I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan dari. program-program di segala bidang secara menyeluruh terarah dan

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

PENDAHULUAN Latar Belakang

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 1,9

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari dinas atau instansi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor perkebunan sebagai bag ian dari. pengolahan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi nyata.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Negara Indonesia telah sejak lama mencanangkan suatu

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang harus diusahakan, dimanfaatkan dan. dipergunakan untuk sebesar besar kemakmuran rakyat.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala bidang, yaitu bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan agama serta pertahanan dan keamanan nasional. Dalam rangka menyelenggarakan pembangunan bangsa yang meliputi segala aspek kehidupan tersebut, faktor pembiayaan pembangunan menjadi sangat dominan. Dengan kata kain, baiknya keuangan sebuah negara akan sangat memperlancar proses pembangunan. Demikian pula halnya dengan pembangunan daerah, faktor keuangan daerah sangat besar pengaruhnya terhadap terlaksananya agendaagenda pembangunan di daerah dan hal ini menjadi barometer kemampuan daerah untuk dapat melaksanakan otonomi yang nyata serta bertanggung jawab. Prinsipnya, pembangunan merupakan proses panjang yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga ke tahapan evaluasi. Hal ini menunjukkan bahwa proses yang dilakukan akan sangat menentukan bagaimana hasil yang dicapai dari pembangunan itu sendiri. Dalam proses inilah akan terlihat sejauh mana keseriusan dari pihakpihak terkait dalam memaksimalisasi usaha, tugas dan fungsinya dalam menunjang proses pembangunan tersebut. Salah satu kendala yang paling besar dalam pembangunan baik dalam skala nasional maupun daerah adalah masalah kemampuan finansial masyarakat karena salah satu ukuran kemajuan adalah tingginya tingkat konsumsi masyarakat yang berkorelasi terhadap tingkat pendapatan masyarakat. Dan disinilah peran pemerintah sangat dibutuhkan, khususnya untuk menjadi pemeran utama dalam pembangunan, karena pemerintah memiliki akses yang

besar dalam proses pengambilan kebijakan, yaitu dalam perumusan perencanaan, implementasi kebijakan hingga tahap evaluasi dari kebijakan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan pasal 18 UndangUndang Dasar 1999, dibentuk daerah otonom dengan tujuan untuk meningkatkan daya dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentralisasi, dan tugas pembantuan. Daerah yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi disebut daerah otonom, sedangkan wilayah yang dibentuk berdasarkan asas dekonsentralisasi disebut wilayah administrasi. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan (pasal 1 nomor (5) UU. NOMOR 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah). Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batasbatas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. (pasal 1 nomor (6) UU. NOMOR 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah). Keputusan Menteri Dalam Negeri No.64 tahun 1999 yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diperbaharui dengan UU No. 32 tahun 2004 memberikan peluang dan kesempatan bagi desa untuk memberdayakan masyarakatnya sesuai potensinya menuju terwujudnya otonomi di tingkat desa sebagai otonomi asli/desa otonom (Buku Pintar Penyuluhan Kehutanan, Edisi II tahun 2004; halaman 371). Keberadaan UU No.32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah tersebut tidak

dapat dipisahkan dengan UU No. 25 Tahun 1999, kini UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang juga mengatur sumbersumber pendapatan sampai ke tingkat desa. Dalam UndangUndang RI No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, telah ditetapkan bahwa sumbersumber penerimaan daerah adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan Asli Daerah, terdiri dari: a. Hasil pajak daerah b. Hasil retribusi daerah c. Hasil perusahaan milik daerah d. Lainlain pendapatan daerah yang sah 2. Dana Perimbangan 3. Dana Pinjaman Daerah 4. Lainlain penerimaan daerah yang sah Untuk mengetahui perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lampung Utara, dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1.Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2004 2008 Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Persentase Kenaikan (%) 2008 15.605.065.950,00 17.559.826.675,96 113 2007 16.585.855.537,00 27.747.762.409,79 167 2006 10.232.500.700,00 11.295.193.902,62 110 2005 8.951.091.313,00 8.507.297.081,33 95 2004 8.334.783.680,00 8.742.884.950,40 105 Ratarata 118 Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Lampung Utara

Dari tabel diatas terlihat bahwa dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2004 hingga 2008, realisasi penerimaan PAD Kabupaten Lampung Utara bervariatif. Pada tahun 2004 penerimaan mengalami peningkatan 105% dari target realisasi. Penerimaan 2005 mengalami penurunan yaitu hanya 95% dari target, lalu kembali mengalami peningkatan 110% dari target pada tahun 2006. Realisasi penerimaan terbesar adalah pada tahun 2007 yaitu sebesar 27.747.762.409,79 atau mengalami peningkatan sebesar 167% dari target realisasi. Namun kembali menurun pada tahun 2008 dan hanya mengalami kenaikan sebesar 113%. Upaya peningkatan pertumbuhan perekonomian dan peningkatan taraf hidup masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui upaya pengembangan secara optimal sumber daya perkebunan. Dalam pengertian yang lebih luas upaya pengembangan mencakup upaya dalam peningkatan, pengelolaan, dan pelestarian tanaman. Dalam konteks Kabupaten Lampung Utara, sektor perkebunan Kabupaten Lampung Utara merupakan sektor unggulan baik dari sisi kontribusi, pertumbuhan dan posisi relatif sektor ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perkebunan di Kabupaten Lampung Utara memiliki peranan yang besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi baik dalam lingkup internal maupun eksternal wilayah. Posisi ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan, sehingga potensi sumber daya perkebunan di Kabupaten Lampung Utara dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan perkebunan diarahkan kepada usahausaha peningkatan produksi, produktivitas tenaga kerja, penggunaan tanah dan modal sehingga dapat mempercepat tercapainya kesejahteraan masyarakat baik lahir maupun batin secara

lebih merata serta mampu menciptakan kondisi sektor perkebunan yang tangguh guna mendorong perkembangan sektorsektor lainnya terutama sektor industri. Untuk merealisasikan tujuan pembangunan tersebut, pembangunan perkebunan diwujudkan melalui pengembangan usahausaha perkebunan secara lebih terintegrasi antara daerahdaerah yang sedang berkembang dengan daerahdaerah yang sudah maju dalam rangka pemanfaatan sumber daya ekonomi secara berdaya guna dan hasil guna. Sektor perkebunan tercatat sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah melalui penerimaan pajak. Pemerintah antara lain menerapkan pajak impor, ekspor & pajak pertambahan nilai pada beberapa komoditas perkebunan, termasuk komoditas primer utama, yaitu lada, kopi, kakao, karet dan minyak sawit. Khusus tentang pajak ekspor, saat ini penerimaan pajak ekspor hanya bersumber dari ekspor minyak kelapa sawit. Selain fungsi ekonomi areal hutan dan kebun tersebut juga mempunyai fungsi ekologi dan estetika. Hutan dan Kebun Desa; Hutan Kota dan KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) sangat nyata fungsinya dalam mengatur kesetimbangan iklim mikro, fungsi hidrorologis/ pengendali banjir; fungsi sosial budaya dan estetika. Oleh karena itu keberadaan kawasan hutan yang dipersyaratkan sejumlah 30% dari suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) dan atau pulau dapat diperkuat dengan adanya kawasan penyangga sebagaimana konsep KIMBUN. Di Kabupaten Lampung Utara terdapat sentra lada di kecamatan Abung Barat yang dapat dikembangkan kearah KIMBUN Lada yang meliputi 12 desa dari 23 kecamatan; Juga Kimbun Tebu, Kimbun Karet dan Kimbun Sawit. Kewenangan pada sektor perkebunan adalah pembangunan perkebunan yang berdasarkan azas manfaat, berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan dan berkeadilan bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat; Penerimaan negara, devisa; menyediakan

lapangan kerja; peningkatan produktifitas dan bahan baku industri dalam negeri dan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan (Pasal 3 UU No.18 tahun 2004). Kabupaten Lampung Utara dengan luas wilayah 2.725,63 km2 dengan penggunaan lahan Usaha Tani Lahan Kering berupa tegalan seluas 68.013 Ha. Dari luasan ini, yang bisa dikembangkan untuk sektor perkebunan seluas 12.238 Ha. Berdasarkan Data Base Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lampung Utara Tahun 2008 luas lahan perkebunan rakyat, baik tanaman tahunan maupun tanaman semusim mencapai 108.946 Ha. Sedangkan luas areal perkebunan besar, baik swasta maupun negara. Tabel 2.Data Potensi Lahan untuk Pengembangan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2008 No. Kecamatan Potensi Lahan Perkebunan (Ha) 1 Bukit Kemuning 70 2 Abung Tinggi 110 3 Tanjung Raja 935 4 Abung Barat 546 5 Abung Tengah 435 6 Abung Kunang 294 7 Abung Pekurun 290 8 Kotabumi Kota 9 Kotabumi Utara 500 10 Kotabumi Selatan 50 11 Sungkai Selatan 39 12 Sungkai Jaya 78 13 Sungkai Barat 38 14 Sungkai Utara 114 15 Sungkai Tengah 310 16 Hulu Sungkai 316 17 Bunga Mayang 1725 18 Muara Sungkai 3421 19 Abung Surakarta 100 20 Abung Timur 814 21 Abung Semuli 1106 22 Abung Selatan 894 23 Blambangan Pagar 53 Jumlah 12.238 Sumber : Data Base Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lampung Utara 2008

Komoditas perkebunan Lampung Utara masih terdapat peluang untuk dikembangkan dengan kegiatan perluasan areal. Berdasarkan data pada tabel diatas, ada potensi lahan yang dapat dijadikan perkebunan sebanyak 12.238 Ha atau 17,99% dari luas areal yang digunakan untuk tegalan/ kebun yaitu 68.014 Ha. Kecamatan yang berpeluang untuk pengembangan tanaman perkebunan dan memiliki luasan yang lebih cukup signifikan adalah kecamatan Muara Sungkai yaitu 3.421 Ha menyusul kemudian adalah kecamatan Bunga Mayang dengan luas 1.725 Ha dan kecamatan Abung Semuli 1.106 Ha. Usaha sektor perkebunan memegang peranan strategis dalam perekonomian negara dan daerah melalui kegiatan ekspor hasil primer perkebunan yang memberikan kontribusi kepada negara dan daerah berupa pemasukan pajak dan dividen. Serta secara langsung maupun tidak langsung, keberadaan perusahaan perkebunan besar turut serta dalam upayaupaya pengembangan wilayah yang secara nyata berdampak pada kemajuan masyarakat baik secara ekonomi maupun sosial. Kabupaten Lampung Utara memiliki beberapa perkebunan besar, hal ini dikarenakan letak topografinya yang berbukitbukit dan bergunung, terutama di bagian timur terbentang dataran rendah yang tertutup vulkanis asam gilas. Selain memiliki perkebunan rakyat, juga terdapat perkebunan besar yang diusahakan oleh pihak swasta, baik swasta nasional seperti PTPN maupun swasta dalam bentuk PT dan Perusahaan Besar Swasta (PBS). Komoditas yang diusahakan oleh perkebunan swasta antara lain kelapa hibrida, karet, kelapa, kakao, lada, kelapa sawit, dan tebu. Terdapat lima perusahaan besar yang bergerak disektor perkebunan Lampung Utara dengan komoditi unggulan berupa tebu, sawit, karet, lada, kakao dan kelapa hibrida. Perusahaan Besar Negara (PBN) yang mengusahakan komoditi tebu seluas 14.418 Ha adalah PTPN VII

Bunga Mayang. Sedangkan keempat perusahaan besar lainnya adalah Perusahaan Besar Swasta (PBS) yakni: PT Nakau dengan komoditi sawit seluas 2.164 Ha dan karet seluas 270 Ha. PT Godam Perkasa dengan komoditi sawit seluas 1.758 Ha. PT Palem Lampung Perkasa dengan komoditi sawit seluas 3.500 Ha. PT Kencana Acidin dengan komoditi kelapa hibrida seluas 233 Ha; kakao seluas 290 Ha dan lada seluas 12,07 ha. Dua macam komoditi yang di usahakan baik oleh Perusahaan Besar Perkebunan maupun perkebunan rakyat adalah tebu rakyat seluas 6.965 Ha dan sawit rakyat seluas 12.394,33 Ha. Tabel 3.Luas Areal dan Produksi Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta Kabupaten Lampung Utara Tahun 2008 No 1. 2. 3. 4. 5. Nama Perusahaan/ Komoditas PTPN VII (PBN) Bunga Mayang Tebu PT. Nakau (PBS) Sawit Karet GODAM PERKASA (PBS) Sawit PALEM LAMPUNG PERKASA (PBS) Sawit PT. KENCANA ACIDIN Kelapa Hibrida Kakao Lada Luas (Ha) TBM TM TR 1.133 38 14.418 1.031 270 1.720 3.500 233 290 12 Jumlah (Ha) 14.418 2.164 270 1.758 3.500 233 290 12 Produksi (Ha) 90.833,00 293,90 6,90 500,00 1.015,00 27,00 145,00 Produktivitas (Kg/Ha) 6.300 204 25,53 291 290 8889 490 Keterangan: TBM : Tanaman Belum Menghasilkan TM : Tanaman Menghasilkan TR : Tanaman Rusak Sumber: Data Base Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Lampung Utara B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, maka permasalahannya adalah: Seberapa besar sumbangan sektor perkebunan Kabupaten Lampung Utara terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)? C. Tujuan Penulisan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1. Mengetahui kontribusi sumbangan sektor perkebunan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Utara. 2. Menghitung besaran proyeksi penerimaan sektor perkebunan yang dapat disumbangkan ke Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Utara. D. Kerangka Pemikiran Tujuan pembangunan daerah yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan daerah dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki agar dapat mencapai hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional. Penerimaan daerah merupakan landasan utama dalam menyelenggarakan pemerintahan otonomi di daerah. Salah satu sumber keuangan yang diharapkan peranannya dalam meningkatkan penerimaan PAD adalah potensi penerimaan yang digali di daerah. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan milik daerah dan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lainlain PAD yang sah.

Perkebunan merupakan sektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional maupun daerah melalui kontribusi dalam pendapatan nasional, penyediaan lapangan kerja, penerimaan ekspor, dan penerimaan pajak. Dalam perkembangannya, sektor ini tidak terlepas dari berbagai dinamika lingkungan nasional dan global. Perubahan strategis nasional dan global tersebut mengisyaratkan bahwa pembangunan perkebunan harus mengikuti dinamika lingkungan perkebunan. Pembangunan perkebunan harus mampu memecahkan masalahmasalah yang dihadapi perkebunan selain mampu menjawab tantangantantangan globalisasi. Peranan penting lain dari sektor perkebunan adalah dalam penyerapan tenaga kerja. Kinerja sektor perkebunan dalam penyerapan tenaga kerja diperkirakan selalu mengalami peningkatan sejalan dengan perkembangan luas areal perkebunan. Dampak positif yang diharapkan dari otonomi daerah adalah bahwa inisiatif daerah lebih terpacu sehingga potensi ekonomi daerah, termasuk sektor perkebunan dapat digali secara optimal. Hal ini cenderung mendorong daerah untuk melakukan spesialisasi guna meningkatkan efisiensi pada semua bidang, termasuk sektor perkebunan. Kemungkinan dampak negatif dari otonomi daerah terhadap sektor perkebunan adalah adanya kompetisi antar daerah dalam mengembangkan sektor tersebut. Jika tidak ada koordinasi antar daerah atau dari pemerintah pusat, persaingan tersebut dikhawatirkan akan memperlemah posisi rebut tawar Indonesia di pasar internasional. Sebagai contoh, jika beberapa daerah berusaha meningkatkan produksi produk perkebunan sehingga melebihi peluang pasar yang ada, maka kelebihan penawaran (over supply) sulit dihindarkan. E. Sistematika Penulisan

Secara sistematis, pembahasan dalam studi ini diuraikan menjadi lima sub bab yang dapat dijabarkan sebagai berikut: I. PENDAHULUAN: berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, dan sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA: berisi penjelasan teoriteori yang berhubungan dengan penulisan studi ini. III. METODOLOGI PENELITIAN: berisi jenis dan sumber data, alat analisis penelitian, dan gambaran umum lokasi penelitian. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN: Dalam bab ini berisi penjelasan hasil penelitian yang telah dilakukan. V. SIMPULAN DAN SARAN: menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian serta sumbang saran yang diberikan oleh penulis. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN