IDENTIFIKASI TUMBUHAN FAMILI ARACEAE DI CAGAR ALAM TANGALE KABUPATEN GORONTALO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Tempat Dan Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Barat Danau Limboto Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan

IDENTIFIKASI TUMBUHAN FAMILI ARACEAE DI HUTAN CAGAR ALAM GUNUNG AMBANG SUB-KAWASAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, sub

JENIS - JENIS ARACEAE DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH NOVITA SARI NIM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Famili Araceae termasuk suku talas-talasan yang mencakup herba

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Katingan Hulu Kelurahan Tumbang Senamang, penelitian ini

KERAGAMAN JENIS DAN POLA SEBARAN Araceae DI KAWASAN WANA WISATA UBALAN KABUPATEN KEDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kawasan secara umum merupakan permukaan tanah atau air yang sederhana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelestarian fungsi danau. Mengingat ekosistem danau memiliki multi fungsi dan

Pemetaan Pandan (Pandanus Parkins.) di Kabupaten dan Kota Malang

Keanekaragaman Jenis Araceae Di Kawasan Hutan Bukit Tapak, Cagar Alam Batukahu, Bali

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

Tujuan. Eksplorasi Botani Hutan [Fieldwork] Tujuan. Cara Kerja

BAB I PENDAHULUAN. dari pemanfaatan yang tidak banyak mempengaruhi kondisi ekosistem hutan sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pembuatan Herbarium. Pembuatan Herbarium dan Pengenalan Jenis Pohon. Onrizal Departemen Kehutanan USU. Onrizal 2

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM. Herbarium

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

JENIS-JENIS ARACEAE DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH ANAI KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT. Oleh: Renta Dwi Ananda 1), Des M 2), Rizki 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian. 1 Atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

MODUL-09 PEMBUATAN HERBARIUM BASAH DAN HERBARIUM KERING IX. PEMBUATAN HERBARIUM BASAH DAN HERBARIUM KERING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. di muka bumi ini merupakan bagian keindahan dari ciptaan Allah swt.

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia. 1

I. PENDAHULUAN. tumbuhan asing yang dapat hidup di hutan-hutan Indonesia (Suryowinoto, 1988).

Indonesia: Mega Biodiversity Country

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya. obatan hingga perananya sebagai keseimbangan ekosistem.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dibagi menjadi 7 strata ketinggian. Strata IV ( m dpl) Karakter morfologi bambu tali dicatat (lampiran 2).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ISBN: A R A C E A E D I P U L A U B A L I

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB III KOLEKSI TUMBUHAN DAN METODE HERBARIUM

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan kehidupan dan peradaban manusia, hutan semakin

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

PENDAHULUAN. Pembangunan hutan tanaman bertujuan untuk meningkatkan. produktivitas lahan yang kurang produktif, meningkatkan kualitas lingkungan

Eksplorasi dan Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di Sumatera Tengah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan hidup di daerah tropika. Pteridophyta tidak ditemukan di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

HERBARIUM. Purwanti widhy H 2012

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dan gajah yang keberadaannya sudah mulai langka. Taman Nasional. Bukit Barisan Selatan termasuk ke dalam taman nasional yang memiliki

INVENTARISASI TUMBUHAN BAWAH DI KAWASAN PENAMBANGAN EMAS DESA JURIA KECAMATAN BILATO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

IDENTIFIKASI TUMBUHAN FAMILI ARACEAE DI CAGAR ALAM TANGALE KABUPATEN GORONTALO Binti Khoirul 1,Novri Y. Kandowangko 2, Wirnangsi D. Uno 3 1) Mahasiswa Jurusan Biologi, 2) Dosen Jurusan Biologi, 3) Dosen Jurusan Biologi Progran Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Binti_taurus@yahoo.co.id ABSTRAK Binti Khoirul. 2013. Identifikasi Tumbuhan Famili Araceae di Cagar Alam Tangale Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo. Dosen Pembimbing I Dr. Novri Youla Kandowangko, M.P dan Pembimbing II Wirnangsi D. Uno, S.Pd., M.Kes. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Hutan Cagar Alam Tangale pada tanggal 03 Juli 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies tumbuhan dari famili Araceae di hutan Cagar Alam Tangale Kabupaten Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode jelajah. Data yang diperoleh dianalisis Deskriptif Kualitatif yakni mendeskripsikan cirri-ciri morfologi dari setiap spesies yang diperoleh di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan tujuh spesies famili Araceae. Tujuh spesies tersebut adalah Alocasia longiloba Miq., Homalomena Pendula, Scindapsus pictus, Amorphophallus paeoniifolius, Epipremnum pinnatum, Monstera dubia dan Aglaonema simplex. Kata kunci : Famili Araceae, Identifikasi, Cagar Alam Tangale. PENDAHULUAN Hutan adalah suatu kawasan yang di dalamnya terdapat kumpulan pepohonan dan tumbuhan yang dapat hidup selama bertahun-tahun dan berperan sebagai penyedia air dan tempat hidup berjuta flora dan fauna. Hutan merupakan salah satu bentuk tata guna lahan yang lazimnya dijumpai di daerah tropis, sub tropis, di dataran rendah maupun pegunungan bahkan di daerah kering sekalipun (Nirwani, 2010). Berdasarkan variasi sistem ekologi dan tujuan pengelolaannya, hutan dapat dibagi menjadi beberapa golongan, salah satunya hutan lindung. Hutan lindung adalah suatu kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi, agar fungsi-fungsi ekologisnya

terutama menyangkut tata air dan kesuburan tanah tetap dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh masyarakat disekitarnya (Santoso, 1996). Komponen penyusun hutan terdiri dari beberapa vegetasi, salah satu vegetasi tersebut yaitu tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah yaitu suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan, kecuali permudaan pohon hutan yang meliputi rerumputan herba dan semak belukar (Dahlan, 2011). Vegetasi tumbuhan bawah memiliki toleransi hidup yang tinggi sehingga banyak ditemukan di tempat-tempat terbuka, tepi jalan, tebing sungai, lantai hutan, lahan pertanian, dan perkebunan. Menurut Nirwani (2010) secara taksonomi vegetasi tumbuhan bawah umumnya terdiri dari beberapa famili, salah satunya yaitu famili Araceae. Famili Araceae atau keluarga talastalasan merupakan tumbuhan yang umum bagi masyarakat. Keluarga talas-talasan bisa diketahui berdasarkan ciri utama, yaitu berbatang basah (herba) dan bunga yang terdiri atas seludang dan tongkol (Kurniawan dan Asih, 2012). Menurut Steenis (2008) Araceae adalah tumbuhan herba atau perdu tidak berambut, menahun, kebanyakan berumbi atau berakar rimpang, bentuk daun bervariatif, memiliki seludang dan bunga bertongkol atau berkelamin dua. Famili Araceae ini terdiri atas 110 marga yang meliputi 3.200 jenis (Ensklopedia Flora, 2010). Tumbuhan yang termasuk dalam famili Araceae memiliki banyak manfaat diantaranya dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias seperti Aglaonema, Alocasia, Anthurium, Homalomena, Schismatoglottis, Epipremnum, Monstera dan Philodendron. Beberapa jenis juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan alternatif, contohnya dari jenis Colocasia esculenta (L.) Schott (talas), Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson (suweg) (Kurniawan dan Asih, 2012). Selain dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan bahan pangan, ternyata famili Araceae juga dapat dimanfaatkan

sebagai tanaman obat seperti Arisaema, Lasia, Homalomena dan Typhonium daun dan akarnya yang berfungsi untuk mengobati encok, bengkak, dan sakit perut. Secara ekologi kelompok tumbuhan ini juga sangat penting, karena menempati relung ekologi dengan rentang yang luas pada hutan hujan tropis sehingga menjadi indikator ekologi bagi kualitas hutan dan tipe vegetasi. Kershaw Kainde (2011) mengemukakan bahwa bentuk vegetasi dibatasi oleh tiga komponen pokok, yaitu (1) Stratifikasi merupakan lapisan penyusun vegetasi (strata) yang dapat terdiri dari pohon, tiang, perdu, sapihan, semai dan herba. (2) Sebaran horizontal dari jenis penyusun vegetasi tersebut yang menggambarkan kedudukan antar individu. (3) Banyaknya individu dari jenis penyusun vegetasi tertentu. Beberapa tumbuhan dari famili Araceae telah teridentifikasi oleh Kurniawan (2012) di Pulau Bali yang termasuk kawasan Kepulauan Sunda Kecil (Lesser Sunda Island) terdapat 22 spesies Araceae dan 14 marga. Menurut Haigh et al dalam Kurniawan (2012) terdapat 297 spesies suku Araceae di Borneo (termasuk Kalimantan), 159 spesies di Sumatra, 49 spesies di Sulawesi, 22 spesies di Kepulauan Sunda Kecil (termasuk Bali dan Nusa Tenggara), 67 spesies di Jawa, 35 spesies di Maluku, dan 114 spesies di Papua-New Guinea (termasuk Papua). Hingga kini, di Indonesia belum memiliki data yang pasti, baik tentang jumlah jenis maupun marga dari famili Araceae. Salah satunya daerah Provinsi Gorontalo. Salah satu hutan yang berada di Gorontalo yaitu hutan Cagar Alam Tangale. Kawasan Cagar Alam Tangale memiliki berbagai macam tumbuhtumbuhan seperti herba, perdu, pohon yang terdiri dari kayu, bambu, palem dan tumbuhan bawah (famili Araceae). Hutan di Kawasan Cagar Alam Tangale beriklim C berkisar antara 33,3% - 60%. Hutan ini merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan dari famili Araceae, karena

beberapa spesies dari famili Araceae terdapat di daerah beriklim sedang dan dingin. Berdasarkan hasil observasi ditemukan tumbuhan dari famili Araceae, dan berdasarkan informasi dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam bahwa tumbuhan dari famili Araceae belum ada kawasan Hutan Cagar Alam Tangale datanya, sehingga dengan hal tersebut merupakan salah satu hutan lindung yang berada di Gorontalo dan termasuk hutan perlu dilakukan penelitian dengan formulasi judul Identifikasi Tumbuhan hujan tropis dataran rendah dengan Famili Araceae di Hutan Cagar Alam kelembaban udara berkisar 68,4 83,2 0 C Tangale Kabupaten Gorontalo. (Departemen Kehutanan, 2007) banyak METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di hutan Cagar Alam Tangale Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan, dari awal bulan Juli, sampai akhir bulan Juli baik dari tahap persiapan hingga pelaporan hasil akhir dari penelitian. Metode Penelitian dan Analisis Data Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode survey. Data yang di peroleh di analisis dengan cara menggunakan analisis Dekskriptif Kualitatif yakni dengan mendeskripsikan ciri morfologi dari spesies famili Araceae dengan menggunakan kunci determinasi Practical Plant Identification (Cullen, 2006). Objek Penelitian Adapun yang menjadi objek penelitian ini yaitu spesies tumbuhan spesies famili Araceae di Cagar Alam Tangale Kabupaten Gorontalo. Alat dan bahan Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Kamera, GPS, Soil tester, Hygrometer, Alat tulis menulis, Papan akrilik, Spidol white board, Kantong palstik, Sasak, Kertas merang, Kertas koran, Oven dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aqudest, Spiritus, alkohol 70 %, selotip dan lem. Prosedur Penelitian 1. Tahap Observasi Tahap awal yang dilakukan adalah observasi langsung ke lokasi yaitu di hutan

Cagar Alam Tangale untuk mengetahui gambaran dan kondisi lapangan yang akan dijadikan objek penelitian guna mendapatkan data yang diharapkan. 2. Tahap Pengambilan Sampel Proses pengambilan sampel, peneliti menjelajahi di seluruh kawasan Cagar Alam Tangale yang telah di tetapkan sebagai lokasi penelitian. Setiap dijumpai jenis famili Araceae diukur titik koordinatnya dengan menggunakan GPS, mengukur faktor lingkungan seperti kelembaban udara menggunakan Higrometer, suhu udara menggunakan termometer dan ph tanah menggunakan Soil tester. 3. Tahap Identifikasi Tahap identifikasi dilakukan dengan cara mengidentifikasi spesies tumbuhan dari famili Araceae yang ditemukan di lokasi penelitian dengan panduan kunci identifikasi tumbuhan Practical Plant Identification (Cullen, 2006). 4. Tahap Pembuatan Herbarium a. Sampel tumbuhan termasuk etiket gantung yang menyertai dikeluarkan dari kantong plastik dan diletakkan di dalam kertas merang. b. Posisi sampel diatur sedemikian rupa yang mempresentasikan keseluruhan bagian tumbuhan pada kondisi aslinya (keadaan saat tumbuhan tersebut hidup) dan menunjukan morfologi semua bagian sampel untuk memaksimalkan informasi tumbuhan tersebut. c. Penyusunan sampel saat dipres juga harus memperhatikan spesies sampel yang dikoleksi. Tumbuhan dengan organ tebal, kaku atau spesies tumbuhan sukulen sebaiknya disusun di bagian luar dekat dengan sasak pres pada posisi tegak agar terkena panas lebih banyak dan mempercepat proses pengeringan. d. Setiap 3-5 tumpukan kertas merang dibatasi oleh kertas karton, kemudian sejumlah maksimal 10 tumpukan karton tersebut diatur sedemikian rupa dijepit sasak pres kemudian diikat dan dikencangkan dengan sabuk sasak. e. Sampel tumbuhan yang telah dipres kemudian dikeringkan. Pengeringan

dapat dilakukan dengan menggunakan i. Tempel label herbarium dibagian kanan oven pada suhu 50 0 C. Proses bawah kertas herbarium menggunakan pengeringan berkisar 2-3 hari tergantung pada spesies tumbuhan, kelembaban dan temperatur tempat yang digunakan. f. Spesimen yang telah dikeringkan kemudian dipindahkan secara hati-hati ke kertas herbarium. g. Tempel spesimen menggunakan selotip. h. Bagian tumbuhan yang mudah lepas atau rontok dari bagian lainnya misalnya bunga dan biji maka bagian tersebut disimpan di dalam amplop kemudian ditempelkan di kanan atas pada ertas herbarium. lem. j. Misalnya bunga dan biji maka bagian tersebut disimpan di dalam amplop kemudian ditempelkan di kanan atas pada ertas herbarium. k. Tempel label herbarium dibagian kanan bawah kertas herbarium menggunakan lem. Teknik Analisis Data Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif yakni mengidentifikasi tumbuhan dari famili Araceae yang ditemukan dengan menggunakan panduan kunci identifikasi Practical Plant Identification (Cullen, 2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Hutan Cagar Alam Tangale ditemukan beberapa spesies dari famili Araceae. Berdasarkan hasil identifikasi, diperoleh tujuh spesies dari famili Araceae yaitu Alocasia longiloba Miq., Homalomena pendula, Scindapsus pictus, Amorphophallus, Epipremnum pinnatum, Monstera dubia dan Aglaonema simplex. Dari 7 spesies tumbuhan bawah yang ditemukan di kawasan Cagar Alam

Tangale, satu spesies yang paling dominan atau paling banyak ditemukan pada lokasi penelitian yaitu spesies Aglaonema simplex. Hal ini dikarenakan tumbuhan ini dapat mnghasilkan biji yang sangat banyak dan sesuai syarat tumbuhya yaitu tumbuh pada suhu 28 0-30 0 C (Basriman, 2011). Hal ini juga sesuai suhu udara di Cagar Alam Tangale dengan kisaran 27 29 0 C. Hasil penelitian yang penulis lakukan ditemukan pada 5 titik, pada titik pertama ditemukan spesies Alocasia longiloba Miq. Spesies ini ditemukan pada sekitaran sungai, pada kondisi lingkungan dengan kelembaban 98%, suhu udara 28 0 C, dan ph tanah 5,4. Spesies yang berdekatan pada titik pertama yaitu ditemukan spesies Homalomena pendula. Spesies ini ditemukan pada kondisi lingkungan dengan kelembaban 98%, suhu udara 28 0 C, ph tanah 5,4. Pada titik ke dua ditemukan spesies Scindapsus pictus. Spesies ini ditemukan pada pohon, merupakan tumbuhan epifit (merambat) pada kondisi lingkungan dengan kelembaban 99%, suhu 27 0 C, ph tanah 5. Sesuai dengan syarat tumbuh, tumbuhan ini dapat tumbuh pada suhu berkisar 24 29,5 0 C. Pada titik ke tiga ditemukan spesies Amorphopalus paeoniifolius. Spesies ini ditemukan di tepian hutan pada kondisi lingkungan dengan kelembaban 99%, suhu 29 0 C, ph tanah 5,4. Sesuai dengan syarat tumbuhnya, tumbuhan ini tumbuh pada suhu optimal berkisar dari 25-35 C, pada tanah liat berpasir yang dalam dengan ph tanah 6 7,5 (Flach, 2013). Pada titik ke empat ditemukan spesies Epipremnum pinnatum. Spesies ini ditemukan pada pohon, merupakan tumbuhan epifit (merambat) pada kondisi lingkungan dengan kelembaban 90%, suhu 28 0 C, ph tanah 5,2. Pada titik ke lima ditemukan spesies Monstera dubia. Spesies ini ditemukn pada pohon, merupakan tumbuhan epifit (merambat) pada kondisi lingkungan dengan kelembaban 97%, suhu 28,2 0 C, ph tanah 5,4. Sesuai dengan syarat tumbuh, tumbuhan ini dapat tumbuh pada Suhu

berkisar antara 20 hingga 27 0 C. Spesies yang berdekatan pada titik ke lima yaitu ditemukan spesies Aglaonema simplex. Spesies ini ditemukan di sekitaran bebatuan dekat sungai pada kondisi lingkungan dengan kelembaban 97%, suhu 28,2 0 C, ph tanah 5,4. Sesuai syarat tumbuh, tumbuhan ini tumbuh pada suhu 28 0-30 0 C (Basriman, 2011). Hal ini berdasarkan hasil pengukuran terhadap suhu udara di Cagar Alam Tangale menunjukkan kisaran 27 29 0 C, keadaan suhu seperti ini mendukung pertumbuhan famili Araceae. Suhu optimal berkisar dari 25 C 30 C merupakan tempat yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan Araceae (Basriman, 2011). Tumbuhan Araceae biasa hidup pada tempat yang lembab sehingga suhunya pertumbuhan Araceae, kelembaban udara di Cagar Alam Tangale berkisar antara 90 99 %, pada umumnya Araceae memerlukan kelembaban yang relatif tinggi untuk menunjang pertumbuhan Araceae. Selain suhu dan kelembaban udara, ph tanah juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan Araceae. ph tanah di Cagar Alam Tangale berkisar antara 5 5,7. Araceae dapat tumbuh pada ph tanah 5 7. Berdasarkan uraian hasil di atas, spesies famili Araceae mampu tumbuh pada lingkungan dengan kelembaban yang rendah hingga tinggi. Sebaran tumbuhan dari famili Araceae juga terkait dengan kemampuan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan ph tanah. biasa pada derajat yang rendah. Selain suhu, kelembaban udara juga mendukung KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa di kawasan hutan Cagar Alam Tangale ditemukan 7 spesies famili Araceae yakni

Alocasia longiloba, Homalomena pendula, Scindapsus pictus, Amorphophallus paeoniifolius, Epipremnum pinnatum, Monstera dubia dan Aglaonema simplex. selanjutnya mengenai Araceae, karena secara ekologi kelompok tumbuhan ini menempati relung ekologi dengan rentang yang luas pada hutan hujan tropis sehingga menjadi indikator ekologi bagi kualitas Saran hutan dan tipe vegetasi. Selesainya penelitian ini diharapkan akan ada penelitian-penelitian DAFTAR PUSTAKA Basriman. 2011. Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Riau.Riau. Cullen, James. 2006. Practical Plant Identification. Cambridge University Press. Dahlan, M. Naz um. 2011. Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria, L. Nielsen). Departemen silvikultur fakultas kehutanan. Bogor: IPB Departemen Kehutanan. 2007. Draf Rencana Pengelolaan Cagar Alam Tangale2007-2032. BKSDA. Manado. Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Rineka Cipta; Jakarta. Flach, M. & Rumawas, F. 2013. Plants yielding non-seed carbohydrates.jakarta. Indrianto. 2006. Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara. Jakarta. Kurniawan, Agung. Asih. 2012. Araceae di Pulau Bali. Jakarta: LIPI Press. Kainde,R.P. 2011. Analisis Vegetasi Hutan Lindung Gunung Tumpa, Vol.17 No.3 Leman, 2006. Aglaonema Pesona Kecantikan Sang Ratu Daun. Kanisius. Yogyakarta. Nirwani, Zainab. 2010. Keanekaragaman Tumbuhan Bawah yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi Bukit Lawang. Universitas Negeri Sumatera Utara: Medan. Oyen, LPA and Dung, Nguyen, Xuan. 1999. Plant Resuorces of South- East Asia 19 Essential-Oil Plants. Bogor: Indonesia Prana, M.S. Kuswara, T. 2002. Budidaya Talas: Diversifikasi untuk Menunjang Kesehatan Pangan Nasional. Medika Pustaka Mandiri. Jakarta. Purwanto, Arie W. 2006. Aglaonema Pesona Kecantikan Sang Ratu Daun. Kanisius. Yogyakarta.

Santoso, Y. 1996. Diversitas dan Topografi Ekosistem Hutan yang Perlu Dilestarikan. Kerja Sama Fakultas Kehutanan IPB dengan Yayasan Gunung Menghijau dan Yayasan Pendidikan Ambarwati. Bogor. Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Taksonomi Umum (Dasar-dasar Taksonomi Tumbuhan). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Setyawan, Ahmad. 2008. Biodiversitas Ekosistem Mangrove di Jawa; Tinjauan Pesisir Utara dan Selatan Jawa Tengah. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Biodiversitas Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sebelas Maret Surakarta. Steenis, Van. 2008. Flora. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Sudarsono, Ratnawati. Budiwati. 2003. Common Text Book Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Jurusan Biologi. Fakultas MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta. Suhono, Budi dkk. 2010. Ensklopedia Flora. Jilid 1. PT Kharisma Ilmu. Bandung. Sulingo, Icin. 2021. Identifikasi Spesies Manggrove Asosiasi di Kawasan Pesisir Utara Kecamatan Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas MIPA. Universitas Negeri Gorontalo. Sunarti, Siti. Rugayah. 2007. Tumbuhan Berpotensi Bahan Pangan di Daerah Cagar Alam Tangale. Biodiversitas ISSN: 1412-033X Volume 8, Nomor 2 Halaman: 88-91. Suryabrata, Sumadi. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta. Rajawali Press.