OPERASI MORFOLOGI UNTUK MENDETEKSI KEBERADAAN BENDA TAJAM PADA CITRA X-RAY DI BANDARA. Oleh: NURUL ZAINAL FANANI *) ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI OBYEK PISAU PADA CITRA X-RAY DI BANDARA

VOLT. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol. 1, No. 1, Oktober 2016, 01-14

DETEKSI OBJEK SENJATA TAJAM PADA CITRA X-RAY DENGAN METODE PENGUKURAN DIMENSI CITRA

Nusantara Journal of Computers and its Applications Volume 1 No.3, Juni 2016

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA

BAB 1 PENDAHULUAN. keakuratan dari penglihatan mesin membuka bagian baru dari aplikasi komputer.

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI

Pengantar PENGOLAHAN CITRA. Achmad Basuki PENS-ITS Surabaya 2007

Sistem Deteksi Bola Berdasarkan Warna Bola Dan Background Warna Lapangan Pada Robot Barelang FC

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERUMUSAN OBJEK RANCANGAN. Berikut adalah analisis masalah dan kebutuhan dalam perancangan aplikasi

BAB VI KESIMPULA dan SARA

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Kain batik merupakan ciri khas dari bangsa I

SEGMENTASI CITRA TELUR AYAM BERDASARKAN PERBEDAAN RUANG WARNA RGB DAN LAB

Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

PENCARIAN CITRA BERDASARKAN BENTUK DASAR TEPI OBJEK DAN KONTEN HISTOGRAM WARNA LOKAL

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

DETEKSI WAJAH BERBASIS SEGMENTASI WARNA KULIT MENGGUNAKAN RUANG WARNA YCbCr & TEMPLATE MATCHING

FAKULTAS TEKNIK (FT) PROGRAM TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD

SISTEM PENGENALAN BUAH MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM dan EUCLIDEAN DISTANCE

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Kata kunci : citra, pendeteksian warna kulit, YCbCr, look up table

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Deteksi Citra Objek Lingkaran Dengan Menggunkan Metode Ekstraksi Bentuk Circularity

SEGMENTASI CITRA MENGGUNAKAN K-MEANS DAN FUZZY C- MEANS DENGAN BERBAGAI RUANG WARNA

BAB II TEORI PENUNJANG

SYSTEMIC Vol. 1, No. 1, Agustus 2015, PENGENALAN CATATAN PENJUALAN MENGGUNAKAN PENGENALAN ANGKA BERBASIS KORELASI.

Pengenalan Plat Nomor Berdasarkan Klasikasi K-Nearest Neighbor (KNN)

BAB III METODE PENELITIAN

Pengenalan Telur Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Yustina Retno Wahyu Utami 2)

Image Processing. Nana Ramadijanti Laboratorium Computer Vision Politeknik Elekltronika Negeri Surabaya PENS-ITS 2010

SISTEM PENGENALAN PENGUCAPAN HURUF VOKAL DENGAN METODA PENGUKURAN SUDUT BIBIR PADA CITRA 2 DIMENSI ABSTRAK

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN

SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi.

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian penerapan metode Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector

UJI COBA THRESHOLDING PADA CHANNEL RGB UNTUK BINARISASI CITRA PUPIL ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

III. METODOLOGI PENELITIAN

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC

Pengantar Mata Kuliah Pengolahan Citra

Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter. Roslyn Yuniar Amrullah

Aplikasi Image Thresholding untuk Segmentasi Objek Menggunakan Metode Otsu s Algorithm. Erick Hartas/

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

BAB II LANDASAN TEORI

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

BAB III METODE PENELITIAN

Identifikasi Gejala Penyakit Padi Menggunakan Operasi Morfologi Citra

CS3214 Pengolahan Citra - UAS. CHAPTER 1. Pengantar Pengolahan Citra

IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased).

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Perkembangan robot dari zaman ke zaman terus

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

Indarto 1, Murinto 2, I. PENDAHULUAN. Kampus III UAD Jl.Dr.Soepomo, Janturan, Yogyakarta

Segmentasi Citra Berwarna Menggunakan Deteksi Tepi dan Fuzzy C-Means yang Dimodifikasi Berdasarkan Informasi Ketetanggaan

ANALISA DETEKSI KELOMPOK USIA DAN GENDER BERDASARKAN KONTUR WAJAH DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

APLIKASI TRANSFORMASI HOUGH UNTUK EKSTRAKSI FITUR IRIS MATA MANUSIA

Konsep Penambahan High Pass Filter pada Pengenalan Pola Metode SIFT

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pengenalan Plat Nomor Kendaraan Secara Otomatis Untuk Pelanggaran Lalu Lintas

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN

OPTIMASI ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telp PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. NOMOR : KP 260 Tahun 2012

BAB 2 LANDASAN TEORI. metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan

VOLT. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro. Journal homepage: jurnal.untirta.ac.id/index.php/volt Vol. 1, No. 1, Oktober 2016, 61-66

SEGMENTASI WARNA CITRA DENGAN DETEKSI WARNA HSV UNTUK MENDETEKSI OBJEK

Mendeteksi Blob dengan Menggunakan Algoritma BFS

Aplikasi Deteksi Wajah pada Foto Dijital dalam Sistem Pengenalan Wajah

PENGENALAN DAN PEWARNAAN PADA CITRA GRAY-SCALE ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

WEBSITE PERANCANGAN SCRAPBOOK DENGAN PEMOTONGAN GAMBAR OTOMATIS

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

DETEKSI PENYAKIT KULIT MENGUNAKAN FILTER 2D GABOR WAVELET DAN JARINGAN SARAF TIRUAN RADIAL BASIS FUNCTION

Pengenalan Karakter Plat Nomor Mobil Secara Real Time

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. mendeteksi tempat parkir yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan

PENENTUAN THRESHOLD CITRA MULUT DENGAN METODE NORMAL PROBABILITY DENSITY FUNCTION (NPDF) GUNA MENDETEKSI MULUT PEMELAJAR

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 3 NO. 1 MARET 2011

TUGAS AKHIR FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE VIOLA & JONES

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4

BAB I PENDAHULUAN. beberapa region berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut,

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.2, Hal. 98-106, Mei-Agustus 2013, ISSN 1411-5549 OPERASI MORFOLOGI UNTUK MENDETEKSI KEBERADAAN BENDA TAJAM PADA CITRA X-RAY DI BANDARA Oleh: NURUL ZAINAL FANANI *) ABSTRAK Pemeriksaan barang bawaan penumpang adalah hal yang mutlak dilakukan sebelum seseorang memasuki kabin pesawat untuk mengantisipasi masuknya benda berbahaya kedalam pesawat. Penentuan adanya benda berbahaya dalam tas bawaan penumpang dilakukan oleh petugas security dengan mengamati monitor pada mesin x-ray bandara. Faktor kelelahan petugas sangat mempengaruhi tingkat akurasi pada proses pemeriksaan tersebut. Sehingga pada penelitian ini dibuat perangkat lunak yang dapat diaplikasikan pada mesin x-ray guna membantu petugas security dalam menentukan adanya benda tajam yang diindikasikan sebagai barang berbahaya. Proses deteksi benda tajam diawali dengan segmentasi menggunakan Color base, proses filtering menggunakan Morfologi serta penentuan tajam atau tidaknya objek menggunakan Round Value. Kata kunci: x-ray bandara, segmentasi berbasis warna, operasi morfologi I. PENDAHULUAN Keamanan dan keselamatan penumpang merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam dunia penerbangan komersial. Barangbarang yang dianggap berbahaya (Prohibited Item) seperti pisau, gunting, korek api, senjata api dilarang dibawa masuk oleh penumpang kedalam kabin pesawat (Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara, 2010). Untuk mengantisipasi agar barang-barang berbahaya tersebut tidak masuk kedalam kabin pesawat, dilakukan proses pemindaian barang bawaan penumpang menggunakan mesin X-Ray atau Body Inspection Machine (Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara, 2010) di setiap bandara. Dari mesin tersebut akan dapat diketahui apakah penumpang membawa barang berbahaya atau tidak. Pemeriksaan barang bawaan penumpang menggunakan mesin X-Ray masih dilakukan secara manual oleh petugas keamanan di tempat pemeriksaan keamanan (Security Check Point/SCP). Pada jam sibuk, petugas dituntut untuk mengambil keputusan dengan cepat apakah didalam tas penumpang terdapat barang berbahaya atau tidak. Terkadang petugas melakukan kesalahan dalam pemeriksaan akibat kelelahan fisik. Untuk memperkecil kelalaian oleh petugas, diperlukan sebuah perangkat lunak yang mampu mendeteksi barang berbahaya dari citra pada mesin X-ray di bandara. Penelitian mengenai pemeriksaaan barang terlarang (prohibited items) menggunakan mesin X-Ray telah banyak dilakukan. Hardmeier (Hardmeier D, 2005) menggunakan X-Ray Object recognition Test (X-Ray ORT) untuk mengukur kemampuan visual pemeriksaan image hasil screening X-Ray. Hardmeier mempelajari kemampuan X-Ray ORT memvisualisasikan prohibited items jika berada dalam beberapa kondisi yaitu berada dalam tas kompleks, superposisi atau tumpang tindih dan berada dalam sudut pandang yang berbeda. Pada penelitian Schwaninger (Schwaninger A, 2007) menggunakan pendekatan statistik untuk mengatasi kesulitan estimasi citra pada pemeriksaan X-Ray menggunakan image measurement. Kedua penelitian tersebut hanya mempelajari apakah citra hasil screening X-Ray yang terdapat prohibited items masih dapat dikenali oleh petugas keamanan meskipun prohibited items tersebut berada dalam tas kompleks, superposisi atau tumpang tindih dan berada dalam sudut pandang yang berbeda (viewpoint). Pada kedua penelitian tersebut, penentuan adanya barang terlarang (prohibited items) dalam tas bawaan penumpang tetap dilakukan oleh petugas. Penelitian tersebut belum mempelajari aspek kelelahan fisik yang dapat mengakibatkan terlewatnya tas penumpang yang *) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Jember

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.2, Hal. 98-106, Mei-Agustus 2013, ISSN 1411-5549 berisi barang terlarang (prohibited items) terbawa kedalam kabin pesawat. Oleh karena itu penelitian ini mempelajari bagaimana mengidentifikasi adanya barang terlarang (prohibited items) pada citra X- Ray hasil screening mesin X-Ray bandara, kemudian memberitahu petugas keamanan tentang keberadaan prohibited items tersebut sehingga diharapkan dapat membantu memperkecil kelalaian petugas keamanan bandara akibat kelelahan fisik. Penelitian ini mengidentifikasi salah satu prohibited items yaitu benda tajam pada citra X- Ray hasil screening mesin X-Ray bandara. Sebelum proses identifikasi, dilakukan proses segmentasi untuk mendapatkan benda tajam pada citra menggunakan metode color-based segmentation dan morphological processing. Morphological processing dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi noise dan memperhalus citra (Khaparde A, 2010) sehingga memudahkan pada proses selanjutnya. Pada proses identifikasi dilakukan perhitungan round value untuk mengetahui objek adalah benda tajam atau bukan. II. Desain Sistem Deteksi Benda Tajam pada Citra X-Ray Bandara Secara umum, desain sistem benda tajam pada citra x-ray bandara menggunakan color based segmentation dan morphological filtering seperti pada gambar 3.1. Kanal Y Masukan Citra X-Ray Konversi dari RGB ke YCbCr Kanal Cb Mendapatkan citra biner Kanal Cr Keluaran Keputusan Tingkat Berbahaya -TINGGI -SEDANG Hitung Nilai Kebualatan dari objek Mendapatkan batas-batas objek dan menghitung Memfilter noise citra (Operasi Morphology) Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Seperti terlihat pada gambar 3.1, proses deteksi benda tajam dimulai dengan mengolah citra dari hasil pemindaian mesin X-Ray bandara. Citra kemudian dikonversi dari citra RGB ke citra YCbCr. Proses berikutnya adalah proses segmentasi citra serta menghilangkan noise menggunakan morphological filtering. Setelah dilakukan proses filtering, dari citra tersebut dicari batasnya menggunakan metode deteksi bidang batas (boundary detection) untuk masing-masing objek serta dilabeli untuk setiap objek yang ditemukan. Masing-masing objek dihitung tingkat kebulatannya, apabila obyek memiliki tingkat kebulatan/kebundaran yang kecil dapat diasumsikan bahwa objek tersebut adalah benda tajam. Untuk lebih detail dari tahapan proses diatas akan dijelaskan pada subbab tersendiri. Untuk mengimplementasikan rancangan sistem pada blok diagram diatas maka dibuat diagram alur simulasi perangkat lunak seperti ditunjukkan pada gambar 3.2. Proses deteksi benda tajam sebagai barang berbahaya (prohibited item) dimulai dengan memproses citra dari hasil pemindaian mesin X-Ray bandara. Benda logam pada citra X- Ray cenderung berwarna biru, sehingga untuk dapat mensegmentasi objek benda tajam dengan objek yang lain dilakukan dengan mengubah format citra yang masih berformat RGB kedalam format YCbCr. Proses selanjutnya adalah proses Thresholding yaitu proses yang bertujuan untuk memisahkan objek benda tajam dengan latar belakangnya (background) menggunakan nilai threshold = 130. Nilai 130 diperoleh dari hasil pengujian. Citra yang telah diubah dalam format YCbCr, diambil nilai Cb dari tiap piksel untuk dibandingkan dengan nilai threshold tersebut. Jika nilai Cb dari suatu piksel lebih dari nilai threshold = 130 maka nilai piksel akan diubah menjadi 1. Dan sebaliknya, jika nilai Cb dari suatu piksel *) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Jember

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.2, Hal.98-106, Mei-Agustus 2013, ISSN 1411-5549 kurang dari nilai threshold = 130 maka nilai piksel diubah menjadi 0. Dari proses thresholding diperoleh citra biner (binary image) dan fitur dari obyek, akan tetapi masih terdapat noise pada citra. Untuk mengurangi noise tersebut, dilakukan proses filtering menggunakan operasi morphology. Setelah proses filtering, maka dicari batas-batas (boundary) untuk menentukan objek yang dicari pada citra biner. Setelah objek ditemukan, kemudian dihitung tingkat kebulatan/kebundaran (round value) untuk masing-masing objek menggunakan shape factor. Apabila nilai round value (RV) kurang dari 0,44 maka obyek dianggap sebagai benda logam tajam atau barang dengan tingkat bahaya yang tinggi, apabila nilai RV antara 0,44-0,7 maka benda logam diidentifikasi sebagai barang yang tidak tajam, apabila nilai RV 0,7-1 maka benda logam diidentifikasi sebagai barang yang tidak berbahaya. Untuk nilai RV akan dicari nilai yang tepat untuk masing-masing objek yang berbeda. MULAI Masukan Citra Koversi Dari RGB Ke YCbCr Masukan citra kanal Cb Threshold tcolor = 140 N jika tcolo r >140 CbColor = 0 Y CbColor = 1 Membuat fitur citra Bahaya tingkat Rendah Memfilter noise citra ( Morphology) Bahaya Tingkat Sedang Y N jika(rv>0.44) &(RV<=0.7) Masukan citra Setelah difilter Bahaya Tingkat Tinggi Y N jika(rv>0 ) &(RV<=0.44) Mencari boundaries objek dan menghitung jumlah objek serta menghitung round value (RV) untuk masing-masing objek ( metric = 4*pi*area/ perimeter^2) Berhenti Gambar 3.2 Diagram Alir Desain Sistem Dari proses thresholding diperoleh citra biner (binary image) dan fitur dari obyek, akan tetapi masih terdapat noise pada citra. Untuk mengurangi noise tersebut, dilakukan proses filtering menggunakan operasi morphology. Setelah proses filtering, maka dicari batas-batas (boundary) untuk menentukan objek yang dicari pada citra biner. Setelah objek ditemukan, kemudian dihitung tingkat kebulatan/kebundaran (round value) untuk masing-masing objek menggunakan shape factor. Apabila nilai round value (RV) kurang dari 0,44 maka obyek dianggap sebagai benda logam tajam atau barang dengan tingkat bahaya yang tinggi, apabila nilai RV antara 0,44-0,7 maka benda logam diidentifikasi sebagai barang yang tidak tajam, apabila nilai RV 0,7-1 maka benda logam diidentifikasi sebagai barang yang tidak berbahaya. Untuk nilai RV akan dicari nilai yang tepat untuk masing-masing objek yang berbeda. 3.1 Citra Masukan Dari Hasil Mesin X-ray Bandara Gambar yang ditampilkan pada display monitor mesin X-Ray bandara mempunyai beberapa warna berdasarkan atom material yang dideteksi yaitu warna orange menunjukkan material organic, warna hijau menunjukkan material unorganik serta warna biru menunjukkan barang/bahan dari logam. 106

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.2, Hal. 98-106, Mei-Agustus 2013, ISSN 1411-5549 Pada penelitian ini, benda tajam sebagai obyek yang dideteksi merupakan barang yang terbuat dari logam. Selain bertujuan untuk membedakan obyek yang terbuat dari logam, penelitian ini juga membedakan apakah obyek tersebut merupakan benda tumpul atau benda tajam. Gambar 3.3 a. Citra x-ray tanpa pisau b. citra x-ray pisau Gambar 3.3 menunjukkan citra dari mesin X-Ray bandara. Dimana gambar 3.3a merupakan citra dengan obyek tanpa terdapat benda tajam, sedangkan gambar 3.3b merupakan citra dari obyek benda tajam yaitu pisau yang terbuat dari logam. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konversi Citra Dari Format RGB ke YCbCr Konversi citra ini dilakukan untuk merubah format citra dari hasil mesin x-ray bandara yang berformar RGB ke YCbCr. Dari gambar 4.1a terlihat citra yang masih berformat RGB. Sedang gambar 4.1b merupakan citra hasil konversi ke format YCbCr. Gambar 4.1 a.citra Format RGB. B. Citra Format YCbCr Dari gambar 4.1 (b) terlihat objek pisau yang awalnya pada format RGB berwarna biru, terlihat berwarna hijau pada format YCbCr. 4.2 Membagi Citra Ke Masing-masing Kanal Citra yang telah dirubah keformat YCbCr kemudian dibagi kedalam masing-masing kanal warna yaitu kanal Y, kanal Cb, dan kanal Cr. Gambar 4.2 memperlihatkan pembagian citra yang berformat YCbCr kedalam masing-masing kanal. Karena logam dari citra mesin x-ray cenderung berwarna biru maka kanal Cb yang akan diproses lebih lanjut. *) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Jember

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.2, Hal.98-106, Mei-Agustus 2013, ISSN 1411-5549 Gambar 4.2 Pembagian citra kedalam masing-masing kanal. Dari proses pembagian citra berdasarkan kanal Y, kanal Cb, dan kanal Cr,terlihat objek pisau sangat menonjol pada citra di kanal Cb. Citra pisau pada kanal Y dan kanal Cr relative sama. Sehingga untuk proses berikutnya pengolahan citra dari kanal tersebut kurang sesuai. 4.3 Segmentasi Citra Citra yang berasal dari kanal Cb kemudian disegmentasi menggunakan threshold. segmentation, dimana piksel yang mempunyai nilai lebih dari nilai threshold yaitu 132 maka nilai warna Cb akan diberi nilai 0, sebaliknya apabila nilai piksel yang dimiliki kurang dari nilai threshold maka nilai warna Cb diberi nilai 1. Gambar 4.3 menunjukkan hasil segmentasi menggunakan proses thresholding Gambar 4.3 Hasil segmentasi menggunakan proses thresholding. Dari gambar 4.3 terlihat bahwa citra dari kanal Cb yang telah melalui proses segmentasi berdasarkan nilai thresholdnya sudah mulai tampak objek pisaunya. Namun apabila diamati masih terdapat noise pada citra tersebut. Hal ini terjadi karena objek dari bahan logam selain pisau masih terdeteksi, sehingga perlu proses perbaikan citra dengan teknik filtering. 4.4 Memfilter Citra Menggunakan Operasi Morfologi Dari citra yang telah tersegmentasi, proses berikutnya adalah memfilter citra menggunakan operasi morfologi. Untuk menghilangkan noise berupa objek-objek kecil yang dihasilkan dari objek bukan pisau seperti resleting, kunci digunakan teknik menghilangkan piksel yang mempunya ukuran kurang dari 30 piksel. Namun pada percobaan berikutnya nilai 30 ini akan dirubah-rubah sampai diperoleh nilai yang paling tepat dimana noise dapat dihilangkan dan objek pisau itu sendiri masih dapat teridentifikasi. Proses berikutnya adalah memperhalus objek menggunakan teknik closing. Dari berbagai proses tersebut akan diperoleh citra dengan objek yang lebih baik. Gambar 4.4 menunjukkan proses sebelum dan sesudah filterisasi. 106

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.2, Hal. 98-106, Mei-Agustus 2013, ISSN 1411-5549 Gambar 4.4 a. Sebelum difilter. b. Setelah difilter. Citra yang telah mengalami proses filtering terlihat lebih smooth dan noise yang dihasilkan oleh benda-benda logam kecil selain pisau telah telah hilang. 4.5 Pencarian Batas-batas Objek dan Penghitungan Tingkat Kebulatan Objek. Setelah proses filterisasi menggunakan operasi morfologi, proses berikutnya adalah mencari batas-batas untuk masing-masing objek. Dari proses ini akan diperoleh jumlah objek yang terdapat pada citra tersebut. Dari masing-masing objek yang ditemukan akan diberi warna yang berbeda untuk masing-masing objek. Kemudian dilanjutkan dengan menghitung tingkat kebulatan dari masing-masing objek yang ditemukan, serta member kesimpulan apakah objek yang ditemukan tersebut merupakan barang berbahaya dengan tingkat bahaya yang tinggi, sedang atau rendah. Gambar 4.5 Hasil identifikasi objek pisau. Gambar 4.5 menunjukkan, terdeteksinya sebuah objek dengan nilai kebulatan 0,33, sehingga dapat disimpulkan bahwa objek tersebut diindikasikan sebuah pisau dengan tingkat bahaya yang tinggi. Nantinya tidak menutup kemungkinan terdapat lebih dari satu objek yang terdeteksi. Dan untuk masing-masing objek yang terdeteksi dapat dilihat tingkat kebulatan serta tingkat bahayanya. 4.6 Perubahan Piksel Minimal Pada Proses Filtering Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui berapa nilai piksel minimal yang paling efektif untuk menghilangkan noise objek yang tidak diperlukan, namun informasi objek pisaunya sendiri tidak hilang. Gambar 4.6 menunjukkan contoh citra dengan noise yang cukup besar. Gambar 4.7 menunjukkan citra pisau dengan posisi miring. Saat posisi miring citra dengan objek pisau setelah melalui proses segmentasi mempunyai nilai piksel cenderung lebih kecil, sehingga perlu dicari nilai piksel minimal untuk menghilangkan noise pada proses filtering, namun objek pisau itu sendiri juga tidak hilang. Gambar 4.6 Contoh citra dengan noise cukup besar *) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Jember

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.2, Hal.98-106, Mei-Agustus 2013, ISSN 1411-5549 Gambar 4.7 Contoh citra pisau dengan posisi miring. Tabel 4.1 menunjukkan perubahan nilai piksel minimal pada proses filtering dimana dicari nilai piksel minimal namun tidak menghilangkan informasi dari objek pada proses filtering. Tabel 4.1 Perubahan nilai piksel minimal pada proses filtering. Nilai piksel minimal Jumlah Objek teridentifikasi No. Objek 1 1 30 2 2 1 50 2 3 1 70 2 4 1 90 2 5 1 110 1 6 1 130 1 7 2 30 2 8 2 50 1 9 2 70 1 10 2 90 1 11 2 110 1 12 2 130 1 Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa perubahan nilai piksel minimal pada proses filtering sangat mempengaruhi jumlah objek yang terdeteksi dimana semakin besar nilai pikselnya maka objek yang terdeteksi akan berkurang. Nilai 4.7 Tingkat Akurasi Pada Setiap Perubahan Objek Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui seberapa akurat perangkat lunak dapat mengidentifikasi objek dengan posisi objek dirubah dan objek pisau juga diganti dengan pisau yang lain. Tabel 4.2 menunjukkan tingkat akurasi perangkat lunak terhadap perubahan posisi serta perubahan objek pisau. Tabel 4.2 Tingkat akurasi perangkat lunak Dari tabel 4.2 terlihat bahwa semua objek pisau dapat dikenali dengan tingkat bahaya tinggi walaupun posisi pisau dipindah serta model pisau yang diganti. No. Model Pisau Posisi pisau Jumlah Objek Teridentifikasi Tingakat Bahaya Rendah Sedang Tinggi 1 1 1 2 0 0 2 2 1 2 1 0 0 1 3 1 3 1 0 0 1 4 1 4 1 0 0 1 5 1 5 2 0 0 2 6 2 1 1 0 0 1 7 2 2 1 0 0 1 8 2 3 1 0 0 1 9 2 4 1 0 0 1 10 2 5 1 0 0 1 11 3 1 1 0 0 1 12 3 2 1 0 0 1 13 3 3 1 0 0 1 14 3 4 1 0 0 1 15 3 5 1 0 0 1 16 4 1 1 0 0 1 17 4 2 1 0 0 1 18 4 3 1 0 0 1 19 4 4 1 0 0 1 20 4 5 1 0 0 1 ideal piksel minimal yang digunakan pada proses filtering adalah 110 piksel. Dimana jumlah objek noise yang terdeksi berkurang namun objek pisau itu sendiri masih terlihat. 4.8 Identifikasi Objek Pisau Yang Digabungkan Objek Lain Pada pengujian kali ini akan dicari seberapa efektif perangkat lunak masih dapat mendeteksi objek pisau yang digabung dengan objek lain namun yang tidak terbuat dari logam. Tabel 4.3 menunjukkan hasil dari perangkat lunak terhadap objek pisau yang digabung dengan objek lain bukan logam. Tabel 4.3 Hasil Pengujian Perangkat Lunak Pada Objek Pisau Yang Dicampur Dengan Objek Lain 106

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.2, Hal. 98-106, Mei-Agustus 2013, ISSN 1411-5549 Sampel Hasil 1 Teridentifikasi 2 Teridentifikasi 3 Teridentifikasi 4 Teridentifikasi 5 Teridentifikasi 6 Teridentifikasi 7 Teridentifikasi 8 Teridentifikasi 9 Teridentifikasi 10 Teridentifikasi Pada tabel 4.3 terlihat, dari 10 kali proses identifikasi objek pisau yang digabung dengan objek lain, 10 kali juga objek pisau teridentifikasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa perangkat lunak sangat efektif untuk mengidentifikasi pisau walaupun objek pisau dicampur dengan objek lain yang tidak terbuat dari logam. 4.9 Identifikasi Objek Pisau Bukan Logam Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah perangkat lunak mampu mengidentifikasi objek pisau yang terbuat dari bahan bukan logam, atau benda mirip pisau seperti pedang-pedangan yang terbuat dari plastik. Tabel 4.4 menunjukkan hasil identifikasi perangkat lunak terhadap objek pisau bukan logam. 4.4 Identifikasi Pada Objek Pisau Bukan Logam Sampel Hasil 1 Tidak Teridentifikasi 2 Tidak Teridentifikasi 3 Tidak Teridentifikasi 4 Tidak Teridentifikasi 5 Tidak Teridentifikasi 6 Tidak Teridentifikasi 7 Tidak Teridentifikasi 8 Tidak Teridentifikasi 9 Tidak Teridentifikasi 10 Tidak Teridentifikasi Dari tabel 4.4 terlihat bahwa perangkat lunak tidak mampu mengidentifikasi pisau yang terbuat bukan dari bahan logam. Hal ini disebabkan karena pada proses segmentasi menggunakan acuan warna biru dari citra yang menunjukkan bahwa objek tersebut terbuat dari bahan logam. V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil uji coba dan analisa pada perangkat lunak yang menggunakan proses segmentasi berbasis citra, operasi morfologi pada proses filtering dan tingkat kebulatan untuk mendeteksi objek pisau dari citra mesin x-ray bandara, dapat diambil beberapa kesimpulan. Serta ditambahkan saran dalam pengembangan penelitian berikutnya. 5.1 Kesimpulan 1. Nilai ideal piksel minimal yang digunakan pada proses filtering adalah 110 piksel. Dimana jumlah objek noise yang terdeksi dapat berkurang namun objek pisau itu sendiri masih terlihat. 2. Dengan perangakat lunak yang dikembangkan, objek pisau dari bahan logam dapat dikenali dengan tingkat bahaya tinggi walaupun posisi pisau dipindah serta model pisau diganti. 3. Perangkat lunak dengan algoritma yang ditawarkan dinilai sangat efektif untuk mengidentifikasi pisau walaupun objek pisau dicampur dengan objek lain yang tidak terbuat dari logam. 4. Perangkat lunak dengan algoritma yang ditawarkan, tidak mampu mengidentifikasi pisau yang terbuat bukan dari bahan logam. Hal ini disebabkan karena pada proses segmentasi menggunakan acuan warna biru dari citra yang menunjukkan bahwa objek tersebut terbuat dari bahan logam. 5.2 Saran 1. Untuk penelitian berikutnya selain parameter warna pada proses segmentasi, bisa ditambahkan juga parameter bentuk. Sehingga baeang berbahaya lain dapat diidentifikasi dalam satu proses saja. *) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Jember

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.2, Hal.98-106, Mei-Agustus 2013, ISSN 1411-5549 2. Pada proses identifikasi dapat ditambahkan algoritma cerdas untuk mengidentifikasi objek berbahaya dari citra x-ray bandara. Perangkat lunak yang dikembangkan untuk identifikasi barang berbahaya dari citra x-ray bandara dapat menjadi kesatuan dengan sistem di mesin x-ray itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA [1] Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Udara. (2010). Tata Cara Pemeriksaan Keamanan, Penumpang, Personel Pesawat udara dan Barang Bawaan yang Diangkut dengan Pesawat udara dan Orang Perseorangan. Nomor: SKEP/2765/XII/2010 [2] Hardmeier D. (2005) The X-Ray Object Recognition Test (x-ray ort) A Reliable and Valid Instrument for Measuring Visual Abilities Needed in X-Ray Screening. Department of Psychology, University of Zurich, Switzerland. [3] Schwaninger A. (2007) A Statistical Approach for Image Difficulty Estimation in X-Ray Screening Using Image Measurements. Department of Psychology, University of Zurich, Switzerland Max Planck Institute for Biological Cybernetics, T ubingen, Germany [4] Khaparde A. (2010) Face Detection Using Color Based Segmentation and Morphological Processing A Case Study. Bharath Institute of Science and Technology Aurora s Technological and Research Institute, Hyderabad. [5] H.J.C Liujten (2005). Basic of Color based Computer Vision Implement in Matlab DCT 2005.87. [6] Murinto Eko Aribowo, Wahyu N. (2001). Deteksi Jenis Warna Kulit Wajah untuk Klasfikasi Ras Manusia menggunakan Transformasi Warna. Universitas Ahmad Dahlan Jogjakarta [7] Linda G Shapiro, George C Stockman (2001). Computer Vision. pp. 279-325, New Jersey, Prentice Hall. [8] Alan Bovic.(2009). The Essential Guide to Image Processing. [9] Indah Susilawati. (2012) Teknik Pengolahan Citra. Mathematical Morphology. Universitas Mercu Buana, Yogyakarta 106