dalam dokumen yang sama yang mungkin dikutip 2. 3 Paro Hidup Literatur Kemutakhiran suatu informasi bersifat relatif. Dalam ilmu bibliometrika, kemutakhiran atau keusangan literatur dikenal dengan istilah paruh hidup (halflife), artinya separuh (50%) dari literatur yang ada dalam bidang tertentu berusia n tahun. Paro hidup merupakan salah satu kajian dalam bidang bibliometrika yang menentukan tingkat keusangan dari sebuah literatur perpustakaan. Istilah paro hidup (half-life) pertama digunakan oleh R. E. Borton dan R. W. Kebler tahun 1960 mereka memakai istilah half-life yang berarti waktu saat setengah dari seluruh literatur suatu disiplin ilmu yang digunakan secara terus menerus. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Charless F Gosnell tahun 1944. Gosnell meneliti dengan skala yang lebih kecil yaitu mengenai tingkat keterpakaian koleksi diperpustakaan. Penelitian ini belum bersifat ilmiah dan masih sangat sederhana. Paro hidup merupakan istilah yang diambil dari bidang ilmu fisika yang menunjukkan masa aktif suatu zat radio-aktif. Paro hidup mengacu pada adanya waktu yang diperlukan oleh suatu atom untuk meluruh menjadi setengahnya secara terus menerus hingga atom suatu unsur itu habis. Dalam kajian keusangan literatur, paruh hidup diartikan bahwa rentang waktu dimana suatu literatur digunakan sebanyak 50 persen (separuh) penggunaan total dokumen itu. Parameter paruh hidup ini dapat menunjukkan umur dokumen. Maurice B. Line yang dikutip oleh Mustafa (2008) menyatakan: the half life of a literature is bound to be shorter the more rapidly the literature growing. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa paro hidup dari sebuah literatur adalah batas cepat tidaknya pertumbuhan dari suatu literatur. Usia paro hidup suatu literatur ditentukan oleh tahun terbit referensinya maka dapat diketahui publikasi yang terbit dalam jangka waktu tertentu dan bisa diprediksi pertumbuhan dan publikasi selanjutnya di masa yang akan datang. (Egghe, 2002: 3)

Menurut I Gede Surata yang dikutip oleh Mustikasari (2008) menyatakan bahwa Paro hidup literatur merupakan ukuran waktu pada saat mana setengah dari semua literatur suatu disiplin ilmu secara terus-menerus digunakan sejak diterbitkan. Untuk menghitung paro-hidup dilakukan dengan cara mengurutkan semua referensi yang dipergunakan oleh semua dokumen pada masing-masing bidang mulai yang tertua (tahun terkecil) sampai tahun yang terbaru (tahun terbesar) atau sebaliknya. Kemudian dicari median yang membagi daftar referensi yang sudah terurut tersebut. Median ini menunjukkan paro-hidup literatur pada bidang yang bersangkutan (Gupta, B.M., yang dikutip oleh Hartinah, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa paro hidup literatur dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur kekayaan atau kemiskinan informasi dari suatu disiplin ilmu. Dengan mengetahui paro hidup suatu disiplin ilmu, maka dapat dilihat perkembangan dari bidang ilmu yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan semakin banyak terbitan-terbitan baru dari suatu bidang ilmu, maka dapat diprediksi bahwa bidang ilmu tersebut akan terus berkembang. Jika sedikit terbitan-terbitan baru dari suatu bidang ilmu maka ada kemungkinan bidang ilmu tersebut mengalami stagnasi atau perkembangan ilmu tersebut berjalan lambat. Untuk menghitung paro hidup, jumlah sitiran dari dokumen di suatu bidang ilmu dibagi dalam kelompok 10 tahun, misalnya 0-10 tahun, 11-20 tahun, 21-30 tahun, dan seterusnya. Nilai umur paro hidup dihitung dengan menetapkan tahun pada saat persentase kumulatif dari sitiran untuk sumber yang disitir dapat mencapai jumlah sama atau lebih dari 50%. Jumlah ini menjadi bilangan untuk menentukan nilai umur paro hidup bidang tersebut. Dalam kajian bibliometrika paro hidup merupakan tingkat keusangan literatur berdasarkan sitirannya. Kajian paro hidup menitikberatkan tahun terbit seluruh jumlah sitiran pada literatur tersebut. Hal ini menunjukkan kemutakhiran kandungan informasi pada literatur ilmiah. Semakin baru terbitan suatu literatur maka literatur tersebut akan sering disitir oleh karya tulis lainnya. Hal ini dapat dilihat dari kurva di bawah ini:

Gambar 1 : Curve of obsolescence Sumber: Saracevic (2002) Keterangan mengenai kurva diatas yaitu: 1. Garis kurva tersebut menggambarkan suatu literatur. 2. Number of users adalah pengguna yang menggunakan literatur tersebut. 3. Age of time of use adalah penggunaan literatur tersebut. Pada gambar kurva dan keterangan di atas, dapat dilihat bahwa semakin baru terbitan suatu literatur, maka semakin sering literatur tersebut digunakan. Sedangkan jika tahun terbit literatur tersebut semakin jauh dari waktu sekarang maka akan semakin sedikit pengguna yang menggunakan literatur tersebut. Hartinah (2002:3) yang dikutip oleh Hasugian (2005:5) menyatakan bahwa: setiap bidang ilmu mempunyai usia paro hidup yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian di luar negeri, paro hidup literatur untuk ilmu fisika adalah 4,6 tahun, fisiologi 7,2 tahun, matematika 10,5 tahun, geologi 11,8 tahun, kedokteran 6,8 tahun, hukum 12,9 tahun dan untuk bidang sosial kurang dari 2 tahun. Jika melebihi usia paro hidup di atas maka bisa dikatakan bahwa literatur tersebut sudah usang. Dalam kajian bidang ilmu perpustakaan dan informasi, Mete dan Deshmukh (1996) menemukan bahwa jurnal yang paling sering dikutip adalah dari hasil komunikasi antara para peneliti ilmu perpustakaan dan informasi dan yang bersumber dari jurnal yang paling banyak dipublikasikan. Usia paro hidup

dari bidang ilmu perpustakaan dan informasi yang ditemukan adalah 8 tahun untuk jurnal dan 12 tahun untuk buku. Kemudian pada tahun selanjutnya, Deshmukh (2011) melakukan analisis dan menemukan bahwa usia paro hidup dari bidang ilmu perpustakaan dan informasi adalah 9 tahun untuk jurnal dan 14 tahun untuk buku. Hal ini dapat dilihat dari grafik dibawah ini : Gambar 2 : Half-life period of journal citations Sumber : Deshmukh (2011) Gambar 3 : Half-life period of book citations Sumber : Deshmukh (2011) Untuk mengetahui paro hidup jurnal dan buku, sebuah grafik yang digunakan dengan menggambarkan tahun periode sebagai sumbu X dan jumlah rujukan dengan sumbu Y. Sebuah garis pararel untuk sumbu X digambarkan dari

titik A ke titik B. Titik A mempresentasikan setengah dari rujukan. Kemudian sebuah garis tegak lurus AC digambarkan dari titik A ke sumbu X pada C. C mempresentasikan periode paro hidup, dimana 9 tahun untuk rujukan jurnal dan 14 tahun untuk rujukan buku. Jika dilihat dari kedua penelitian mengenai bidang ilmu perpustakaan dan informasi diatas, maka dapat diketahui bahwa paro hidup bidang ilmu tersebut mengalami peningkatan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa setiap bidang ilmu memiliki perbedaan dalam hal usia paro hidup dokumen. Usia paro hidup tersebut nantinya akan menunjukkan batasan tahun keusangan literatur atau dokumen dari berbagai bidang ilmu. Paro hidup literatur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Mustafa (2008:3) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi ialah : 1. Jumlah penggunaan literatur 2. Jumlah publikasi 3. Jumlah penulis pada bidangnya 2.3.1 Proses Menentukan Paro Hidup Literatur Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut agar pertanyaan-pertanyaan pada Bab I dapat dijawab. Untuk menentukan usia paro hidup dapat menggunakan rumus median. Uraian lebih lanjut dengan rumus terkait dapat dilihat pada Bab III. 2.3.2 Manfaat Paro Hidup Usia paro hidup suatu literatur ditentukan oleh tahun terbit referensinya, sehingga dapat diketahui publikasi yang terbit dalam jangka waktu tertentu dan dapat diprediksi pertumbuhan publikasi selanjutnya dimasa yang akan datang, (Egghe, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa paro hidup literatur dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur kekayaan atau kemiskinan informasi dari suatu disiplin ilmu. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Panggabean (2010:21), manfaat lain dari kajian usia paro hidup dokumen bagi pihak perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. untuk mengetahui tingkat keusangan literatur dari kolesi perpustakaan 2. untuk mengetahui kemuktahiran informasi dalam sebuah literatur perpustakaan 3. efektifitas kegiatan penyiangan terhadap koleksi yang tidak digunakan lagi 4. pemisahan koleksi yang digunakan dengan frekwensi tertinggi dan terendah 5. efektifitas pelayanan perpustakaan Merujuk pada berbagai pendapat di atas, dapat diuraikan secara jelas bahwa manfaat kajian paro hidup dokumen secara umum adalah : 1. Dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk kepentingan penulisan karya ilmiah dalam hal melakukan pembatasan penggunaan literatur yang akan digunakan 2. Dapat menjadi indikator kemutakhiran informasi bagi perpustakaan (khususnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyediakan koleksi bagi pengguna) 3. Dapat bermanfaat untuk mengetahui pertumbuhan suatu bidang ilmu pengetahuan 4. Meningkatkan efisiensi dalam mengelola dan kegiatan pengembangan koleksi.