I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA SEMPU KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA SEMPU NOMOR : 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007

KEPALA DESA BADAMITA KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN DESA BADAMITA NOMOR : 03 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA TAHUN 2017

DESA PANDA KABUPATEN BIMA PERATURAN DESA PANDA NOMOR 1 TAHUN Tentang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

SAMBUTAN KEPALA DESA

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

P E R A T U R A N D A E R A H

T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BUPATI BOGOR. Cibinong, Desember 2017

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER

Garut, Juni 2014 KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN GARUT. TOTONG, SE., M.Si. NIP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DESA SINDANGLAYA KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP DESA) TAHUN 2015

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Pembangunan Desa adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah desa, dalam rangka memajukan desa dan meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat desa. Dana pembangunan desa diambil dari pendapatan asli desa melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa setiap tahunnya yang dibahas bersama Badan Permusyawaratan desa maupun dari sumber lain dan swadaya masyarakat. Pasal 63 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, dijelaskan: perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya. Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, dijelaskan : (1) Perencanaan pembangunan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2) disusun secara berjangka meliputi; a. Rencana pembangunan jangka menengah desa yang selanjutnya disebut RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. b. Rencana kerja pembangunan desa, selanjutnya disebut RKPDesa, merupakan penjabaran dari RPJMD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. (2) RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a) ditetapkan dengan Peraturan Desa dan RKP-Desa ditetapkan dalam Keputusan Kepala Desa berpedoman pada Peraturan Dalam melaksanakan pembangunan perlu adanya perencanaan pembangunan, tanpa perencanaan program pembangunan desa menjadi daftar kegiatan tanpa arah tujuan. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dijelaskan Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. 1 Pembangunan pada daerah pedesaan dilakukan secara partisipatif, artinya pembangunan dilakukan bersama-sama dengan masyarakat desa setempat. Konsep partisipasi masyarakat dalam pembangunan sudah mulai dikenalkan oleh pemerintah sejak awal tahun 1980-an melalui istilah pemberdayaan masyarakat. Masyarakat diharapkan untuk dapat berpartisipasi dalam membangun serta menjaga lingkungan dimana mereka berada. 2 1 http://view.php.perencanaan_pembangunan.html, tanggal 15 Januari 2011 2 http://www.wahyukris.blogspot.com/2007/12/partisipasi-masyarakat-dalam, tanggal 1 Februari 2011 1

Dalam era Otonomi Daerah saat ini, desa diberikan kewenangan yang lebih luas dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya. Dalam rangka ini, sejumlah Peraturan Desa perlu dibuat untuk mengefektifkan implementasi dari kewenangan tersebut. Sampai saat ini belum ada ketentuan yang menjelaskan secara terperinci tentang ragam Peraturan Desa yang perlu dibuat. Berikut ini beberapa usulan tentang aspek-aspek yang perlu diatur melalui Peraturan Desa: 1) Rencana Pembangunan Tahunan Desa. 2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa. 3) Tata Ruang dan Peruntukan Lahan. 3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa anggarannya berasal dari Pendapatan Asli Desa dan bantuan dari Pemerintah Daerah, dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Sumber Pendapatan Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008, pada Pasal 2, dijelaskan : Sumber dan jenis pendapatan desa terdiri atas : a. pendapatan asli desa, terdiri dari : 1. hasil usaha desa 2. hasil kekayaan desa 3. hasil swadaya dan partisipasi 4. hasil gotong royong. 5. lain-lain pendapatan asli desa yang sah. b. Bagi hasil pajak dan retribusi Daerah; c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten; d. Bantuan keuangan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah kabupaten dan; e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. Anggaran Pendapatan Belanja Desa adalah instrumen penting yang sangat menentukan dalam rangka mewujudan tata pemerintahan yang baik (good governance) di tingkat desa. Tata pemerintahan yang baik diantaranya diukur dari proses penyusunan dan pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Memahami proses pada seluruh tahapan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (penyusunan, 3 http://upkkamal.wordpress.com/2010/09/08/peran-kepala-desa.bpd-dalam-pelestarian-hasil-pnpm-mandiripedesaan. tanggal 13 Januari 2011 2

pelaksanaan, pertanggungjawaban. Proses pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang didasarkan pada prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabel akan memberikan arti dan nilai bahwa pemerintahan desa dijalankan dengan baik. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Partisipatif mencakup hal-hal berikut ini : 1. Pengantar Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Partisipatif a. Pengantar penganggaran partisipatif b. Tahapan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa 2. Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa a. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa b. Menyusun RKA Pendapatan Desa c. Menyusun RKA Belanja Desa d. Menyusun RKA Pembiayaan Desa e. Menyusun Rincian dan Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa f. Musyawarah Anggaran Desa g. Regulasi dan sistematika Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa 3. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa partisipatif a. Menyusun DPA b. Sosialisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa c. Prinsip pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan belanja Desa d. Pembangunan swakelola masyarakat 4. Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa partisipatif a. Menyusun perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja desa b. Regulasi dan sistimatilka perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa 5. Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja desa partisipatif a. Monev Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa b. Menyusun Penghitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa c. Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. 4 Banyaknya tahapan dalam penyusunan anggaran di desa menjadikan alasaan perlunya pemberdayaan kepada masyarakat dalam perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran. Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) menjadi isu utama dalam program dan orientasi pembangunan nasional pada saat ini. Mencuatnya model pembangunan yang berbasis komunitas ini tidak hanya didasarkan pada pengalaman kegagalan 4 http://mustikajikebumen.blogspot/2008/07/pentingnya-pelatihan-penyusunan-apbdes.html. 3

strategi dan kebijakan pembangunan nasional pada masa lalu, tetapi juga pengalaman negaranegara maju yang kemudian mendorong terjadinya reorientasi dan perubahan paradigma pembangunan dari ekonomi sebagai sentral (capital centered development) kepada manusia sebagai pusat utama pembangunan (people centered development). 5 Pemberdayaan masyarakat adalah komitmen dalam memberdayakan masyarakat lapis bawah sehingga mereka memiliki berbagai pilihan nyata yang menyangkut masa depannya. Pemberdayaan masyarakat juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk membentuk sebuah struktur masyarakat yang mencerminkan tumbuhnya semangat swadaya dan partisipasi. 6 Kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan nasional dikuatkan dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan Teknologi Tepat Guna. Disebutkan dalam Pasal 1 butir 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2010, bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat adalah upaya pengembangan masyarakat melalui penciptaan kondisi yang memungkinkan masyarakat mampu membangun diri dan lingkungannya secara mandiri melalui pemberian sumberdaya, kesempatan dalam pengambilan keputusan, serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Selanjutnya disebutkan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2010, bahwa sasaran program pemberdayaan masyarakat adalah meliputi masyarakat pengangguran, putus sekolah, keluarga miskin, dan masyarakat yang memiliki usaha mikro, kecil, serta menengah. PNPM merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan, yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal. 7 Pada tahun 2012 di desa Pedawang sedang melaksanakan Program PNPM Mandiri Perdesaan dan Perkotaan yang salah satu kegiatannya adalah peningkatan sarana infrastruktur jalan. Salah satu lokasi kegiatan berada di RT 7 RW I. Dari rapat musyawarah RT 8 dapat diketahui lemahnya pemahaman masyarakat dalam perencanaan anggaran, khususnya dalam pembuatan rencana anggaran kegiatan pengaspalan jalan. Dari temuan tersebut maka tim 5 Aris Munandar, Peran Negara Dalam Penguatan Program Pemberdayaan Masyarakat, Jurnal Politik Vol 4/No. 1, Jakarta, 2008, hal 151. 6 Zubaedi, Wacana Pembangunan Alternatif, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2007, hal 19. 7 Loc. Cit. 8 Rapat musyawarah RT 7 RW I Desa Pedawang, tanggal 24 Juni 2012. 4

berencana untuk melakukan kegiatan advokasi (pendampingan) perencanaan anggaran sampai dengan pembuatan laporan kegiatan peningkatan insfrastuktur yaitu pengaspalan jalan. Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan publik yang bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat 9, advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik perhatian masyarakat pada suatu isu, dan mengontrol para pengambil kebijakan untuk mencari solusinya. Advokasi itu juga berisi aktifitas-aktifitas legal dan politis yang dapat mempengaruhi bentuk dan praktik penerapan hukum. Inisiatif untuk melakukan advokasi perlu diorganisir, digagas secara strategis, didukung informasi, komunikasi, pendekatan, serta mobilisasi, advokasi melibatkan berbagai strategi yang ditujukan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan publik baik di tingkat lokal, nasional dan internasional; dalam advokasi itu secara khusus harus memutuskan siapa yang memiliki kekuasaan dalam membuat keputusan; bagaimana cara mengambil keputusan itu; dan bagaimana cara menerapkan dan menegakkan keputusan 10. B. Perumusan Masalah Banyaknya tahapan dalam penyusunan anggaran di desa menjadikan alasaan perlunya pemberdayaan kepada masyarakat dalam perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran melalui kegiatan advokasi anggaran. Dari uraian di atas dapat disederhanakan permasalahan yang berkaitan dengan advokasi (pendampingan) anggaran : 1) Masyarakat belum memahami mekanisme dan ketentuan yang berkaitan dengan pengelolaan anggaran. 2) Pengelolaan anggaran yang terdiri dari perencanaan, penyusunan, pengesahan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban perlu lebih disosialisasikan agar penggunaan anggaran dapat dilaksanakan dengan memenuhi kaidah asas-asas umum pemerintahan yang baik sehingga tidak menimbulkan perbuatan yang bisa merugikan keuangan negara atau daerah. 9 Socorro Reyes, Local Legislative Advocacy Manual, Philippines: The Center for Legislative Development, 1997 10 Lisa VeneKlassen and Valerie Miller, The Action Guide for Advocacy and Citizen Participation, Washington D.C.: The Asia Foundation, 2002) 5