BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat telah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa untuk

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Dahar (1986) mengungkapkan bahwa hakekat IPA mencakup dua hal, yaitu IPA

KEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar setiap guru dapat mempergunakan model

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT) SISWA SMA PADA PRAKTIKUM HIDROLISIS GARAM

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Penilaian Pembelajaran. Proses Pembelajaran. Gambar 1.1 Komponen Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan mata pelajaran melalui pendekatan sciencetific learning

I.PENDAHULUAN. menunjukkan kondisi ini adalah berdasarkan The Third Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (Sains) merupakan salah satu konsep yang ditawarkan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran proses sains dalam konteks kurikulum 2013 dilakukan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Lind dan Gronlund (1995) asesmen merupakan sebuah proses yang ditempuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan dalam keadaan nyata apa yang diperoleh dalam teori.

2014 IDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH YANG MUNCUL MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATERI NUTRISI KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. laku (kemampuan) pada diri siswa, seperti yang sebelumnya tidak tahu. menjadi tahu, yang sebelumnya tidak paham menjadi paham, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arini, 2013

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

BAB I PENDAHULUAN. dengan teknik tes dan non-tes. Dalam teknik tes misalnya pemberian beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian atau asesmen dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Asesmen merupakan bagian yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Menurut Depdiknas (2004), asesmen sangat penting dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah sekolah yang dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan kurikulum 2013 menuntut sejumlah perubahan mendasar pada proses

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

I. PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat belajar IPA adalah sebagai produk dan sebagai proses, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. optimum hendaknya tetap memperhatikan tiga ranah kemampuan siswa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizma Yuansih, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

IMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA

I. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OTENTIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VI SD NEGERI 008 BUMI AYU

EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBEKALAN KEMAMPUAN ASESMEN BAGI CALON GURU KIMIA DALAM PEMBELAJARAN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran fisika merupakan aktivitas untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran mata pelajaran fisika yang tidak hanya menekankan pada ranah kognitif tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. Melalui kegiatan belajar mengajar fisika, siswa diharapkan dapat mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006). Dengan mencermati berbagai kemampuan, keterampilan, dan kompetensi dasar yang diharapkan dalam mata pelajaran seperti yang dicirikan di atas, maka nampaknya sistem penilaian yang digunakan pun harus menggunakan sistem penilaian yang dapat mengungkap kemampuan, keterampilan, dan kompetensi siswa secara menyeluruh seperti yang diharapkan dalam kurikulum. Salah satu penilaian yang dapat memenuhi tuntutan tersebut adalah penilaian yang dilakukan dalam sistem penilaian kelas Kurikulum Satuan Pendidikan yaitu berupa penilaian Kinerja (Performance Assessment). Dengan menggunakan penilaian kinerja, siswa dinilai baik untuk proses yang mereka lakukan maupun hasil kerja mereka. Penilaian ini berlaku bagi siswa yang bekerja secara individu maupun kelompok dan dirasakan lebih otentik daripada hasil tes tertulis (Paper test and Pencil) karena apa yang dinilai lebih mencerminkan keterampilan siswa yang sebenarnya (Depdiknas, 2004). Lebih khusus mengenai penilaian kinerja pemerintah dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 66 tahun 2013 tentang standar penilaian Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, dimana tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.

2 Pada kenyataannya penilaian yang digunakan guru dalam praktikum biasanya menggunakan tes tradisional yang tidak dapat mengungkap dampak pendidikan yang kompleks. Fakta tersebut didukung oleh hasil penelitian Deborah, L et al, (2007) menyatakan tes tradisional seperti ini dikritik karena mengabaikan kekritisan siswa, yang memainkan peran utama dalam proses pembelajaran. Akibat dari penggunaan penilaian yang tidak tepat memungkinkan rendahnya kontribusi pembelajaran sains terhadap kelulushidupan warga Negara sehingga warga Negara hanya dipersiapkan untuk menguasai pengetahuan (National Research Council / NRC,1996 dalam Wulan, 2007). Selain itu, tes tradisional juga sulit mengukur pemahaman tentang hakekat sains dan proses bagaimana saintis bekerja (Marzano, 1994; NRC, 2000 dalam Wulan, 2007). Standar penilaian pembelajaran sains harus mengalami pergeseran penekanan dari yang mudah dinilai menjadi yang penting dinilai (National Research Council/NRC, 1996 dalam wulan, 2007). Resnick & Resnick,1992 (Mestre, L.P., 1999), menyatakan bahwa reformasi pemberian evaluasi perlu dilakukan yang berkaitan dengan kinerja. Penilaian kinerja direkomendasikan sebagai penilaian yang sesuai dengan hakikat sains yang mengutamakan proses dan produk (NSTA, 1998; NRC, 2000 dalam Wulan,2007). Beberapa sumber (Gabel, 1993; NSTA & AETS, 1998; NRC, 2008 dalam Wulan, 2007) telah merekomendasikan Performance Assessment dalam penilaian pembelajaran sains. Selain itu Stiggins (1994) alasan mengapa guru harus melakukan penilaian kinerja yaitu pertama ada beberapa segi dari kemampuan siswa yang tidak dapat dideteksi dengan cara tertulis yaitu keterampilan dan kreativitas, kedua penilaian kinerja member peluang yang lebih banyak kepada guru untuk menganalisis siswa secara total, ketiga penilaian kinerja untuk melihat kemampuan siswa pada saat proses pembelajaran tanpa menunggu proses akhir. Hal ini telah didukung oleh beberapa penelitian tentang manfaat yang didapatkan dari penerapan penilaian kinerja siswa yaitu, pertama : penilaian kinerja dapat menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan siswa karena siswa mendapat kesempatan untuk terlibat aktif. Penilaian kinerja juga mampu mengungkap hasil belajar dari segi produk dan proses serta meningkatkan

3 motivasi dalam memahami dan mengaplikasikan konsep IPA (Winahyu,1997). Kedua : Proses pembelajaran menjadi lebih kondusif karena guru dan siswa samasama terlibat aktif dalam proses pembelajaran (Iskandar, 2000). Ketiga : Siswa merasa senang karena aktivitasnya dinilai dan dihargai (Mahmudah, 2000). Keempat : penilaian kinerja dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan dapat memotivasi siswa untuk tampil sebaik mungkin dalam kegiatan pembelajaran karena mereka tahu semua hal yang mereka lakukan dalam kegiatan pembelajaran akan dinilai (Ismawati, 2005: Sukmana, 2007). Beberapa penelitian pernah dilakukan berhubungan dengan penilaian kinerja Iskandar (2000), Erwin (2005), Farida (2006), Mulyadi (2006), Nazarudin (2009). Penelitian-penelitian tersebut banyak mengungkap penggunaan penilaian kinerja sebagai alternatif penilaian. Penilaian kinerja merupakan salah satu alternatif penilaian yang difokuskan pada dua aktivitas pokok, yaitu proses saat berlangsungnya unjuk keterampilan dan evaluasi hasil atau produk. Proses penilaian kinerja dilakukan dengan mengamati saat siswa melakukan aktivitas dikelas atau laboratorium serta melihat hasil karya sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Kecakapan yang ditampilkan siswa adalah yang dinilai. Penilaian terhadap kecakapan siswa didasarkan pada perbandingan antara kinerja siswa dengan target yang telah ditetapkan Stiggins (1994). Pada penilaian kinerja kegiatan praktikum yang dilaksanakan dapat digunakan sebagai metode dalam pembelajaran fisika, penilaian proses dalam pembelajaran fisika dapat dilakukan dengan mengamati kegiatan praktikum yang dilakukan siswa, sedangkan penilaian produk dapat dilakukan dengan menilai hasil praktikum siswa atau dengan melakukan penilaian tes sesuai praktikum. Kegiatan praktikum tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran fisika, hal ini dikarenakan praktikum dapat menguatkan penguasaan konsep dan pengetahuan yang didapat dari pembelajaran didalam kelas dapat diuji dengan praktikum sehingga siswa lebih memahami konsep fisika tersebut. Menurut Rustaman (2002) terdapat beberapa alasan dilakukannya kegiatan praktikum, yaitu: pertama, praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar. Kedua, praktikum dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar dalam

4 eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Dan keempat, praktikum dapat menunjang pemahaman belajar siswa. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Viyanti (2009) dan Windarwati (2010) yang meneliti pengaruh penggunaan penilaian kinerja pada praktikum fisika terhadap pengusaan konsep siswa. Kaitan kinerja dengan penguasaan konsep, kemampuan kinerja yang ditunjukan oleh siswa diyakini berdampak pada hasil belajar yang akan diraih siswa khususnya hasil belajar pada ranah kognitif yang dikenal dengan prestasi belajar. Untuk itu penelitian ini, akan diteliti mengenai capaian kinerja siswa, prestasi belajar yang dimiliki siswa dan hubungan antara kinerja yang dicapai oleh siswa dengan prestasi belajar yang dimilikinya. Hal ini juga ditemui peneliti dilapangan, yaitu berdasarkan hasil wawancara terhadap guru fisika di SMK Negeri 12 Bandung, pengalaman peneliti ketika melaksanakan PPL (Program Pengalaman Lapangan) disekolah tersebut, dimana terdapat siswa yang mendapat hasil yang baik ketika melakukan praktikum tetapi mendapatkan hasil yang kurang ketika ulangan harian, ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Begitu juga sebaliknya terdapat siswa yang mendapat hasil ulangan yang baik tetapi ketika melakukan praktikum mendapat hasil yang kurang. Hasil wawancara kepada guru yang sekolah tersebut adalah guru jarang menggunakan penilaian autentik dalam hal ini penilaian kinerja sehingga dalam hal ini peneliti perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang penilaian kinerja. Berdasarkan uraian di atas, saya tertarik untuk mengambil judul Hubungan Kinerja Dan Prestasi Belajar Siswa SMK Pada Praktikum Elastisitas. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan pokok yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah hubungan Kinerja dan Prestasi Belajar Siswa SMK pada Pembelajaran Elastisitas?. Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka rumusan masalah di atas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

5 1. Bagaimana profil kinerja siswa pada praktikum elastisitas? 2. Bagaimana profil prestasi belajar yang diperoleh siswa? 3. Bagaimanakah hubungan kinerja dengan prestasi belajar siswa SMK? 4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan penilaian kinerja dalam praktikum elastisitas? C. Batasan Masalah Agar penelitian ini menjadi lebih terarah, ruang lingkup masalah yang akan diteliti dibatasi pada hal-hal berikut : 1. Aspek penilaian kinerja (Performance Assessment) yang diukur adalah aspek proses dan produk. 2. Prestasi belajar merupakan hasil belajar ranah kognitif. Ranah kognitif prestasi belajar pada penelitian ini hanya ditinjau dari 3 (tiga) aspek ranah kognitif, yaitu: aspek pemahaman (C2), aplikasi/penerapan (C3), dan analisis (C4). 3. Hubungan antara kinerja dan prestasi belajar. Hubungan antara kinerja dan prestasi belajar bisa bernilai positif (searah) ataupun negatif (berlawanan). D. Definisi Operasional Agar tidak terjadi perbedaan persepsi, maka akan dijelaskan beberapa pengertian sebagai berikut: 1. Kinerja(Performance) merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing dalam upaya pencapaian tujuan 2. Penilaian kinerja adalah penilaian pada proses berlangsungnya kegiatan praktikum dan penilaian produk berupa hasil pengamatan.pengukuran kinerja siswa berupa rubrik yang digunakan untuk mengungkap kinerja siswa. 3. Praktikum merupakan kegiatan yang dilakukan siswa dengan melibatkan fisik dan mental dalam usahanya mengkonstruksi pengetahuan baru. 4. Prestasi Belajar adalah tingkat keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi tertentu, yakni tingkat penguasaan kognitif yang dapat diukur dengan tes tertulis serta diwujudkan dalam bentuk nilai atau

6 skor. Aspek kognitif yang dibatasi pada tingkat kemampuan kognitif tingkat C2 sampai C4 yang meliputi aspek mengingat (knowledge) dinyatakan sebagai C2, mengaplikasikan (application) dinyatakan sebagai C3, dan menganalisis (analysis) dinyatakan sebagai C4. Pengukuran prestasi belajar pada ranah kognitif. Pengukuran prestasi belajar siswa dilakukan melalui tes prestasi belajar berupa soal objektif berbentuk pilihan ganda. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari peneltian ini adalah untuk: 1. Mengetahui profil kinerja dan prestasi belajar siswa melalui kegiatan praktikum dengan Performance Assessment. Kinerja siswa diukur dengan Rubrik kinerja dan prestasi belajar siswa diukur dengan tes prestasi belajar siswa. 2. Memperoleh informasi tentang respon siswa terhadap penggunaan Performance Assessment. Informasi respon siswa ini dipeoleh dari angket yang diberikan ke semua siswa. 3. Mengetahui hubungan antara hasil tes performance assessment dengan hasi tes prestasi belajar pada siswa SMK. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah: 1. Bagi siswa - Memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran karena setiap aktivitas siswa akan dinilai dan dihargai dengan menggunakan penilaian kinerja (Performance Assessment). - Siswa dapat mengetahui perkembangan kemampuan belajarnya secara langsung baik saat proses pembelajaran berlangsung ataupun setelah proses pembelajaran secara langsung

7 - Merasakan sebuah penilaian yang terintegrasi dengan proses pembelajaran - Memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa 2. Bagi guru - Dapat menjadi asesmen alternatif dalam pembelajaran untuk menilai kemampuan siswa - Guru dapat mendiagnosisi kekurangan guru dalam mengajar sehingga dapat diperbaiki di pertemuan selanjutnya sebelum menghadapi ujian akhir. - Dapat mengevaluasi program pembelajaran guru. 3. Bagi Peneliti sendiri - Memberikan pengalaman langsung untuk meningkatkan dan menambah wawasan tentang pelaksanaan penilaian pada pembelajaran yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan. - Memeberikan bekal untuk peneliti sebagai calon guru fisika untuk siap melaksanakan tugas sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. 4. Bagi peneliti lain - Memberikan referensi penelitian selanjutnya untuk pengembangan performance assessment - Memberikan wawasan yang baru bagi pengembangan ilmu keguruan. G. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Terdapat hubungan yang positif antara kinerja dan prestasi belajar siswa SMK pada praktikum elastisitas.