Kajian Sistem Tumpangsari Jagung Manis dan Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Musi Rawas

dokumen-dokumen yang mirip
UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

PENGARUH BOKASHI SEKAM PADI TERHADAP HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays, L Sacharata) PADA TANAH ULTISOL

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis

RESPON TIGA VARIETAS KEDELAI TERHADAP APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DI TANAH ULTISOL

PENGARUH VARIETAS KACANG TANAH DAN WAKTU TANAM JAGUNG MANIS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA SISTEM TUMPANGSARI

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

OPTIMALISASI PRODUKSI KACANG TANAH DAN JAGUNG MANIS PADA POLA TANAM TUMPANGSARI DENGAN PERLAKUAN DEFOLIASI JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: (Print), ISSN: (Online, Vol. 4, No.2: , Oktober 2015

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

EFEK KOMBINASI DOSIS PUPUK N P K DAN CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS. Jumini, Nurhayati, dan Murzani

PENGARUH KOMPOS JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica alboglabra, L.) PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM

APLIKASI CARA TANAM PADA DNA VARIETAS WIJEN, TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

KONSERVASI LAHAN MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA LORONG (Alley Cropping) DI DAERAH TRANSMIGRASI KURO TIDUR, BENGKULU

PERTUMBUHAN DAN HASIL VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DALAM TUMPANGSARI KACANG TANAH (Arachis hipogeae L.)

PENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

Citra Puluhulawa, , Dibimbing oleh Moh.Ikbal Bahua, Nurmi, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

SKRIPSI RESPON KACANG TANAH DAN JAGUNG TUMPANGSARI SECARA DERET PENGGANTIAN TERHADAP PUPUK ORGANIK PENGGANTI NPK. Oleh Yuni Restuningsih H

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Usaha budidaya telah dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS MALABAR DAN KIPAS PUTIH PADA DOSIS PUPUK FOSFOR (P) RENDAH

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

PENGARUH VARIETAS DAN DOSIS PUPUK SP-36 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. )

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

PENGARUH BOBOT MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) KULTIVAR KUTILANG

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

Potential Rhizobium and Urea Fertilizer to Soybean Production (Glycine max L.) on The Former Rice Field

PENGARUH MACAM PUPUK FOSFAT DOSIS RENDAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS SINGA, PELANDUK, DAN GAJAH

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Vegetatif dan Kadar Gula Biji Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt) di Pekanbaru

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Peran Media Tanam dan Dosis Pupuk Urea, SP36, KCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Daun (Allium fistulosum L.) dalam Polybag. Oleh: Susantidiana

JURNAL SAINS AGRO

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)

The Growth and Production of Hybrid Corn at Various Manure Cow Mixture and N, P, K, Mg

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Dengan Pemberian Pupuk Kandang Sapi Dan Pupuk Fosfat

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. MATERI DAN METODE

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

Pengaruh Takaran Pupuk Kandang dan Interval Pemberian Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Linn)

SKRIPSI HASIL KACANG TANAH

Volume 11 Nomor 2 September 2014

KLOROFIL XI - 1 : 1 6, Juni 2016 ISSN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK NPK PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

OPTIMALISASI PRODUKSI KACANG TANAH DAN JAGUNG PADA POLA TANAM TUMPANGSARI DENGAN PERLAKUAN DEFOLIASI JAGUNG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

Volume 10 Nomor 2 September 2013

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK CAIR ABA TERHADAP PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea (L.) Merr.

AGROVIGOR VOLUME 3 NO. 2 SEPTEMBER 2010 ISSN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI POLONG SEGAR EDAMAME VARIETAS RIOKO PADA EMPAT JENIS PUPUK

Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada Beberapa Sistem Tanam

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN OKRA (Abelmoschus esculantus) PADA PELAKUAN PUPUK DEKAFORM DAN DEFOLIASI

KAJIAN PENANAMAN KEDELAI DI BAWAH KELAPA SAWIT UMUR EMPAT TAHUN DI PTPN III KEBUN RAMBUTAN

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA PEMBERIAN PUPUK KIESERIT

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM POLA TUMPANG SARI SKRIPSI

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

JURNAL SAINS AGRO

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. berubah kembali ke asal karena adanya tambahan substansi, dan perubahan bentuk

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI PADA BERBAGAI JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH

I. PENDHULUAN. pertanian dalam pembangun suatu perekonomian adalah menghasilkan bahan pangan

KAJIAN MODEL TANAM DAN WAKTU TANAM DALAM SISTEM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BENIH JAGUNG

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

Transkripsi:

Jurnal Lahan Suboptimal ISSN: 2252-6188 (Print), ISSN: 2302-3015 (Online, www.jlsuboptimal.unsri.ac.id) Vol. 2, No.2: 181-189, Oktober 2013 Kajian Sistem Tumpangsari Jagung Manis dan Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Musi Rawas The Study of Sweet Corn and Soybean Intercropping System Dryland in Musi Rawas Haris Kriswantoro *)1 dan Hermanto 1 1 Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas *) Penulis untuk korespondensi: hariskriswantoro@ymail.com ABSTRACT Potential dry land in the district of Musi Rawas wide, from 1.2 million hectares of land area, 92.1 percent is dry land which is dominated by Ultisol. This type of soil is acidic (low soil ph), nutrient poor, easily eroded, high Al and Fe content, and has a high organic matter content and low soil. The study of sweetcorn and soybean intercropping system which determined the effect of intercropping system to growth and yield of sweet corn and soybean has implemented in the village of Lubuk Rumbai in district of Musi Rawas in November 2012 until March 2013. Assessment carried out by using the experimental method consisted of 4 kinds of treatment system of planting, namely: intercropping of sweet corn and soybeans without calcification, sweet corn and soybean intercropping without calcification, sweet corn monoculture and soy monoculture. Sweet corn varieties used are Master Sweet and soybean varieties are Anjasmoro. Soybeans using a spacing of 40 cm x 15 cm for intercropping and monoculture treatments, whereas maize in intercropping treatment using a spacing of 200 cm x 75 cm and plant spacing of 75 cm x 50 cm to monoculture. The results showed that the treatment plant sweet corn planting systems provide a significant influence on plant height, ear number, ear length, the real effect on plant wet weight and the effect was not significant on leaf number and weight of cobs per plant. While the treatment of soybean planting systems provide a significant influence on plant height, number of branches, number of pods, weight of 100 seeds, production per plot and provide no real influence on weight of pods per plant. Based on the test results show that HSD and tabulation treatment intercropping with sweet corn and soya best liming effect on the growth and production of sweet corn and soybeans. Keywords: sweet corn, soybeans, dry land, liming, intercropping ABSTRAK Potensi lahan kering di Kabupaten Musi Rawas cukup luas, dari luas lahan 1,2 juta hektar, 92,1 persen merupakan lahan kering, umumnya didominasi oleh tanah Ultisol. Tanah jenis ini bersifat masam (ph tanah rendah), miskin hara, mudah tererosi, mempunyai kandungan Al dan Fe yang tinggi serta kandungan bahan organik tanah yang rendah. Pengkajian sistem tumpangsari jagung manis dan kedelai di lahan kering yang bertujuan untuk menentukan pengaruh sistem tumpangsari terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis dan kedelai, telah dilaksanakan di Desa Lubuk Rumbai Kabupaten Musi Rawas pada bulan November 2012 hingga Maret 2013. Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimental yang terdiri dari 4 macam perlakuan sistem penanaman, yaitu: tumpangsari jagung manis dan kedelai tanpa pengapuran, tumpangsari jagung manis dan kedelai tanpa pengapuran, monokultur jagung manis dan monokultur kedelai. Varietas jagung manis yang digunakan adalah Master Sweet dan varietas kedelai adalah Anjasmoro. Kedelai menggunakan jarak tanam 40 cm x 15 cm untuk perlakuan tumpangsari dan monokultur, sedangkan tanaman jagung pada perlakuan tumpangsari

182 Kriswantoro dan Hermanto: Kajian sistem tumpangsari jagung dan kedelai menggunakan jarak tanam 200 cm x 75 cm dan jarak tanam 75 cm x 50 cm untuk monokultur. Hasil ansira memperlihatkan bahwa pada tanaman jagung manis perlakuan sistem penanaman memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah tongkol, panjang tongkol, pengaruh nyata terhadap berat basah berangkasan dan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun dan berat tongkol per tanaman, sedangkan terhadap tanaman kedelai perlakuan sistem penanaman memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong, berat 100 biji, produksi per petak dan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap berat polong per tanaman. Berdasarkan hasil uji BNJ dan tabulasi menunjukan bahwa perlakuan sistem tumpangsari jagung manis dan kedelai dengan pengapuran memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis dan kedelai. Kata kunci: jagung manis, kedelai, lahan kering, pengapuran, tumpangsari PENDAHULUAN Pangan adalah sesuatu yang hakiki dan menjadi hak setiap warga negara untuk memperolehnya. Ketersediaan pangan sebaiknya cukup jumlahnya, bermutu baik dan harganya terjangkau. Salah satu komponen pangan adalah karbohidrat yang merupakan sumber energi bagi tubuh. Di Indonesia, tanaman pangan yang digunakan oleh masyarakat terbatas pada beberapa jenis yaitu padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar. Selain sebagai sumber karbohidrat, tanaman pangan juga merupakan sumber protein (Purwono dan Purnamawati 2007). Kabupaten Musi Rawas merupakan daerah agraris, hal ini dapat ditunjukkan dengan luas lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian. Dari seluruh lahan yang ada di Kabupaten Musi Rawas 36,65 persen digunakan untuk usaha pertanian, yaitu kebun sebesar 32,46 persen, sawah 4,11 persen dan tambak/kolam 0,07 persen (Anonimous 2008). Subsektor tanaman pangan merupakan salah satu subsektor yang penting pada sektor pertanian, meliputi tanaman padi, jagung, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Produktivitas tanaman pangan yaitu jagung dan kedelai yang ditanam oleh petani di Kabupaten Musi Rawas rata-rata masih rendah bila dibandingkan dengan potensi hasilnya. Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Musi Rawas, pada tahun 2009 produktivitas tanaman jagung sebesar 2,52 ton.ha -1, sedangkan potensi hasilnya sebesar 4,5-5,3 ton.ha -1 ; produktivitas tanaman kedelai sebesar 0,8 ton.ha -1, sedangkan potensi hasilnya sebesar 1,5-1,7 ton.ha -1. Umumnya penanaman tanaman pangan dilakukan di lahan kering dengan sistem penanaman secara tunggal. Potensi lahan kering di Kabupaten Musi Rawas cukup luas, dari luas lahan 1,2 juta hektar, 92,1 persen merupakan lahan kering (Anonimous 2009). Saat ini, juga mulai dikenalkan dan dikembangkan tanaman jagung manis pada para petani di Kabupaten Musi Rawas karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa dan mulai banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Lahan kering di Indonesia umumnya didominasi oleh tanah Ultisol. Tanah jenis ini bersifat masam (ph tanah rendah), miskin hara, mudah tererosi, mempunyai kandungan Al dan Mn yang tinggi serta kandungan bahan organik tanah yang rendah (Marpaung 1988). Tanaman jagung dan kedelai termasuk jenis tanaman yang rentan terhadap kadar Al tanah dan membutuhkan hara esensial dalam jumlah cukup, sedangkan hara tanah tersedia optimum pada ph tanah netral sehingga perlu dilakukan pengapuran pada ph tanah rendah (ph <5,5) (Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian 2012). Pemberian kapur pada tanah untuk menurunkan atau meniadakan pengaruh Al terhadap pertumbuhan tanaman serta meniadakan selaput Al pada akar tanaman sehingga tanaman dapat mengambil hara dengan optimum. Selain itu, dapat meningkatkan ph tanah sehingga unsur

Jurnal Lahan Suboptimal, 2(2) Oktober 2013 183 hara tanah tersedia optimum serta dapat meningkatkan aktivitas biologi tanah. Tanaman yang dibudidayakan di lahan kering memiliki dua sistem penanaman, yaitu penanaman secara ganda (polikultur contohnya tumpang sari) dan penanaman secara tunggal (monokultur). Tumpangsari adalah penanaman beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama dengan jarak tanam yang teratur. Produktivitas tanaman yang ditanam secara tumpangsari dipengaruhi oleh populasi tanaman, pemupukan, model tumpang sari, penggunaan varietas unggul, pemeliharaan dan penanganan pasca panen (Suprapto dan Marzuki 2002). Menurut Sutidjo (1986), penanaman tanaman pangan secara tumpang sari memiliki keuntungan, yaitu: memanfaatkan tempat-tempat yang kosong, menghemat pengolahan tanah, memanfaatkan kelebihan pupuk yang diberikan pada tanaman pokok, menambah penghasilan per satuan luas tanah dan memberikan penghasilan sebelum tanaman pokok dipanen. Berdasarkan penjelasan di atas, maka kegiatan ini bertujuan mengkaji pengaruh sistem penanaman tumpangsari terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis dan kedelai di lahan kering. BAHAN DAN METODE Kegiatan pengkajian tumpang sari tanaman jagung dan kedelai telah dilaksanakan di lahan kering di Desa Lubuk Rumbai Kecamatan Tuah Negeri Kabupaten Musi Rawas. Kegiatan ini berlangsung dari bulan November 2012 sampai Maret 2013. Bahan-bahan yang digunakan, yaitu: benih jagung manis varietas Master Sweet, benih kedelai varietas Anjasmoro, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, kapur pertanian (dolomite), legin dan pestisida. Kegiatan pengkajian ini menggunakan metode eksperimental dengan perlakuan terdiri dari: tumpangsari jagung manis dan kedelai tanpa pengapuran, tumpangsari jagung manis dan kedelai tanpa pengapuran, monokultur jagung dan monokultur kedelai. Penanaman jagung dan kedelai dilakukan pada lahan seluas 1 hektar. Masing-masing perlakuan menempati areal seluas lebih kurang 2.500 m 2 dengan jarak tanam 40 cm x 15 cm untuk tanaman kedelai, sedangkan tanaman jagung menggunakan jarak tanam 200 cm x 75 cm. Saat penanaman, benih jagung dan kedelai dimasukkan ke dalam lubang tanaman sebanyak 2 butir per lubang. Pemberian pupuk anorganik adalah sebagai berikut: untuk tanaman jagung, pemberian pupuk urea sebanyak 250 kg.ha -1 dilakukan dua kali, yaitu 1/3 dosis saat tanam dan 2/3 dosis saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam. Pupuk SP-36 dengan dosis 200 kg.ha -1 dan KCl sebanyak 100 kg.ha -1 diberikan pada saat tanam. Pupuk diberikan dengan cara ditugal di kiri atau kanan lubang tanam dengan jarak 10 cm dan kedalaman 10 cm. Untuk tanaman kedelai, pemberian pupuk urea sebanyak 50 kg.ha -1 dilakukan pada saat tanam bersama dengan SP 36 100kg.ha -1 dan KCl 100kg.ha -1. Pupuk diberikan dengan cara disebar dalam larikan sekitar 10 cm dari lubang tanam. Penyiraman, penyiangan, pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan keadaan di lapangan. Untuk pengamatan, tiap perlakuan terdapat 5 sub petak sebagai ulangan dengan ukuran masing-masing 2,5 m x 2,5 m. Tiap-tiap subpetak diambil sampel tanaman kedelai secara acak sebanyak 10 persen dari total tanaman dalam sub petak, sedangkan untuk tanaman jagung seluruh tanaman dalam sub petak diambil sebagai sampel. Sampel tanaman digunakan untuk mengukur parameterparameter komponen pertumbuhan dan komponen hasil. Peubah yang diamati untuk tanaman jagung adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tongkol, panjang tongkol, berat tongkol dan berat basah berangkasan, sedangkan untuk tanaman kedelai adalah tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah

184 Kriswantoro dan Hermanto: Kajian sistem tumpangsari jagung dan kedelai polong, berat polong, berat 100 biji dan produksi per petak. Selanjutnya, data hasil pengamatan diolah secara statistik dan diuji dengan menggunakan uji BNJ untuk membandingkan dan melihat perbedaan antar perlakuan (Steel dan Torrie 1995). HASIL Tanaman Jagung Manis Hasil ansira perlakuan tumpangsari tanaman jagung manis dan kedelai terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis disaji pada Tabel 1. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada tanaman jagung manis terlihat bahwa perlakuan tumpangsari memberikan pengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah tongkol, panjang tongkol dan berat basah berangkasan, sedangkan untuk peubah jumlah daun dan berat tongkol per tanaman berpengaruh tidak nyata. Tabel 1. Hasil ansira tumpangsari tanaman jagung dan kedelai terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis Peubah tanaman jagung F hitung KK (%) Tinggi tanaman 15,031 ** 0,51 Jumlah daun 2,098 tn 0,44 Jumlah tongkol 17,778 ** 6,45 Panjang tongkol 13,475 ** 0,39 Berat tongkol per tanaman 2,406 tn 2,02 Berat basah berangkasan 8,560 * 4,13 Hasil uji BNJ pengaruh perlakuan tumpangsari tanaman jagung dan kedelai terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis dapat disajikan pada Tabel 2. Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan tumpangsari tanaman jagung dengan kedelai yang mendapatkan pengapuran lahan berbeda sangat nyata dengan perlakuan tumpangsari tanpa pengapuran lahan dan monokultur pada peubah tinggi tanaman. Hasil uji BNJ terhadap komponen produksi tanaman jagung manis disajikan pada Tabel 3. Hasil uji BNJ perlakuan tumpangsari jagung dengan kedelai terhadap komponen produksi tanaman jagung manis menunjukkan bahwa perlakuan tumpangsari yang dilakukan pengapuran berbeda sangat nyata terhadap perlakuan tumpang sari tanpa pengapuran dan monokultur pada peubah jumlah tongkol. Tabel 2. Data tabulasi dan hasil uji BNJ pengaruh perlakuan tumpangsari tanaman jagung dan kedelai terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis Perlakuan Peubah Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (helai) BB berangkasan (gram) TS + kapur 168,320 bb 9,020 1,818 b TS tanpa kapur 160,600 aa 8,880 1,394 a Monokultur 161,160 aa 9,000 1,380 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji BNJ 5% dan 1% Tabel 3. Data tabulasi dan hasil uji BNJ pengaruh perlakuan tumpangsari tanaman jagung dan kedelai terhadap komponen produksi tanaman jagung manis Peubah Perlakuan Jumlah tongkol (buah) Panjang tongkol (cm) Berat tongkol per tanaman (gram) TS + kapur 1,800 bb 27,700 b 358,000 TS tanpa kapur 1,000 aa 26,780 a 342,000 Monokultur 1,000 aa 27,660 b 372,000 Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji BNJ 5% dan 1%

Jurnal Lahan Suboptimal, 2(2) Oktober 2013 185 Tanaman Kedelai Hasil ansira perlakuan tumpangsari tanaman jagung dan kedelai terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai dapat disajikan pada Tabel 4. Untuk pengamatan terhadap peubah tanaman kedelai menunjukkan hasil bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap semuanya peubah yang diamati kecuali pada peubah berat polong per tanaman berpengaruh tidak nyata (Tabel 4). Tabel 4. Hasil ansira tumpangsari tanaman jagung dan kedelai terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai Peubah tanaman kedelai F hitung KK (%) Tinggi tanaman 55,153** 0,75 Jumlah cabang 10,167** 2,10 Jumlah polong 52,142** 3,76 Berat 100 biji 20,012** 0,40 Berat polong per tanaman 2,713 tn 0,90 Produksi per petak 63,724** 2,67 Hasil uji BNJ pengaruh perlakuan tumpangsari tanaman jagung dan kedelai terhadap pertumbuhan tanaman kedelai dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan tumpangsari dan pengapuran berbeda sangat nyata terhadap perlakuan tumpangsari tanpa kapur dan monokultur pada peubah pertumbuhan tinggi tanaman kedelai, sedangkan perlakuan tumpangsari tanpa pengapuran berbeda tidak nyata dengan perlakuan monokultur. Hasil uji BNJ tumpangsari tanaman jagung dan kedelai terhadap peubah produksi tanaman kedelai disajikan pada Tabel 6. Hasil uji BNJ terhadap jumlah polong, berat 100 biji dan produksi perpetak tanaman kedelai menunjukkan bahwa perlakuan tumpangsari dengan pengapuran berbeda sangat nyata dengan dan monokultur, sedangkan antara dengan monokultur semunya menunjukkan perbedaan tidak nyata. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada tanaman jagung manis terlihat bahwa perlakuan tumpangsari memberikan pengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah tongkol, panjang tongkol dan berat basah berangkasan, sedangkan untuk peubah jumlah daun dan berat tongkol per tanaman berpengaruh tidak nyata. Hal ini disebabkan oleh perlakuan tumpangsari dengan pengapuran, tumpangsari tanpa pengapuran dan monokultur telah menciptakan kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda-beda sehingga keadaan tersebut mengakibatkan adanya perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Menurut Sutoyo (2005), tanaman yang ditumpangsari akan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Tabel 5. Data tabulasi dan hasil uji BNJ pengaruh perlakuan tumpangsari tanaman jagung dan kedelai terhadap pertumbuhan tanaman kedelai Perlakuan Peubah Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang (cabang) TS + kapur 62,640 bb 3,840 bb TS tanpa kapur 55,000 aa 3,280 aa Monokultur 55,360 aa 3,320 aab Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji BNJ 5% dan 1%

186 Kriswantoro dan Hermanto: Kajian sistem tumpangsari jagung dan kedelai Tabel 6. Data tabulasi dan hasil uji BNJ pengaruh perlakuan tumpangsari tanaman jagung dan kedelai terhadap komponen produksi tanaman kedelai Perlakuan Jumlah polong (buah) Berat polong (gram) Peubah Berat 100 biji (gram) Produksi per petak (gram) TS + kapur 100,000 bb 58,200 19,960 bb 958,000 cb TS tanpa kapur 54,200 aa 56,000 19,080 aa 674,000aA Monokultur 57,040 aa 57,600 19,260 aa 552,000aA Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji BNJ 5% dan 1% Tanaman yang memiliki ukuran batang lebih rendah sebaiknya ditanam lebih dahulu disusul dengan tanaman yang memiliki ukuran batang lebih tinggi dengan umur lebih genjah, hal ini untuk meminimalisir persaingan antar tanaman sejenis maupun lain jenis. Dengan penanaman serentak secara langsung tanaman jagung lebih diuntungkan karena jagung memiliki karakter batang yang lebih tinggi sehingga tanaman secara langsung tidak tersaingi oleh kedelai yang di tanam. Kondisi ini menyebabkan perbedaan laju pertumbuhan dan produksi tanaman jagung berbeda-beda. Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan tumpangsari tanaman jagung dengan kedelai yang mendapatkan pengapuran lahan berbeda sangat nyata dengan perlakuan tumpangsari tanpa pengapuran lahan dan monokultur pada peubah tinggi tanaman. Hal ini terlihat jelas bahwa tanaman jagung yang ditumpang sarikan dengan kedelai menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman yang tertinggi yaitu 168,32 cm, sedangkan pada peubah berat basah berangkasan, perlakuan tumpangsari dengan pengapuran memberikan perbedaan nyata terhadap dan monokultur. Selanjutnya untuk lahan dan monokultur keduanya sama-sama berbeda tidak nyata pada peubah tinggi tanaman dan berat basah berangkasan. Demikian pula terhadap peubah jumlah daun, daun terbanyak diperoleh pada perlakuan tumpangsari dengan pengapuran. Hal ini diduga bahwa dengan menggunakan sistem tumpangsari dan pengapuran, maka tanaman jagung tidak terganggu pertumbuhannya akibat adanya kedelai. Adanya kedelai pada pertanaman jagung menyebabkan tanaman terdorong untuk tumbuh lebih cepat akibat memperebutkan sinar matahari dan adanya sumbangan N bebas dalam tanah hasil fiksasi tanaman kedelai menyebabkan ketersediaan hara untuk tanaman jagung juga meningkat. Dengan kondisi tanah yang baik akibat pengapuran menyebabkan tanaman tumbuh lebih maksimal sehingga tanaman mampu tumbuh lebih tinggi yang akibatnya meningkatkan berat basah berangkasan tanaman. Menurut Hakim et al. (1988), pengapuran pada tanah yang masam akan menyebabkan ph tanah meningkat sehingga unsur yang terjerap di dalam tanah akan terlepas menjadi unsur yang tersedia bagi tanaman. Kondisi demikian biasanya akan meningkatkan laju pertumbuhan tanaman. Hasil uji BNJ perlakuan tumpangsari jagung dengan kedelai terhadap komponen produksi tanaman jagung manis menunjukkan bahwa perlakuan tumpangsari yang dilakukan pengapuran berbeda sangat nyata terhadap perlakuan tumpang sari tanpa pengapuran dan monokultur pada peubah jumlah tongkol. Jumlah tongkol terbanyak terdapat pada perlakuan tumpang sari dengan pengapuran yaitu sebanyak rata-rata 1,8 buah, sedangkan untuk perlakuan tumpangsari tanpa kapur dan monokultur menunjukkan angka yang sama dengan jumlah tongkolnya masing-masing hanya 1 buah tongkol. Untuk peubah panjang tongkol perlakuan tumpangsari dengan pengapuran berbeda nyata dengan perlakuan tumpangsari tanpa kapur dan

Jurnal Lahan Suboptimal, 2(2) Oktober 2013 187 berbeda tidak nyata dengan perlakuan monokultur. Tongkol terpanjang dihasilkan pada perlakuan tumpangsari dengan pengapuran yaitu 27,700 cm dan terendah pada perlakuan tumpangsari tanpa pengapuran yaitu 27,660 cm. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tumpang sari dan pengapuran maka tanaman jagung dapat tumbuh dan berkembangi secara optimal. Menurut Jumin (1995), tanaman yang mendapatkan lingkungan tumbuh yang baik dan tanpa tekanan dari tanaman lain akan tumbuhdan berkembang lebih baik. Dijelaskan pula oleh Soepardi (1983), pengapuran pada tanah masam mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisika maupun biologi tanah. Secara fisik, pengapuran berpengaruh antara lain terhadap aerasi dan perkolasi, secara kimia berpengaruh terhadap peningkatan ph tanah, peningkatan ketersediaan hara esensial, menurunnya aktifitas Al dan Fe yang bersifat racun bila berlebihan dan secara biologi berpengaruh terhadap perkembangan akar. Kondisi demikian menyebabkan tanaman tumbuh dan berkembang secara optimal. Berat tongkol jagung yang dihasilkan relatif sama per tanaman dari ketiga perlakuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah daun pada tanaman jagung antar perlakuan yang hampir sama. Daun merupakan organ fotosintesis yang penting dalam menyediakan makanan untuk perkembangan tongkol jagung. Kondisi demikian menyebabkan jumlah karbohidrat hasil fotosintesis yang akan ditanslokasikan ke tongkol juga tidak jauh berbeda. Pengamatan terhadap peubah tanaman kedelai menunjukkan hasil bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap semuanya peubah yang diamati kecuali pada peubah berat polong per tanaman berpengaruh tidak nyata (Tabel 4). Pengaruh sangat nyata terhadap peubah yang diamati dikarenakan perlakuan yang diberikan mampu memberikan kondisi lingkungan yang berbeda-beda terhadap tanaman kedelai sehingga respon tanaman kedelaipun berbeda. Hasil penelitian Barus (2004) memperlihatkan bahwa tanaman kedelai yang ditumpangsarikan dengan jagung mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong dan berat 100 biji. Perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap berat polong per tanaman diduga karena berkaitan dengan kondisi tanaman kedelai saat pengisian polong yang relatif sama sehingga laju translokasi hasil fotosintesis untuk pengisian polong juga tidak jauh berbeda. Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa perlakuan tumpangsari dan pengapuran berbeda sangat nyata terhadap perlakuan tumpangsari tanpa kapur dan monokultur pada peubah pertumbuhan tinggi tanaman kedelai. Perlakuan tumpangsari tanpa pengapuran berbeda tidak nyata dengan perlakuan monokultur. Hasil tanaman kedelai tertinggi diperoleh perlakuan tumpangsari dengan pengapuran yaitu 62,640 cm dan terendah pada perlakuan tumpangsari tanpa kapur yaitu hanya 55,000 cm. Untuk peubah jumlah cabang kedelai menunjukkan bahwa perlakuan tumpangsari dengan pengapuran berbeda sangat nyata dengan perlakuan tumpangsari tanpa pengapuran dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan monokultur. Hasil jumlah cabang terbanyak terdapat pada perlakuan tumpangsari dengan pengapuran yaitu 3,840 cabang dan terendah pada perlakuan tumpangsari tanpa pengapuran yaitu 3,280 cabang. Pengapuran dan pemupukan perlu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pemberian kapur pada tanah diperlukan untuk menaikan ph tanah, menambah unsur Ca dan Mg, meningkatkan ketersediaan P dan Mo dan meningkatkan persentase kejenuhan basa (Buckman dan Brady 1982). Dijelaskan pula oleh Tirtoutomo dan Simanungkalit (1983) bahwa salah satu pengaruh utama yang dianggap menguntungkan dari pemberian kapur pada tanaman kedelai adalah peningkatan penyerapan hara melalui perbaikan pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman dengan teratasinya toksisitas

188 Kriswantoro dan Hermanto: Kajian sistem tumpangsari jagung dan kedelai aluminium. Dengan pengapuran, perkembangan akar tanaman menjadi optimum, selain itu penggunaan kapur dapat membuat perbaikkan penetrasi akar sehingga tidak terhambat dan aerasi tanah lebih baik sehingga perkembangan akar tidak terbatas. Hasil uji BNJ terhadap jumlah polong, berat 100 biji dan produksi per petak tanaman kedelai menunjukkan bahwa perlakuan tumpangsari dengan pengapuran berbeda sanyat nyata dengan dan monokultur, sedangkan antara dengan monokultur semunya menunjukkan perbedaan tidak nyata. Hasil jumlah polong terbanyak terdapat pada perlakuan tumpangsari dengan pengapuran yaitu 100,00 buah, sedangkan terendah pada yaitu 54,20 buah. Demikian juga untuk peubah berat polong, berat 100 biji dan produksi perpetak hasil tertinggi terdapat pada perlakuan tumpangsari dengan pengapuran yaitu masing-masing 58,200 gram berat polong, 19,960 gram berat 100 biji dan 958,000 gram untuk produksi per petak. Perkembangan pola tanam tumpangsari telah menjadi salah satu pilihan utama petani berlahan sempit dalam upaya mengatasi risiko kegagalan usahataninya. Pilihan usahatani tumpangsari selain didasarkan pada aspek pengendalian risiko juga produksi tanaman per satuan luas dan per satuan waktu umumnya lebih tinggi dari sistem monokultur (Adiyoga 1985). KESIMPULAN Perlakuan tumpangsari tanaman jagung dengan tanaman kedelai pada lahan yang diberi kapur memperlihatkan pertumbuhan tanaman jagung yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari tanpa kapur dan perlakuan monokultur, meskipun produksi yang dihasilkan relatif sama. Perlakuan tumpangsari tanaman jagung dengan tanaman kedelai pada lahan yang diberi kapur memperlihatkan pertumbuhan dan produksi kedelai yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari tanpa kapur dan perlakuan monokultur. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan pada Bapeluh PPK Kabupaten Musi Rawas yang membantu pendanaan kegiatan pengkajian ini. DAFTAR PUSTAKA Adiyoga W. 1985. Pengaruh tumpangsari tanaman terhadap tingkat produksi dan pendapatan usahatani kubis. Buletin Penelitian Hortikultura 12(4):8-18. Adisarwanto T. 2005. Kedelai: Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Jakarta: Penebar Swadaya. Anonimous. 2008. Musi Rawas dalam Angka Tahun 2008. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Musi Rawas dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Musi Rawas. Musi Rawas: Badang Pusat Statistik Kabupaten Musi Rawas.. 2009. Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010. Musi Rawas: Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Rawas. Balai Penelitian Tanah. 2012. Pengapuran Tanah Masam untuk Jagung dan Kedelai. Jakarta: Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian. Barus WA. 2004. Respon pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai yang ditumpangsarikan dengan jagung terhadap pengaturan saat tanam dan jarak tanam. Medan: Fakultas Pertanian, Universitas Amir Hamzah. Buckman HO dan Brady NC. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.

Jurnal Lahan Suboptimal, 2(2) Oktober 2013 189 Hakim N, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SG, Saul MR, Diha MA, Hong GB, Bailey HH. 1988. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung. Jumin H. 1995. Ekologi Tanaman. Jakarta: Balai Pustaka. Purwono dan Purnamawati H. 2007. Budidaya 8 Janis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya. Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Suprapto HS dan Marzuki HAR. 2002. Bertanam Jagung. Jakarta: Penebar Swadaya. Sutidjo D. 1986. Pengantar Sistem Produksi Tanaman Agronomi. Bogor: Fakultas Pertanian, Instittut Pertanian Bogor. Sutoyo. 2005. Optmalisasi lahan melalui penataan pola tanam tumpangsari jagung dan kopi. BPTP Jawa Tengah. Steel RGD dan Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Jakarta: Gramedia. Tirtoutomo S dan Simanungkalit RDM. 1988. Pengaruh Pemberian Kapur dan Fosfat terhadap Serapan P, Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Pada Tanah Ultisol Sukamandi. Sukamandi: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.