BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan moralitas dan nilai-nilai keagamaan sebagai basis konsentrasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

1. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara kepemimpinan kepala

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pegawai merupakan unsur terpenting dalam menentukan maju

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam penyelenggaraan pendidikan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB V PENUTUP. Islamic School) Kota Pekanbaru, belum sepenuhnya berorientasi pada manajemen

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2014 PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH D AN PENGARUHNYA TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU D I SMK SMIP YPPT BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam bahasa aslinya yakni skhole, scola, scholae atau schola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anisa Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selfi Yugastiyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pengawas sekolah sering berhadapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Mintarsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja didalamnya. Orang-orang yang bekerja di sekolah adalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. hidup bernegara, beragama dan bersosial. Dari sinilah mulai muncul wacanawacana

BAB I PENDAHULUAN. tercapai. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya. penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan rendahnya mutu pendidikan saat ini masih menjadi kabar

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada unsur proses, terutama unsur output atau lulusan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Madrasah memerlukan orang-orang yang mampu memimpin. pekerjaan profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh melalui

BAB I PENDAHULUAN. manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG

BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

1. Terdapat hubungan yang signifikan positif dan berarti Pelaksanaan Supervisi

2015 ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BAHASA DAERAH SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN . Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. (2008:28) mengemukakan guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian SMK Telkom Pariwisata Bandung (SMK TPB)

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sehingga memerlukan penyesuaian, peningkatan sarana dan prasarana yang. diperlukan untuk mendukung terselenggaranya roda pemerintahan.

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. Usaha apapun yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

TESIS. Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Penyusunan Tesis

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh berhasil atau tidaknya proses pendidikan yang selama ini dikembangkan oleh pemerintah dan organisasi sosial kemasyarakatan maupun keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan. Selain upaya pemerintah membuat lembaga pendidikan yang berkelanjutan mulai dari pendidikan anak usia dini sampai perguruan tinggi, banyak pula organisasi sosial kemasyarakatan maupun keagamaan yang membuat lembaga pendidikan baik yang mengacu kurikulum pemerintah maupun setarap dengan itu yang pada intinya mempunyai misi yang sama yaitu meningkatkan kualitas masyarakat melalui pendidikan. Salah satu organisasi soasial keagamaan yang berjuang dalam pendidikan adalah Muhammadiyah. Organisasi keagamaan yang telah berdiri sejak tahun 1912 ini aktif dalam proses pendidikan. Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan yang berada di Muhammadiyah tentunya memiliki andil yang besar dalam mencetak kualitas pendidikan bangsa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah amal usaha dalam bidang pendidikan Muhammadiyah yang tersebar di berbagai wilayah nusantara. Dalam laporan Muktamar Ke-46 Muhammadiyah di Yogyakarta, jumlah lembaga pendidikan Muhammadiyah mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai perguruan tinggi (PT) sebagai berikut: TK/Bustanul Athfal 4.623 unit, PAUD (6.723), SD/MI (2.257), SMP/MTs (1.748), SMA/MA (747), SMK (399), Mu allimin/mu allimat (7), pondok pesantren (101), madrasah diniyah (347), sekolah luar biasa (15), dan perguruan tinggi (172). Apabila melihat sekolah-sekolah Muhammadiyah berdasarkan kuantitas menunjukkan jumlah yang besar. Di kota Bandung saja jumlah SMP Muhammadiyah sebanyak sepuluh sekolah. Namun jika melihat hasil akreditasi

2 sekolah tersebut secara keseluruhan belum berada pada peringkat A. Sebagaimana data dari Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008: Tabel 1.1 Hasil Akreditasi SMP Muhammadiyah se-kotamadya Bandung No. Nama sekolah Peringkat Akreditasi 1. SMP Muhammadiyah 1 B 2. SMP Muhammadiyah 2 B 3. SMP Muhammadiyah 3 A 4. SMP Muhammadiyah 4 C 5. SMP Muhammadiyah 5 B 6. SMP Muhammadiyah 6 A 7. SMP Muhammadiyah 7 B 8. SMP Muhammadiyah 8 A 9. SMP Muhammadiyah 9 A 10. SMP Muhammadiyah 10 A Dari data tersebut dapat disimpulkan berdasarkan tingkat akreditasi, terdapat beberapa SMP Muhammadiyah yang masih berakreditasi B bahkan C. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan mutu sekolah. Peningkatan mutu sekolah dapat dilakukan salah satunya dengan cara meningkatkan mutu komponen pesekolahan seperti yang tercakup dalam delapan komponen akreditasi sekolah berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, meliputi: 1. Standar Isi, [Permendiknas No. 22/2006] 2. Standar Proses, [Permendiknas No. 41/2007] 3. Standar Kompetensi Lulusan, [Permendiknas No. 23/2006] 4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, [Permendiknas No. 13/2007 tentang Kepala Sekolah, Permendiknas No. 16/2007 tentang Guru, Permendiknas No. 24/2008 tentang Tenaga Administrasi]

3 5. Standar Sarana dan Prasarana [Permendiknas 24/2007] 6. Standar Pengelolaan, [Permendiknas 19/2007] 7. Standar Pembiayaan, [Peraturan Pemerintah. 48/2008] 8. Standar Penilaian Pendidikan. [Permendiknas 20/2007] Untuk meningkatkan mutu sekolah seperti yang disarankan oleh Sudarwan Danim (2007:56), yaitu dengan melibatkan lima faktor yang dominan: 1) kepemimpinan kepala sekolah; kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan layanan yang optimal, dan disiplin kerja yang kuat, 2) siswa; pendekatan yang harus dilakukan adalah anak sebagai pusat sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa, 3) guru; pelibatan guru secara maksimal, dengan meningkatkan kompetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, lokakarya serta pelatihan, 4). kurikulum; adanya kurikulum yang ajeg/tetap tetapi dinamis, dapat memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan ) dapat dicapai secara maksimal, 5) jaringan kerjasama; jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata (orang tua dan masyarakat) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan/instansi sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan Aaunurrahman (2009:187-195) dalam mencapai mutu sekolah selain di tentukan oleh siswa itu sendiri juga turut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada diluar siswa yaitu: 1) faktor guru: Kehadiran guru masih menempati posisis penting, meskipun di tengah pesatnya kemajuan teknologi yang telah merambah keduinia pendidikan 2) lingkungan sosial ( termasuk teman sebaya) Sebagai makhluk sosial, maka setiap siswa tidak dapat terpisahkan dari interaksi dengan lingkungannya terutama teman sebaya di sekolah. Lingkungan sosial dapat berpengaruh positif maupun negatif. 3) kurikulum sekolah merupkan panduan yang dijadikan acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran 4) sarana dan prasarana yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, yang mncakup: keadaan gedung sekolah yang tertata

4 dengan baik, ruang perpustakaan, tersedianya fasilitas kelas, buku-buku pelajaran, media/alat bantu belajar merupakan komponen yang penting yang mendukung terwujudnya kegiatan-kegiatan belajar siswa. Berdasarkan pendapat tersebut, salah satu faktor yang penting dan mempengaruhi mutu pendidikan adalah faktor guru, di samping faktor kepemimpinan, siswa, kurikulum, lingkungan, sarana dan prasarana, serta sinergisitas baik internal maupun eksternal di lembaga pendidikan. Menjadi keharusan bagi lembaga-lembaga pendidikan termasuk lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Muhammadiyah agar ditopang dengan kinerja guru yang baik. Hal ini sejalan dengan yang dituliskan Mulyasa (2003: 140) Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas pendidikan adalah kinerja guru. Mutu pendidikan dipengaruhi oleh kinerja mengajar guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Salah satu cermin peningkatan mutu pendidikan di sekolah adalah prestasi guru dalam meningkatkan mutu lulusan yang produktif, dengan semangat kinerja mengajar guru yang tinggi akan menciptakan lulusan dengan kualitas yang baik. Guru berperan sangat penting dan menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran. Dalam konteks administrasi pendidikan, Suhardan dan Nugraha suharto (2010: 10-13) menyatakan guru merupakan bagian dari sumber daya manusia (SDM) yang menentukan keberhasilan lembaga pendidikan. Karena berdasarkan fungsi guru dan tenaga kependidikan diantaranya: 1) guru sebagai agen perubahan 2) pemimpin dan pendukung nilai-nilai sosial 3) sebagai fasilitator 4) penanggung jawab hasil belajar 5) tenaga kependidikan yang menjadi suri tauladan 6) bertanggung jawab dalam meningkatkan profesionalitas kerja 6) menjunjung tinggi kode etik profesional. Sejalan dengan pernyataan tersebut, guru bermutu menjadi variabel penting bagi terwujudnya pendidikan yang bermutu. Udin Syaefudin Sa ud (2008:54) bahwa yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga profesional.

5 Meningkatkan mutu pendidikan dalam lembaga persekolahan sangatlah sulit jika tidak diiringi dengan peningkatan kinerja guru. Winarno Surakhmad dalam Dadang Suhardan (2010:85) menuliskan bahwa usaha meningkatkan kualitas pendidikan tanpa prioritas perbaikan kualitas guru bukan saja bertentangan dengan akal sehat tetapi juga suatu kemustahilan. Apabila merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, terdiri dari delapan standar, yang meliputi: (1). Standar isi; (2) Standar proses; (3) Standar kompetensi lulusan; Standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) Standar sarana dan prasarana; (6) Standar pengelolaan; (7) Standar pembiayaan dan (8) Standar penilaian. Berdasarkan standar-standar tersebut, maka penyelenggaraaan pendidikan selayaknya diselenggarakan secara baik. Guru sebagai bagian dari standar pendidik dan kependidikan merupakan komponen yang penting dalam proses belajar mengajar, hal ini karena guru sebagai unsur yang langsung berhadapan dengan sisiwa yang bertanggung jawab berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai pribadi yang berpengaruh terhadap para siswa. Guru merupakan sosok suri tauladan. Sehingga sikap kepribadiannya harus selalu dijaga dengan baik. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki kemandirian dalam kegiatan pendidikan baik dalam organisasi sekolah tempat dia mengajar dan bergaul dengan lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah, sehingga sebutan guru yang disematkan pada seseorang haruslah dijaga dengan baik. Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya. Gurulah komponen yang sangat penting dalam proses persekolahan karena sebagai orang yang langsung berhadapan dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Guru dituntut untuk selalu berupaya dalam proses pendidikan sekolah agar dalam menjalankan tugasnya mampu kreatif dan inovatif. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) menyatakan bahwa: Tugas keprofesionalan Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok guru yang diwujudkan dalam

6 kegiatan belajar mengajar serta tugas-tugas guru dalam kelembagaan merupakan bentuk kinerja guru. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang meliputi: 1) kompetensi pedagogik 2) kompetensi kepribadian 3) kompetensi sosial 4) kompetensi profesional. Kompetensi yang disyaratkan dalam permendiknas di atas tentunya menjadi acuan dalam upaya meningkatkan kinerja guru sebagai alah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk meningkatkan kinerja guru telah dilakukan sertifikasi oleh pemerintah dengan melakukan sertifikasi guru. Meskipun hasilnya belum bermutu, tetapi paling tidak sudah ada upaya konkret yang dilakukan terhadap peningkatan profesionalisme guru. (Mulyasa 2013: 37). Tuntutan dalam peningkatan kualitas pendidikan berimplikasi pada perlunya guru yang berkualitas pula. Apabila dalam sekolah terdapat guru-guru yang tidak berperan sebagaimana mestinya akan menimbulkan proses pendidikan yang selalu ketinggalan. Lulusan yang dihasilkan tidak berkualitas. Siswa hanya menyelesaikan haknya untuk belajar sedangkan guru hanya melaksanakan kewajibannya untuk mengajar tanpa disertai dengan niatan yang sungguh-sungguh dalam mengajar. Sehingga keburukan kinerja guru akan berimbas pada mutu pendidikan. Lembaga sekolah tempat dia mengajar tidak lagi dipercaya oleh masyarakat. Padahal dengan kinerja guru yang baik akan menghasilkan mutu pendidikan yang baik. Davis (2007:276) menyatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1) faktor individu yang teriri dari; kemampuan dan keahlian, latar belakang, serta demografi 2) faktor psikologis; persepsi, attitude, personality, motivasi, dan pembelajaran 3) faktor organisasi yang terdiri dari; sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job desain. Dari ketiga faktor tersebut, terdapat dua faktor yang akan melandasi penelitian ini yaitu faktor organisasi yang berupa kepemimpinan dan faktor psikologis yang berupa motivasi. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan

7 komponen yang penting yang dapat meningkatkan kualitas persekolahan melalui fungsi dan perannya. Oleh karena itu diperlukan kepala sekolah yang berkompetensi. Berdasarkan Permendiknas No. 13 tahun 2007 disyaratkan lima kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah yaitu kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisidan kompetensi sosial. Kompetensi kepala sekolah dalam penelitian ini, dijabarkan pada kemampuan kepala sekolah dalam memberdayakan dan mengkomunikasikan program kerja serta tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang sekolah, mengelola perubahan, dan membuat inovasi. Sehingga kepemimpinan kepala sekolah difokuskan dalam visionary leadership. Sedangkan faktor psikologis yaitu motivasi kerja yang berupa dorongan yang terdapat pada pribadi guru dalam bekerja untuk mencapai tujuan sekolah, dikaji melalui pengaruh instrinsik dan ekstrinsik. Kepala sekolah seharusnya mempunyai visi yang akan memposisikan dirinya dengan tepat dan mampu menyehatkan lingkungan sekolah. Kepala sekolah yang bervisi ke depan mampu membuat inovasi dan perubahan terhadap para guru agar lebih mengingkat dalam kinerjanya. Perumusan strategi dan kebijakan yang tidak hanya memperhitungkan aspek kebutuhan saat itu, namun juga orientasi masa yang akan datang merupakan hal yang penting dalam perkembangan organisasi sekolah. Istilah visionary leadership atau kepemimpinan visioner merupakan kepemimpinan yang menuntut agar pemimpin dapat lebih berperan dalam menentukan arah masa depan dengan visi yang jelas dan perencanaan yang matang. Kepemimpinan visioner menurut Robbins (2003: 473) Kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, dapat dipercaya, dan menarik tentang masa depan organisasi atau unit organisasi yang terus tumbuh dan meningkat dibanding saat ini. Komariah dan Triatna (2010: 82) mengemukakan kepemimpinan visioner adalah: Kemampuan pemimpin dalam menciptakan, merumuskan, mengkomunikasikan, mensosialisasikan, mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi stakeholders yang

8 diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen secara personal. Sesuai dengan indikator dalam kepemimpinan visioner, diharapkan kepala sekolah mampu mendorong para guru agar senantiasa meningkatkan kinerjanya dalam kerangka visi yang telah dibuat. Komunikasi yang terjalin dengan baik selalu diupayakan agar terjadi sharring untuk meningkatkan mutu sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan dituntut mampu merencanakan program untuk keberlangsungan sekolah. Baik rencana yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Perkembangan zaman yang terus terjadi merupakan tantangan yang harus dihadapi dengan baik. Sejalan dengan hal tersebut, Hidayah (2012: 32-33) keberhasilan sekolah/madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikannya, baik mutu akademik maupun non akademik sangat tergantung pada kepala madrasah/sekolah untuk memimpin dengan visi. Sehingga dengan perannya sebagai pemimpin visioner dapat meningkatkan mutu sekolah, salah satunya dengan peningkatan kualitas guru, Namun jika kepala sekolah tidak mempunyai visi ke depan maka akan menghambat perkembangan kreativitas guru. Dalam proses mengajar, guru hanya mengajar sesuai dengan tugasnya saja dalam mengajar, mereka tidak mempunyai target yang jelas sebagai hasil dari proses pembelajaran tersebut. Untuk memperkuat pembuktian dan sebagai landasan mengetahui faktorfaktor yang berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru sekolah, telah dilakukan penelitian oleh Ni Luh Putu Puji Astuti (2008: 865-868) tentang pengujian terhadap hubungan tipe kepemimpinan kepala sekolah serta motivasi kerja guru dalam kaitanya dengan kinerja guru sekolah. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa kepemimpinan berperan dan mempunyai hubungan dengan kinerja mengajar di sekolah secara signifikan. Selain kepemimpinan, faktor motivasi kerja guru sebagai bagian dari faktor psikologis merupakan hal yang sangat penting, karena dengan adanya dorongan untuk selalu bekerja dengan baik akan menghasilkan produktifitas yang baik pula. Winardi (2007:6) mendefinisikan istilah motivasi:

9 Suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seseorang yang dapat dikembangkan sendiri atau sejumlah kekutan luar yang berkisar pada imbalan moneter dan non moneter yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif maupun negative tergantung pada situasi dan kondisi yang ersangkutan, kekuatan potensial tersebut adalah keinginan, kebutuhan dan perasaan takut. Motivasi dapat menimbulkan kepuasan kerja, rasa senang dan bangga bisa melakukan pekerjaan yang kreatif, mampu melaksanakan tugas dengan sempurna dan dapat mengatasi segala bentuk kesulitan ditengah kondisi yang sedang mengalami depresi. Baik atau tidaknya seorang guru mengajar tentunya ada faktor motivasi yang berada dalam guru tersebut, beguitu pentingnya faktor motivasi guru seperti disamapaikan oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2004: 61): Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal. Pernyatan tersebut, mengindikasikan bahwa keberadaan motivasi kerja guru merupakan hal yang penting. Guru yang bekerja tanpa motivasi kerja akan menghambat tujuan sekolah dalam rangka menghasilkan lulusan yang berkualitas. Penelitian tentang motivasi yang berpengaruh terhadap kinerja, seperti yang telah dilakukan oleh Ida Iriani (2010: 561-569) yang menyatakan bahwa secara simultan variabel X1 dan X2 yang merupakan motivasi instrinsik dan ekstrinsik dan X3 disiplin kerja masing-masing berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai pada kantor dinas pendidikan Kabupaten Sambas. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, peneliti mengadakan penelitian ini sebagai penguat apa yang telah dilakukan peneliti sebelumnya tentang pengaruh kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja mengajar guru.

10 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa kualitas pendidikan tercermin dalam mutu sekolah. Keberadaan tingkat akreditasi sekolah-sekolah Muhammadiyah se-kotamadya Bandung belum pada tarap memuaskan, hal ini dapat dilihat dari data yang disampaikan oleh Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 yang menyatakan hanya lima sekolah yang terakreditasi A, yaitu SMP Muhammadiyah 3, 6, 8, 9, 10 sedangkan SMP Muhammadiyah 1, 2, 5, 7 terakreditasi B dan SMP Muhammadiyah 4 terakreditasi C. Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu sekolah, maka diperlukan kinerja guru yang baik. Salah satu caranya dengan melakukan penilaian kinerja guru, yang kemudian dicari jalan keluar untuk menentukan langkah-langkah yang dapat memperbaiki kinerja guru. Priatna dan Tito Sukamto (2013: 6) menyatakan penilaian kinerja guru memiliki dua fungsi: 1)untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi dan keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran, pembimbingan,atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah 2) untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan, yang relevan dengan fungsi sekolah atau madrasah yang dilakuknnya pada tahun tersebut. Berdasarkan survey di lapangan, terdapati beberapa hal yang masih belum optimal yang berkaitan dengan kinerja mengajar guru di SMP Muhammadiyah se- Kotamadya Bandung, diantaranya: 1) guru masih belum optimal dalam mengembangkan metode pembelajaran yang variatif 2) proses belajar mengajar kurang didukung dengan alat peraga atau fasilitas pengajar 3) evaluasi pembelajaran yang belum maksimal 4) kurangnya penanganan yang serius terhadap siswa yang nilainya di bawah rata-rata. 5) guru dihadapkan pada kendala ruangan sekolah sebagai tempat mengajar, karena di beberapa sekolah Muhammadiyah di kotamadya Bandung, sekolah difungsikan tidak hanya untuk tingkat SMP saja.

11 Dari beberapa kendala serta kekurangan yang dapat menurunkan kinerja guru tersebut, perlu kiranya segera ditangani karena dengan lebih meningkatkan kinerja guru, sehingga mutu pendidikan akan tercapai lebih baik. Kepemimpinan dan motivasi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja sejalan dengan apa yang diutarakan oleh Davis (2007:276) yang menyatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1. Faktor individu yang terdiri dari; kemampuan dan keahlian, latar belakang, serta demografi 2. Faktor psikologis; persepsi, attitude, personality, motivasi, dan pembelajaran 3. Faktor organisasi yang terdiri dari; sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job desain. Berikut bagan dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja, yang meliputi pengaruh individu, pengaruh organisasi dan psikologis terhadap kinerja: Faktor Individu Kemampuan Keterampilan Latar belakang demografi Kinerja Faktor organisasi Sumber daya Kepemimpinan Penghargaan Struktur Job desain Faktor psikologis Persepsi Attitude Personality Motivasi pembelajaran Gambar 1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Berdasarkan gambar diatas terdapat motivasi sebagai faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kinerja. Penelitian terhadap pengaruh motivasi yang berpengaruh terhadap kinerja, seperti yang telah dilakukan oleh Ida Iriani (2010: 561-569) yang menyatakan bahwa motivasi baik yang bersifat instrinsik maupun ekstrinsik sangat berpengaruh terhadap kinerja. Jika motivasi kerja tinggi, maka kinerja pegawai tersebut akan lebih baik.

12 Faktor kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah memegang peranan penting dalam peningktan kinerja guru. Berdasarkan hasil penelitian Ni Luh Putu Puji Astuti (2008: 865-868) diperoleh hasil jika kepemimpinan kepala sekolah berjalan dengan baik serta motivasi kerja guru berada pada kategori tinggi, maka kinerja guru akan baik pula. Kepemimpinan visioner kepala sekolah merupakan salah satu model kepemimpinan dalam pendidikan yang relevan dengan tuntutan school based management juga sesuai dengan kultur Muhammadiyah sebagai pembaharu menuntut agar kepala sekolah mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, kepala sekolah menjadi pemimpin dalam perubahan, mampu mempengaruhi dan member arahan dan dorongan agar guru dalam merumuskan, mengajar serta menetapkan target yang akan dicapai sesuai dengan visi sekolah. Sedangkan motivasi dapat menimbulkan kepuasan kerja, rasa senang dan bangga bisa melakukan pekerjaan yang kreatif, mampu melaksanakan tugas dengan sempurna dan dapat mengatasi segala bentuk kesulitan ditengah kondisi yang sedang mengalami depresi. Berdasarkan hal tersebut, kepemimpinan visioner dan motivasi kerja harus mampu berperan dalam meningkatkan kinerja mengajar guru. Apabila kinerja mengajar guru terlaksana dengan baik, maka kualitas pendidikan yang berada di Muhammadiyah khususnya dan kualitas pendidikan nasional secara umum dapat tercapai. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi penelitian, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Bagaimana kepemimpinan visioner kepala sekolah SMP Muhammadiyah se-kotamadya Bandung? 2. Bagaimana motivasi kerja guru SMP Muhammadiyah se-kotamadya Bandung? 3. Bagaimana kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-kotamadya Bandung?

13 4. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-kotamadya Bandung? 5. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-kotamadya Bandung? 6. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-kotamadya Bandung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan tersebuta, maka peneliti membagi tujuan ke dalam, tujuan umum, yaitu untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru pada SMP Muhammadiyah se-kotamadya Bandung. Tujuan khusus yang ingin dicapai peneliti diantaranya agar dapat mendeskripsikan dan menganalisis: 1. Kepemimpinan visioner kepala sekolah SMP Muhammadiyah se- Kotamadya Bandung. 2. Motivasi kerja guru SMP Muhammadiyah se-kotamadya Bandung. 3. Kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-kotamadya Bandung. 4. Pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-kotamadya Bandung. 5. Pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-kotamadya Bandung. 6. Pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SMP Muhammadiyah se-kotamadya Bandung. D. Manfaat Penelitian Peneliti berharap agar penelitian ini dapat berguna secara teoritis maupun praktis, yaitu: 1. Secara Teoritis,

14 Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat dan membuktikan teori-teori yang telah ada,khususnya pengetahuan tentang pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru, dan diharapkan dapat berkontribusi pada perkembangan keilmuan administrasi pendidikan, sebagai referensi dalam penelitian yang sejenis. 2. Secara Praktis, Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pada peneliti tentang pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru. Selain itu juga diharapkan menjadi masukan bagi para guru dan kepala sekolah khususnya yang berada di SMP Muhammadiyah se-kotamadya kota Bandung dan organisasi Muhammadiyah secara luas agar dalam proses proses belajar mengajar tercipta sikap profesionalitas guru yang ditunjukkan dengan kinerja yang baik dalam mengajar; guru mampu memaksimalkan sarana dan prasarana, guru mampu mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa yang semakin kompleks, serta peningkatan kualitas kepala sekolah dapat menjadi pemimpin yang bervisi baik dalam meningkatkan kualitas guru. Sehingga hasil yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bangsa. E. Struktur Organisasi Tesis Agar lebih tersusun secara sistematis, maka dalam penulisan tesis ini, penulis menyusun sitematika penulisan meliputi: Bab I: Pendahuluan. Berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi tesis Bab II: Terdiri dari Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Dan Hipotesis. Pemaparan pada bagian ini meliputi landasan teori yang berupa uraian mengenai teori-teori yang mendukung penelitian ini sebagai dasar pemikiran dan pemecahan masalah yang kemudian dijadikan kerangka pikir penilitian untuk selanjutnya diperoleh hipotesis penelitian.

15 Bab III: Metode Penelitian. Pada bagian ini, berisi tentang lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Yang dibahas dalam bab ini adalah keseluruhan data dari hasil observasi dan kuesioner. Pemaparan hasil pengolahan data berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan serta pemaparan mengenai hasil analisis data yang dilakukan. Hasil analisis ini kemudian dilakukan pembahasan berkaitan dengan permasalahan penelitian. Bab V: Kesimpulan dan Saran. Pada bagian ini, peneliti mengambil kesimpulan terhadap hasil temuan penelitian, implikasi. Selain itu, peneliti mnuliskan saran atau rekomendasi yang dihasilkan, yang ditujukan kepada para pengguna hasil penelitian dan kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.