Peresmian Desa Mandiri Energi oleh Menteri Kehutanan RI Bapak Zulkifli Hasan pada tanggal 6 Desember 2009.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. Saat dunia mengalami krisis bahan bakar, Indonesiapun ikut terkena imbasnya.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

PENDAHULUAN. Latar Belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

Kebijakan Sektor Pertanian Mendukung Pengembangan BBN

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissma, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

I. PENDAHULUAN. Usaha perkebunan merupakan salah satu jenis usaha yang sangat potensial untuk

INOVASI TEKNOLOGI JARAK PAGAR MENDUKUNG PROGRAM DESA MANDIRI ENERGI

EVALUASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN BIOENERGI DI SEKTOR PERTANIAN

Rancangan Umum Pengembangan Bioenergi Berbasis Kehutanan : Sebuah Inisiasi

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

PELUANG DAN KENDALA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR NABATI PADA MESIN-MESIN PERTANIAN

Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 2013

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

MEMANFAATKAN BIOENERGI UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah produksi, konsumsi dan impor bahan bakar minyak di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini

PENDAHULUAN Latar Belakang

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BERBISNIS BAHAN BAKAR MINYAK YANG RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MASA DEPAN

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produksi perikanan laut Indonesia dari tahun ke tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

PER - 35/PJ/2015 TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS SELISIH KURANG HAR

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Muhamad Gadhavai Fatony, FE UI, 2010.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-03/M.

PERTANIAN.

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

BIOENERGI. Bioenergi : energi yang diperoleh dari biomasa (mahluk hidup) Biofuel : bahan bakar yang berbahan baku dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Suplemen Majalah SAINS Indonesia. Edisi Oktober Suplemen Pertanian (MSI 58).indd1 1 28/09/ :21:09

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami fluktuasi harga seiring menipisnya persediaan minyak dunia. Bila hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi. BPPT. Jakarta. Indonesia. Jakarta. Prosising Workshop Nasional Biodesel dab Bioethanol Di Indonesia.

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010.

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

Tatang H. Soerawidaja

Gambar 1.1 Konsumsi BBM Berdasarkan Sektor 2011 (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

LAPORAN KINERJA INVESTASI. KEM.PERTAMINAFLip DESA ASINUA JAYA KECAMATAN ASINUA KABUPATEN KONAWE. (Senin, Tanggal 9 Mei 2015)

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG HARGA JUAL ECERAN DAN KONSUMEN PENGGUNA JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

EVALUASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN BIOENERGI DI SEKTOR PERTANIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

AREN (Arenga pinnata MERR)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jenis-jenis Sumber Daya Alam

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN BIOENERGI DI SEKTOR PERTANIAN (LANJUTAN)

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan energi saat ini sama pentingnya dengan persoalan pangan,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

Peresmian Desa Mandiri Energi oleh Menteri Kehutanan RI Bapak Zulkifli Hasan pada tanggal 6 Desember 2009. Indonesia kaya akan sumber-sumber energi alamnya dan tersebar di lautan hingga daratan. Namun pemanfaatan sumber-sumber energi di Indonesia belum optimal. Pemanfaatan energi belum bervariasi, saat ini energi yang digunakan dalam kehidupan masyarakat Indonesia hanya terpaku pada energi yang berasal dari fossil yaitu bahan bakar minyak (BBM). Padahal telah diperkirakan persediaan bahan bakar minyak telah menipis. Pada suatu saat nanti bahan bakar ini benar-benar tidak ada dari dalam bumi. Sementara untuk mendapatkan penggantinya tidaklah mudah dan instan. Maka perlu adanya alternatif untuk mendapatkan energi baru pengganti bahan bakar minyak. Salah satu energi yang dapat dimanfaatkan adalah energi biomassa. Biomassa merupakan segala jenis sumber yang berasal dari bahan biologis yang masih hidup ataupun sudah mati yang dapat digunakan sebagai bahan bakar atau untuk produksi industrial. Biomassa biasanya merujuk pada tumbuhan dan hewan yang digunakan untuk produksi serta, bahan kimia atau panas. Namun biomassa tidak termasuk pada sumber-sumber bahan energi yang berasal dari hewan yang telah mengalami transformasi menjadi batu bara atau minyak bumi. Biomassa yang digunakan dalam pembahasan ini dapat berasal dari berbagai jenis tumbuhan seperti tanaman jarak pagar, tanaman nyamplung, kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, kemiri sunan, tebu, ubi kayu, sorghum, jagung, ubi jalar, aren, sagu. Pemanfaatan tanaman sebagai alternatif sumber energi ini dikenal sebagai bahan bakar nabati (BBN). Berbagai jenis biomassa ini sangat potensial dalam perkembangan pemanfaatan energi untuk kehidupan sehari-hari. Sementara itu pemanfaatan sumber-sumber energi tersebut haruslah didukung dengan kebijakan-kebijakan yang berpihak sehingga pengolahannya dapat dengan mudah diaplikasikan dan hasil produksinya dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Salah satu bentuk pemanfaatan potensi-potensi tanaman sebagai sumber-sumber energy ini adalah dengan kebijakan pembentukan Desa Mandiri Energi. Oleh karena itu perlu dipahami apa dan bagaimana Desa Mandiri Nergi tersebut. Maksud dari penulisan ini adalah memberikan data dan informasi sehubungan dengan 1 / 8

pemanfaatan potensi tanaman yang ada di Indonesia yang dikaitkan dengan pembentukan DME sebagai motor penggerak pemanfaatan potensi tanaman-tanaman tersebut. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan masyarakat agar tidak bergantung pada energi/bahan bakar yang berasal dari fosil (selama ini dikenal sebagai bahan bakar minyak/bbm) sebagai bahan energi kehidupan/perekonomian. PENGEMBANGAN DESA MANDIRI ENERGI Pengembangan DME ini berlandaskan pada : 1. PERPRES No. 5/2006: Kebijakan Energi Nasional : Penyediaan biofuel minimal 5% pada tahun 2025. 2. Inpres Nomor 1 Tahun 2006 : Inpres Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. 3. Kepres No. 10 Tahun 2006 : tentang Pembentukan Tim Nasional Pengembangan BBN untuk Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran. 4. Peraturan Pemerintah Energi dan Sumber Daya Mineral No. 32 Tahun 2008 : tentang Penyediaan, Pemanfaatan dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai bahan bakar lain. Berdasarkan pada dasar-dasar pengembagan DME tersebut dan sebagimana uraian dalam pendahuluan, maka Pemahaman Desa Mandiri Energi dalam pemanfaatan energi berbasis bahan bakar nabati, yaitu 1. Untuk mencukupi kebutuhan energi maupun peluang pengembangan kegiatan produktif di desa/wilayah bersangkutan. 2. Memanfaatkan potensi tanaman yang bisa diolah menjadi bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, industri kecil, petani, nelayan dan transportasi local. 3. Meningkatkan kesejahteraan rakyat. 4. Membuka lapangan kerja baru (pengambil biji, pengepul dan pengolah) Meningkatkan pasokan energi baru untuk masyarakat. 5. Meragamkan Kebutuhan Energi untuk Masyarakat. 6. Meningkatkan produktivitas ekonomi masyarakat. 7. Membantu pengentasan kemiskinan dan peningkatan daya beli masyarakat. 2 / 8

Sehubungan dengan ketersediaan tanaman sebagai sumber energi yang lebih banyak dan mudah dijumpai di pedesaan dibandingkan pada daerah perkotaan dan sesuai arah kebijakan pemerintah, untuk itu tahap awal perkembangan pemanfaatan tanaman ini sebagai alternatif sumber energi, ditempuh melalui konsep Desa Mandiri Energi (DME)sperti yang diuraikan di atas. Desa Mandiri Energi merupakan desa yang dipersiapkan untuk memiliki bahan bakar dari unsur nabati yang digunakan sebagai energi untuk menggerakkan roda perekonomian khususnya di dalam desa tersebut. Menurut Pusat Inovasi LIPI : DME adalah desa yang masyarakatnya memiliki kemampuan memenuhi lebih dari 60% kebutuhan energinya (energi listrik dan bahan bakar dari energi yang terbaharukan) yang dihasilkan dari potensi sumberdaya setempat. Pemanfaatan potensi tanaman yang bisa diolah menjadi bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, industri kecil, petani, nelayan dan transportasi lokal ini dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat selain itu juga dapat membuka lapangan kerja baru (pengambil biji, pengepul dan pengolah). Saat ini pengembangan Desa Mandiri energi baru pada pengembangan tanaman yang menghasilkan bahan bakar nabati seperti : - Kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, kemiri sunan, nyamplung sebagai Penghasil biodiesel untuk substitusi solar dan minyak bakar. - Tebu, ubi kayu, sorghum, jagung, ubi jalar, aren, sagu sebagai penghasil bioethanol untuk substitusi premium. Penandatanganan oleh Menteri Kehutanan RI Bapak Zulkifli Hasan pada tanggal 6 Desember 2009. 3 / 8

Pengembangan DME Melalui Budi Daya Jarak Pagar Penanaman jarak pagar dilakukan pada lahan kritis, dengan tujuan untuk: 1. Peningkatan Pendapatan 2. Penghijauan-Kesuburan tanah 3. Pola Usaha Penanaman : Sebagai Usaha Sampingan 4. Tidak mempengaruhi usaha utama yang berjalan (pertanian/peternakan) 5. Lokasi-Penanaman : 1. Lahan galengan sawah; 2. Tanggul/Bantaran Sawah; 3. Pagar rumah; 4. Tepian jalan desa/jalan KA; 5. Lahan Kritis & Marginal 6. Pengembangan Penanaman : 1. Pendekatan kelompok tani; 2. Sosialisasi dari instansi terkait; 3. Pelatihan langsung. Penyediaan BBN dari Jarak Pagar : - Pengembangan jarak pagar dilakukan dengan prinsip kehati-hatian -> kesiapan bahan tanaman anjuran, teknologi pengembangan, kepastian pemanfaatan dan pemasarannya. - Departemen Pertanian melalui Puslitbangbun telah dan sedang menyiapkan benih jarak pagar unggul terseleksi -> bahan tanaman terseleksi ini dapat dikembangkan dengan berbagai teknik perbanyakan (benih, stek, kultur jaringan dll). - Wilayah pengembangan utamanya di KTI dan wilayah lain yang secara agroklimat sesuai. - Penyuluhan kepada masyarakat -> teknologi, pengolahan dan pemanfaatan - Pengembangan tanaman jarak pagar pada lahan tidur yang sesuai agroklimatnya dan secara tumpang sari. - Penyediaan dan sosialisasi alat pengolahan jarak pagar skala rumah tangga (alat pengepres, kompor, penerangan) -> pertanaman dan CJCO oleh petani, biodiesel plant oleh investor bermitra dengan petani/kelompok/koperasi. Pengembangan Jarak Pagar Tahun 2010 : 4 / 8

Saat ini tanaman Jarak pagar sebagai pengembangan bahan bakar nabati dikembangkan pada sebagian besar propinsi di Indonesia, untuk propinsi Sulawesi Selatan dikembangkan di Kabupaten Luwu dengan volume pengukuhan tanaman seluas 20 Ha dan bantuan kompor sebanyak 80 unit. Sedangkan Lokasi Desa Mandiri Energi di Propinsi Sulawesi Selatan berada di Kabupaten Maros dan Kabupaten Luwu. Dalam pengembangan Jarak pagar pada Desa Mandiri Energi didapatkan beberapa hal manyangkut permasalahan dari tanaman tersebut maupun kelembagaan Desa Mandiri serta dukungan-dukungan pelaksanaannya. Untuk dapat memberdayakan petani melalui Desa Mandiri Energi dan mendapatkan banyak manfaat seperti yang telah diuraikan dalam keunggulan jarak pagar, maka tanaman jarak pagar harus dapat dikembangkan sampai pada level pengembangan turunannya. Turunan-turunan jarak pagar ini telah terbukti memiliki banyak manfaat dan memiliki variasi produk- produk turunan berkualitas antara lain : 1. MINYAK JARAK PAGAR MURNI. Minyak Nabati ramah lingkungan, menghasilkan Energi Panas tinggi dari BBN (BAHAN BAKAR NABATI), dapat digunakan sebagai bahan Produksi Sabun Perawatan dan Industri Bio Pharrmasi berkualitas lainnya, 2. MINYAK BIO FUEL- KEROSIN, PENGGANTI MINYAK TANAH. Bahan Bakar Nabati pengganti BBM (Minyak Tanah), ramah lingkungan dengan Kalori Energi lebih besar dibanding Energi dari BBM (Minyak Tanah). 3. MINYAK BIO DIESEL PENGGANTI SOLAR. Bahan Bakar Diesel Nabati pengganti BBM (Solar), ramah lingkungan, Emisi Gas Buang lebih kecil dan Kalori Energi lebih besar. Dibanding Energi dari BBM (Solar). 4. MAKANAN HEWAN MEMAMAH BIAK. Makanan Ternak berkualitas dengan kandungan gizi tinggi dan lebih dapat disesuaikan pada kebutuhan kandungan Hewan Pemamah Biak, dengan bahan baku yang mudah dan murah didapatkan pada Daerah Industri Bio Diesel di Kabupaten Kabupaten. 5. MAKANAN HEWAN UNGGAS. Makanan Ternak berkualitas dengan kandungan gizi tinggi dan lebih mudah disesuaikan pada kebutuhan kandungan Hewan Unggas, dengan bahan baku mudah dan murah didapatkan. 6. MAKANAN IKAN-UDANG AIR TAWAR & PAYAU. Makanan Ternak berkualitas dengan kandungan gizi tinggi dan lebih dapat sesuaikan pada kebutuhan kandungan untuk Hewan Ikan dan Udang, dengan bahan baku yang mudah dan murah didapatkan. 7. MINYAK GOSOK REMATIK & MINYAK LULUR. Obat-obatan Alami jenis Herbal. Baik untuk proses penyembuhan dan perawatan kesehatan Tulang dan Kulit khususnya. 8. SABUN PERWATAN ANTI SEPTIK & HERBAL. Sabun untuk konsumsi Rakyat ataupun Perawatan Berkualitas, penuh manfaat untuk Kesehatan. Sehubungan dengan bahan baku dari minyak Jarak Pagar didalamnya. 9. BIO PESTISIDA LIMBAH JARAK PAGAR.. Bahan Pestisida Herbal yang berkhasiat 5 / 8

tinggi. Mudah terurai di Lahan dan Air. Mudah dan Murah untuk didapat dari Pemberdayaan Limbah. Menguntungkan dalam proses mendukung Pertumbuhan Pertanian dan Perekonomian Pedesaan. 10. GLYCERIN BAHAN KOSMETIK. Bahan dasar produksi Kosmetik Herbal yang banyak diperlukan Industri Kosmetik. Tersedia dengan murah dan mudah didapat. Melalui hasil produk sampingan Industri Bio Diesel. 11. TUMPANG SARI PERKEBUNANNYA ; RUMPUT, PORANG, ROSELA DAN PALAWIJA. Tumbuhan yang bersifat Simbiose Mutualistis. Mempunyai nilai tambah ekonomi tinggi dipasaran, sehingga dapat mendukung Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan. 12. HASIL BUDI DAYA HEWAN MEMAMAH BIAK. Masa Panen Hewan Memamah Biak menjadi lebih Singkat dan Mudah, Produk yang berkualitas, sangat diminati Pasar.Membantu dalam perkembangan Ekonomi Pedesaan. 13. HASIL BUDI DAYA HEWAN UNGGAS. Masa Panen Hewan Unggas menjadi lebih Singkat dan Mudah, Produk yang berkualitas, sangat diminati Pasar. Membantu dalam perkembangan Ekonimi Pedesaan. 14. HASIL BUDI DAYA HEWAN IKAN & UDANG. Masa Panen Hewan Ikan dan Udang menjadi lebih Singkat dan Mudah, Produk yang berkualitas sangat diminati Pasar. Membantu dalam perkembangan Ekonimi Pedesaan. Kebun jarak pagar di masyarakat Kab. Maros. Keunggulan Jarak Pagar : 1. Banyak manfaatnya : sebagai obat tradisional, bahan bakar memasak, penerangan, biodiesel, dll 2. Tidak bersaing dengan kebutuhan pangan 3. Dapat berfungsi sebagai pagar sekaligus tanaman penghijauan 4. Dapat diusahakan hingga 30 tahun 5. Pengolahan hasil biji dapat dilakukan mulai skala rumah tangga hingga industry Kelemahan Jarak Pagar : 6 / 8

1. Untuk dikembangkan oleh petani, belum tersedia bahan tanaman yang memberikan keuntungan seperti yang diharapkan (tingkat produktivitas dirasa masih kurang menguntungkan) 2. Untuk dapat berproduksi optimal, membutuhkan pemeliharaan yang tidak murah dan sederhana PENUTUP 1. Kesimpulan : Pemanfaatan tanaman sangat mungkin dimanfaatkan untuk kebutuhan energi baik untuk kebutuhan rumah tangga ataupun untuk transportasi; 2. Saran : 1. Program Nasional DME perlu dukungan di tingkat pemerintahan pusat, khusunya kementerian yang relevan dengan program ini (Kementrian Pertanian, ESDM, Kehutanan, dan lainnya). 2. Mengusulkan agar program pengembangan BBN menjadi program pengembangan Bahan Bakar unggulan, bukan alternative. 3. Pembagian peran antar Kementerian yang menuju sinergitas perlu diatur oleh Kementerian koordinator. 4. Diperlukan Subsidi untuk menekan ongkos produksi sehingga mendorong usaha BBN. 7 / 8

DAFTAR PUSTAKA Deputi Bidang Peningkatan Infrastruktur Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia. 2010. DESA MANDIRI ENERGI (DME) dalam Perspektif Daerah Tertinggal. Makalah. Pada Rakornas Desa Mandiri Energi pada 6 7 Mei 2010. Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian. 2010. STRATEGI PENGEMBANGAN JARAK PAGAR UNTUK BAHAN BAKAR NABATI (BBN). Makalah. Pada Rakornas Desa Mandiri Energi pada 6 7 Maei 2010. Kapala badan Litbang Kehutanan. 2010. PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN DALAM PENGEMBANGAN DME BERBASIS HUTAN TANAMAN NYAMPLUNG. Makalah. Pada Rakornas Desa Mandiri Energi pada 6 7 Mei 2010. www. Pusat Inovasi LIPI.co.id. 2010. Pengertian Desa mandiri Energi. Oleh: SITI MARYAM, PEH MUDA Balai TN. BABUL. 8 / 8