Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Remaja merupakan bagian perkembangan yang penting dan unik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR. Ana Wigunantiningsih*

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ROKOK DAN IKLAN ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. desa pada umumnya mereka sudah kenal dekat dengan perilaku merokok. Bahkan

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dan Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMK 2 Mei Bandar Lampung. Gede Merta Mertana

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA LAKI-LAKI KELAS XI DI SMK TUNAS BANGSA SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. faktor eksternal maupun faktor internal. Beberapa alasan yang diberikan sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Southeast Asia Tobacco Control Alliance, dan Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Di tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-4

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jurusan kesehatan juga tidak terlepas dari perilaku rokok, sebanyak 66,6%

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. Rokok mengandung banyak bahan yang mengandung zat berbahaya. salah satu bahan

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

Transkripsi:

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang Fifi Dwijayanti *), Muh Fauzi *), Gesti Megalaksari *), Alfi Faridatus *), Yunisa Ratna R. *), Bagoes Widjanarko **) *) Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro **) Staff Pengajar Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Koresponden : fifidwijayanti@gmail.com ABSTRAK Tingginya prevalensi perokok di Indonesia saat ini yang mencapai 70% dari total penduduk akan memicu banyak masalah sumber daya manusia Indonesia (Fatmawati, 2006). Bahkan pada tahun 2011, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah perokok terbesar ketiga didunia. Pertumbuhan konsumsi rokok dikalangan generasi muda Indonesia juga tercepat didunia, sedangkan prevalensi di negara maju mulai mengalami penurunan. Menurut WHO, angka kematian akibat merokok di Indonesia telah mencapai angka 400.000 orang per tahun. Prevalensi perokok paling banyak terjadi dikalangan usia pelajar. Peningkatan tertinggi terjadi pada usia 5-9 tahun, sedangkan peningkatan pada usia 15-19 tahun sebesar 144% selama periode 1994-2004. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh yaitu responden yang tidak merokok (56,55%) tidak jauh berbeda dengan responden yang merokok (40,46%) dan 2,99% responden tidak menjawab. Berdasarkan geografis, persentase reponden yang tidak merokok di kota lebih tinggi (65%) dibandingkan dengan daerah lainnya dan persentase responden yang merokok di desa lebih tinggi (47%) dibandingkan dengan kota dan pesisir. Persentase reponden yang tidak mendukung kegiatan merokok lebih tinggi (80%) dibandingkan dengan responden yang mendukung kegiatan merokok (20%). Krite ria responden sebagai perokok ringan lebih tinggi (65%) dibandingkan dengan kriteria lainnya. Kriteria perokok ringan merupakan pelajar yang merokok 1-4 batang per hari, kriteria sedang menghisap 5-14 batang rokok per hari dan kriteria berat menghisap lebih dari 15 batang per hari. Persentase responden mulai mencoba merokok pertama kali saat SMP lebih tinggi (57%) dibandingkan dengan SD (26%) dan SMK (17%). Persentase remaja yang merokok terinspirasi dari iklan rokok lebih kecil (12%) dibandingkan dengan re maja yang merokok tanpa dipengaruhi iklan. Kata kunci : Merokok, Proporsi Merokok, Pelajar, SMK 86

Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vol. 2 No.2, September 2012 PENDAHULUAN Merokok adalah salah satu aktifitas merugikan kesehatan yang secara umum diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat. Aktiftas merokok biasanya diasosiasikan dengan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan kesenangan seseorang, meskipun sebagian perokok menyadari adanya kemungkinan munculnya penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh aktifitas tersebut. (Sitepoe, 2000) Tingginya prevalensi perokok di Indonesia saat ini yang mencapai 70% dari total penduduk akan memicu banyak masalah sumber daya manusia Indonesia (Fatmawati, 2006). Bahkan pada tahun 2011, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah perokok terbesar ketiga didunia. Pertumbuhan konsumsi rokok dikalangan generasi muda Indonesia juga tercepat didunia, sedangkan prevalensi di negara maju mulai mangalami penurunan. (Radar Bangka, 2011) Menurut WHO angka kematian akibat merokok di Indonesia telah mencapai angka 400.000 orang per tahun. Prevalensi perokok paling banyak terjadi dikalangan usia pelajar. Peningkatan tertinggi terjadi pada usia 5-9 tahun, sedangkan peningkatan pada usia 15-19 tahun sebesar 144% selama periode 1994-2004. (Radar Bangka, 2011) Rokok adalah faktor risiko penyebab penyakit seperti kanker paru, jantung, stroke, asma dan lain-lain. Secara umum menurut Kurt Lewin, perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan (Komalasari & Hemli, 2006). Sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang menyebutkan bahwa perokok anak atau remaja putri mencapai 4,0% dan perokok dewasa perempuan mencapai 4,5% dari jumlah total penduduk kota Semarang pada tahun 2010. (Dinkes, 2010) Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan merokok telah dimulai sejak remaja, bahkan dari tahun ke tahun menunjukkan usia awal merokok semakin muda. Hasil riset Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3) dilaporkan ba hwa anak-anak di Indonesia sudah ada yang mulai merokok pada usia 9 tahun. (Komalasari & Helmi, 2006) Tujuan Program Tujuan umum: untuk mengetahui proporsi perokok tingkat SMK di Kota Semarang. Tujuan khusus: 1. Mengetahui proporsi perokok tingkat SMK di kota Semarang. 2. Mengetahui alasan merokok pelajar tingkat SMK di kota Semarang. 3. Mengetahui kebijakan apa yang akan diambil sekolah-sekolah dan stakeholder terkait setelah mengetahui proporsi perokok tingkat SMK di kota Semarang. Luaran yang Diharapkan 1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan oleh sekolah-sekolah dan stakeholder terkait. 2. Memberikan kontribusi ilmiah dan hasilnya dapat ditulis menjadi artikel ilmiah yang diterbitkan pada jurnal yang terakreditasi secara nasional dan bias dipresentasikan pada seminar nasional. 3. Memberikan sosialisasi kepada pelajar tingkat SMK di Kota Semarang akan bahaya merokok terhadap kesehatan. Kegunaan Program Program ini bermanfaat memberikan wacana kepada sekolah-sekolah dan stakeholder terkait mengenai proporsi jumlah perokok tingkat SMK di kota Semarang. Dari segi pendidikan, diharapkan program ini dapat memberikan pengaruh positif kepada para pelajar akan bahaya rokok sehingga kedepan diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia khususnya generasi muda. Bagi pihak sekolah dan dinas pendidikan dapat dipakai sebagai acuan dalam membuat sebuah kebijakan dan keputusan dalam menekan perilaku merokok pada pelajar. Tinjauan Pustaka Rokok Menurut UU No.19 tahun 2003 rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari 87

tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Perilaku Merokok Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan dihisap melalui hidung dan mulut. Saat ini perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda, hal ini mungkin dapat disebabkan karena rokok bisa didapatkan dengan mudah dan dapat diperoleh dimanapun juga. Poerwadarminta (1995) mendefinisikan merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri adalah gulungan tembakau yang berbalut daun pipah atau kertas. Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar kedalam tubuh dan menghembusnya kembali keluar (Amstrong, 1990). Danususanto (1991) mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat bagi orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisap serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Faktor Penyebab Merokok Smett (1994) mengatakan bahwa permulaan merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. Modelling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok (Sarafino, 1990). Sejalan dengan pernyataan diatas, Lewin (Komasari & Helmi, 2000) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor dalam diri (seperti perilaku memberontak dan suka mengambil risiko) dan faktor lingkungan (seperti orang tua yang merokok dan teman sebaya yang merokok. Menurut WHO dalam Notoadmojo (2003) menjelaskan empat alasan pokok mengapa seorang berperilaku yaitu : Pemikiran dan Perasaan ( thoughts and feeling) Hasil pemikiran dan perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan pertimbangan objek atau stimulus merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Seseorang yang merokok akan mempertimbangkan untung rugi dan manfaatnya. Adanya Acuan atau Referensi dari Seseorang atau Pribadi yang Dipercayai (Personal References) Di dalam masyarakat, dimana sikap paternalisitik masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan (referensi) yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat. Pada keluarga biasanya ayah, ibu atau saudara kandung yang lebih tua. Seseorang yang merokok biasanya melihat orang di lingkungannya merokok. Sumberdaya (Resources) Faktor ini merupakan pendukung terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Jika dibandingkan dengan teori Green, sumberdaya termasuk faktor enabling. Seseorang akan merokok bila memiliki dana untuk memperoleh rokok. Sosial Budaya (Culture) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Sosial budaya setempat sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini sangat berpengaruh di dalam keluarga sebab keluarga merupakan lingkup sosial budaya yang paling kecil. 88

Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Vol. 2 No.2, September 2012 METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakn metode wawancara dengan menggunakan kuesioner dan diolah secara deskriptif. merokok di desa lebih tinggi (47%) dibandingkan dengan daerah lainnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa persentase reponden yang tidak mendukung kegiatan merokok lebih tinggi (80%) dibandingkan dengan responden yang mendukung kegiatan merokok (20%). Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang tidak merokok (56,55%) tidak jauh berbeda dengan responden yang merokok (40,46%) dan 2,99% responden tidak menjawab. Berdasarkan data WHO menegaskan bahwa jumlah perokok yang ada didunia sebanyak 30% adalah kaum remaja. Hal ini menunjukkan bahwa perokok kaum pelajar di kota Semarang bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan angka perokok pelajar di dunia. (Nasution, 2007) Gambar diatas menunjukkan bahwa kriteria responden sebagai perokok ringan lebih tinggi (65%) dibandingkan dengan kriteria lainnya. Kriteria perokok ringan merupakan pelajar yang merokok 1-4 batang per hari, kriteria sedang menghisap 5-14 batang rokok per hari dan kriteria berat menghisap lebih dari 15 batang per hari. Dari gambar diatas memberikan informasi bahwa berdasarkan geografis, persentase reponden yang tidak merokok di kota lebih tinggi (65%) dibandingkan dengan daerah lainnya dan persentase responden yang 89

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa persentase responden mulai mencoba merokok pertama kali saat SMP lebih tinggi (57%) dibandingkan dengan SD (26%) dan SMK (17%). Hasil penelitian Rochadi ( 2004) menunjukkan bahwa mayoritas kaum remaja mulai merokok pertama kali pada usia 12-4 tahun dan mengenal rokok dari temantemannya dimana mayoritas teman sebayanya adalah perokok. 6. Levy, M.R. 1984. Life and Health. New York: Random House. 7. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Semarang: PT. Gramedia. 8. Sarafino, E.P. 1994. Health Psycology (2nd ed). New York: John Willey and Sons. 9. Sitepoe, Mangku. 2000. Kekhususan Rokok di Indonesia. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat. Medan: Universitas Sumatera Utara. 10. Nasution, Indri Kemala. 2007. Perilaku Merokok Pada Remaja. Skripsi Program Studi Psikologi USU: Medan. 11. Rochadi, R Kinoto. 2004. Hubungan Konformitas dengan Perilaku Merokok Pada Remaja. Disertasi Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat UI: Depok. Gambar diatas menunjukkan bahwa persentase remaja yang merokok terinspirasi dari iklan rokok lebih kecil (12%) dibandingkan dengan remaja yang merokok tanpa dipengaruhi iklan. Hasil penelitian Nasution (2007) menyatakan bahwa fakor yang mempengaruhi remaja merokok adalah temanteman sebaya yang merupakan perokok. DAFTAR PUSTAKA 1. Amaliana, Titan. 2012. Gambarkan Karateristik dan Sosial Budaya Keluarga dalam Hal Perilaku Merokok Siswa SMK Satria Nusantara Binjai pada Tahun 2012. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2. Armstrong, M.R. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia. 3. Depkes RI. 2006. Panduan Promosi Perilaku Tidak Merokok. 4. Danususanto, H. 1991. Rokok dan Perokok. Jakarta: Aksara. 5. Kemala, Nasution Indri. 2007. Perilaku Merokok pada Remaja. Skripsi Program Studi FK USU: Medan. 90