BAB 5 HASIL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan gangguan integritas jaringan yang menyebabkan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rongga mulut yang sering ditemukan pada masyarakat adalah kasus

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan suatu diskontinuitas dari suatu jaringan. Luka merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mukosa rongga mulut memiliki fungsi utama sebagai pelindung struktur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh dari serangan fisik, kimiawi, dan biologi dari luar tubuh serta mencegah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Mukosa mulut memiliki salah satu fungsi sebagai pelindung atau

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus adalah kelainan metabolik kronik dimana luka sulit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB I PENDAHULUAN. warna gigi. Pada gigi yang mengalami perubahan warna atau diskolorisasi

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

menghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

BAB I PENDAHULUAN UKDW. proliferasi, dan remodeling jaringan (Van Beurden et al, 2005). Fase proliferasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. I. LATAR BELAKANG

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses. Tabel 1. Hasil Perhitungan Angka Neutrofil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar,

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah sebuah permasalahan umum yang ada pada masyarakat. 1 Luka

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

BAB I PENDAHULUAN. mulut secara sengaja maupun tidak sengaja. Ulkus traumatikus pada mukosa

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan pencabutan gigi adalah sebesar 1:6 bahkan di beberapa daerah lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. normal (Nagori and Solanki, 2011). Berdasarkan sifatnya luka dibagi menjadi 2,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Demikian juga tubuh manusia yang diciptakan dalam keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah diskontinuitas dari suatu jaringan. Angka kejadian luka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan daerah pedesaan, DM menduduki ranking keenam yaitu 5,8%. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Lee dkk., 2012). Periodontitis kronis sering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan tingkat peradangan mukosa mulut setelah aplikasi ekstrak kulit Aloe vera selama, 5 dan 7. Data tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Skor Tabel 5.1. Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut kelompok kontrol, kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5%, dan 25% pada proses penyembuhan setelah. Kelompok Perlakuan Hari Kontrol (NaCl 0.9%) Aloe vera 6.25% Aloe vera 12.5% Aloe vera 25% 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 0 2 5 0 4 5 0 0 2 5 5 5 5 Grafik 5.1 Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut kelompok kontrol, kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5%, dan 25% pada proses penyembuhan setelah. 4 Skor 2 1 preparat 1 preparat 2 preparat preparat 4 preparat 5 0 NaCl 0.9% Aloe Vera 6.25% Aloe Vera 12.5% Aloe Vera 25% Fakultas Kedokteran Gigi

1 Pengujian statistik menggunakan uji Mann-Whitney dengan p < 0.05 menunjukkan hasil: 1. Perbandingan antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25% selama memiliki hasil bermakna secara statistik, dengan p = 0.005 (p < 0.05). Maka, hipotesis diterima. 2. Perbandingan antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 12.5% selama memiliki hasil bermakna secara statistik, dengan p = 0.00 (p < 0.05). Maka, hipotesis diterima.. Perbandingan antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 25% selama memiliki hasil bermakna secara statistik, dengan p = 0.05 (p < 0.05). Maka, hipotesis diterima. Uji Kruskal Wallis menunjukkan hasil tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok perlakuan ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5% dan 25% selama, dengan p = 0.2 (p > 0.05). Dilanjutkan dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan antar kelompok. Hasil pengujian statistiknya sebagai berikut: a. Perbandingan antara aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25% dan 12.5% memiliki hasil yang bermakna secara statistik, dengan p = 0.05 (p < 0.05) b. Perbandingan antara aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 12.5% dan 25% memiliki hasil yang tidak bermakna secara statistik, dengan p = 0.571 (p > 0.05) c. Perbandingan aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25% dan 25% memiliki hasil yang tidak bermakna secara statistik, dengan p = 0.65 (p > 0.05) Dapat disimpulkan ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5%, dan 25% dapat menurunkan tingkat radang pada ulserasi mukosa mulut dalam waktu, sehingga mempercepat proses penyembuhan. Selain itu, ekstrak kulit Aloe vera 6.25% adalah konsentrasi terendah yang dapat menurunkan tingkat radang dalam waktu. Fakultas Kedokteran Gigi

2 Skor Tabel 5.2. Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut kelompok kontrol, kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5%, dan 25% pada proses penyembuhan setelah 5. Kelompok Perlakuan 5 Hari Kontrol (NaCl 0.9%) Aloe vera 6.25% Aloe vera 12.5% Aloe vera 25% 0 0 0 0 0 1 0 2 0 5 2 0 0 0 0 0 0 4 5 0 2 0 5 5 5 5 Grafik 5.2. Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut kelompok kontrol, kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5%, dan 25% pada proses penyembuhan setelah 5. 4 skor 2 1 preparat 1 preparat 2 preparat preparat 4 preparat 5 0 NaCl 0.9% Aloe Vera 6.25% Aloe Vera 12.5% Aloe Vera 25% Pengujian statistik menggunakan uji Mann-Whitney dengan p < 0.05 menunjukkan hasil: 1. Perbandingan antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25% selama 5 memiliki hasil bermakna secara statistik, dengan p = 0.005 (p < 0.05). Maka, hipotesis diterima. 2. Perbandingan antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 12.5% selama 5 memiliki hasil bermakna secara statistik, dengan p = 0.05 (p < 0.05). Maka, hipotesis terima.. Perbandingan antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 25% selama 5 memiliki hasil bermakna secara statistik, dengan p = 0.00 (p < 0.05). Maka, hipotesis diterima. Fakultas Kedokteran Gigi

Uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok perlakuan ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5% dan 25% selama 5, dengan p = 0.00 (p < 0.05). Dilanjutkan dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui antara kelompok manakah yang memiliki perbedaan. Hasil pengujian statistiknya sebagai berikut: a. Perbandingan antara aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25% dan 12.5% memiliki hasil yang bermakna secara statistik, dengan p = 0.007 (p < 0.05) b. Perbandingan antara aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 12.5% dan 25% memiliki hasil yang bermakna secara statistik, dengan p = 0.005 (p < 0.05) c. Perbandingan aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25% dan 25% memiliki hasil yang bermakna secara statistik, dengan p = 0.05 (p < 0.05) Dapat disimpulkan ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5%, dan 25% dapat menurunkan tingkat radang pada ulserasi mukosa mulut dalam waktu 5, sehingga mempercepat proses penyembuhan. Selain itu, ekstrak kulit Aloe vera 6.25% adalah konsentrasi terendah yang dapat menurunkan tingkat radang dalam waktu 5. Namun peningkatan konsentrasi ekstrak kulit Aloe vera tidak selalu diikuti penurunan tingkat radang yang sebanding. Skor Tabel 5.. Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut kelompok kontrol, kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5%, dan 25% pada proses penyembuhan setelah 7 Kelompok Perlakuan 7 Hari Kontrol (NaCl 0.9%) Aloe vera 6.25% Aloe vera 12.5% Aloe vera 25% 0 0 0 0 0 1 0 5 0 2 0 0 0 0 2 2 4 2 0 0 0 5 5 5 5 Fakultas Kedokteran Gigi

4 4 Grafik 5.. Perbandingan skor radang pada ulserasi mukosa mulut kelompok kontrol, kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5%, dan 25% pada proses penyembuhan setelah 7 Skor 2 1 preparat 1 preparat 2 preparat preparat 4 preparat 5 0 NaCl 0.9% Aloe Vera 6.25% Aloe Vera 12.5% Aloe Vera 25% Pengujian statistik menggunakan uji Mann-Whitney dengan p < 0.05 menunjukkan hasil: 1. Perbandingan antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25% selama 7 memiliki hasil bermakna secara statistik, dengan p = 0.005 (p < 0.05). Maka, hipotesis diterima. 2. Perbandingan antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 12.5% selama 7 memiliki hasil bermakna secara statistik, dengan p = 0.01 (p < 0.05). Maka, hipotesis diterima.. Perbandingan antara kelompok kontrol dengan kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 25% selama 7 memiliki hasil bermakna secara statistik, dengan p = 0.01 (p < 0.05). Maka, hipotesis diterima. Uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok perlakuan ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5% dan 25% selama 7, dengan p = 0.027 (p < 0.05). Dilanjutkan dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui antara kelompok manakah yang memiliki perbedaan. Hasil pengujian statistiknya sebagai berikut: a. Perbandingan antara aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25% dan 12.5% memiliki hasil yang tidak bermakna secara statistik, dengan p = 0.14 (p > 0.05). Fakultas Kedokteran Gigi

5 b. Perbandingan antara aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 12.5% dan 25% memiliki hasil yang tidak bermakna secara statistik, dengan p = 0.19 (p > 0.05). c. Perbandingan aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25% dan 25% memiliki hasil yang bermakna secara statistik, dengan p = 0.005 (p < 0.05). Dapat disimpulkan ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5%, dan 25% dapat menurunkan tingkat radang pada ulserasi mukosa mulut dalam waktu 7, sehingga mempercepat proses penyembuhan. Selain itu, ekstrak kulit Aloe vera 6.25% adalah konsentrasi terendah yang dapat menurunkan tingkat radang dalam waktu 7. Namun peningkatan konsentrasi ekstrak kulit Aloe vera tidak selalu diikuti penurunan tingkat radang yang sebanding. Skor radang Tabel 5.4. Tingkat radang pada ulserasi mukosa mulut Kelompok kontrol Kelompok perlakuan ekstrak kulit Aloe vera 5 7 6,25% 12,5% 25% 5 7 5 7 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2 5 0 0 0 5 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 5 2 0 0 2 4 5 5 2 0 0 0 0 2 0 2 0 0 Total 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 7 4 Grafik 5.4. Tingkat radang pada ulserasi mukosa mulut Skor 2 1 0 5 7 5 7 5 7 5 7 6,25% 12,5% 25% preparat 1 preparat 2 preparat preparat 4 preparat 5 Kelompok kontrol Kelompok perlakuan ekstrak kulit aloe vera Fakultas Kedokteran Gigi

6 Dari pengamatan terhadap kelompok kontrol, dapat dilihat dengan aplikasi NaCl 0.9% selama dan 5, tidak terdapat penurunan skor radang. Penurunan skor radang baru terlihat pada proses penyembuhan 7. Dari pengamatan terhadap kelompok aplikasi esktrak kulit Aloe vera 6.25%, dapat dilihat aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25% telah dapat menurunkan tingkat radang pada proses penyembuhan, dan tingkat radang terus menurun pada proses penyembuhan 5 dan 7. Dari pengamatan terhadap kelompok aplikasi esktrak kulit Aloe vera 12.5%, dapat dilihat aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 12.5% telah dapat menurunkan tingkat radang pada proses penyembuhan. Namun pada proses penyembuhan 5 tampak peningkatan skor radang, dan pada proses penyembuhan 7 skor radang kembali turun. Dari pengamatan terhadap kelompok aplikasi esktrak kulit Aloe vera 25%, dapat dilihat aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 25% telah dapat menurunkan tingkat radang pada proses penyembuhan, dan tingkat radang terus turun pada proses penyembuhan 5. Namun pada proses penyembuhan 7 terjadi peningkatan skor radang. Fakultas Kedokteran Gigi

7 BAB 6 PEMBAHASAN Aloe vera atau lebih dikenal dengan nama lidah buaya adalah tanaman yang sudah diketahui memiliki banyak manfaat. Beberapa manfaat Aloe vera yang sudah banyak dikenal dan diteliti adalah efek antiinflamasi, pengaruhnya dalam mempercepat proses penyembuhan luka, dan stimulasi sistem imun 22. Kandungan Aloe vera yang berperan dalam proses penyembuhan luka antara lain glukomannan dan giberelin 2. Selain itu juga terdapat vitamin A, C, E dan mineral, serta sterol, enzim bradikinase dan asam amino. Selama ini bagian dari Aloe vera yang seringkali dimanfaatkan adalah bagian dagingnya saja. Namun sejak dilakukan penelitian tahun 1990, telah terbukti bahwa terdapat peningkatan kemampuan menyembuhkan dari Aloe vera dengan penggunaan seluruh daun Aloe vera (whole-leaf processing). Dari penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa bagian kulit, yang biasanya dibuang, mengandung 200% kandungan terapeutik aktif daripada bagian dalam Aloe vera 24. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pengaruh ekstrak kulit Aloe vera dalam mempercepat proses penyembuhan ulserasi mukosa mulut. Subjek penelitian adalah tikus Sprague Dawley, karena tikus strain ini relatif tenang dan mudah ditangani 25. Selain itu tikus jenis ini adalah model yang umum dan sangat baik digunakan untuk penelitian mengenai kesehatan dan penyakit pada manusia, terutama di bidang toksikologi, farmakologi, reproduksi dan behaviour 26. Tikus Sprague Dawley yang digunakan berjenis kelamin jantan dan berusia 4 bulan. Ulserasi dibuat dengan aplikasi hidrogen peroksida 10% pada jaringan mukosa mulut labial rahang bawah tikus sebanyak X 5 menit, dengan selang waktu 5 menit, selama berturut-turut, mengacu pada penelitian sebelumnya. Radang ini disebabkan oleh hasil pemecahan senyawa hidrogen peroksida yang merupakan radikal bebas oksigen yang tidak stabil dan sangat berbahaya, karena memiliki kemampuan untuk memecah membran sel epitel melalui proses oksidasi. Proses oksidasi yang terus berlanjut akan memperbanyak kematian sel dan menyebabkan terjadinya penipisan lapisan epitel 16. Fakultas Kedokteran Gigi

8 Aloe vera dalam penelitian ini berasal dari ekstrak tepung kulit Aloe vera yang dilarutkan dalam akuades, sehingga diperoleh konsentrasi 6.25%, 12.5%, dan 25%. Pemilihan konsentrasi 12.5% dan 25% adalah karena kedua konsentrasi tersebut telah terbukti efektif menurunkan tingkat peradangan 1, namun penelitian kali ini menggunakan ekstrak Aloe vera yang berbeda, yaitu bagian kulitnya saja. Sedangkan alasan pemilihan konsentrasi 6.25% adalah untuk mengetahui konsentrasi lebih rendah yang efektif dalam menurunkan tingkat peradangan, sehingga proses penyembuhan bisa berlangsung lebih cepat. Aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5%, dan 25% dalam bentuk larutan ini dilakukan mulai ke-4, dengan frekuensi X 5 menit, dengan selang waktu 90 menit, selama, 5, dan 7, pada masing-masing tikus. Dipilih frekuensi kali se dengan asumsi obat topikal umumnya digunakan sebanyak kali se. Aplikasi dilakukan selama 5 menit dengan asumsi 5 menit adalah waktu obat topikal dapat bertahan pada permukaan mukosa mulut dan sudah dapat berpenetrasi ke dalam jaringan mukosa mulut. Selang waktu 90 menit merupakan waktu tercepat dari reaksi obat topikal terhadap kelainan rongga mukosa mulut 27. Dengan pengaplikasian selama, 5 dan 7 diharapkan telah terjadi proses penyembuhan ulserasi mukosa mulut dan untuk melihat lama aplikasi yang efektif untuk dapat terjadi proses penyembuhan, serta untuk melihat apakah terjadi proses penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan ulserasi mukosa mulut tanpa pengobatan. Kelompok kontrol pada penelitian ini diaplikasikan NaCl 0.9% karena larutan ini isotonis dengan cairan tubuh, serta kompatibel dengan organ dan jaringan hidup 17. Berdasarkan penelitian, dalam, 5, dan 7 ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5% dan 25% dapat menurunkan tingkat radang pada ulserasi mukosa mulut. Hal ini dapat dilihat dari perubahan skor radang menjadi lebih rendah dan hasil uji Mann-Whitney antara kelompok kontrol dengan masingmasing kelompok perlakuan. Hasil uji tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna secara statistik (p < 0.05). Sementara itu, kelompok kontrol (NaCl 0.9%) tidak menunjukkan penurunan tingkat radang pada proses penyembuhan selama dan 5. Fakultas Kedokteran Gigi

9 Penurunan tingkat radang baru terjadi pada ke-7. Hal ini menunjukkan ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, 12.5%, dan 25% dapat menurunkan tingkat radang pada ulserasi mukosa mulut. Oleh karena itu, ekstrak ini dapat mempercepat proses penyembuhan ulserasi mukosa mulut, karena tahap inflamasi merupakan bagian dari proses penyembuhan, dan berkurangnya tingkat peradangan menunjukkan berjalannya proses penyembuhan tersebut. Hal ini disebabkan ekstrak kulit Aloe vera mengandung antiinflamasi dan bahan-bahan yang membantu proses penyembuhan, antara lain polisakarida, enzim (bradikinase), asam salisilat, vitamin A, C, E, mineral (zinc), hormon (giberelin), sterol, asam amino dan antrakuinon. Golongan polisakarida pada Aloe vera yang berperan dalam proses penyembuhan adalah manosa-6-fosfat. Manosa-6-fosfat dapat merangsang fibroblas untuk meningkatkan produksi kolagen dan proteoglikans sehingga merangsang proses penyembuhan 28. Manosa-6-fosfat cocok dengan reseptor growth factor pada permukaan fibroblas, dan meningkatkan aktifitas fibroblas. Fibroblas akan memproduksi kolagen untuk menguatkan formasi jaringan baru. Pada penelitian lain disebutkan Aloe vera mengandung glukomannan, yaitu suatu kompleks polisakarida yang kaya akan gula mannosa. Glukomannan menstimulasi dan mengaktivasi pertumbuhan fibroblas. Selain itu disebutkan juga bahwa Aloe vera mengandung Acemannan yang memiliki efek langsung terhadap sistem imun, yaitu dengan menstimulasi dan mengaktivasi makrofag, monosit, antibodi dan sel T. Acemannan adalah nama dagang polisakarida kaya manosa yang berasal dari Aloe vera 2. Aloe vera juga mengandung enzim yang dapat berperan sebagai antiinflamasi, yaitu enzim Bradikinase. Enzim ini dapat memecah bradikinin, yang merupakan mediator inflamasi, sehingga dapat menurunkan terjadinya vasodilatasi dan mengurangi permeabilitas vaskular 1,29. Asam salisilat mempunyai efek sebagai antiinflamasi yaitu dapat mencegah biosintesis prostaglandin dari asam arakidonat, sehingga dapat menurunkan terjadinya vasodilatasi dan mengurangi efek vaskular dari mediatormediator radang seperti, kemerahan, rasa sakit, dan panas 0. Fakultas Kedokteran Gigi

40 Vitamin A, C dan E berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menetralisir radikal bebas oksigen yang dihasilkan oleh PMN akibat aplikasi H 2 O 2 10%. Selain itu, vitamin C juga berperan penting pada pembentukan kolagen, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka 27. Vitamin C memfasilitasi penyerapan zinc. Zinc dan vitamin C akan berkolaborasi menstimulasi glukosamin untuk membentuk kolagen yang penting pada proses penyembuhan 28. Kandungan lain dari Aloe vera adalah giberelin, suatu hormon pertumbuhan yang dapat meningkatkan sintesis protein dan replikasi sel, serta bersifat antiinflamasi 2. Selain itu terdapat sterol yang memiliki sifat antiinflamasi, yaitu dengan mengurangi sekresi sitokin dan TNF-α. Sterol juga memiliki efek yang mirip dengan aspirin, yaitu menghambat enzim cyclooxygenase yang berfugsi mengkatalis sintesis prostaglandin 1. Aloe vera juga mengandung asam amino yang berfungsi sebagai penyusun protein dan berperan dalam metabolisme tubuh. Asam amino penting untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, serta dalam produksi sel darah merah dan leukosit 2. Antrakuinon pada Aloe vera, yaitu Aloe ulcin dan aloin menunjukkan efek inhibisi pada aromatic amino acid decarboxylase dan pada histidinedecarboxylase, sehingga sintesis histamin terhambat. Namun dalam konsentrasi tinggi, antrakuinon dapat menimbulkan toksisitas karena sifat laksatifnya. Hasil perhitungan statistik dengan uji Kruskal Wallis menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada perubahan tingkat radang antara aplikasi ekstrak kulit Aloe vera konsentrasi 6.25%, 12.5%, dan 25% selama. Dari hasil uji statistik tersebut terlihat bahwa peningkatan konsentrasi ekstrak kulit Aloe vera ternyata tidak sebanding dengan penurunan tingkat radang. Bahkan kelompok konsentrasi 6.25% menunjukkan skor radang paling rendah. Ini menunjukkan bahwa konsentrasi 6.25% adalah konsentrasi terkecil yang efektif menurunkan tingkat radang dalam waktu. Hasil perhitungan statistik dengan uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna perubahan tingkat radang antara aplikasi ekstrak kulit Aloe vera konsentrasi 6.25%, 12.5%, dan 25% selama 5. Namun dilihat dari skor Fakultas Kedokteran Gigi

41 radang, antara kelompok konsentrasi 6.25% dan 12.5%, tampak peningkatan skor radang. Sedangkan antara kelompok konsentrasi 12.5% dan 25%, serta 6.25% dan 25% menunjukkan penurunan skor radang. Hal ini dapat disebabkan oleh faktorfaktor eksternal yang terjadi selama penelitian berlangsung seperti, kurang kooperatifnya binatang percobaan dan kelelahan peneliti yang mempengaruhi lamanya aplikasi dan besarnya tekanan saat aplikasi H 2 O 2 10% maupun ekstrak kulit Aloe vera, sehingga mempengaruhi jumlah H 2 O 2 10% dan ekstrak kulit Aloe vera yang berpenetrasi ke dalam jaringan mukosa mulut. Hasil perhitungan statistik dengan uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan bermakna perubahan tingkat radang antara aplikasi ekstrak kulit Aloe vera konsentrasi 6.25%, 12.5% dam 25% selama 7. Namun dari perubahan skor radang terlihat bahwa peningkatan konsentrasi ekstrak kulit Aloe vera ternyata tidak sebanding dengan penurunan tingkat radang. Bahkan kelompok konsentrasi 6.25% menunjukkan skor tingkat radang paling rendah. Ini menunjukkan bahwa konsentrasi 6.25% adalah konsentrasi terkecil yang efektif menurunkan tingkat peradangan dalam waktu 7. Hasil ini sama dengan hasil yang diperoleh dari kelompok aplikasi selama. Hal ini disebabkan karena obat mempunyai batas terapeutik yaitu apabila diberikan dalam konsentrasi yang melampaui batas terapeutik tersebut efek terapi yang dihasilkannya sudah tidak sebanding 4 Selain itu, dari segi farmakologi menyatakan bahwa semakin besar dosis yang digunakan maka semakin besar pula kemungkinan timbulnya efek samping 5. Dari pengamatan terhadap ekstrak kulit Aloe vera 6.25%, dapat dilihat aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 6.25% telah dapat menurunkan tingkat radang pada proses penyembuhan, dan tingkat radang terus menurun pada proses penyembuhan 5 dan 7. Ini menunjukkan ekstrak kulit Aloe vera 6.25% dapat mempercepat proses penyembuhan ulserasi mukosa mulut baik selama, 5, maupun 7 aplikasi. Pengamatan terhadap kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 12.5% menunjukkan aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 12.5% telah dapat menurunkan tingkat radang pada proses penyembuhan. Namun pada proses penyembuhan 5 tampak peningkatan skor radang, dan pada proses Fakultas Kedokteran Gigi

42 penyembuhan 7 skor radang kembali turun. Hal ini bisa terjadi karena pengaruh faktor eksternal yang terjadi selama penelitian berlangsung seperti, kelelahan peneliti sehingga berpengaruh pada lamanya aplikasi dan besarnya tekanan saat apliasi H 2 O 2 10% maupun ekstrak kulit Aloe vera, serta mempengaruhi jumlah H 2 O 2 10% dan ekstrak kulit Aloe vera yang berpenetrasi ke dalam jaringan mukosa mulut. Cotton bud dapat menjadi benda asing yang mempengaruhi proses penyembuhan, terutama jika tekanan cotton bud terlalu keras. Tekanan tersebut dapat menyebabkan rusaknya kembali pembuluh darah yang mulai terbentuk, sehingga proses penyembuhan terhambat. Kurang kooperatifnya binatang percobaan juga bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi. Pengamatan terhadap kelompok aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 25%, menunjukkan aplikasi ekstrak kulit Aloe vera 25% telah dapat menurunkan tingkat radang pada proses penyembuhan, dan tingkat radang terus turun pada proses penyembuhan 5. Namun pada proses penyembuhan 7 terjadi peningkatan skor radang. Keadaan ini disebabkan obat memiliki batas terapeutik, yaitu apabila diberikan dalam waktu yang melampaui batas terapeutik tersebut, efek terapi yang dihasilkan sudah tidak sebanding lagi, dan tidak menunjukkan peningkatan. Faktor-faktor yang menentukan batas terapeutik obat adalah (1) faktor obat, yaitu sifat kimia atau fisik bahan baku obat, bentuk sediaan, formulasi, dan dosis, (2) faktor tubuh pasien, yaitu genetik, keadaan patofisiologi organ, jenis kelamin, umur, dan berat badan, () faktor sebab penyakit, (4) faktor lingkungan 6. Selain itu, mengingat besarnya konsentrasi, yaitu 25%, aplikasi ekstrak kulit Aloe vera yang terlalu lama tersebut kemungkinan menjadi iritan bagi mukosa mulut, sehingga menimbulkan kerusakan jaringan kembali. Fakultas Kedokteran Gigi