BAB I PENDAHULUAN. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat agar keuangan

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

BAB.I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya

BAB I PENDAHULUAN. yang menghasilkan produk berupa jasa pelayanan, baik pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan unit-unit kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Manajemen perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan oleh stakeholders atas pengelolaan keuangan negara/daerah. Bentuk

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT

PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) TERHADAP IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI INSTANSI (SAI) DI KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI GORONTALO.

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Reformasi tata kelola pemerintahan dan organisasi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebelum berlakunya paket Undang-undang di bidang keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah secara umum berperan dalam pemberian. pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidangnya masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I membahas permasalahan yang melatarbelakangi penelitian, pertanyaan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sejak munculnya konsep New Public Management (NPM) pada tahun 1980-

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagai pengguna anggaran negara, wajib untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintah yang baik (Good Government Governance) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

I. PENDAHULUAN. melalui satu paket undang-undang di bidang keuangan negara. Reformasi ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tata kelola keuangan yang baik merupakan prinsip pokok yang harus

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA HARUS BERKELANJUTAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK.05/2007 TENTANG

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan good governance mutlak diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN DANA OPERASIONAL KHUSUS PENGAMANAN PENERIMAAN NEGARA

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku auditor eksternal pemerintah atas Laporan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menteri keuangan selaku bendahara umum negara adalah pengelola

Laporan Keuangan Satker Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah (05) Dana Dekonsentrasi Kementerian Pertanian Semester II TA. 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi di bidang keuangan Negara yang telah dilaksanakan sejak

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam satu periode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Good Governance. Menurut UU No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi daerah ada lah hak

BAB I PENDAHULUAN. upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas. pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian pertanggungjawaban

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.06/2005 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PEDAHULUAN. Pemerintahan Daerah, desentralisasi diartikan sebagai penyerahan kewenangan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan persetujuan DPR RI telah berhasil menetapkan paket perundang-undangan di bidang keuangan negara yaitu Undang-undang nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pengawasan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara. Ketiga UU tersebut menjadi dasar bagi reformasi di bidang keuangan negara dari administrasi keuangan (financial administration) menjadi pengelolaan keuangan (financial management). Adanya reformasi di bidang keuangan Negara mengakibatkan perlunya perubahan perubahan di berbagai bidang untuk mendukung agar reformasi di bidang keuangan dapat berjalan dengan baik. Perubahan yang signifikan salah satunya adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintahan agar dapat terselenggaranya good governance yang merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita cita bangsa dan negara. Perubahan di bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi 1

dihasilkan informasi keuangan yang memadai serta tersedia bagi berbagai pihak untuk digunakan sesuai dengan tujan masing masing. Dalam mewujudkan hal tersebut diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan memiliki legitimasi sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Tuntutan terhadap terciptanya good governance sudah menjadi kehendak sebagian besar masyarakat. Untuk menjawab tuntutan itu, pemerintah terus berupaya untuk bersikap lebih transparan dalam pertanggungjawaban publiknya. Salah satu upaya peningkatan transparansi pertanggungjawaban kepada publik adalah di bidang pengelolaan keuangan negara. Saat ini format APBN/APBD telah berubah dari format anggaran berimbang dan dinamis menjadi format anggaran defisit, sehingga dapat memperlihatkan sumber pembiayaan pemerintah untuk menutup defisit tersebut, atau dengan kata lain dapat memperlihatkan besarnya hutang negara. Upaya untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang lebih baik, sebenarnya telah dirintis oleh Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) sejak tahun 1982, yaitu dengan melakukan modernisasi terhadap akuntansi pemerintah yang selama ini berjalan, dengan suatu sistem akuntansi pemerintah baru yang disebut Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP). 2

Secara teknis pemahaman konsep, sistem dan prosedur akuntansi masih perlu diperdalam secara terpisah dari konteks regulasi. Konsekuensi logis dari reformasi tersebut dapat dirinci dari ide pembaharuan sebagai berikut : 1. Reformasi anggaran melalui perubahan struktur dan format anggaran, proses penyusunan anggaran, perubahan administrasi pelaksanaannya, serta penerapan standar akuntansi ; 2. Reformasi pendanaan melalui perubahan kewenangan daerah dalam pemanfaatan dana, prinsip pengelolaan kas, cadangan, penggunaan dana pinjaman dan pembelanjaan defisit; 3. Reformasi pelaporan melalui pengembangan standar akuntansi pemerintah, penyederhanaan sistem dan prosedur akuntansi, proses audit internal dan eksternal dan pengembangan pelaporan kinerja. Salah satu hal penting yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, adalah adanya kewajiban Presiden menyusun dan menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang telah diperiksa oleh BPK. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tersebut terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan. Sedangkan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Keuangan. Selanjutnya diatur dalam penyusunan laporan keuangan dimaksud berdasarkan Standar 3

Akuntansi Pemerintah (SAP) yang mengacu pada perkembangan standar akuntansi pemerintah secara internasional. Dengan penerapan penatausahaan keuangan berdasarkan sistem yang baru diharapkan sistem dan prosedur pengelolaan pembukuan keuangan mengalami perubahan dengan tersedianya kebijakan akuntansi, kode rekening, sistem dan prosedur akuntansi, dokumen dan formulir serta catatan akuntansi yang pada akhirnya diharapkan pemerintah dapat menyusun laporan keuangan pada hal ini Kementerian Sosial RI dapat menyusun Neraca, Laporan Realisasi Anggaran dan Catatan Atas Laporan Keuangan. SAP akhirnya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Republik Indonesia tanggal 13 Juni 2005 dengan harapan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Pemberlakukan ketentuan SAP ini berlaku efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai tahun anggaran 2005. Dalam pelaksanaannya, LKPP disusun oleh Menteri Keuangan, berdasarkan laporan keuangan yang telah disusun oleh Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran (Laporan Keuangan atas pelaksanaan kegiatan Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dilaporkan secara terintegrasi) dan laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan negara yang telah disusun oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Laporan tersebut disampaikan kepada Presiden dan selanjutnya 4

diteruskan kepada BPK untuk dilakukan pemeriksaan dalam rangka pemberian pendapat (opini) sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tangung Jawab Keuangan Negara. Mulai tahun 2006, BPK tidak hanya memberikan pendapat (opini) atas LKPP tersebut tetapi juga memberikan pendapat (opini) atas Laporan Keuangan masing-masing Kementerian Negara/Lembaga. Pengembangan sistem memerlukan suatu perencanaan dan pengimplementasian yang hati-hati, untuk menghindari adanya penolakan terhadap sistem yang dikembangkan. Suatu keberhasilan implementasi sistem tidak hanya ditentukan pada penguasaan teknis belaka, namun banyak penelitian menunjukkan terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada kinerja Sistem Informasi Akuntansi, antara lain keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem, kemampuan teknik, personal SI, ukuran organisasi, dukungan manajemen puncak, formalisasi pengembangan SI, program pelatihan dan pendidikan pemakai (Soegiharto, 2001), Almilia dan Briliantien (2007). Penelitian tentang implementasi inovasi pengukuran kinerja pemerintahan dilakukan oleh Cavalluzzo dan Ittner (2004) menunjukkan bahwa beberapa faktor teknik dan faktor organisasional meliputi komitmen manajemen, otoritas pengambilan keputusan, pelatihan dan mandat dari legislatif berhubungan dengan implementasi inovasi sistem pengukuran. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengimplementasian sistem baru, perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti komitmen dari sumber daya yang terlibat, dukungan manajemen puncak, kejelasan tujuan dan pelatihan. 5

Chenhall (2004) menyarankan untuk melakukan penelitian di bidang lain seperti implementasi sistem pengendalian manajemen, balance scorecard dan strategi-strategi inovatif lainnya. Penelitian ini mengacu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Komara (2005), Almilia dan Brilliantien (2007). Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bukti empiris tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi implementasi Sistem Akuntansi Instansi khususnya di Kementerian Sosial RI. Penelitian ini tidak meneliti semua faktor yang mempengaruhi keberhasilan sistem seperti yang dilakukan oleh Komara (2005), Almilia dan Brilliatien (2007). Penelitian ini membatasi hanya pada 3 variabel dalam kaitannya dengan implementasi Sistem Akuntansi Instansi yang dilihat dari kepuasan user dan penggunaan sistem. Faktor-faktor tersebut antara lain: partisipasi pemakai, dukungan manajemen puncak, dan program pendidikan dan pelatihan. Sedangkan penelitian yang dilakukan Komara (2005) dan Almilia dan Brilliantien (2007) menguji 8 variabel yaitu keterlibatan pemakai, kemampuan teknik personal, ukuran organisasi, dukungan manajemen puncak, formalisasi pengembangan sistem, program pelatihan dan pendidikan, keberadaan dewan pengarah, dan lokasi departemen sistem informasi. Dalam rangka melaksanakan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Peraturan Menteri Keuangan No. 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan 6

Pemerintah Pusat, maka setiap instansi atau lembaga pemerintah diwajibkan untuk menyelenggarakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) untuk menghasilkan laporan keuangan. Sehubungan dengan pentingnya SAI dalam membuat laporan keuangan instansi, maka diharapkan setiap instansi pemerintah dan tidak terkecuali bagi Kementerian Sosial RI untuk menyelenggarakan SAI sebagai sistem akuntansi guna menyampaikan laporan keuangan instansi kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Implementasi di lingkungan Kementerian Sosial RI selama ini sudah berjalan dengan baik, tetapi masih ada kendala. Masih ada satuan-satuan kerja (Satker/UAKPA) sebagai pengguna anggaran mempergunakan mata anggaran yang tidak sesuai peraturan, sering terlambat dalam menyampaikan laporan keuangan oleh Satker ke KPPN dan UAPPA-W, dikarenakan dipengaruhi oleh sumber daya manusia (SDM) dan jarak antara Satker dengan KPPN dengan UAPPA- W sangat jauh dan sulit terjangkau, sehingga kurang efektif dan efisien. Selain itu laporan keuangan masih terdapat kesalahan-kesalahan baik yang disebabkan oleh system error dan human error yaitu permasalahanpermasalahan yang sering timbul dalam proses penyusunan laporan keuangan seperti tidak tercantumnya pagu anggaran, realisasi belanja tanpa pagu, serta adanya realisasi belanja yang melebihi pagu (minus). Berdasarkan identifikasi kendala di atas, maka Sistem Akuntansi Instansi (SAI) saat ini sangat besar pengaruhnya terhadap laporan keuangan, karena kesalahan dan sanksi keterlambatan penyampaian laporan keuangan bagi 7

instansi dapat berdampak buruk bagi kinerja instansi di masa mendatang. Pengaruh kinerja yang dimaksud yaitu apabila masih ada kesalahan akan mengurangi keandalan dan keakuratan laporan keuangan yang pada akhirnya mempengaruhi opini laporan keuangan dan akibat jangka pendeknya mengakibatkan tertundanya rekonsiliasi dengan KPPN sehingga mengakibatkan tertundanya pencairan/penerbitan SP2D atas Surat Perintah Membayar (SPM) yang diajukan Satker. Kementerian Sosial RI telah dapat mempertahankan opini pemeriksaan yang cukup signifikan atas LKKL yang disampaikan yaitu Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Hal ini harus menjadi pemicu dan penyemangat bagi Kementerian Negara/Lembaga untuk terus meningkatkan kualitas pelaporannya sehingga diharapkan opini pemeriksa pada periode pelaporan tahun berikutnya akan menjadi lebih baik dengan target opini Unqualified atau Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Mengingat pentingnya SAI dalam Laporan Keuangan pemerintah yang merupakan bagian dari tanggung jawab yang tidak terpisahkan dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan (akuntabilitas), maka penulis memilih judul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP IMPLEMENTASI SISTEM AKUNTANSI INSTANSI (SURVEY PADA KEMENTERIAN SOSIAL RI). 8

B. Rumusan Masalah Untuk mengetahui bukti empiris faktor-faktor apa saja yang dapat berpengaruh terhadap implementasi Sistem Akuntansi Instansi khususnya di Kementerian Sosial RI maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh partisipasi pemakai pengembangan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) terhadap implementasi Sistem Akuntansi Instansi di Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial RI? 2. Apakah terdapat pengaruh manajemen puncak terhadap implementasi Sistem Akuntansi Instansi di Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial RI? 3. Apakah terdapat pengaruh pendidikan dan pelatihan terhadap implementasi Sistem Akuntansi Instansi di Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial RI? 4. Apakah terdapat pengaruh partisipasi pemakai, manajemen puncak, dan pendidikan dan pelatihan secara bersama-sama terhadap implementasi Sistem Akuntansi Instansi di Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial RI? C. Tujuan dan Manfaat Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 9

1. Untuk mendapatkan gambaran penerapan/implementasi SAI di Kementerian Sosial RI. 2. Menganalisis pengaruh faktor partisipasi pemakai, dukungan manajemen puncak dan program pelatihan dan pendidikan pemakai terhadap implementasi SAI. Penelitian ini untuk menguji kembali penelitian yang telah dilakukan Komara (2005) dan Almilia dan Brilliantien (2007) dengan menggunakan obyek penelitian yang berbeda yaitu Kementerian Sosial RI (sektor publik). Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan pemikiran mengenai implementasi kebijakan sistem akuntansi instansi. 2. Manfaat Praktis Diharapkan dapat memberikan kontribusi masukan informasi bagi Kementerian Sosial RI dalam pelaksanaan implementasi sistem akuntansi instansi sehingga dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan implementasi sistem akuntansi instansi demi tercapainya pengelolaan keuangan yang lebih transparan dan bertanggungjawab. 10

D. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian adalah implementasi Sistem Akuntansi Instansi pada Kementerian Sosial RI wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan memfokuskan pada pengaruh partisipasi pemakai, dukungan manajemen puncak, dan program pelatihan dan pendidikan terhadap implementasi SAI. 11