EVALUASI IMPLEMENTASI ASESMEN KINERJA PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN LAS BERORIENTASIKAN PRODUK KRIYA LAS TERALIS DI SMK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu bangsa atau negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ghea Anggraini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu Bangsa dan Negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa. Serta membantu perkembangan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pratiwi Tristiyani, 2014 Pendapat peserta didik tentang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menjadi memiliki keterampilan. Arismantoro yang dikutip oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aura Santika Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG METODE PEMBELAJARAN TEAM TEACHING TERHADAP MOTIVASI PENYELESAIN TUGAS GAMBAR TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faris Fauzi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angga Triadi Efendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MERENCANAKAN MENU KESEMPATAN KHUSUS SEBAGAI KESIAPAN MENGOLAH MAKANAN UNTUK PESTA PERNIKAHAN PADA SISWA DI SMKN 3 CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

EKSPLORASI MINAT BEKERJA, BERWIRAUSAHA, DAN MELANJUTKAN STUDI MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN UPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. negara. Melalui pendidikan sebuah negara dapat meningkatkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enggis Kartikawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk sadar mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki fungsi sangat penting dalam membentuk karakter dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang yang harus diutamakan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan informasi serta persaingan yang ketat di antara organisasiorganisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang

MERANCANG ASESMEN KINERJA PADA PEMBELAJARAN PRAKARYA TEKNIK LAS BERORIENTASI PRODUK DI SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek utama suksesnya program

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting bagi pembangunan bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup serta menghasilkan Sumberdaya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah membangun manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pranata pembangunan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh maju mundurnya Bangsa itu

Transkripsi:

194 EVALUASI IMPLEMENTASI ASESMEN KINERJA PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN LAS BERORIENTASIKAN PRODUK KRIYA LAS TERALIS DI SMK Ilham 1, Wahid Munawar 2, Sriyono 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung 40154 id.ilham44@gmail.com ABSTRAK Sekolah Menengah Kejuruan memiliki banyak tujuan, salah satu diantaranya adalah menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. Salah satu yang mempengaruhi kurang optimalnya tujuan dari SMK belum terlaksana keterampilan las berorientasikan produk di SMK. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai hasil evaluasi implementasi assesmen kinerja pada pembelajaran las yang berorientasikan produk untuk peserta didik SMK Negeri. Metode yang digunakan penelitian evaluatif dengan model evaluasi stake. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah single subject research. Pengambilan dan pengolahan data difokuskan untuk melihat prilaku subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik telah melakukan pratikum las secara baik dengan waktu yang cukup. Kata kunci: assesmen kinerja, berorientasi produk, implementasi, las listrik, kriya. PENDAHULUAN Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga negara yang demokratis secara bertanggung jawab. Undang-undang tersebut menekankan pada kualitas sumber daya manusia, yang dalam hal ini peserta didik diharapkan melalui pendidikan, membentuk atau menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bisa mandiri. Sumber daya manusia bisa mandiri jika memiliki suatu keterampilan yang menghasilkan pendapatan (Abidin, 2009). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan yaitu mampu menciptakan lulusan yang mempunyai keterampilan dan mampu bersaing di dunia kerja (Salvia, J. dan Ysseldyke, 2010). Hal tersebut dapat terwujud, dengan SMK harus berinovasi menjadi lebih 1 Mahasiswa Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI 2 Dosen Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI 3 Dosen Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI

195 baik, yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 15 yaitu: pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta belajar terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa; mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab; mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia; dan mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien. Tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan adalah menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Membekali peserta didik dengan kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih. Sekolah menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu (Sukardi, 2011). Keterampilan bisa dibentuk melalui SMK, yang bertujuan menciptakan lulusan menjadi sumber daya manusia yang terampil, dapat bersaing di dunia kerja serta berkualitas. Semua dapat direalisasikan dengan memberikan pembelajaran yang baik dan bekal pengetahuan dan keterampilan kompetensi kejuruan sesuai dengan bidangnya masing-masing (Arikunto, 2009). Kegiatan pembelajaran membuat prakarya pengelasan merupakan salah satu cabang ilmu dasar teknik yang harus dikuasai peserta didik di SMK. Kenyataan dilapangan peserta didik belum melakukan pembelajaran keterampilan las yang berorientasikan produk. Mata pelajaran kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang bertujuan untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya. Keterampilan las termasuk kedalam bidang keterampilan otomotif yang harus dikuasai oleh peserta didik program keahlian otomotif (Dwidjamiko, 2008).

196 Kondisi ini tidak sesuai dengan tujuan pendidikan karena peserta didik perlu memperluas keahliannya sebagai pelajar yang harus berkompetensi di dunia kejuruan. Pendidik professional harus memiliki standar penilaian yang baik, salah satunya diterapkan pada evaluasi implementasi asesmen keterampilan membuat prakarya produk pengelasan (Rusman, 2012). Tidak menerapkan asesmen kinerja yang baik membuat peserta didik tidak terampil dalam bidangnya, sehingga sulit bersaing di dunia kerja (Basuki dan Haryanto, 2014). METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah penelitian evaluatif dengan model evaluasi Stake. Model ini menganalisis proses evaluasi yang dikemukakanya membawa dampak yang cukup besar dalam bidang ini dan meletakan dasar yang sederhana namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Ada dua dasar kegiatan dalam evaluasi adalah description dan judgement, dan membedakan adanya tiga tahap yaitu: Antecedents (context), transaction (procces) dan outcomes (output). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah single subject research. Penelitian subjek tunggal yaitu metode yang bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil ada tidaknya pengaruh perubahan yang terjadi dari suatu perlakuan yang diberikan kepada subjek secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. HASIL PENELITIAN Waktu pengerjaan produk las teralis yang dilakukan peserta didik dihitung oleh guru. Hasil perhitungan waktu pengerjaan las teralis meliputi: persiapan kerja, persiapan alat dan bahan, proses pengukuran bahan, proses bahan, proses pengelasan dan finishing (Putra, 2013). Pengerjaan diukur dari waktu standard yang diberikan (Lawshee dan Primardiana, 2013). Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dapat menyelesaikan dengan waktu rata-rata 5353 detik sedangkan waktu standard adalah 5220 detik. Artinya siswa masih melakukan pratikum las listrik (teralis) masih di bawah waktu yang telah ditentukan. Nilai praktik dari peserta didik untuk pengelasan las teralis diperoleh rata-rata 81,6. Perhitungan ketercapaian pengerjaan las teralis yang dicapai peserta didik rata-rata 3,3.

197 Tabel 1. Hasil ketercapaian penilaian kinerja pengerjaan las teralis Komponen/Sub Komponen penilaian Skor Persiapan Kerja 3 Proses (Sistematika dan Cara Kerja) 3,5 Sikap Kerja 3,75 Hasil Kerja 3,25 Waktu 3 Rata-rata 3,3 PEMBAHASAN Nilai praktik pengerjaan teralis dengan nilai terendah adalah 80.7 diaman standar kelulusan mata pelajaran produktif adalah >75. Waktu yang dicapai oleh peserta didik dengan waktu terendah adalah 5329 detik dan peserta didik dengan waktu tertinggi adalah 5404 detik. Waktu untuk praktek yang disediakan oleh sekolah untuk praktik las teralis 2 (dua) jam (2 x 45 menit), sehingga untuk satu orang peserta didik melakukan pratikum las teralis dibutuhkan waktu dua jam pelajaran (2 x 45 menit). Rincian proses dari awal hingga akhir dapat dibuat seperti berikut: rata-rata proses pengerjaan 90 menit, alokasi waktu pembelajaran yang harus disediakan untuk pembelajaran las teralis dibutuhkan 90 menit atau dua jam mata pelajaran. Ketercapaian pengerjaan las teralis yang diperoleh peserta didik dengan nilai tertinggi adalah 84.06 dan perolehan nilai terendah adalah 80.7. KESIMPULAN Hasil ketercapaian pengerjaan las teralis masih belum tercapai secara keseluruhan. Waktu terlama mencapai 90.06 menit dan waktu tercepat mencapai 88.81 menit. Waktu standar untuk pengerjaan las teralis adalah 87 menit. Hasil ketercapaian penilaian kinerja pengerjaan las teralis sudah memenuhi standard kelulusan. Pencapaian waktu dan perolehan hasil ketercapaian penilaian kinerja pada peserta didik menunjukkan bahwa peserta didik belum memenuhi syarat untuk pengerjaan las teralis. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Abidin, Y. (2009). Guru dan Pembelajaran Bermutu. Bandung: Rizqi Press. Basuki, I dan Haryanto (2014). Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdarya

198 Dwidjamiko, R. (2008). Teori Pengelasan Logam. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Lawshee dan Primardiana, (2013). Model Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kaizen di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Putra, R. S. (2013). Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Jogjakarta: Diva Press. Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran (Pengembangan Profesionalisme Guru). Depok: PT. Rajagrafindo Persada. Salvia, J. dan Ysseldyke, J. (2010). Asessment (In Special and Inclusive Eduation), USA: Integra. Sukardi. (2011). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Akasra.