Hubungan Kepadatan Penduduk dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Bandung tahun 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

DEMOGRAFI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

PENDEKATAN MODEL MARKOWITZ DALAM MENENTUKAN BESARNYA ALOKASI DANA UNTUK MENGURANGI JUMLAH KASUS DENGUE DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

ABSTRAK. Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian demam berdarah dengue (DBD) di dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Data di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

PENDAHULUAN. Ratna Sari Dewi STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Sleman (Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB IV PENGGUNAAN METODE SEMI-PARAMETRIK PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PULAU JAWA DAN SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN : SALINAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Di dalam kehidupan seharihari

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

ANALISIS KORELASI KELEMBABAN UDARA TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH YANG TERJADI DI KABUPATEN DAN KOTA SERANG

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN DBD DENGAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA MANADO TAHUN Febriane C. Lohonauman*, Angela F. C. Kalesaran*, Windy Wariki**

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengue shock syndrome (DSS). Kewaspadaan dini terhadap. tanda-tanda syok pada penderita demam berdarah dengue (DBD)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: INDRIANI KUSWANDARI

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

Transkripsi:

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Kepadatan Penduduk dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Bandung tahun 2013 1 Dimas Apriyandika, 2 Fajar Awalia Yulianto, 3 Yudi Feriandi 1 Pendidikan Dokter, 2,3 Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Jl. Hariangbangga No. 20 Bandung email: 1 dimasapriyandika@gmail.com, 2 awaliayulianto@gmail.com, 3 yudiferiandi@gmail.com Abstrak. Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Bandung merupakan kota yang mobilitas penduduknya tinggi dan terhitung padat penduduk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan kepadatan penduduk dengan jumlah kejadian DBD di Kota Bandung pada tahun 2013. Penelitian ini merupakan analitik observasional, dengan desain cross-sectional. Menggunakan metode uji korelasi untuk melihat bagaimana kekuatan dan arah hubungan kepadatan penduduk dengan jumlah kejadian DBD di Kota Bandung pada tahun 2013. Angka uji normalitas sebesar 0,023 menunjukan bahwa data yang diperoleh merupakan data dengan distribusi yang tidak normal. Uji korelasi spearman menunjukan bahwa terdapat hubungan dengan nilai signifikan sebesar 0,027. Nilai koefisien korelasi diperoleh sebesar 0,403, sehingga didapat nilai koefisien determinasi sebesar 0,162. Kepadatan penduduk mempengaruhi jumlah kejadian DBD di Kota Bandung pada tahun 2013. Hubungan antara keduanya searah dengan kekuatan sedang. Kepadatan penduduk mempengaruhi kejadian DBD sebesar 16,2%, sehingga terdapat faktor lain yang mempengaruhi sebesar 83,8%. Kata kunci: Demam Berdarah Dengue, kepadatan penduduk. Abstract. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) are found in the tropics and sub-tropics. DHF is a major public health problem in Indonesia. Number of patients and the area of distribution is increasing along with the increasing mobility and population density. Bandung is a city of high population mobility and counted densely populated. The objective of this study was to determine how the relationship with the population density of the number of occurrences of dengue in the city of Bandung in 2013. This is analytical observational studies, with cross-sectional design. Correlation test used to see how the strength and direction of the correlation of the population density with the number of occurrences of dengue in the city of Bandung in 2013. Score of normality test at 0.023 indicated that the obtained data was not in normal distribution. Spearman correlation test showed that there was a relationship with a significant value of 0.027. The correlation coefficient obtained for 0.403, so the determinant coefficient value is 0.162. Population density affects the number of incidence of dengue in the city of Bandung in 2013. The relationship between the two in the positive direction and moderate strength. Population density affect the incidence of dengue by 16.2%, so there are other factors that influence amounted to 83.8%. Keywords: Dengue, population density. A. Pendahuluan Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. 1 740

Hubungan Kepadatan Penduduk dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue 741 Penyakit DBD pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia dengan angka kematian sebesar 41,3%. Sejak saat itu penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Jumlah kasus DBD di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 136.339 kasus dengan jumlah kematian akibat DBD sebesar 1.170 orang. Insidensi DBD pada tahun 2008 adalah 60,06 per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate sebesar 0,86%. 1 Penyakit DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus Dengue. Umumnya ditularkan oleh nyamuk jenis Aedes Aegypti. 12 Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD), DBD dan dengue shock syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok arthropod-borne virus (arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Denv-1, Denv-2, Denv-3, Denv-4. DBD terjadi selain karena virus dengue juga karena jumlah vektor yang banyak. 1 Vektor DD dan DBD di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama dan Aedes albopictus sebagai vektor sekunder. Spesies tersebut merupakan nyamuk pemukiman, stadium pradewasanya mempunyai habitat perkembangbiakan di tempat penampungan air atau wadah yang berada di permukiman dengan air yang relatif jernih. Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak ditemukan berkembang biak di tempattempat penampungan air buatan antara lain: bak mandi, ember, vas bunga, tempat minum burung, kaleng bekas, ban bekas, dan sejenisnya di dalam rumah meskipun juga ditemukan di luar rumah di wilayah perkotaan. Aedes albopictus lebih banyak ditemukan di penampungan air alami di luar rumah, daun, lubang pohon, potongan bambu dan sejenisnya terutama di wilayah pinggiran kota dan pedesaan, namun sekarang dapat ditemukan di tempat penampungan buatan di dalam dan di luar rumah. Spesies nyamuk tersebut mempunyai sifat anthropofilik, artinya lebih memilih menghisap darah manusia, disamping itu juga bersifat multiple feeding artinya untuk memenuhi kebutuhan darah dalam satu periode siklus gonotropik biasanya menghisap darah beberapa kali. 1 Untuk membatasi penularan penyakit DBD yang cenderung meluas, mencegah kejadian luar biasa (KLB), dan menekan angka kesakitan maupun kematian, perlu menggerakkan masyarakat untuk bersama-sama dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya penyakit DBD sejak dini. Pembinaan peran serta masyarakat memerlukan pembentukan dan pengoptimalan sumber daya dan kekompakan masyarakat setempat, sebab sejauh ini partisipasi masyarakat dalam rangka pencegahan dan pemberantasan DBD belum optimal. 2 Penanggulangan DBD yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia diutamakan pada kegiatan preventif dan promotif dengan menggerakkan serta memberdayakan masyarakat dalam upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Kegiatan PSN telah dilaksanakan secara intensif sejak tahun 1992 dan pada tahun 2002 dikembangkan menjadi 3M Plus. Kegiatan tersebut terdiri dari menguras bak penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, mengubur barang bekas dan plus memakai obat anti nyamuk, memanfaatkan barang bekas, memelihara ikan pemakan jentik dan lain sebagainya. Hingga saat ini, upaya penanggulangan tersebut belum menampakkan hasil yang diinginkan. Salah satu penyebab tidak optimalnya upaya penanggulangan tersebut karena belum adanya perubahan perilaku masyarakat dalam upaya PSN. 1 Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

742 Dimas Apriyandika, et al. Perubahan iklim menyebabkan perubahan curah hujan, suhu, kelembaban, arah udara sehingga berefek terhadap ekosistem daratan dan lautan serta berpengaruh terhadap kesehatan terutama terhadap perkembangbiakan vektor penyakit seperti nyamuk Aedes, Anopheles dan lainnya. Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk yang sejalan dengan semakin membaiknya sarana transportasi menyebabkan penyebaran virus DBD semakin mudah dan semakin luas. Perubahan iklim dapat memperpanjang masa penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor dan mengubah luas geografinya, dengan kemungkinan menyebar ke daerah yang kekebalan populasinya rendah atau dengan infrastruktur kesehatan masyarakat yang kurang. Selain perubahan iklim faktor risiko yang mungkin mempengaruhi penularan DBD adalah faktor lingkungan, urbanisasi, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk dan transportasi. 1 Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi jumlah kejadian DBD. Jumlah individu yang besar berada di suatu wilayah tertentu akan memudahkan penyebaran penyakit DBD, karena akan memudahkan dan mempercepat transmisi virus dengue dari vektor. Daerah yang padat penduduk cenderung memiliki higienitas lingkungan yang kurang baik, dan sangat bergantung pada perilaku masyarakat. Keadaan lingkungan yang kurang baik dapat mendukung terhadap perkembangbiakan vektor. Perubahan jumlah populasi setiap waktu merupakan salah satu penanda terjadinya pertumbuhan populasi yang dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, kematian dan migrasi. Jumlah populasi yang meningkat akan mengakibatkan perubahan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk merupakan indikator daripada tekanan penduduk di suatu daerah. Kepadatan di suatu daerah dibandingkan antara banyaknya penduduk perkilometer persegi dengan luas tanah yang ditempati. 6 Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6-55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791 meter di atas permukaan laut, titik terendah ± 675 meter berada di sebelah selatan dengan permukaan relatif datar dan titik tertinggi ± 1,050 meter berada di sebelah utara dengan kontur yang berbukit-bukit. Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang sejuk tetapi beberapa tahun belakangan mengalami peningkatan suhu yang disebabkan polusi dan pemanasan global. 4 Kota Bandung memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.424.957 jiwa dengan luas 167,31 km 2. Dari data tersebut diperoleh angka kepadatan penduduk sebesar 14.494 jiwa/km 2. 3 Kasus DBD yang terjadi pada tahun 2011 sebanyak 3.901 kejadian. 4 Pada tahun 2010 Kota Bandung memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.394.873 jiwa dengan luas 167,31 km 2. Kepadatan penduduk pada tahun 2010 sebesar 14.314 jiwa/km 2. 5 Kasus DBD yang terjadi pada tahun 2010 sebanyak 3.435 kejadian. 4 Berdasarkan teori dan fakta tersebut, maka peneliti akan mencari hubungan antara kepadatan penduduk dengan kejadian DBD. Pada daerah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi akan terjadi peningkatan angka kejadian DBD. Penyebarannya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan, urbanisasi, mobilitas penduduk. Bandung merupakan kota yang mobilitas penduduknya tinggi dan terhitung padat penduduk. Di Kota Bandung terdapat beberapa kecamatan yang telah ditetapkan sebagai daerah endemik penyakit DBD yang dapat dijadikan sampel penelitian. Kejadian DBD yang dijadikan sampel adalah jumlah kejadian DBD di Kota Bandung pada tahun 2013. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

Hubungan Kepadatan Penduduk dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue 743 B. Hasil Penelitian Angka kepadatan penduduk didapatkan dari hasil bagi antara jumlah penduduk pada suatu wilayah dengan luas wilayah tersebut. Tabel 4.1 menunjukan bahwa kepadatan penduduk Kota Bandung pada tahun 2013 sebesar 14.846,55 jiwa/km 2. Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah kecamatan Gedebage, yaitu sebesar 3.870.77 jiwa/km 2. Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi adalah kecamatan Bojongloa Kaler, yaitu sebesar 39.737,62 jiwa/km 2. 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 Gedebage Cinambo Panyileukan Bandung Wetan Mandalajati Cidadap Bandung Kidul Rancasari Sumur Bandung Cibiru Arcamanik Buahbatu Ujungberung Lengkong Sukasari Bojongloa Kidul Cicendo Cibeunying Kaler Coblong Regol Antapani Babakan Ciparay Cibeunying Kidul Kiaracondong Bandung Kulon Astanaanyar Batununggal Sukajadi Andir Bojongloa Kaler Gambar 1. Grafik Kepadatan Penduduk di Kota Bandung pada Tahun 2013 Jumlah kejadian DBD di Kota Bandung pada tahun 2013 berdasarkan tabel 4.1 berjumlah 5.736 kasus, dengan median kejadian 171 kejadian perkecamatan. Terdapat 15 kecamatan dengan jumlah kejadian DBD dibawah median dan 15 kecamatan lainnya memiliki jumlah kejadian DBD diatas median. Kecamatan dengan kejadian DBD terendah berada di kecamatan Cinambo sebanyak 48 kejadian. Kecamatan dengan kejadian DBD tertinggi berada di kecamatan Buahbatu sebanyak 540 kejadian. 600 500 400 300 200 100 0 Gedebage Cinambo Panyileukan Bandung Wetan Mandalajati Cidadap Bandung Kidul Rancasari Sumur Bandung Cibiru Arcamanik Buahbatu Ujungberung Lengkong Sukasari Bojongloa Kidul Cicendo Cibeunying Kaler Coblong Regol Antapani Babakan Ciparay Cibeunying Kidul Kiaracondong Bandung Kulon Astanaanyar Batununggal Sukajadi Andir Bojongloa Kaler Gambar 2. Grafik Kejadian DBD di Kota Bandung pada Tahun 2013 Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

744 Dimas Apriyandika, et al. Uji Normalitas dilakukan untuk menilai apakah data yang didapat merupakan data yang bersifat distribusi normal (parametrik) atau distribusi tidak normal (nonparametrik). Tabel 1. Uji Normalitas Shapiro-Wilk Statistik df Signifikan Kepadatan Penduduk 0.917 30 0.023 Kejadian DBD 0.861 30 0.001 Sumber: data diambil dari SPSS Berdasarkan tabel 1. maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk, nilai signifikan sebesar 0.023 atau kurang dari 0.05 yang menyimpulkan bahwa distribusi data tersebut bersifat tidak normal atau non-parametrik. Uji Korelasi merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan serta arah hubungan dari dua variabel atau lebih. Tabel 2. Uji Korelasi Spearman Kepadatan Kejadian DBD Penduduk Kepadatan Koefisien 1.000 0.403 Penduduk Korelasi Signifikan. 0.027 N 30 30 Kejadian DBD Koefisien 0.403 1.000 Korelasi Signifikan 0.027. N 30 30 Sumber: data diambil dari SPSS Berdasarkan tabel 2. didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.403, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan kekuatan hubungan yang sedang dan arah hubungan yang searah. C. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengambil simpulan bahwa ditemukan adanya hubungan yang signifikan, namun dengan kekuatan korelasi searah yang sedang antara kepadatan penduduk dengan jumlah kejadian DBD di Kota Bandung pada tahun 2013. Data tidak memenuhi asumsi distribusi normal sehingga tidak dapat di uji dengan menggunakan regresi linear, oleh karena itu peneliti tidak menggunakannya. Nilai koefisien korelasi (r) sebesar 40,3% yang menyimpulkan bahwa koefisien determinasi (r 2 ) sebesar 16,2%, sehingga masih ada faktor lain yang mempengaruhi sebesar 83,8%. Daftar Pustaka Achmadi FU, Sudjana P, Sukowati S, Wahyono MY, Haryanto B, Mulyono S, Kemenkes RI. DBD, Buletin Jendela Epidemiologi. 2010 Agu;2:30-1. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

Hubungan Kepadatan Penduduk dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue 745 Profil Kesehatan Kota Bandung. DKKB. 2012:49-48. Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Kota Bandung dalam angka 2012. BPSKB (Proyeksi Sensus Penduduk 2010). 2012:48. Tersedia dari: http://bandungkota.bps.go.id/publikasi/kota-bandung-dalam-angka-tahun-2012 Profil Kesehatan Kota Bandung tahun 2011. DKKB. 2012 Jul:32-31 Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Kota Bandung dalam angka 2011. BPSKB (Proyeksi Sensus Penduduk 2010). 2011:46. Tersedia dari: http://bandungkota.bps.go.id/publikasi/kota-bandung-dalam-angka-tahun-2011 Badan Pusat Statistik [database di internet]. Kepadatan Penduduk. 2015. Tersedia dari: http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=85 Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015