BAB I PENDAHULUAN. * Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. Undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 yang merumuskan bahwa: mempengaruhi sumber daya manusia (SDM) suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, sampai kapan dan dimanapun ia berada. sebagaimana sabda

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam ajaran agama Islam, umat Islam diperintahkan untuk semangat

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang mempunyai perbedaan berbagai macam adat istiadat, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. penting karena dapat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang RI Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 bab II pasal 3. disebutkan tujuan pendidikan nasional berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. (jasmani). Untuk melakukan itu semua diperlukan suatu proses yang. yang diakibatkan oleh belajar tersebut. 2

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

BAB I PENDAHULUAN. dan mendidik hingga pada akhirnya terjadi keseimbangan antara fisik dan mental.

BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-qur an surah ar-ra du ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB 1 PENDAHULUAN. rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena tujuan yang dicapai oleh pendidikan tersebut adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berfikir secara kritis dan mandiri serta menyeluruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar untuk menciptakan masa

BAB I PENDAHULUAN. dan Teknologi (IPTEK) merupakan salah satu faktor penunjang yang penting

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dari sekolah, selain mengembangkan pribadinya. Pemberian

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri tiap individu. Upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan. kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS.

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al- terutama bidang kerohanian. Disana Al-Quran merupakan pedoman pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 1992), hlm Sriyono, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, (Jakarta: Rineka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang disosialisasikan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. guna meraih bekal-bekal keilmuan untuk keberlangsungan hidupnya. Islam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang pendidikan merupakan sara dan wahana yang sangat baik

PERBEDAAN STRATEGI PEMBELAJARAN LIGHTENING THE LEARNING CLIMATE DAN EKSPOSITORI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). Dengan demikian, pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. lingkungan masyarakat atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

ي ا أ ي ه ا ال ذ ين آم ن وا إ ذ ا ق يل ل ك م ت ف سح وا في ال م ج ال س ف اف س ح وا ي ف س ح ا ل ك م و إ ذ ا ق ي ل ان ش ز وا ف ان ش ز وا ي ر ف ع ا

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh kehidupan modern, wanita semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam b. Semester : I c. Kompetensi Dasar :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan. mengembangkan potensi dan kemampuan anak didik sesuai dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk

PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan nasional. Perkembangan zaman saat ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Jika dilihat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman yang dilalui manusia

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1

PENERAPAN NILAI-NILAI AKHLAK DALAM MENUNTUT ILMU DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. kearah peningkatan yang lebih positif. Agar usaha-usaha tersebut dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN pasal 31 yang menyatakan bahwa (1) setiap warga negara berhak

Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang. disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan lulusan-lulusan yang dapat bersaing di zaman modern yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. jati diri dan membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman di era globalisasi semakin menjadikan tantangan bagi manusia untuk terus mengembangkan kemampuan yang dimiliki dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapinya adalah dengan menempuh pendidikan. Pendidikan menjadi salah satu upaya untuk menghadapi tuntunan tersebut karena pendidikan menjadikan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan memberikan manfaat besar dalam mencerdaskan bangsa dan sebagai sarana pengembangan watak bangsa. Melalui pendidikan manusia diharapkan menjadi generasi unggul, baik secara pengetahuannya maupun secara akhlak baiknya. Dalam Islam, Allāh Swt. telah menjamin umatnya untuk ditinggikan derajatnya bagi orang yang berilmu. Hal ini sesuai dengan firman Allāh Swt., "...ي ر ف ع الل ه ال ذ ين آم ن وا م ن ك م و ال ذ ين أ وت وا ال ع ل م د ر ج ات و الل ه ب ا ت ع م ل ون خ ب ي ر " )١١( Artinya :... niscaya Allāh akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allāh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Mujādilah [58]: 11) * Pendidikan yang pertama dan utama yaitu pendidikan di dalam keluarga, setiap anak memperoleh pengaruh yang mendasar sebagai landasan pembentukan pribadinya yaitu dengan keimanan dan ketaqwaan yang telah diajarkan di dalam keluarga. * Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins Al-Qur`ān dan disesuaikan dengan Al-Qur`ān Terjemah dan Penjelasan Ayat Ahkām. (2002). Penerjemah: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur`ān. Jakarta : CV Pena Pundi Aksara. 1

2 Pendidikan kedua yaitu sekolah, sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertugas membimbing dan mengarahkan perkembangan potensi yang dimiliki setiap siswa agar mampu menjalankan tugas-tugasnya sebagai individu yang dapat bersosialisasi di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Menurut Ramayulis (2010:38-39) di dalam Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Tujuan Sistem Pendidikan Nasional, yaitu: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu dan cakap (Bab II pasal 3 ayat 1-6). Butirbutir dalam tujuan Nasional tersebut terutama yang menyangkut nilai-nilai dalam berbagai aspeknya, sepenuhnya adalah nilai-nilai dasar ajaran Islam, tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, berkembangnya pendidikan Islam akan berpengaruh sekali terhadap keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Nasional yang dimaksud. Tujuan pendidikan Islam yaitu terbentuknya nilai-nilai ajaran Islam dalam diri siswa agar menjadi manusia yang berakhlak dalam menjalankan kehidupannya, baik itu di dalam keluarga maupun ketika terjun langsung dalam kehidupan bermasyarakat (sekolah). Sehingga mutu pembelajaran bukan hanya dinilai dari kualitas hasil akhir pembelajarannya (output pembelajaran), akan tetapi proses tujuan pendidikan Islam itulah yang menjadi terbentuknya akhlak manusia. Jika hasil pembelajaran belum mencapai tujuan yang diharapkan, berarti masih ada kekurangan dalam pembelajarannya. Kualitas hasil pembelajaran tersebut akan menentukan kemampuan siswa baik dari sikap, keterampilan, maupun dari segi pengetahuannya. Salah satu pengaruh kualitas hasil pembelajaran adalah dalam penggunaan model pembelajaran. Di sekolah umumnya dan di dalam kelas khususnya siswa melakukan kegiatan belajar mengajar yang sering menimbulkan kebosanan, yang akhirnya menimbulkan kurang keterlibatan langsung dalam

3 proses pembelajaran dalam diri siswa. Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut, peran seorang guru harus memiliki kemampuan dalam memilih serta menggunakan model pembelajaran. Ketepatan penggunaan model pembelajaran yang dipilih harus disesuaikan dengan beberapa faktor antara lain tujuan, jenis materi, alokasi waktu dan kemampuan guru dalam melaksanakan model tersebut. Menurut Hamalik (2009, 171): Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas belajar sendiri, siswa belajar sambil bekerja, dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku yang lainnya serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Selanjutnya, menurut Slameto (2003):... ada beberapa syarat yang diperlukan untuk melaksanakan pengajaran yang efektif, antara lain: 1) belajar secara aktif, baik mental maupun fisik, dalam belajar siswa harus mengalami aktivitas belajar mental, seperti belajar dapat mengembangkan kemampuan intelektual, berfikir kritis, menganalisis dan aktivitas belajar fisik, seperti mengajarkan sesuatu, membuat peta dan lain-lain; 2) pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di masyarakat, bentuk-bentuk kehidupan di masyarakat dibawa ke sekolah, agar siswa mempelajari sesuai dengan kenyataan; 3) dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan siswa untuk menyelidiki sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri, hal ini menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap sesuatu yang dikerjakan siswa dan kepercayaan pada diri sendiri. Pada umumnya dalam dunia pendidikan khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Atas (SMA). PAI sebagai salah satu mata pelajaran yang sangat penting terutama dalam mewujudkan tujuan sistem pendidikan Nasional dalam membina manusia yang beriman, bertaqwa serta berakhlak mulia. Siswa dituntut untuk mempunyai kepribadian yang mencerminkan sebagai manusia yang berakhlak baik untuk diri sendiri maupun untuk lingkungannya. Karena dalam mempelajari Agama tidak hanya jasmani (anggota tubuh) saja yang dihadirkan, akan tetapi rohani (hati) yang perlu dihadirkan agar sungguh-sungguh dalam mempelajarinya.

4 Dalam kenyatannya, siswa di sekolah mempelajari mata pelajaran PAI hanya sekedar pada penerimaan pengetahuan saja, tidak serta merta ada proses belajar pada diri siswa. Disini perlunya keterampilan guru mata pelajaran PAI khususnya di SMA, dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa di kelas. Siswa di SMA sudah mampu berfikir kritis dan dituntut untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri oleh karena itu, dalam menyampaikan materi ajar seorang guru harus mengajak siswa ikut serta dalam proses belajar. Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti dari hasil pengalaman mengajar di SMA, ketika hasil Ujian Tengah Semester (UTS) Tahun ajaran 2012/2013 hanya sebagian siswa saja yang mendapatkan nilai di atas rata-rata, sisanya mendapatkan nilai di bawah rata-rata. Itu artinya adanya permasalahan dalam pembelajaran PAI. Sementara itu SMA bersangkutan menetapkan bahwa untuk mata pelajaran PAI Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah 75, sehingga keberhasilan belajar siswa di kelas belum tercapai. Maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran yang efektif. Menurut Syahidin (2009: 40) mengungkapkan:... dalam pengertian yang lebih luas, model pembelajaran merupakan suatu strategi, rencana, dan pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar dalam setting (pengaturan) pengajaran ataupun setting lainnya. Salah satu aspek penting dalam model pembelajaran adalah metode atau cara menyampaikan materi pengajaran. Menurut Nata (2009: 217-225) mengemukakan model pembelajaran: Cara belajar siswa aktif (CBSA) adalah model pembelajaran yang difokuskan pada pelibatan fisik, inteletkual, dan emosional para siswa secara optimal dalam rangka memberi pengertian, pemahaman, dan keterampilan dalam mengetahui (to know), mengerjakan (to do), menginternalisasikan dalam diri (to be), dan menggunakannya dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (to life together). Maka langkah pembelajaran dengan pendekatan CBSA dan keterampilan proses berpegang pada kesepakatan: (1) Guru sebagai pengelola (manager) dan perancang (design) dari pengalaman belajar; (2) Guru dan siswa menerima peran kerja sama (partnership), (3) Bahan-bahan pelajaran

5 dipilih berdasarkan kelayakannya; (4) Menekankan pada identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar (learning reqruitment); (5) Siswa dilibatkan dalam pembelajaran; (6) Tujuan ditulis dengan jelas; (7) Semua tujuan diukur atau dites. Senada dengan hal tersebut Nata (2009:231-233): Model pembelajaran Quantum Teaching (QT) diartikan sebagai pendekatan pengajaran untuk membimbing siswa agar mau belajar. Memotivasi, menginspirasi dan membimbing guru agar lebih efektif dan sukses dalam mengasup pembelajaran sehingga lebih menarik dan menyenangkan... Dalam pelaksanaannya, QT melakukan langkah-langkah pengajaran dengan 6 (enam) langkah yang tercermin dalam istilah tandur yang merupakan singkatan dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan. Dari pemaparan model pembelajaran di atas, untuk melatih siswa dalam memecahkan masalah pembelajaran PAI adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu model pembelajaran berbasis masalah. Menurut Nata (2009:243-254) dikatakan bahwa: Problem Based learning yang selanjutnya disebut PBL, adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan cara menghadapkan siswa tersebut dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Model pembelajaran Problem Based Learning adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. Permasalahan itu dapat diajukan atau diberikan guru kepada siswa, dari siswa bersama guru, atau dari siswa sendiri, yang kemudian dijadikan pembahasan dan dicari pemecahan masalahnya sebagai kegiatan-kegiatan belajar siswa. Selanjutnya menurut Wena (2010:91): Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar dengan permasalahanpermasalahan. Islam melihat pemecahanm masalah selain sebuah metode pembelajaran, juga sekaligus sebagai bagian dari agenda kehidupan. Hanya dengan pemecahan masalah itulah seseorang akan memperoleh pengalaman berharga tentang sebuah kehidupan yang bermakna dan berkualitas. Dengan demikian, metode pemecahan masalah merupakan metode yang perlu diterapkan

6 dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang memfokuskan pada pelacakan akar masalah dan memecahkan masalah tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, dengan menggunakan model PBL ini diharapkan efektif dapat melatih siswa untuk memecahkan masalah khususnya pada pokok bahasan akhlak tercela dalam pembelajaran PAI, sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajarnya sendiri dalam menghindari akhlak tercela. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi masalah yang terjadi di lapangan yaitu kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran PAI. Sehingga dengan keefektivitasan model pembelajaran Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) siswa terlibat penuh terhadap mata pelajaran PAI di kelas X SMA Laboratorium- Percontohan UPI Bandung Semester II (genap) Tahun Ajaran 2012/2013. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning dalam pokok bahasan tentang akhlak tercela pada pembelajaran PAI? Masalah di atas dapat dirinci melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimanakah kondisi awal siswa kelas kontrol dalam memahami akhlak tercela sebelum melaksanakan pembelajaraan? b. Bagaimanakah kondisi awal siswa kelas eksperimen dalam memahami akhlak tercela sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning?

7 c. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning? d. Bagaimanakah tingkat pemahaman siswa kelas kontrol terhadap pokok bahasan akhlak tercela dalam mata pelajaran PAI setelah terjadi pembelajaran? e. Bagaimanakah tingkat pemahaman siswa kelas eksperimen terhadap pokok bahasan akhlak tercela dalam mata pelajaran PAI setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning? f. Bagaimana efektivitas model Prolem Based Learning? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui efektivitas model Problem Based Learning dalam pokok bahasan tentang akhlak tercela pada pembelajaran PAI. Adapun tujuan di atas dapat dirinci sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kondisi awal siswa kelas kontrol dalam memahami akhlak tercela sebelum melaksanakan pembelajaraan. 2. Untuk mengetahui kondisi awal siswa kelas eksperimen dalam memahami akhlak tercela sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. 3. Untuk mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. 4. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas kontrol terhadap pokok bahasan akhlak tercela dalam mata pelajaran PAI setelah terjadi pembelajaran. 5. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas eksperimen terhadap pokok bahasan akhlak tercela dalam mata pelajaran PAI setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. 6. Untuk mengetahui efektivitas model Problem Based Learning.

8 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini akan lebih bermakna apabila memberikan manfaat, baik bagi ilmu pengetahuan maupun bagi masyarakat. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan pendidikan khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan pada umumnya bagi masyarakat. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait. Manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut: a. Bagi siswa, yaitu untuk melatih siswa memecahkan masalah dalam pembelajaran PAI, sehingga manfaat model PBL dapat dirasakan langsung oleh siswa. b. Bagi guru, yaitu untuk menambah wawasan dalam hal memilih model pembelajaran di kelas khususnya untuk mata pelajaran PAI. c. Bagi peneliti, yaitu untuk mendapatkan fakta yang jelas dari hasil pembelajaran di lapangan yang bekaitan dengan keefektivitasan model pembelajaan Problem Based Learning pada pokok bahasan tentang akhlak tercela. E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu: 1) Pendahuluan, 2) Kajian Pustaka, 3) Metode Penelitian, 4) Hasil Penelitian dan Pembahasan, 5) Kesimpulan dan Saran.

9 Bab pertama yaitu pendahuluan, di dalamnya dikemukakan latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan struktur organisasi skripsi. Pada bab kedua, berisi teori-teori yang berkaitan dengan variabel penelitian. Teori tersebut yaitu mengenai teori efektivitas, efektivitas pembelajaran, model pembelajaran Problem Based Learning, pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas, Problem Based Learning dalam Pendidikan Agama Islam, hipotesis penelitian, serta mengenai hasil penelitian terdahulu yang relevan pada penelitian ini. Selanjutnya pada bab ketiga, yaitu mengenai metode penelitian. Pada bab ini berisi tentang populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Paba bab keempat, yaitu mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Di dalamnya berisi pengolahan data dan serta membahas temuan-temuan penelitian. Kemudian pada bab kelima merupakan bab kesimpulan dan saran. Dan pada akhir skripsi ini disertakan lampiran-lampiran berdasarkan hasil penelitian.