BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB IV ANALISIS DATA

ANTONIMI DALAM BAHASA JAWA (Suatu Kajian Semantik)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hurford dan Hearsly menyatakan bahwa semantik merupakan cabang dari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. homonimi. Homonimi (dari bahasa Latin homo yang berarti sama dan nomos yang

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BENTUK SINONIMI KATA DALAM NOVEL KOLEKSI KASUS SHERLOCK HOLMES KARYA SIR ARTHUR CONAN DOYLE NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Manusia berkomunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

Bab 1. Pendahuluan. Dalam berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya, manusia membutuhkan bahasa. Bahasa

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

EDUNDANSI DALAM BAHASA SASAK DESA JERINGO KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Menurut Kridalaksana (2008:21) mengartikan bahasa sebagai sebuah sistem

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

RELASI MAKNA DALAM BAHASA MELAYU DESA PANTAI LABU BARU, KABUPATEN DELI SERDANG. Skripsi. Dikerjakan Oleh, NAMA : SATRIA SINAGA NIM :

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

KALIMAT EFEKTIF. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Dosen Pengampu: Ibu Suprihatiningsih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

Bab 1. Pendahuluan. kita rasakan baik di dalam hati maupun pikiran. Begitu pula menurut Walija (1996 : 4),

BAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

PROSES MORFOLOGIS KATA MINTA DAN SINONIMNYA. Siti Azizah*), Ary Setyadi, dan Sri Puji Astuti

BAB III METODE PENELITIAN

Semantik NORDIN BIN TAHIR INSTITUT PENDIDIKAN GURU KAMPUS IPOH

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

DAYA PRAGMATIK (PRAGMATIK FORCE) PADA PERBANDINGAN ANTONIM BAHASA JAWA DAN BAHASA INDONESIA SERTA KORELASI BUDAYA MASYARAKAT PENUTURNYA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AMBIGUITAS FRASA NOMINA PADA JUDUL ARTIKEL SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS SEPTEMBER-OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA DALAM WACANA OLAHRAGA PADA KORAN TEMPO EDISI BULAN SEPTEMBER-OKTOBER 2013 : KAJIAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

HUBUNGAN PENGUASAAN RELASI MAKNA DENGAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN KALIMAT KELAS IX SMP NEGERI 3 BARUSJAHE

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

AFIKS PEMBENTUK VERBA BAHASA BUGIS DIALEK SIDRAP Masyita FKIP Universitas Tadulako ABSTRAK Kata kunci: Afiks, Verba, Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Dengan bahasa, manusia

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Semantik Kata semantik atau semasiologi diturunkan dari kata Yunani semainein: bermakna atau berarti. Semantik sebagai istilah di dalam ilmu bahasa mempunyai pengertian tertentu. Semantik ialah penelitian makna kata dalam bahasa tertentu menurut sistem penggolongan. Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang bertugas semata-mata meneliti makna kata, bagaimana mula bukanya (Slametmuljana, 1964: 1). Semantik merupakan telaah makna, dalam arti menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat (Tarigan, 1986: 7-8). Menurut Wijana dalam makalah seminarnya, semantik adalah cabang ilmu bahasa yang menelaah makna satuan tunggal. Satuan tunggal disamping memiliki bentuk memungkinkan memiliki makna. Dua aspek ini tidak dapat diabaikan dalam setiap pemerian bahasa. Telaah makna ini secara sederhana dibedakan menjadi dua yaitu: (1) semantik leksikal adalah cabang ilmu makna yang meneliti aspek kemaknaan yang dimiliki oleh satuan semantik yang terkecil disebut leksem, dan commit 7 to user

8 (2) semantik gramatikal adalah cabang ilmu makna yang membahas seluk-beluk makna yang timbul akibat bergabungnya satuan lingual yang satu dengan yang lain karena adanya proses gramatikal (Wijana, 1999:1). Telaah semantik berhubungan dengan sign (simbol) dalam dua cara, yaitu (1) semantik berhubungan dengan sign (simbol) dan apa yang hendak ditunjuk oleh sign (simbol) itu (tujuan penggunaan bahasa itu), dan (2) semantik berhubungan dengan cara bagaimana sign (simbol) ini menunjuk sesuatu (Parera, 2002: 46). Bertolak dari semua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa semantik adalah telaah tentang makna suatu bahasa yang berhubungan dengan simbol atau tanda suatu bahasa. 2. Pengertian Antonimi D si makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan, misalnya dalam tinggi: (Kridalaksana, 2001: 15). Kata antonimi berasal dari bahasa Yunani yaitu onoma yang artinya anti yang artinya nama lain untuk benda lain pula. Secara semantik, Verhaar (1978) mendefinisikan sebagai: ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Misalnya dengan kata bagus adalah berantonimi dengan kata buruk; kata besar adalah berantonimi dengan kata kecil; dan kata membeli berantonimi dengan kata menjual (Chaer, 1990: 91). Teori tersebut bila terkait dengan antonimi bahasa

9 Jawa bisa ditampilkan contoh: apik gedhe nuku ngedol Beberapa pasangan kata mempunyai arti yang berlawanan. Relasi ini disebut antonimi, dan kata-kata yang berlawanan ini disebut antonim (antonym). Antonim dalam bahasa Jawa disebut dengan kosok balen yaitu tetimbangan sing lelawanan kaanane yang berarti kosok balen merupakan memilah kata yang memiliki arti berlawanan (Bausastra Jawa, 2011: 385). Dalam bahasa Jawa ada pasangan kecil >< besar, mahal >< murah dan sebagainya (Alwasilah, 1987: 150). Teori tersebut bila terkait dengan antonimi bahasa Jawa bisa ditampilkan contoh: cilik gedhe larang murah. 3. Pengertian Arti Arti adalah konsep yang mencakup makna dan pengertian (Kridalaksana, 2008: 19). Dalam KBBI, arti merupakan makna, mengandung tujuan, mengandung maksud. Arti berarti artos yaitu (1) teges pangerti ikiran ngerti (Poerwadarminta,1939: 19) Konsep atau pengertian umum sebagai hasil generalisasi terhadap segala sesuatu (benda, peristiwa, perbuatan, hal, sifat atau kualitas, keadaan, jumlah) yang memiliki seperangkat ciri fondamental yang sama (Subroto, 1986: 11-12). 4. Relasi Makna Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Hubungan atau relasi

10 kemaknaan ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (redudasi) dan sebagainya (Chaer, 1990: 85). Menurut Edi Subroto mengenai relasi makna sebagai berikut. Relasi makna berkaitan dengan relasi makna leksikal. Satuansatuan leksem dalam sebuah bahasa juga berelasi dalam hal maknanya. Di samping relasi makna yang diuraikan di sini, di antara kata-kata itu juga berelasi secara gramatikal (memukul, memotong, membaca, menulis, mendorong; memukul, dipukul, kupukul, terpukul, kaupukul, dan seterusnya). Relasi makna antar leksem di dalam sebuah bahasa itu juga bersifat internal bahasa itu sendiri. Maksudnya ada relasi dalam hal maknanya antar leksem bahasa itu sendiri. Relasi makna itu diantaranya adalah: kontign (relasi berdekatan, sinonimi, antonimi, hiponimi, polisemi, homonimi atau homografi) (Edi Subroto, 2011: 59). Relasi keberlawanan arti (dalam bahasa Inggris disebut the oppositeness of meaning) adalah relasi antar dua satuan lingual (terutama kata) atau lebih yang bersifat berlawanan (Subroto, 2011:68). 5. Bentuk Antonimi Bentuk antonimi dalam bahasa Jawa ada tiga, yaitu: (a) Bentuk tunggal (morfem tunggal) yaitu bentuk yang tidak bisa dicari bentuk yang lebih kecil lagi dan sudah mampu berdiri sendiri (Poedjosoedarmo, 1979: 6). Contoh keberlawanan antonimi yang berbentuk tunggal (morfem tunggal): adoh >< cedhak, cendhak >< dawa. Masing- masing kata tersebut menunjukkan keberlawanan arti. (b) Bentuk kompleks (morfem kompleks) yaitu suatu bentuk kata yang sudah mengalami perubahan bentuk yang disebabkan melekatnya imbuhan atau afiksasi (Poedjosoedarmo, 1979: 6). Contoh keberlawanan antonimi yang

11 berbentuk kompleks (morfem kompleks): nggeret >< nyurung. Bentuk terkecil dari kata nggeret geret >< nyurung surung Masing-masing kata tersebut menunjukkan keberlawanan arti. (c) Bentuk Ulang merupakan suatu perulangan kata antonimi di dominasi oleh antonimi yang merupakan kelas kata ajektiva (sifat). Contoh keberlawanan antonimi yang berbentuk ulang: Abot-abot - entheng-entheng -. Masing-masing kata tersebut menunjukkan keberlawanan arti (Poedjosoedarmo, 1979: 8). 6. Tipe Antonimi Tipe antonimi menurut Subroto (2011: 68-74), yaitu: (a) Keberlawanan arti tipe komplementer, dapat dicontohkan lanang laki-laki >< wadon perempuan. Beberapa ahli semantik lain, menamai tipe ini ungradable atau yang tidak dapat (b) T gradability Maksudnya, antara pasangan yang berlawanan itu dapat dibuat tataran. Misalnya, dawa panjang >< cendhak pendek dapat dibuat tataran seperti: rada dawa agak panjang >< rada cendhak agak pendek. (c) Relasi berbalikan (converseness relation) bahwa relasi berbalikan adalah relasi antara dua hal (atau orang) di mana ada relasi yang berlawanan namun penyebutannya mempersyaratkan bahwa yang satu harus disebutkan lebih nuku membeli sepeda dari Y, Y ngedol menjual sepeda kepada X. Dalam

12 contoh ini yang merupakan relasi berbalikan adalah nuku membeli >< ngedol menjual dan juga ikutannya dari >< kepada. Pasangan nuku membeli >< ngedol menjual termasuk relasi berbalikan karena yang satu mensyaratkan hadirnya yang lain. (d) Keberlawanan arti direksional (keberlawanan arti tipe arah). Seseorang sebaliknya seseorang dikataka maju gawang sendiri. Contoh lain: munggah naik >< mudhun turun, mlebu masuk >< metu keluar, dan sebangsanya. (e) Antonimi berkeanggotaan ganda atau banyak, sudah dibicarakan sekaligus dalam tipe kedua (antonimi), contoh: Panas anget adhem. (f) Antipodal, orthogonal berkaitan dengan arah angin (barat, timur, utara, selatan). Tipe antipodal bersifat keberlawanan kutub. Jadi, kulon barat lawan etan timur ; lor utara lawan kidul selatan. Secara antipodal, orang dapat menyatakan bahwa lor kidul kulon etan. Pandangan lain adalah yang bersifat orthogonal yaitu yang menyatakan bahwa kulon etan kidul lor.

13 7. Kelas Kata Antonimi (a) Kata benda (nomina) yaitu suatu jenis kata yang menandai atau menamai suatu benda atau bisa diikuti dengan kata sing ajektiva). Contoh kata benda yang berlawanan dalam bahasa Jawa yang menandai atau menamai suatu benda: babu bandara Contoh kata benda yang berlawanan dalam bahasa Jawa yang bisa diikuti dengan kata sing ajektiva): babu sing sregep bandara sing sregep (b) Kata kerja (verba) yaitu jenis kata yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda, atau bisa diikuti dengan kata kanthi (ajektiva). Contoh kata kerja berlawanan yang menunjukkan tindakan atau perbuatan suatu benda : nggeret nyurung Contoh kata kerja berlawanan dalam bahasa Jawa yang bisa diikuti dengan kata kanthi ajektiva) : nggeret kanthi rosa nyurung kanthi rosa (c) Kata sifat (ajektiva) merupakan kata yang menyatakan keadaan atau bisa dibentuk menjadi prefiks sa e. Contoh kata sifat yang berlawanan dalam bahasa Jawa yang menyatakan keadaan: lara >< waras. Contoh kata sifat yang berlawanan dalam bahasa Jawa yang bisa dibentuk menjadi prefiks sa e salara-larane sesakitsakitnya >< sawaras-warase sehat-sehatnya.

14 (d) Kata Tugas merupakan kata yang bisa menjelaskan atau memberi keterangan pada kata benda, dipihak lain bisa menjelaskan kata kerja, kata sifat, atau kata tugas itu sendiri. Contoh kata tugas yang berlawanan dalam bahasa Jawa yang menandai atau menamai suatu keterangan: kalah menang. B. Kerangka Berpikir Dalam penelitian antonimi bahasa Jawa, kerangka berpikir dalam penelitian ini di awali dengan menentukan objek-objek penelitian berupa kata-kata bahasa Jawa yang mengandung pengertian yang berlawanan. Sampel adalah katakata bahasa Jawa yang mengandung pengertian yang berlawanan, terdapat dalam sumber data yang ditentukan yaitu dalam buku Pepak Basa Jawa karya Abi Kusno (1989), Kawruh Basa Jawa Pepak karya Daryanto (1990), Kunci Pinter Basa 5 karya Soetarno, dkk. (1994), dan Kunci Pinter Basa 6 karya Soetarno, dkk. (1994), KBJ karya Tim Penyusun (2009), KBJ karya anonim (2011), Sari-sari Kawruh Basa Jawi Pepak karya M. Abi Tofani, Pepak Basa Jawa karya JB. Baswara. Setelah melakukan pemahaman yang sungguh-sungguh, tahap selanjutnya adalah menemukan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bentuk antonimi dalam bahasa Jawa, tipe antonimi dalam bahasa Jawa, dan kelas kata antonimi dalam bahasa Jawa. Tahap selanjutnya adalah menentukan teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan-

15 permasalahan tersebut. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak, dengan teknik dasar berupa teknik simak dan teknik catat sebagai teknik lanjutannya. Tahap akhir adalah simpulan yaitu menyimpulkan hasil dari penelitian dengan didasarkan pada analisis bentuk antonimi, tipe antonimi, dan kelas kata antonimi dalam bahasa Jawa. Skema kerangka berpikir Antonimi dalam bahasa Jawa Dari sumber data tulis yaitu buku yang mengandung antonimi dan data lisan dari informan Data tulis: Teknik simak Metode dan teknik pengumpulan data Data lisan: Teknik cakap Metode padan dengan teknik dasar PUP dan teknik lanjutan HBB Metode dan teknik analisis data Metode distribusional (agih) dengan teknik dasar BUL dan teknik lanjutannya teknik perluas Bentuk Tipe Kelas kata 1. Tunggal 2. Kompleks 3. Ulang 1. Komplementer 2. Dapat dipertatarkan 3. Berbalikan 4. Keberlawanan arti direksional (keberlawanan arti tipe arah) 5. Berkeanggotaan ganda 6. Antipodal, orthogonal simpulan 1. Kata benda 2. Kata kerja 3. Kata sifat 4. Kata Tugas

16 C. Penelitian yang Relevan oleh Suwadji, dkk. pada tahun 1992. Hasil penelitian ini berisi tentang kesinoniman bahasa Jawa melalui pasangan-pasangan sinonim yang ada pada kelas kata nomina, verba, ajektiva, dan kata tugas. - oleh Wedhawati, dkk. pada tahun 1986. Hasil penelitian ini berisi tentang konsep yang menjadi komponen kata kerja bahasa Jawa, penggolongan kata kerja bahasa Jawa, dan relevansi penggolongan penipean kata kerja bahasa Jawa di dalam klausa. Dalam oleh Ramlam pada tahun 1987. Hasil penelitian ini berisi tentang metode analisis semantik dan analisis semantik kata kerja bahasa Jawa. Tipe-tipe Semantik Ajektiva dalam Bahasa Jawa, dkk. pada tahun 1990. Hasil penelitian ini berisi tentang tipe-tipe makna kata sifat, warna, bentuk, ukuran, rasa, bau, suara, budi pekerti, mental atau pikiran. Sinomin Nomina dalam Bahasa Jawa Hasil penelitian ini berisi tentang tipe-tipe pembeda sinonim nomina konkret dalam bahasa Jawa, ciri pembeda semantik sinomin nomina dalam bahasa Jawa. Kajian terdahulu ternyata belum ada yang mengkaji antonimi dalam bahasa Jawa. Maka, kajian antonimi dalam bahasa Jawa segera dikerjakan. Terkait dengan belum dikajinya antonimi dalam bahasa Jawa, maka peta penelitian dalam penelitian ini merupakan hal yang baru, sehingga hasil penelitian ini merupakan penelitian baru atau hasil temuan-temuan baru.