PERILAKU GESER PADA DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (Hw/Lw) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU GESER DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (Hw/Lw) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK JURNAL

ANALISA TEGANGAN DAN REGANGAN DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (Hw/Lw) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK

POLA RETAK DAN LEBAR RETAK DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (Hw/Lw) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK

PERILAKU LENTUR DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (Hw/Lw) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK

ANALISIS DAKTILITAS DINDING PANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (HW/LW) TERHADAP BEBAN LATERAL STATIK

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

PENGARUH PENAMBAHAN KAIT PADA TULANGAN BAMBU TERHADAP RESPON LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU

BAB III UJI LABORATORIUM. Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3

PENGUJIAN KAPASITAS LENTUR DAN KAPASITAS TUMPU KONSTRUKSI DINDING ALTERNATIF BERBAHAN DASAR EPOXY POLYSTYRENE (EPS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TERHADAP MEKANISME DAN POLA RETAK KOLOM BERTULANGAN RINGAN AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

ANALISIS DAN EKSPERIMEN PELAT BETON BERTULANG BAMBU LAPIS STYROFOAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERAT VOLUME DAN KEKAKUAN PLAT SATU ARAH PADA PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU DENGAN LAPIS STYROFOAM

RUMAH SEDERHANA DENGAN SISTEM STRUKTUR BETON BERTULANG BAMBU PETUNG NUSA PENIDA

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERILAKU SAMBUNGAN BALOK PRACETAK UNTUK RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA AKIBAT BEBAN STATIK

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

Seminar Nasional VII 2011 Teknik Sipil ITS Surabaya Penanganan Kegagalan Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

UJI EKSPERIMENTAL KEKUATAN DRAINASE TIPE U-DITCH PRACETAK

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 [12] Perbandingan umum antara sistem struktur dengan jumlah tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

ABSTRAK. Kata kata kunci : Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, dinding geser, tahan gempa, SNI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN PENGEKANG (BRACING) PADA DINDING PASANGAN BATU BATA TERHADAP RESPON GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA STRUKTUR

PENGARUH PENINGKATAN KEKUATAN MORTAR TERHADAP DEFORMASI DINDING BATA MERAH LOKAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

PENGARUH VARIASI LETAK TULANGAN HORIZONTAL TERHADAP DAKTILITAS DAN KEKAKUAN DINDING GESER DENGAN PEMBEBANAN SIKLIK (QUASI-STATIS)

METODE RETROFIT DENGAN WIRE MESH DAN SCC UNTUK PENINGKATAN KEKUATAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG HOTEL 8 LANTAI DI JALAN AHMAD YANI 2 KUBU RAYA

PENGARUH VARIASI JARAK TULANGAN HORIZONTAL DAN KEKANGAN TERHADAP DAKTILITAS DAN KEKAKUAN DINDING GESER DENGAN PEMBEBANAN SIKLIK (QUASI-STATIS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi kegagalan

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

Kinerja Hubungan Pelat-Kolom Struktur Flat Plate Bertulangan Geser Stud Rail dan Sengkang Dalam Menahan Beban Lateral Siklis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III. Dimensi bata yang biasa ditemui di lapangan dan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

KAJIAN EKSPERIMENTAL POLA RETAK PADA PORTAL BETON BERTULANG AKIBAT BEBAN QUASI CYCLIC ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. beton bertulang dituntut tidak hanya mampu memikul gaya tekan dan tarik saja, namun

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Beban Gempa Menurut SNI 1726: Perkuatan Struktur Bresing...

Ach. Lailatul Qomar, As ad Munawir, Yulvi Zaika ABSTRAK Pendahuluan

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

ANALISIS VARIASI KONFIGURASI RANGKA PADA JEMBATAN BAJA (STUDI KASUS JEMBATAN "5" BRIDGE)

GRUP TULANGAN DIAGONAL SEBAGAI PERKUATAN DINDING PANEL BETON RINGAN MENGURANGI KEGAGALAN GESER

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

KUAT LENTUR PROFIL LIPPED CHANNEL BERPENGAKU DENGAN PENGISI BETON RINGAN BERAGREGAT KASAR AUTOCLAVED AERATED CONCRETE HEBEL

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS

KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL ABSTRAK

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M

Transkripsi:

ERILAKU GESER ADA DINDING ANEL JARING KAWAT BAJA TIGA DIMENSI DENGAN VARIASI RASIO TINGGI DAN LEBAR (Hw/Lw) TERHADA BEBAN LATERAL STATIK Ari Wibowo 1, Wisnumurti 1, Ribut Hermawan 2 1 Dosen / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono No. 167 Malang, 65145, Jawa Timur 2 Mahasiswa / rogram Studi Sarjana Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono No. 167 Malang, 65145, Jawa Timur ABSTRAK Dinding geser merupakan salah satu konsep penyelesaian masalah gempa dalam bidang Teknik Sipil. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dinding geser bahwa dinding geser tidak boleh runtuh akibat gaya geser. Dinding geser hanya boleh runtuh akibat adanya momen plastis yang menyebabkan timbulnya sendi plastis pada bagian kakinya. Dinding panel jaring kawat baja tiga dimensi yang didesain sebagai dinding struktural salah satu contohnya pada jenis dinding M-anel yaitu single panel structures (SM). Dinding M-anel jenis SM ini merupakan dinding struktural yang didesain untuk menahan beban lateral. Dinding ini didesain dengan beberapa ketebalan yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya. enelitian dilakukan untuk mengetahui perilaku geser yang terjadi pada dinding panel jaring kawat baja tiga dimensi seperti dinding M-anel jenis SM terhadap beban lateral statik yang dalam hal ini berupa pengujian beban statik (Static Load Test) dengan variasi rasio tinggi dan lebar (Hw/Lw) dinding. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perilaku geser (shear behavior) yang dominan terjadi pada dinding dengan rasio tinggi dan lebar dinding (Hw/Lw) = 1. Kata kunci : dinding geser, M-anel, beban statik, rasio 1. ENDAHULUAN Teknologi dunia konstruksi yang semakin berkembang membuat banyak elemen kontruksi yang sangat inovatif bermunculan. Seperti halnya dinding yang umumnya dibuat dari susunan batu bata, baik bata merah maupun bata ringan, kini muncul teknologi baru konstruksi dinding panel jaring kawat baja tiga dimensi yang berbahan ES (Extended olystrene System) dan wiremesh. Salah satu produsen produk tersebut adalah T. M-anel Indonesia yang saat ini produknya sudah banyak digunakan untuk konstruksi dinding rumah dan gedung namun belum banyak penelitian di laboratorium di Indonesia mengenai dinding M-anel ini. Jenis dinding M-anel ini ada beberapa macam, ada yang hanya berfungsi sebagai dinding partisi, ada pula yang berfungsi sebagai dinding struktural. Dinding merupakan salah satu elemen konstruksi struktur bangunan yang selain berfungsi sebagai pembatas juga dapat berfungsi sebagai penahan beban lateral (in-plane). Beban lateral tersebut biasanya berupa beban akibat getaran gempa. Dinding sangat kaku pada arah inplane nya. Bila terkena getaran gempa yang tinggi, akan terjadi keretakan yang disertai dengan reduksi kekuatan dan kekakuannya. Kerusakan yang terjadi bisa berupa keruntuhan ataupun retak diagonal (Key, 1998). erilaku dinding dalam menerima beban biasanya terlihat pada mekanisme keruntuhan suatu dinding yang diawali dengan timbulnya keretakan pada dinding, REKAYASA SIIL / VOLUME 10, No.2 2016 ISSN 1978-5658 99

kemudian tulangan leleh dan pada akhirnya dinding runtuh. Rasio tinggi dan lebar (Hw/Lw) pada dinding akan mempengaruhi bagaimana perilaku dinding tersebut dalam menerima beban lateral. ada perbedaan rasio tinggi dan lebar (Hw/Lw) dinding tersebut nantinya akan dapat dilihat pada dinding mana yang akan terjadi mekanisme kegagalan geser (shear dominant), lentur (flexural dominant), atau bahkan terjadi geser dan lentur. erilaku geser (Shear Behavior) pada dinding ditandai dengan adanya mekanisme kegagalan geser atau retak geser pada dinding. Keruntuhan atau kegagalan dinding jenis ini sifatnya getas dan menghasilkan perilaku disipasi yang jelek. Dinding panel jaring kawat baja tiga dimensi yang didesain sebagai dinding struktural salah satu contohnya pada jenis dinding M-anel yaitu single panel structures (SM). Dinding M-anel jenis SM ini merupakan dinding struktural yang didesain untuk menahan beban lateral. Dinding ini didesain dengan beberapa ketebalan yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya. Berdasarkan semua uraian tersebut di atas, diperlukan penelitian untuk meneliti lebih lanjut mengenai perilaku geser pada dinding pada dinding panel jaring kawat baja tiga dimensi seperti dinding M-anel jenis SM tersebut terhadap beban lateral statik yang dalam hal ini berupa pengujian beban statik (Static Load Test) dengan variasi rasio tinggi dan lebar (Hw/Lw) dinding tersebut. 2. TINJAUAN USTAKA 2.1 Dinding M-anel Dinding panel merupakan sebuah lembaran material yang biasanya dibentuk atau dipotong menjadi persegi panjang, yang difungsikan sebagai dinding penghias, peredam suara, penahan panas serta dapat dikombinasikan dengan suatu bahan lain pendukung untuk menjaga keseragaman dalam penampilannya. (Wikipedia, 2014) Dinding panel dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk inovasi dalam bidang konstruksi. Melalui penelitian yang dilakukan lebih dari 30 tahun, Modern anel telah melakukan suatu pembaharuan dalam bidang pembangunan. Terinspirasi dari sistem bangunan dinding panel di Eropa, saat ini M-anel telah memproduksi dinding panel sebagai pengganti batu bata yang memiliki kelebihan proses pembangunan lebih cepat serta kualitas bangunan yang baik. 2.1.1 Expanded olystyrene System (ES) olystyrene merupakan salah satu material penyusun pracetak menjadi pilihan dikarenakan beberapa kelebihan yang dimilikinya seperti ringan, kedap suara, insulasi panas, tahan lama, tidak beracun, tidak berbahaya, mengandung bahan kimia yang tidak aktif serta uap air dan kelembaban tidak menyebabkan kerusakan permanen pada material ini. (Yehuda, 2011) Komposisi penyusun olystyrene terdiri atas carbon, hydrogen, dan 98% udara olystyrene merupakan material yang 100% dapat didaur ulang. Secara umum terdapat tiga bentuk polystyrene, yaitu extruded polystyrene, expanded polystyrene foam, dan extruded polystyrene foam. olystyrene foam merupakan insulator panas yang baik, oleh karena itu sering digunakan sebagai material insulator bangunan seperti panel insulator struktur bangunan. olystyrene foam ini juga biasanya digunakan untuk beban struktur arsitektural yang tidak berat seperti ornamen tiang (Wikipedia, 2014). 2.2 Kawat Baja (Wiremesh) Wiremesh adalah besi fabrikasi bertegangan leleh tinggi yang terdiri dari dua lapis kawat baja yang saling bersilang tegak lurus. Setiap titik persilangan dilas secara otomatis menjadi satu, menghasilkan penampang yang homogen, tanpa kehilangan kekuatan dan luas penampang yang konsisten. (Yehuda, 2011). REKAYASA SIIL / VOLUME 10, No.2 2016 ISSN 1978-5658 100

Wiremesh yang digunakan dalam dinding M-panel telah dilas, terbuat dari kawat baja yang telah di galvanis yang diletakkan di kedua sisi panel polyfoam dan saling terhubung satu dengan yang lainnya. Diameter kawat yang digunakan bervariasi mulai dari 2,5 5 mm, dengan kekuatan tarik lebih besar dari 600Ma. 2.3 Spesifikasi M-anel Jenis SM 80 Struktur M-anel jenis Single anel Structures (SM) terdiri dari 2 lapisan beton plesteran di kedua sisinya. Lapisan beton dengan tebal 35 mm (1,4 inch) dengan perbandingan C:asir yaitu 1:4 atau setara dengan beton mutu K175. Tetapi untuk dinding non struktural ketebalan plesteran dapat diperkecil dan kuat tekan yang lebih rendah. Dinding ini juga terdiri dari 2 rangkaian kawat wiremesh dikedua sisinya dan dihubungkan dengan connector kawat wiremesh juga. Untuk pengisi tengahnya digunakan ES (Expanded olystrene). Dengan a merupakan tebal ES, b adalah jarak memanjang antar kawat wiremesh, c adalah tebal beton, dan d adalah tebal total dinding SM. Karakteristik kawat wiremesh dengan kuat leleh (fy) lebih dari 600 Ma dan kuat tarik (ft) lebih dari 680 Ma. Untuk lebih lengkapnya berikut adalah tabel spesifikasi dinding M-anel jenis SM. 3. METODOLOGI ENELITIAN enelitian ini tergolong penelitian eksperimental yang dilakukan di laboratorium. Objek dalam penelitian ini adalah dinding m-panel dengan variasi tinggi dibanding lebar (Hw/Lw) sebesar 1 ; 1,5 ; dan 2. Sedangkan pengujian dinding terhadap beban lateral statik dilakukan setelah beton berumur 14 hari dengan mutu K225 (beton normal) untuk balok sloof dan dengan mutu beton setara K175 untuk plesteran dinding. Benda uji berupa dinding panel jaring kawat baja tiga dimensi yaitu dinding M- anel SM 80 berukuran 60 x 60 cm, 60 x 90 cm dan 60 x 120 cm yang merupakan rangkaian ES dan wiremesh. Jumlah benda uji masing-masing ukuran berjumlah 3 buah, sehingga total benda uji berjumlah 9 buah. Dinding tersebut dilapisi plester beton dengan metode pelaksanaan shotcrete dengan alat Horizontal Spray dengan ketebalan 35 mm yang dilakukan 2 tahap. Setelah benda uji mencapai umur 14 hari kemudian dilakukan setting up pengujian pada dinding. engujian pembebanan (Static Load Test) pada dinding dilakukan dengan arah pembebanan in plane. Benda uji diberikan beban hingga mencapai keruntuhan. Gambar 1. Tampak depan benda uji Strain Gauge 20 TAMAK ATAS TAMAK DEAN A DETAIL ERTEMUAN DINDING SIKU OTONGAN A-A Gambar 2. Tampak atas dan samping benda uji 10 SM SLOOF LESTERAN Ø 8-0 REKAYASA SIIL / VOLUME 10, No.2 2016 ISSN 1978-5658 101

Be nd a Uji 4. HASIL DAN EMBAHASAN 4.1 Analisa Material enyusun Dinding Material penyusun dinding yang digunakan adalah wiremesh dan ES (Extended olystrene) serta beton pada dinding dan balok sloof. Sebelum melakukan pengujian beban lateral statik pada dinding, kami melakukan pengujian yaitu uji tekan pada ES serta sampel beton dinding dan sloof, dan uji tarik pada wiremesh. 4.1.1 Extended olystyrene System (ES) Hasil yang didapat pada uji tekan ES yaitu kuat tekan rata-rata (f c) sebesar 7,06 kg/cm 2 atau 0,7 Ma. Serta berat jenis ES rata-rata sebesar 1413 kg/m 3 Seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil uji tekan sampel kubus ES Berat (kg) Volume (m 3 ) Berat Jenis (kg/ m 3 ) Berat Jenis Ratarata (kg/ m 3 ) Kuat Tekan (kg/cm 2 ) 1 0,169 1,25 x 10 4 1352 6,76 2 0,199 1,25 x 10 4 1592 1413 7,96 3 0,162 1,25 x 10 4 1296 6,48 Kuat Tekan Ratarata f c (kg/c m 2 ) 7,06 4.1.2 Wiremesh Untuk pengujian tarik wiremesh didapatkan hasil sebesar 7,64 Ma. Hasil ini berbeda dengan spesifikasi wiremesh tersebut yang mempunyai kuat tarik sampai 600 Ma. Dalam pengujian didapatkan tidak sampai 600 Ma dikarenakan terjadi slip pada penjepit alat uji tariknya dan bagian yang putus pada bagian yang dijepit. Sehingga kuat tarik yang semestinya didapatkan bisa lebih dan sampai 600 Ma. Dalam analisis selanjutnya digunakan kuat tarik wiremesh sebesar 600 Ma (fy = 600 Ma). 4.2 Analisa Kuat Geser Ultimit Kuat geser ultimit diperoleh dari hasil pengujian dan dari perhitungan teoritis. Kuat geser ultimit aktual dapat dilihat pada Tabel 2 sednagkan kuat geser aktual teoritis dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Kuat geser ultimit (Su) aktual dinding Benda Uji u (kg) b (m) Su (kg/m) A1 3365 600 5,61 A2 4286 600 7,14 B2 2369 600 3,95 B3 2042 600 3, C2 1682 600 2,80 C3 1807 600 3,01 Tabel 3. Kuat geser ultimit (Su) teoritis dinding Benda Uji u (kg) b (m) Su (kg/m) A1 4180,70 600 6,97 A2 3619,55 600 6,03 B2 2149,06 600 3,58 B3 2950,60 600 4,92 C2 1158,51 600 1,93 C3 1960, 600 3,27 Dari hasil perhitungan ultimate shear strength (Su) dari tabel maupun grafik tersebut baik berdasarkan aktual maupun teoritis juga menunjukkan bahwa dinding A1 dan A2 mempunyai kuat geser yang terbesar dibanding dinding B dan C. Berdasarkan kondisi aktual dengan beban maksimum dari hasil pengujian kuat geser dinding A lebih dari 5 kg/m. Sedangkan pada perhitungan secara teoritis didapatkan kuat geser ultimit dinding A juga terbesar yaitu lebih dari 6 kg/m. Hasil ini tidak jauh berbeda antara perhitungan aktual dan teoritisnya. Sehingga dari semua uraian pembahasan dan perhitungan kuat geser ultimit dinding, dapat dikatakan bahwa dinding yang berperilaku geser dominan adalah dinding A dengan rasio tinggi dan lebar Hw/Lw = 1. 4.3 Analisis Kekakuan Geser (G ) Analisis kekakuan geser juga dilakukan perhitungan berdasarkan data pengujian (aktual) dan secara teoritis. Analisa perhitungan kekakuan geser aktual REKAYASA SIIL / VOLUME 10, No.2 2016 ISSN 1978-5658 102

dihitung seperti pada ASTM E 564 dengan rumus : G = x a b erhitungan kekakuan ini dilakukan pada tahan beban yang sama seperti pada perbandingan sebelumnya yaitu beban berkisar 1700 kg, dimana dinding C2 sudah mencapai beban puncak maksimum. erhitungan kekakuan geser aktual seperti pada Tabel 4. dengan rasio tinggi dan lebar (Hw/Lw) = 1 memiliki kekakuan geser paling besar dibandingkan dengan dinding B dan C. 4.4 Deformasi Geser ada Dinding Tabel 5. Deformasi geser aktual dinding Benda Uji Tabel 4. Kekakuan geser global (G ) aktual dinding u (kg) (mm) a (mm) b (mm) G' (kg/m) A1 1700 2,31 600 600 735930,736 A2 1700 0,95 600 600 1789473,684 B2 1700 43,74 900 600 58299,0 B3 1700 12,36 900 600 206310,680 C2 1682 33 1200 600 101939,394 C3 1674 57,72 1200 600 58004,158 (A2) (B3) (C2) (B2) Gambar 3. erbandingan kekakuan geser teoritis dan aktual Dapat dilihat pada Gambar 3 jika hasil analisis secara teoritis menghasilkan kekakuan geser yang lebih besar dari pada analisis aktual. Hasil analisis secara aktual, dinding yang memiliki kekakuan geser paling besar yaitu dinding A2, sedangkan secara teoritis dinding yang memiliki kekakuan geser paling besar adalah dinding A1. Sehingga dapat dikatakan baik secara aktual maupun teoritis bahwa dinding A (C3) Gambar 4. Deformasi geser dinding Berdasarkan hasil perhitungan deformasi geser pada tabel tersebut, dapat dikatakan bahwa dinding A2 yaitu dinding dengan rasio tinggi dan lebar dinding REKAYASA SIIL / VOLUME 10, No.2 2016 ISSN 1978-5658 103

(Hw/Lw) =1 mengalami deformasi geser terbesar daripada kedua dinding lainnya. Sementara dinding lainnya juga mengalami deformasi geser tetapi tidak begitu besar seperti dinding A2. ada dinding A2 deformasi gesernya sebesar 0,877 mm, deformasi geser ini hampir 92% dari deformasi total pada beban 1700 kg yaitu sebesar 0,95 mm. Dinding B2 deformasi gesernya sebesar 0,144 mm dan berkisar hanya 0,3% saja dari deformasi total yang terjadi yaitu sebesar 43,74 mm. Sedangkan untuk dinding B3 deformasi gesernya sebesar 0,144 mm yang hanya 1,2% dari deformasi total yaitu 12,36 mm. Dinding C2 deformasi gesernya sebesar 1,968 mm yang hanya 5,96% dari deformasi totalnya yaitu sebesar 33 mm. Serta dinding C3 yang deformasi gesernya sebesar 0,089 mm yang sangat kecil jika dibandingkan dengan deformasi totalnya sebesar 59,72 mm, yakni hanya berkisar 0,1% saja. Memang seharusnya prosentase deformasi geser dibanding deformasi total yang terkecil terjadi pada dinding dengan tinggi yang lebih besar dari dinding lainnya. Akan tetapi pada dinding B dan C tidak semua menunjukkan hasil yang seharusnya, hal ini juga dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi. Seperti yang dijelaskan pada subbab sebelumnya yakni pada deformasi total yakni yang menyebabkan hal tersebut terjadi seperti kekuatan material pada dinding, atau mungkin faktor alat yang kurang teliti dalam hal pembacaan deformasi. Seperti yang terlihat pada gambar deformasi geser dinding berikut ini yang jelas terlihat bahwa deformasi geser dinding A2 yang paling besar. 5. KESIMULAN Berdasarkan hasil penelitian serta analisis dan pembahasan data, dapat ditarik beberapa kesimpulan guna menjawab permasalahan dalam penelitian perilaku geser dinding panel jaring kawat baja tiga dimensi dengan variasi rasio tinggi dan lebar (Hw/Lw) terhadap beban lateral statik, yaitu sebagai berikut: 1. Beban maksimum (u) yang bekerja pada dinding dengan rasio tinggi dan lebar dinding (Hw/Lw) = 1 mempunyai kapasitas beban yang paling besar baik secara aktual dan teoritis dibandingkan dengan dinding lainnya yaitu berkisar antara 3 sampai 4 ton lebih. 2. Mekanisme keruntuhan geser yang terjadi pada dinding ditunjukkan dengan terjadinya retak geser atau retak tarik diagonal pada muka dinding. Mekanisme ini lebih terlihat dominan pada dinding dengan rasio tinggi dan lebar dinding (Hw/Lw) = 1. 3. erilaku geser (shear behavior) yang dominan terjadi pada dinding dengan rasio tinggi dan lebar dinding (Hw/Lw) = 1. Hal ini dibuktikan dengan bentuk deformasi horizontal total yang menunjukkan bentuk deformasi geser, perhitungan analitis deformasi geser secara aktual maupun teoritis yang terjadi pada dinding ini terbesar (dominan) daripada dinding lainnya, serta dinding ini mempunyai kekakuan geser global (Global Shear Stiffness) dan kuat geser ultimit (ultimate shear strength) paling besar. 6. DAFTAR USTAKA ASTM E-564. 2001. Standard ractice for Static Load Test for Shear Resistance of Framed Walls for Buildings. ASTM International, 100 Barr Harbor Drive, O Box C700, West Conshohocken, A 19428-2959, United States. Badan Standar Nasional. SNI-1726-2002 Standar erencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung R. ark & auley. 1975. Reinforced Concrete Structure. John Wiley & Sons Inc. Schueller, Wolfgang. 1977. High-Rise Building Structures. John Wiley & Sons Inc. Timothy. 2005. Aplicability Metoda Desain Kapasitas pada erancangan Struktur Dinding Geser Beton Bertulang Yehuda, Christianto. 2011. emakaian Dinding anel ada royek Konstruksi di Indonesia. Laporan Skripsi. Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen etra Surabaya REKAYASA SIIL / VOLUME 10, No.2 2016 ISSN 1978-5658 104

Website Wikipedia Bahasa Indonesia. Dinding. http://id.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2014 Website T Modern anel Indonesia. Dinding M- anel. http://mpanelindonesia.com. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2014 REKAYASA SIIL / VOLUME 10, No.2 2016 ISSN 1978-5658 105