TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

dokumen-dokumen yang mirip
TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BERITA RESMI STATISTIK

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

Tipologi Wilayah Provinsi Bengkulu Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Riau

TIPOLOGI WILAYAH BALI HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BERITA RESMI STATISTIK

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

Tipologi Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

BERITA RESMI STATISTIK

TATISTIK POTENSI DESA PROVINSI RIAU 2014

4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi

POTENSI DESA (PODES) DI DKI JAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

2016, No Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaks

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 505 / KMK.02 / 2004

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

BERITA RESMI STATISTIK

PEDOMAN PENDATAAN PUSKESMAS TAHUN 2006 PENDATAAN BANGUNAN, PERALATAN, SARANA PENUNJANG, TENAGA, DAN BIAYA DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

BAB V TINGKAT PERKEMBANGAN DESA

PENDATAAN PUSKESMAS TAHUN 2006

BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

Katalog BPS :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ria Fitriana, 2016

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN

2017, No Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diub

PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) KHUSUS 2005 KABUPATEN NIAS DAN NIAS SELATAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

PERKEMBANGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. cukup tinggi mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang beroperasi di

2 atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; Mengingat : 1. Pasal 5 a

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEADAAN UMUM KOTA YOGYAKARTA. satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di samping 4 daerah tingkat II

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan


KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN III TAHUN 2016

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB IV GAMBARAN UMUM

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006

KOMUTER DKI JAKARTA TAHUN 2014

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA


TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI DI KOTA YOGYAKARTA, NAMUN JUMLAH PENGANGGUR TERBANYAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548 /KMK

PEMANFAATAN DATA UNTUK PENAJAMAN INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah itu sendiri maupun pemerintah pusat. Setiap Negara akan

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

BAB IV GAMBARAN UMUM

pendidikan juga terbatas. Gunardo (2014) menjelaskan daerah dataran rendah memiliki pembangunan infrastruktur transportasi yang masif dibandingkan

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB IV GAMBARAN UMUM

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2016

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

Transkripsi:

BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 19/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Menurut Podes 2014, di DIY terdapat sebanyak 438 wilayah administrasi setingkat desa yang terdiri dari 392 desa dan 46 kelurahan, yang tersebar di 78 kecamatan di 5 kabupaten/kota. 331 desa/kelurahan (75,57 persen) terletak pada wilayah dataran, yang lain berupa lembah/lereng/puncak gunung. Sementara itu 33 desa merupakan desa pesisir. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) merupakan indeks komposit tertimbang dengan skala 0-100 yang dihitung untuk setiap wilayah pemerintahan setingkat desa. Semakin besar indeks menunjukkan tingkat kesulitan geografis yang semakin tinggi. IKG DIY bervariasi antar wilayah dengan IKG cenderung mengumpul pada nilai 20 34,99 yaitu sebanyak 68,11 persen. Jumlah wilayah administrasi menurut keberadaaan infrastruktur: o Semua desa/kelurahan sudah ada SD/MI, semua kecamatan sudah ada SMP/MTs, dan tinggal 2 kecamatan yang belum ada SMU/SMK/MA. Akan tetapi masih ada sekitar 20 desa/kelurahan (4,57 persen) dianggap sulit mengakses sarana pendidikan setingkat SMP/MTs, sementara untuk SMU/SMK/MA sekitar 22,60 persen. o Sebanyak 388 desa/kelurahan telah tersedia Puskesmas/Puskesmas Pembantu. Persentase desa/kelurahan yang masih sulit mengakses Puskesmas Pembantu hanya tinggal 5 desa/kelurahan. Demikian pula terdapat 45 desa/kelurahan (10,27 persen) yang kesulitan untuk mengakses tempat praktek dokter dan terdapat 187 desa/kelurahan (42,69 persen) yang kesulitan untuk mengakses rumah sakit, karena jaraknya lebih dari 6 km. o Sebanyak 256 desa/kelurahan (58,45 persen) sudah tersedia pasar dengan bangunan (permanen/semi permanen) yang tersebar di semua kecamatan. Sementara pasar tanpa bangunan ada di semua desa/kelurahan. o Hanya 10 desa/kelurahan (2,28 persen) yang belum tersedia penerangan jalan utama desa. Sekitar 65 persen listrik penerangan jalan utama desa diusahakan non pemerintah dan sisanya diusahakan pemerintah. o Terdapat 2 desa/kelurahan (0,46 persen) yang jalan utama desanya belum dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun. Terdapat 60 persen kelurahan di Kota Yogyakarta dilewati angkutan umum dengan trayek tetap setiap hari dengan jam operasional siang dan malam hari, sedangkan desa/kelurahan di 4 kabupaten lain masih di bawah 20 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 19/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015 1

1. Wilayah Administrasi Pemerintahan dan Letak Desa/Kelurahan Pendataan Podes dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Podes 2014 dilaksanakan pada bulan April 2014 secara sensus terhadap seluruh wilayah administrasi pemerintahan terendah setingkat desa, yaitu desa, kelurahan, nagari, dan Unit Permukiman Transmigrasi (UPT). Wilayah setingkat desa yang didata harus memenuhi tiga syarat, yaitu: 1) mempunyai wilayah dengan batas yang jelas, 2) mempunyai penduduk yang menetap di wilayah tersebut, dan 3) mempunyai pemerintahan. Menurut Podes 2014, di DIY terdapat sebanyak 438 wilayah administrasi setingkat desa yang terdiri dari 392 desa dan 46 kelurahan, yang tersebar di 78 kecamatan di 5 kabupaten/kota. Desa/kelurahan yang terletak di wilayah dataran sebanyak 331 desa/kelurahan (75,57 persen), sedang yang lain berada di lembah/lereng/puncak gunung. Tercatat pula sebanyak 33 desa berbatasan langsung dengan laut atau biasa disebut desa pesisir. Gambaran persentase desa/kelurahan di D.I. Yogyakarta menurut topografi wilayah, perbatasan dengan laut, dan kabupaten/kota tersaji pada gambar 1. Topografi Wilayah Persentase Desa Berbatasan dengan Laut 75,00 25,00 82,67 17,33 60,42 39,58 82,56 17,44 10 14,00 12,00 1 8,00 6,00 4,00 11,36 6,67 12,50 7,53 2,00 Lereng/puncak/lembah Dataran KULONPROGO BANTUL GUNUNG KIDUL DIY Gambar 1. Persentase Desa/Kelurahan menurut Topografi dan Perbatasan dengan Laut Hasil Podes 2014 2. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Menurut Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang Bersumber Dari APBN, salah satu komponen yang digunakan dalam pengalokasian dana desa adalah IKG desa. BPS telah menyusun IKG untuk seluruh wilayah pemerintahan setingkat desa (desa, nagari, dan UPT). IKG merupakan indeks komposit yang mempunyai skala dari 0 (nol) sampai 100 (seratus) dan disusun oleh tiga komponen, yaitu:1) ketersediaan pelayanan dasar, 2) kondisi infrastruktur, dan 3) aksesibilitas/transportasi. Semakin tinggi indeks menunjukkan tingkat kesulitan geografis yang semakin tinggi. IKG pada kelompok terendah di D.I.Yogyakarta, yaitu di bawah 15 sebesar 2,55 persen, dan IKG kelompok tertinggi, yaitu 40 ke atas sebesar 3,83 persen. Nilai tengah IKG secara regional adalah sebesar 27,73. Lebih dari 68,11 persen desa di D.I.Yogyakarta termasuk kategori IKG 20 34,99, berarti tingkat kesulitan geografisnya sedang dan hanya 3,83 persen desa termasuk dalam kategori IKG 40 ke atas (gambar 2). 2 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 19/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015

Kategori IKG 40 ke atas 3,83 35-39.99 13,78 30-34.99 25-29.99 20-24.99 22,19 22,70 23,21 15-19.99 11,73 di bawah 15 2,55 0 5 10 15 20 25 Persentase Desa Gambar 2. Persentase Desa/Kelurahan Menurut Kategori IKG, 2014 3. Keberadaan Infrastruktur 3.1. Pendidikan Hasil Podes 2014 menunjukkan bahwa semua desa/kelurahan di DIY sudah terjangkau oleh sarana pendidikan setingkat SD/MI. Demikian juga sarana pendidikan menengah pertama sudah tersedia di semua kecamatan. Sementara itu masih terdapat 2 kecamatan yang belum tersedia sarana pendidikan setingkat SMU/SMK/MA. Salah satu indikator yang menentukan kemudahan akses adalah di desa/kelurahan tersedia sarana pendidikan atau jarak antara kantor desa/kelurahan dengan sarana pendidikan, untuk Sekolah Menengah Pertama/sederajat ditentukan sejauh 3 km dan Sekolah Menengah Atas/sederajat ditentukan sejauh 6 km. Dengan mengacu konsep tersebut diketahui bahwa sekitar 20 desa/kelurahan (4,57 persen) dianggap sulit mengakses sarana pendidikan setingkat SMP/MTs di D.I.Yogyakarta, sementara untuk SMU/SMK/MA sekitar 22,60 persen. SMP/MTs 4,57% 22,60% SMU/SMK/MA 95,43% 77,40% Gambar 3.1. Persentase Desa/Kelurahan Menurut Kemudahan Akses ke Sekolah Menengah, 2014 3.2. Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat dalam memperoleh pelayanan kesehatan sesuai UUD 1945. Untuk itu, ketersediaan sarana kesehatan dasar di setiap wilayah menjadi sangat penting. Podes 2014 menunjukkan bahwa sebanyak 388 desa/kelurahan telah tersedia Puskesmas/Puskesmas Pembantu. Persentase desa/kelurahan yang masih sulit mengakses Puskesmas Pembantu karena belum tersedia Puskesmas Pembantu di desa/kelurahan Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 19/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015 3

tersebut, dan jarak ke Pustu terdekat lebih dari 6 km hanya tinggal 5 desa/kelurahan. Demikian pula terdapat 45 desa/kelurahan (10,27 persen) yang kesulitan untuk mengakses tempat praktek dokter dan terdapat 187 desa/kelurahan (42,69 persen) yang kesulitan untuk mengakses rumah sakit, karena jaraknya lebih dari 6 km. 10 8 6 4 57,31 89,73 42,69 Rumah Sakit Praktek Dokter 2 10,27 Gambar 3.2. Persentase Desa/Kelurahan Menurut Kemudahan Akses ke Sarana Kesehatan, 2014 3.3. Pasar Tersedianya sarana perdagangan seperti pasar dapat menjadi salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu wilayah. Hasil Podes 2014 mencatat sebanyak 256 desa/kelurahan (58,45 persen) di DIY sudah tersedia pasar dengan bangunan (permanen/semi permanen) yang tersebar di semua kecamatan. Sementara pasar tanpa bangunan ada di semua desa/kelurahan. 10 10 10 10 10 10 31,82 30,68 41,33 2 22,22 47,22 44,19 44,44 27,91 15,56 33,79 32,42 KULONPROGO BANTUL GUNUNG KIDUL SLEMAN YOGYAKARTA D.I.Yogyakarta Permanen Semi Permanen Tanpa Bangunan Gambar 3.3. Persentase Desa/Kelurahan yang Ada Pasar Menurut Jenis Bangunannya, 2014 3.4. Listrik Ketersediaan penerangan listrik menjadi hal yang penting untuk menunjang kemajuan suatu wilayah. Tercatat di 438 desa/kelurahan (10 persen) telah terdapat keluarga pengguna listrik yang disalurkan oleh PLN. Artinya seluruh keluarga di desa/kelurahan D.I.Yogyakarta telah menggunakan listrik PLN. Terkait keberadaan penerangan jalan utama di desa/kelurahan, sebanyak 10 desa/kelurahan (2,28 persen) masih belum tersedia penerangan jalan, sekitar 65 persen listrik diusahakan non pemerintah dan sisanya diusahakan pemerintah. Persentase desa/kelurahan menurut penerangan di jalan utama desa dan jenis penerangannya disajikan pada gambar 3.4. 4 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 19/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015

Penerangan di Jalan Utama Desa 2.28 Jenis Penerangan di Jalan Utama Desa 34.58 Ada Tidak Ada 97.72 Pemerintah 65.42 Non Pemerintah Gambar 3.4. Persentase Desa/Kelurahan Menurut Keberadaan Penerangan di Jalan Utama Desa dan Jenis Penerangannya, 2014 3.5. Jalan Infrastruktur transportasi merupakan infrastruktur dasar yang sangat penting sebagai sarana pengangkutan yang berperan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi karena ketersediaan jalan akan meminimalkan modal komplementer sehingga proses produksi dan distribusi akan lebih efisien. Pembangunan prasarana jalan akan meningkatkan pertumbuhan wilayah-wilayah baru dengan meningkatnya volume lalu lintas. Sebaliknya, prasarana jalan yang buruk dan rusak akan menghambat alokasi sumber daya, pengembangan industri, pendistribusian faktor produksi, barang dan jasa, yang pada akhirnya akan memengaruhi pendapatan. Hasil Podes 2014 menunjukkan sebanyak 438 desa/kelurahan menggunakan sarana transportasi darat, di mana 436 desa/kelurahan (99,54 persen) sudah tersedia jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4 atau lebih sepanjang tahun. Artinya masih terdapat 2 desa/kelurahan (0,46 persen) yang lalu lintasnya masih bergantung pada kondisi jalan dan cuaca. Secara lengkap, persentase desa/kelurahan yang dilewati angkutan umum menurut trayek dan operasiopnal angkutan umum dapat dilihat pada gambar 3.5. Terdapat 60 persen kelurahan di Kota Yogyakarta yang dilewati angkutan umum dengan trayek tetap setiap hari dengan jam operasional siang dan malam hari, sedangkan desa/kelurahan di 4 kabupaten lain masih di bawah 20 persen. 100 Persentase Desa/Kelurahan yang Dilewati Angkutan Umum, 2014 100 6 50 50 0 7,95 17,33 KULONPROGO BANTUL GUNUNG KIDUL Trayek tetap 4,17 15,12 SLEMAN YOGYAKARTA Setiap hari 0 Gambar 3.5. Persentase Desa/Kelurahan yang Dilewati Angkutan Umum, 2014 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 19/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015 5