HIDROLISIS KOLAGEN PEMBUATAN LEM DARI KULIT SPLIT DENGAN KATALISATOR H 2 SO 4

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT SPLIT INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT UNTUK GLUE DENGAN HIDROLISIS KOLAGEN

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

PEMBUATAN GELATIN DARI TULANG AYAM BOILER DENGAN PROSES HIDROLISA

PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI SEKAM PADI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

KINETIKA REAKSI PEMBENTUKAN KALIUM SULFAT DARI EKSTRAK ABU JERAMI PADI DENGAN ASAM SULFAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

PENYIAPAN BAHAN BAKU DALAM PROSES FERMENTASI FASE CAIR ASAM SITRAT MELALUI PROSES HIDROLISA AMPAS SINGKONG

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG UNTUK PEMBUATAN ASAM PHOSPAT *)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

PENGARUH VARIASI KECEPATAN PUTAR DAN RATIO BAHAN PADA HIDROLISA TEPUNG KULIT SINGKONG

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum

PENGAMBILAN GLUKOSA DARI TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN CARA HIDROLISIS ENZIMATIK KECAMBAH JAGUNG

KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA. Suprihatin, Ambarita R.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR DAN KONSENTRASI KATALIS PADA KINETIKA REAKSI HIDROLISIS TEPUNG KULIT KETELA POHON

HIDROLISA PATI DARI KULIT SINGKONG (VARIABEL RATIO BAHAN DAN KONSENTRASI ASAM)

BAB 3 METODE PERCOBAAN

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

PENGARUH KONSENTRASI KATALIS ASAM DAN KECEPATAN PENGADUKAN PADA HIDROLISIS SELULOSA DARI AMPAS BATANG SORGUM MANIS

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN FURNACE

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

KINETIKA REAKSI HIDROLISIS ENCENG GONDOK MENJADI FURFURAL DENGAN KATALISATOR HCL

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

PEMBUATAN PULP DARI SERABUT GAMBAS TUA KERING DENGAN PROSES ALKALI DENGAN ALKOHOL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL

Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Katalis Pada Proses Esterifikasi Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMs) Menjadi Biodiesel

PENGARUH KONSENTRASI SUSPENSI PATI TERHADAP HIDROLISIS PATI YANG TERKANDUNG DALAM TEPUNG PATI RAJAWALI

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

LAMPIRAN C GAMBAR DAN DIAGRAM ALIR

kimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Tujuan Percobaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan

PERPINDAHAN MASSA KARBOHIDRAT MENJADI GLUKOSA DARI BUAH KERSEN DENGAN PROSES HIDROLISIS. Luluk Edahwati Teknik Kimia FTI-UPNV Jawa Timur ABSTRAK

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

STUDI PERBANDINGAN KINETIKA REAKSI HIDROLISIS TEPUNG TAPIOKA DAN TEPUNG MAIZENA DENGAN KATALIS ASAM SULFAT

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

DIGESTI MONASIT BANGKA DENGAN ASAM SULFAT

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

PENGARUH SUHU PADA PROSES ESTERIFIKASI SORBITOL DENGAN ASAM OLEAT MENGGUNAKAN KATALIS ASAM p-toluene sulfonate

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

Pemurnian Garam Lokal Untuk Konsumsi Industri Syafruddin dan Munawar ABSTRAK

EKSTRAKSI GELATIN DARI KAKI AYAM BROILER MELALUI BERBAGAI LARUTAN ASAM DAN BASA DENGAN VARIASI LAMA PERENDAMAN

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel.

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Desikator Neraca analitik 4 desimal

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODE PENELITIAN

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

1.3 Tujuan Percobaan Tujuan pada percobaan ini adalah mengetahui proses pembuatan amil asetat dari reaksi antara alkohol primer dan asam karboksilat

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BRIKET ORGANIK TERHADAP TEMPERATUR DAN WAKTU PEMBAKARAN

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *)

DATA PENGAMATAN. Volume titran ( ml ) ,5 0,4 0,5 6

PENJERAPAN LEMAK KAMBING MENGGUNAKAN ADSORBEN CHITOSAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

Optimasi Proses Nitrasi pada Pembuatan Nitro Selulosa dari Serat Limbah Industri Sagu

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT

BAB III BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

HIDROLISIS KOLAGEN PEMBUATAN LEM DARI KULIT SPLIT DENGAN KATALISATOR H 2 SO 4 Bambang Kusmartono, Meyti Agustin Noya Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak no.28 Balapan Yogyakarta 55222 ABSTRACT Split are residue of leather industries, 1 ton leather contain 115 kg split. Split can be processes into glue by using hydrolysis collagen with sulfuric acid catalyst. Hydrolysis of split with sulfuric acid catalyst was carried out in flask which completed by stirrer with constant velocity. This research observed time of reaction and ratio of reactant. The result of the research, using 5 ml sulfuric acid 0,1 N, stirrer velocity 200 rpm, temperature 60 0 C 70 0 C, it can be obtain the good relative condition with time of reaction 2 hours and ratio of reactant 30 gr / 200 ml. In that condition the yield of reaction is 14,8. Key words: glue, hydrolysis collagen INTISARI Kulit split adalah sisa dari industri penyamakan kulit. Dalam satu ton kulit mentah garaman (kulit segar yang telah diawetkan dengan garam) terdapat kulit split sebanyak 115 kg. Dari sekan persen hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan, seperti untuk pembuatan krecek (kerupuk kulit). Untuk lebih memanfaatkannya maka perlu diadakan penelitian yaitu pembuatan lem dari kulit split secara hidrolisis kolagen dengan katalisator H 2 SO 4. Hidrolisis pada percobaan ini menggunakan katalisator H 2 SO 4 dijalankan dalam labu leher tiga dengan pengaduk merkuri yang kecepatan perputarannya dipertahankan tetap. Peubah-peubah yang diperlajari adalah waktu reaksi dan perbandingan zat pereaksi. Dari percobaan yang dilakukan terhadap kulit split dengan jumlah aquadest 200 ml, katalisator H 2 SO 4 0,1N 5 ml, kecepatan pengadukan 200 rpm, dan suhu 60 o C-70 o C diperoleh kondisi optimum waktu reaksi 2 jam dan perbandingan zat pereaksi 30 g/200 ml serta rendemen sebesar 14,8%. Kata kunci :, Hidrolisis kolagen PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang berkembang dewasa ini dan hal ini tidak akan terlepas dari masalah limbah atau buangan yang akan dihasilkan. Dari sekian persen limbah kulit split masih sebagian kecil yang dimanfaatkan. Dalam pengolahan, dari bahan dasar sampai menjadi kulit tersamak dan bahan-bahan yang lain, ada sebagian bahan-bahan kulit dibuang, karena persyaratan-persyaratan yang tidak dipenuhi. Bahanbahan yang dibuang ini antara lain berupa kulit hasil pengapuran yang berasal dari anggota badan, serutan-serutan sisa pengetaman sisa-sisa finishing dan lain-lain. Pemanfaatan kulit buangan ini sebagian dipakai sebagai bahan rambak, kerajinan tangan dan sebagian yang lain dibuang. Kulit hewan terdiri atas sebagian besar protein, yang bila dihidrolisis dapat menghasilkan gelatin, yang sangat baik untuk bahan dasar lem. Gelatin merupakan terjemahan dari Glue (Inggris) dalam arti yang sebenarnya ialah perekat-perekat yang dibuat dari kolagen. Karena itu dilakukan penelitian dengan menggunakan kulit buangan menjadi bahan dasar lem secara hidrolisis kolagen dengan katalisator H 2 SO 4. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan kulit split yang merupakan limbah industri penyamakan kulit, untuk pembuatan lem dengan hidrolisis kolagen. Peubah-peubah yang akan diteliti adalah waktu reaksi hidrolisis dan perbandingan zat pereaksi. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu sebagai salah satu usaha untuk memberi nilai tambah yang cukup tinggi dalam pemanfaatan kulit split untuk dibuat lem. TINJAUAN PUSTAKA Limbah industri penyamakan kulit merupakan hasil samping proses mengubah kulit mentah 78 Jurnal Teknologi, Vol. 1, No. 1, 2008: 78-82

menjadi kulit tersamak (kulit jadi), dapat berupa limbah padat dan limbah cair. Biasanya limbah cair masih dapat diolah kembali atau dibuang langsung. Sedangkan limbah padat sebagian masih dapat dimanfaatkan kembali menjadi produk lain, seperti untuk pembuatan krecek dan lem. Jumlah limbah padat yang dihasilkan tergantung dari jenis kulit dan bahan baku yang dipakai serat jenis produk akhir atau kulit jadi. (Sharphause, J. H., 1971). Hidrolisis kolagen Hidrolisis merupakan proses masuknya air (H 2 O) kedalam suatu senyawa. Pada proses hidrolisis kolagen, air akan menyerang ikatan amino dan menghasilkan gelatin atau lem. Ternyata bobot molekul gelatin hanyalah sepertiga berat kolagen (Fessenden, 1984). Gelatin dapat dipergunakan antara lain untuk lem-lem yang dalam penggunaannya tidak berhubungan dengan air, membuat kapsul, sizing paper dan tekstil (Balai Besar Penelitian dan pengembangan Barang Kulit, Karet dan Plastik, 1979). LANDASAN TEORI Proses hidrolisis kolagen oleh asam dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : Perbandingan zat pereaksi. Makin rendah perbandingan kulit split dengan air, maka kecepatan reaksi akan semakin naik. Semakin tinggi perbandingan kulit split dengan air maka kekentalan akan semakin tinggi, karena tumbukan antara molekul-molekul kolagen dengan air kurang sempurna, sehingga reaksi berjalan lambat. Katalisator. Katalistor asam akan mempengaruhi penurunan tenaga aktivasi (E), sehingga reaksi berjalan dengan cepat dan rendemen yang dihasilkan akan semakin banyak. Tetapi penggunaan katalisator asam yang terlalu tinggi akan menyebabkan reaksi menjadi eksotermis, sehingga suhu akan naik dan menyebabkan terjadinya pengarangan (Sukardjo, 1997). Waktu reaksi hidrolisis. Makin lama waktu reaksi hidrolisis, semakin bertambah kecepatan reaksinya, karena kontak antara molekul kolagen dan air semakin lama, sehingga kolagen yang menjadi gelatin juga semakin besar, sehingga reaksi semakin sempurna tetapi pada waktu reaksi yang terlalu lama akan menyebabkan hasil menjadi berkurang karena kandungan kolagen dalam kulit makin lama makin sedikit. (Groggins, 1958). Suhu reaksi. Bila suhu reaksi dinaikkan, maka kecepatan reaksinya menjadi bertambah cepat, karena koefisien kecepatan reaksi (k) akan bertambah besar sesuai dengan persamaan Arrhenius. Persamaan Arrhenius adalah sebagi berikut ini: k = Ae -E/RT Dimana : K = konstanta kec. reaksi, 1/M.s A = faktor tumbukan E = tenaga aktifasi, KJ/mol R = tetapan/konstanta, J/K.mol T = suhu reaksi/suhu absolut, K Pada hidrolisis kolagen diusahakan suhu reaksi tidak menjadi tinggi, karena pada suhu yang tinggi rendemen yang diperoleh akan menurun, karena terjadi pengarangan. (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Barang Kulit, Karet dan Plastik, 1979). Pengadukan. Pada reaksi fase cair, untuk memperbesar faktor tumbukan (A) dilakukan dengan cara pengadukan. Dengan adanya pengadukan maka zat-zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan baik sehingga kesempatan untuk kontak antara molekul air dengan kolagen akan bertambah besar sesuai dengan persamaan Arrhenius. (Balai Besar Penelitian dan Pengmbangan Barang Kulit, Karet, dan Plastik,1979). HIPOTESIS Semakin lama waktu hidrolisis, rendemen yang didapatkan akan semakin besar sampai batas waktu tertentu, sesudah hasil rendemen menjadi tetap. Semakin rendah perbandingan jumlah kulit split dengan air, hasil rendemen akan semakin besar sampai batas waktu tertentu setelah itu hasil rendemen akan tetap. PELAKSANAAN PENELITIAN BAHAN BAKU a. Kulit split b. Aquadest c. H 2 SO 4 GAMBAR ALAT HIDROLISIS Hidrolisis Kolagen Pembuatan Dari Kulit Split dengan Katalisator H2SO4 (Bambang Kusmartono) 79

Ulangi pekerjaan pengeringan, pendinginan dan penimbangan sampai berat konstan yaitu bila selisih berat penimbangan yang berurutan maks 10 mg (SII, 0759 83). Kadar air = Keterangan gambar : 1. Labu leher tiga 2. Water bath 3. Pengaduk merkuri 4. Motor pengaduk 5. Thermometer 6. Pendingin balik 7. Statif Gambar 1. Rangkaian alat hidrolisis CARA KERJA Kulit split yang sudah tersedia dan aquadest dimasukkan kedalam labu leher tiga dengan perbandingan tertentu. Karet penutup dirapatkan dan water bath dinyalakan. Kemudian pendingin balik dioperasikan. Setelah larutan mendidih, katalisator H 2 SO 4 0,1N sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam labu tersebut dan saat itu merupakan waktu awal reaksi hidrolisis. Suhu dipertahankan 60 o C-70 o C dengan cara mematikan water bath. Setelah selang waktu tertentu, larutan diambil lalu disaring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan sampai volumenya tinggal seperdelapannya, yang hasilnya berupa larutan kental. ANALISIS HASIL Analisis kadar air Cupilkan contoh kulit dalam botol timbang dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 100 ± 2 sampai berat larutan tetap. Berkurangnya berat dianggap sebagai kadar air dinyatakan dalam % berat. Masukkan botol timbang kedalam lemari pengering, buka tutupnya dan panaskan pada suhu 100 ± 2 selama 1 jam. Tutup dan dinginkan dalam eksikator selama 30 menit kemudian timbang. Timbang cuplikan seberat 5 ± 0,1 g dalam botol timbang. Kemudian masukkan botol timbang kedalam lemari pengering, buka tutupnya dan panaskan pada suhu 100 ± 2 selama 2 jam. Tutup dan dinginkan dalam eksikator selama 30 menit kemudian timbang. BeratBasah BeratKering 100% BeratKulitbasah Analisis hasil rendemen Larutan kental yang sudah didapatkan tersebut dikeringkan dengan alan diangin-anginkan ditas kawat strimin. Sehingga didapat berat kering, yang mempengaruhi rendmen yang dihasilkan. % Rendemen = Berat Kering 100 % Berat Kulit Split HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pembuatan lem dari limbah industri penyamakan kulit secara hidrolisis kolagen ini dilakukan dengan menggunakan variabel waktu reaksi dan variabel perbandingan zat pereaksi sebagai berikut : Variabel waktu reaksi Untuk mengetahui pengaruh waktu reaksi terhadap persen rendemen, maka dilakukan penelitian dengan variabel waktu reaksi. Sedang variabel tetap yang dipertahankan konstan adalah suhu reaksi 60 o C-70 o C, dengan perbandingan zat pereaksi 30 g/200 ml, katalisator H 2 SO 4 0,1N 5 ml dan kecepatan pengadukan 200 rpm. Sehingga didapat hasil sebagai berikut : Tabel 1. Pengaruh waktu reaksi terhadap persen rendemen. (perbandingan zat pereaksi 30 g/200 ml, suhu reaksi 60 o C - 70 o C, katalisator H2SO4 0,1 N 5 ml dan kecepatan pengadukan 200 rpm) No Waktu reaksi (jam) kering (gram) Rendemen (%) 1 1 2,1002 7 2 1,5 2,8196 9,39 3 2 4,4403 14,8 4 2,5 4,2382 14,12 5 3 3,7402 12,46 Berdasarkan data hasil penelitian diatas diperoleh grafik hubungan antara waktu reaksi dengan persen rendemen yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 80 Jurnal Teknologi, Vol. 1, No. 1, 2008: 78-82

Waktu reaksi vs % Rendemen Perbandingan zat pereaksi 15 25 % Rendemen 10 5 y = -4.0543x 2 + 19.347x - 8.896 0 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Waktu reaksi Gambar 2. Hubungan antara waktu reaksi vs % rendemen Hubungan antara waktu reaksi (X) dengan persen rendemen (Y) dapat dinyatakan dengan persamaan yang berlaku untuk waktu reaksi 1 3 jam : y = -4,0543x 2 + 19,347x 8,896 Dengan : x = waktu reaksi (jam) y = rendemen (%) Diperoleh ralat rata-rata : 7,1376 % Dari tabel 1 dan gambar 2 terlihat bahwa semakin besar waktu reaksi maka persen rendemen yang didapat semakin besar, tetapi setelah melewati 2 jam persen rendemen akan menurun, karena terjadinya pengarangan pada lem yang terbentuk. Variabel perbandingan zat pereaksi Untuk mengetahui pengaruh perbandingan zat pereaksi terhadap persen rendemen, maka dilakukan penelitian dengan variabel perbandingan zat pereaksi. Sedang variebel tetap yang dipertahankan konstan adalah suhu reaksi 60 o C - 70 o C, waktu 2 jam, katalisator H 2 SO 4 0,1N 5 ml dan kecepatan pengadukan 200 rpm. Sehingga didapat hasil penelitian sebagai berikut : Tabel 2. Pengaruh waktu reaksi terhadap persen rendemen (Perbandingan zat pereaksi 30 g/200 ml suhu reaksi 60 o C - 70 o C, katalisator H 2 SO 4 0,1N 5 ml dan kecepatan pengadukan 200 rpm) No Perbandingan zat pereaksi (g/200 ml) kering (gram) Rendemen (%) 1 10 1,7832 17,832 2 20 3,9485 19,743 3 30 6,3652 21,217 4 40 8,0047 20,0119 5 50 9,0634 18,1268 Berdasarkan data hasil penelitian diatas diperoleh grafik hubungan antara perbandingan zat pereaksi dengan persen rendemen yang dapat dilihat pada gambar dibawah : % Rendemen 20 15 10 y = -0.0073x 2 + 0.4488x + 13.993 0 10 20 30 40 50 60 Perbandingan zat pereaksi Gambar 3. Hubungan antara perbandingan zat pereaksi vs % rendemen. Hubungan antar perbandingan zat pereaksi (x) dengan persen rendemen (y) dapat dinyatakan dengan persamaan yang berlaku untuk perbandingan zat pereaksi dengan range antara 10-50 g. y = -0,0073x 2 + 0,4488x + 13,993 Dengan : x = perbandingan zat pereaksi (g/ml) y = rendemen (%) Diperoleh ralat rata-rata sebesar : 1,0264 % Dari tabel 2 dan gambar 3 terlihat bahwa semakin besar perbandingan zat pereaksi maka persen rendemen yang didapat semakin besar, tetapi setelah perbandingan zat pereaksi 30 g/200 ml persen rendemen akan menurun, hal ini disebabkan karena terjadinya pengarangan pada perbandingan zat pereaksi yang tinggi, terjadi tumbukan antara molekul-molekul kolagen dan air semakin sulit sehingga reaksinya berjalan lambat dan rendemen yang dihasilkan menurun. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. dapat dibuat dari kulit split dengan cara hidrolisis kolagen yang terdapat pada kulit. 2. Semakin lama waktu reaksi, rendemen yang dihasilkan baik tapi setelah mencapai waktu optimum (2 jam) rendemen akan menurun. 3. Semakin besar perbandingan pereaksi, rendemen yang dihasilkan naik dan setelah perbandingan optimal (30 g/200 ml) rendemen akan turun. 4. Dari percobaan yang dilakukan terhadap kulit split dengan jumlah aquadest 200 ml, jumlah katalisator H 2 SO 4 0,1N 5 ml, kecepatan 200 rpm, dan suhu 60 o C-70 o C diperoleh kondisi optimal dengan waktu reaksi 2 jam dan perbandingan pereaksi 30 g/200 ml serta rendemen sebesar 14,80 %. DAFTAR PUSTAKA Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Barang Kulit, Karet, dan Plastik, (1979), Cara- Hidrolisis Kolagen Pembuatan Dari Kulit Split dengan Katalisator H2SO4 (Bambang Kusmartono) 81

cara Pembuatan dari Kulit Mentah dan Cheveraux, yogyakarta. Fessenden, (1984), Kimia Organik, Jilid 2, halaman 407 409, Erlangga, Jakarta. Groggins, P.H., (1956), Unit Process In Organic Synthesis, 5 th ed, P.P. 753-772, McGraw Hill Kogakusha LTD, Tokyo. Gustavson, K.H., (1956), The Chemistry and Reactivity of Collagen, 282-291, Academic Press Inc, New York. Sharphause, J.H., (1971), Leather Technicians Hand Book, 9 th ed, 83-90, Vernon Lock Ltd, London. Standar Industri Indonesia, 0360-80, Mutu dan Istilah Kulit. Standar Industri Indonesia, 0759-83, Cara Uji Kadar Air Dalam Kulit. Sudarjo, Purnomo, Wazah, (1984), Teknologi Penyamakan Kulit 2, Andi Offset, Yogyakarta. Sukardjo, 1997, Kimia Fisika, edisi 3, hal 351-353, Rineka Cipta, Jakarta. 82 Jurnal Teknologi, Vol. 1, No. 1, 2008: 78-82