B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

BAB I PENDAHULUAN. saatnya menyesuaikan diri dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

ARTIKEL ILMIAH KEKOHESIFAN WACANA DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA KELAS VII TERBITAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2013

KEHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMPN 6 BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

PRATIWI AMALLIYAH A

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun kelompok. Ramlan (1985: 48) membagi bahasa menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan luar. Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam berinteraksi, manusia memerlukan bahasa. Bahasa memegang

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA CERITA ANAK DI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

ANALISIS KESALAHAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMK SWASTA DHARMA PATRA PANGKALAN SUSU TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

PENANDA KOHESI SUBSTITUSI DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. 2004:17). Dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan alat atau

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data penelitianya (Arikonto, 2013: 203). Metode yang digunakan

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

PROGRAM PPISMP GWP 1092 WACANA PENULISAN Topik 1: Pengenalan kepada Wacana

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG JURNAL ILMIAH DELVIRA SUSANTI NPM.

PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

zs. /or.wisman lladi, M.Hum. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM ARTIKEL Asrul Khairillrsibuan

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA NARASI DALAM MODUL KARYA GURU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah terlepas dari proses interaksi

BAB I PENDAHULUAN. panjang daripada sebuah kalimat yang saling berhubungan satu sama lain. Selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. itu terbentuk keterkaitan: satu (unit) pengalaman (experimental meaning dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu keterampilan menulis yang diajarkan di tingkat Sekolah

PEMARKAH KOHESI GRAMATIKAL DALAM WACANA TAJUK RENCANA HARIAN SINGGALANG EDISI APRIL-MEI 2014 ARTIKEL ILMIAH DESI PATRI YENTI NPM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diawali dengan latar belakang penelitian, batasan masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baru tersebut, maka badan bahasa bertindak menjadi agen perubahan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi yang berupa pesan, ide,

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK TAJUK RENCANA PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

Transkripsi:

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks pemakaian bahasa tersebut (Rani, 2004:3). Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan (Stubbs dalam Rani, 2004:9). Data dalam analisis wacana selalu berupa teks, baik teks lisan maupun tulis. Teks di sini mengacu pada bentuk transkripsi rangkaian kalimat atau ujaran. Analisis wacana pada umumnya bertujuan untuk mencari keteraturan, bukan kaidah. Keteraturan itu berkaitan dengan keberterimaan di masyarakat. 2.1.2 Wacana Narasi Wacana narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu (Keraf, 1986: 136). Dalam wacana narasi, terdapat unsur-unsur cerita yang penting, misalnya unsur waktu, pelaku, dan peristiwa (Rani, 2004:45). Wacana narasi dapat dibedakan menjadi narasi

ekspositoris dan sugestif. Narasi eksporitoris merupakan jenis narasi yang bertujuan memberikan informasi kepada para pembaca agar pengetahuannya bertambah luas. Narasi sugestif merupakan jenis narasi yang disusun sedemikian rupa untuk menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca, sehingga mampu menimbulkan daya khayal para pembaca. 2.1.3 Substitusi Substitusi atau penyulihan adalah penggantian suatu unsur wacana dengan unsur lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frase atau klausa (Halliday dan Hassan; Quirk dalam Rani, 2004 : 105). 2.1.4 Harian Kompas Kompas merupakan surat kabar harian yang memuat berita-berita faktual yang jangkauannya luas, tidak hanya di dalam negeri namun sudah mencakup internasional. Informasi yang disajikan meliputi politik dan hukum, opini, internasional, pendidikan dan kebudayaan, lingkungan dan kesehatan, IPTEK, umum, bisnis dan keuangan, nusantara, metropolitan, Sumatera Utara, olahraga, nama dan peristiwa.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Wacana 2.2.1.1 Pengertian Wacana Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar (Kridalaksana dalam Tarigan, 1987: 25). Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan). Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawa amanat lengkap. Wacana merupakan unsur kebahasaan yang paling kompleks atau lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, paragraf, hingga karangan utuh. Namun, wacana pada dasarnya juga merupakan unsur bahasa yang bersifat pragmatis. Apalagi pemakaian dan pemahaman wacana dalam komunikasi memerlukan berbagai alat (piranti) yang cukup banyak. Kohesi dan koherensi merupakan hal dalam wacana yang penting. Kedua unsur ini digunakan untuk membangun wacana yang baik. Wacana yang baik ditandai dengan adanya hubungan semantis antarunsur bagian dalam wacana yang disebut dengan hubungan koherensi. Hubungan koherensi dapat diciptakan dengan menggunakan hubungan kohesi.

2.2.1.2 Wacana Narasi Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf, 1986: 136). Dalam wacana narasi, terdapat unsur-unsur cerita yang penting, misalnya unsur waktu, pelaku, dan peristiwa. Dengan cara ini, dapat dipenuhi kebutuhan para pendengar dan pembacanya untuk memperoleh informasi tentang suatu kejadian atau peristiwa. Wacana narasi dapat dibedakan menjadi narasi ekspositoris dan sugestif. Narasi eksporitoris merupakan jenis narasi yang bertujuan memberikan informasi kepada para pembaca agar pengetahuannya bertambah luas. Narasi sugestif merupakan jenis narasi yang disusun sedemikian rupa untuk menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca, sehingga mampu menimbulkan daya khayal para pembaca. Supaya perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif lebih jelas, di bawah ini akan dikemukakan secara singkat perbedaan antara kedua narasi tersebut, yaitu: No Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif 1 Memperluas pengetahuan Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat. 2 Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian. 3 Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional. Menimbulkan daya khayal. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.

4 Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata konotatif. 2.2.2 Kohesi Kohesi adalah salah satu unsur pembentuk teks yang penting. Kohesi atau kepaduan wacana ialah keserasian hubungan antarunsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana, sehingga terciptalah pengertian yang koheren. Kohesi mengacu pada aspek bentuk atau aspek formal bahasa, dan wacana itu terdiri dari kalimat-kalimat. Sehubungan dengan hal tersebut, Tarigan (1987: 96) mengatakan bahwa kohesi atau kepaduan wacana merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan kata lain, bahwa kepaduan wacana merupakan organisasi sintaktik, wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Hal ini berarti pula bahwa kepaduan wacana ialah hubungan antarkalimat di dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal tertentu (Gutwinsky dalam Tarigan, 1987: 96). Kohesi atau kepaduan wacana banyak melibatkan aspek gramatikal dan aspek leksikal. Aspek gramatikal itu dibedakan menjadi referensi, substitusi, dan elips. Selanjutnya, aspek leksikal diciptakan dengan menggunakan bentuk-bentuk leksikal seperti reiterasi dan kolokasi. Sehingga penanda yang digunakan untuk

mencapai kepaduan sebuah wacana juga meliputi kedua aspek tersebut. (Halliday dan Hasan dalam Tarigan, 1987: 97). 2.2.2.1 Substitusi Substitusi adalah penggantian suatu unsur wacana dengan unsur lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata atau bentuk lain yang lebih besar daripada kata, seperti frase atau klausa (Halliday dan Hassan; Quirk dalam Rani, 2004: 105). Substitusi merupakan hubungan leksikogramatikal, yakni hubungan tersebut ada pada level tata bahasa dan kosa kata; dengan alat penyulihnya berupa kata, frase, atau klausa yang maknanya berbeda dari unsur substitusinya. yaitu : Substitusi atau penyulihan dapat dibagi menjadi tiga (Lubis, 1991 :35), 1. Substitusi nominal adalah substitusi terhadap nomina (kata benda) dengan menggunakan unsur penyulih yang maknanya berbeda dari unsur substitusinya. Contoh : (1) Banyak benar buah mangga itu. Berilah saya beberapa. Kata beberapa adalah substitusi dari mangga.

2. Substitusi verbal adalah substitusi terhadap kata kerja dengan menggunakan unsur penyulih yang maknanya berbeda dari unsur substitusinya. Contoh : (2) Tono melompati pagar itu. Budi melakukan juga. Kata melakukan adalah substitusi dari melompati. 3. Substitusi klausal adalah substitusi terhadap seluruh kalimat. Substitusi klausal menggantikan seluruh kalimat sebelumnya. Contoh : (3) Paman sudah sampai hari ini dari Jakarta. Saya dengar demikian. Kata demikian adalah substitusi seluruh kalimat Paman sudah sampai hari ini dari Jakarta. 2.2.3 Koherensi Istilah koherensi mengandung makna pertalian. Dalam konsep kewacanaan, berarti pertalian makna atau isi kalimat (Tarigan, 1987:32). Koherensi juga berarti hubungan timbal balik yang serasi antarunsur dalam kalimat (Gorys Keraf, 1984:38). Brown dan Yule (1983:224) menegaskan bahwa koherensi berarti kepaduan dan keterpahaman antarsatuan dalam suatu teks atau tuturan. Dalam struktur wacana, aspek koherensi sangat diperlukan keberadaannya untuk menata

pertalian batin antara proposisi yang satu dengan lainnya untuk mendapatkan keutuhan suatu wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemarkah hubungan kalimat yang digunakan. Dengan kata lain, koherensi sebuah wacana tidak hanya terletak pada adanya piranti kohesi. Di samping piranti kohesi, masih banyak faktor lain yang memungkinkan terciptanya koherensi itu, antara lain latar belakang pengetahuan pemakai bahasa atas bidang pemasalahannya, pengetahuan atas latar belakang budaya dan sosial, kemampuan membaca tentang hal-hal yang tersirat, dan lain-lain (Van de Velde dalam Rani, 2004: 134). 2.3 Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, (sesudah menyelidiki atau mempelajari), (Alwi, 2003: 1198). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (Alwi, 2003: 912). Tarigan (1999) dalam skripsinya Analisis Substitusi Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Karo. Beliau menyimpulkan penggunaan substitusi dalam upacara perkawinan masyarakat Karo sudah dikatakan baik, sehingga setiap kalimat dalam teks terssebut memiliki kesinambungan dan kekoherensian yang baik pula. Gultom, (1999) dalam skripsinya Wacana Narasi Dalam Media Indonesia Analisis Substitusi. Beliau menyimpulkan harian Kompas menggunakan dua jenis substitusi yaitu substitusi nominal dan substitusi klausal dan penggunaan

substitusi dalam wacana narasi ekspositoris pada harian Media Indonesia sudah berkesinambungan. Kembaren, (2007) dalam skripsinya Analisis Kohesi Pada Novel Cintaku Di Kampus Biru Karya Ashadi Siregar. Beliau menyimpulkan tipe-tipe piranti kohesi yang ada pada novel Cintaku Di Kampus Biru Karya Ashadi Siregar terdiri dari lima tipe, yaitu referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, dan kohesi leksikal. Pada novel tersebut ditemukan tiga jenis penanda substitusi, yaitu substitusi nominal, verbal, dan klausal. Anggraini, (2009) dalam skripsinya Penanda Kohesi Substitusi Pada Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata. Beliau menyimpulkan penanda hubungan subtitusi pada novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata meliputi (1) subtitusi verbal, (2) subtitusi nominal, (3) subtitusi frasal, dan (4) subtitusi klausal. Hal ini ditunjukkan dengan unsur terganti dapat digantikan unsur pengganti. Dari uraian di atas, penelitian terhadap penanda kohesi khususnya substitusi dalam wacana narasi pada harian umum atau surat kabar dengan menggunakan teori Halliday masih sedikit dan perlu penambahan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini akan diteliti bagaimana penggunaan substitusi dalam wacana narasi pada harian Kompas serta jenis substitusi yang digunakan dalam wacana narasi pada harian tersebut.