BAB I PENDAHULUAN. mudah pula kemajuan suatu bangsa tersebut tercapai.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Alokasi. Anggaran Pendidikan. APBN.

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB III PENGARUH PENERAPAN MEKANISME BARU PENYALURAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH. 3.1 Mekanisme Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun. Sekolah) yang menyediakan bantuan bagi Sekolah dengan tujuan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

ANGGARAN PENDAPATAN & BELANJA NEGARA DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD KABUPATEN/KOTA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 22 April 2016

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

ASAS DAN PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perwakilan Rakyat sebagai lembaga legislatif terlebih dahulu menentukan

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara berkewajiban

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai pedoman tertinggi. Dalam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

IMPLEMENTASI KEMAUAN POLITIK PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH YANG DEMOKRATIS BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN.. Di dalam kondisi perekonomian saat ini yang bertambah maju, maka akan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2005

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana terdapat dalam Alinea Keempat Undang-Undang Dasar

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Pasal 1 Undang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

UNDANG-UNDANG NO 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Republik Indon

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh yang cukup besar dalam membentuk perilaku seorang anak. 1

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG ( RPJP ) KABUPATEN BENGKALIS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa..., dalam rangka mencapai tujuan negara. dalam bentuk pemberian pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang akan

Ekonomi Bisnis dan Financial

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada Bab

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. provinsi terbagi atas daerah-daerah dengan kabupaten/kota yang masing-masing

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.77, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Pendidikan. Alokasi Anggaran Belanja. APBD.

PROVINSI JAWA TENGAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang merupakan peraturan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) Tahun Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta, 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999

Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

2013, No

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam mewujudkan pemerataan pembangunan di setiap daerah, maka

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Majunya suatu Negara memiliki keterkaitan dengan kemajuan pendidikan yang ada pada suatu Negara tersebut. Pendidikan dapat mencetak suatu generasi yang berintelektual cerdas dan kritis terhadap kebutuhan suatu zaman. Sehingga tidak dipungkiri bahwa semakin baik pendidikan suatu Negara, maka semakin mudah pula kemajuan suatu bangsa tersebut tercapai. Pada Negara berkembang, pendidikan memiliki peran besar dalam memajukan perekonomian Negara tersebut, hal ini dapat terwujud dengan adanya integrasi yang baik antara perekonomian suatu Negara dalam menunjang fasilitasfasilitas dan kebutuhan pendidikan pada negera tersebut. Masalah biaya untuk menunjang suatu kebutuhan pendidikan bukanlah suatu masalah kecil. Sangat dibutuhkan banyak biaya guna mewujudkan kebutuhkan-kebutuhan tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, sudah menjadi kewajiban Negara untuk memenuhi kebutuhan pendidikan warganya. Hal ini sesuai degan peran Negara yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945 alinea ke empat yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu dijelaskan pula di dalam pasal 31 ayat (1) UUD NRI 1945 bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. Hal di atas menunjukkan bahwa pendidikan merupakan salah satu hak dasar setiap warga Negara dan pemerintah wajib membiayainya, serta pemerintah 1

2 mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional sesuai dengan cita-cita bangsa tersebut. Pada prinsipnya anggaran Negara merupakan suatu rencana yang diperlukan oleh Negara untuk membiayai segala kegiatannya, begitu pula biaya yang diperlukan untuk menjalankan pemerintahan disertai taksiran besarnya penerimaan yang didapat guna membelanjakan pengeluaran tersebut. 1 Melihat pentingnya pendidikan tersebut, membuat pendidikan menjadi prioritas penting, sehingga anggaran untuk pendidikan sekurang-kurangnya adalah dua puluh persen dari anggaran pendapatan belanja Negara (APBN) serta dari anggaran pendapatan belanja daerah (APBD), yang berarti bahwa tanggung jawab penyelenggaraan untuk anggaran pendidikan bukan saja menjadi tanggung jawab Negara melalui APBN, melainkan juga merupakan tanggungg jawab daerah melalui APBD. Setiap warga Negara yang berusia 7 hingga 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (UU No 20 Tahun 2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jelas hal tersebut mengharuskan pemerintah untuk dapat menjamin terselenggaranya program wajib pendidikan dasar. Kewajiban pemerintah tersebut diatur di dalam pasal 34 ayat (2) UU No 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat (3) menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab Negara yang 1 M. Subagio, Hukum Keuangan Negara R.I., Rajawali Pers, Jakarta, h. 2

3 diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Penempatan anggaran sebesar dua puluh persen dari APBN atau APBD untuk kepentingan pendidikan diharapkan dapat mewujudkan visi misi sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional memiliki visi Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan dan Kebudayaan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia yang Cerdas dan Berkarakter Kuat, dan misi Meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dan kebudayaan, Memperluas keterjangkauan layanan pendidikan dan kebudayaan, Meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan kebudayaan, Mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan dan kebudayaan, Menjamin kepastian / keterjaminan memperoleh layanan pendidikan, dan melestarikan dan memperkukuh Bahasa dan Kebudayaan Indonesia. 2 Pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20 persen tersebut disamping untuk memenuhi amanat Pasal 31 huruf a UUD 1945, juga dalam rangka memenuhi Putusan Mahkamah Konstitusi, tanggal 31 Agustus 2008 Nomor 13/PUU-VI I 2008. Menurut Putusan MK, selambat-lambatnya dalam UU APBN Tahun Anggaran 2009, Pemerintah dan DPR harus telah memenuhi kewajiban konstitusionalnya untuk menyediakan anggaran sekurang-kurangnya 20 persen untuk pendidikan Pemenuhan biaya pendidikan di daerah melalui anggaran pendidikan ditransfer ke daerah adalah Dana Bagi Hasil (DBH) Pendidikan, Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan, Dana Alokasi Umum (DAU) Pendidikan, Dana Tambahan DAU, dan Dana Otonomi Khusus Pendidikan. Hal ini berarti 2 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Visi dan Misi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/tentangkemdikbud-visi, h.1, dikunjungi 12 Desember 2014, diposting 5 Juli 2012.

4 bahwa pendidikan menjadi tanggung jawab Negara bersama-sama dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pada bulan Maret dan Oktober 2005 Pemerintah mengurangi subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan merelokasikan sebagian dananya untuk program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dilaksanakan pada bulan Juli 2005. 3 Menurut pasal 1 angka 21 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2011 (UU No. 22 Tahun 2011) tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun 2012 BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Yang dimaksud dengan biaya operasi nonpersonalia menurut Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 (PP No 48 Tahun 2008) Tentang Pendanaan Pendidikan adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidkan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa, telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, dll. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan BOS. Berdasarkan pasal 5 ayat (1) huruf d UU No. 22 Tahun 2011 Program BOS merupakan program yang dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) yang masuk dalam jenis Anggaran Transfer ke daerah. Menurut pasal 26 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2011 Anggaran Transfer daerah pun memiliki dua jenis dana, yakni Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan 3 Lembaga Penelitian SEMERU, Kajian Cepat PKPS-BBM Bidang Pendidikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 2005, 16 Juni 2006, h. iv

5 Penyesuaian. Sedangkan BOS sendiri menurut pasal 28 ayat (1) huruf b poin 5 termasuk ke dalam jenis dana penyesuaian. Program BOS telah berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian program Wajib Belajar 9 tahun. Oleh karena itu, mulai tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan tujuan, pendekatan dan orientasi program BOS, dari perluasan akses menuju peningkatan kualitas. Dalam perkembangannya, program BOS mengalami peningkatan biaya satuan dan juga perubahan mekanisme penyaluran sesuai Undang-Undang APBN yang berlaku. Perkembangan program BOS tersebut dapat dilihat dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 101 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana BOS Tahun Anggaran 2014. Mengenai mekanisme penyaluran dana BOS sendiri sejak tahun 2005 hingga saat ini, sudah mengalami perubahan sebanyak 1 kali, yakni sejak tahun 2005 hingga 2010 penyaluran dana BOS dilakukan melalui mekanisme pengiriman dana dari Kementrian Keuangan kepada Kementrian Pendidikan Nasional, kemudian disalurkan ke masing-masing rekening sekolah. 4 Mekanisme yang kedua, yakni mekanisme yang berlaku sejak tahun 2011 hingga saat ini, merupakan mekanisme panjang, yakni dana dari Kementrian Pendidikan tidak lagi langsung masuk ke rekening sekolah, melainkan harus melalui pemerintah Kabupaten/Kota 5 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 4 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun 2012, www.bos.kemdikbud.go.id/home/about, h. 2, dikunjungi pada tanggal 16 September 2014. 5 Ibid.

6 Muhammad Nuh ( pada saat perubahan itu dilakukan ) mengemukakan bahwa alasan mengapa mekanisme penyaluran dana BOS perlu diubah karena masih banyak terdapat kekurangan dalam mekanisme penyaluran dana BOS tahun sebelumnya, yakni tahun 2005 hingga 2010, salah satunya adalah masih banyaknya keterlambatan penyaluran. 6 Perubahan mekanisme penyaluran dana BOS diharapkan dapat menghentikan permasalahan-permasalahan penyaluran dana BOS sebelum tahun 2011, salah satu harapan dengan adanya perubahan mekanisme penyaluran dana BOS tersebut adalah pemberiannya dapat langsung tepat sasaran dan tidak melalui birokrasi yang berkepanjangan. Sekilas sistem baru ini lebih rumit dibanding sistem sebelumnya. Menurut Menteri Pendidikan Mohammad Nuh, sistem baru pencairan dana BOS baru ini bertujuan memberikan kewenangan lebih besar kepada Pemerintah Daerah dalam penyaluran dana BOS. 7 Memang benar adanya dengan penyerahan wewenang dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan atau disebut Desentralisasi, maka semakin mudah pula urusanurusan Pemerintah dapat terselenggara di daerah-daerah. Salah satunya adalah urusan Pendidikan. Dalam pasal 13 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 (UU No 32 Tahun 2004) tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana yang telah diubah 6 Indra Akuntono, Mekanisme Penyaluran BOS 2012 Dipastikan Berubah, http://edukasi.kompas.com/read/2011/10/07/12532141/mekanisme.penyaluran.bos.2012.dipastik an.berubah, 7 Oktober 2011, h. 1, dikunjungi pada tanggal 29 September 2014. 7 Menguji Sistem Baru Pencairan Dana BOS, www.koaklampung.org/aktivitas/pemantauandaninvestigasi/investigasi/51-menguji-sistem-barupencairan-dana-bos.html, 15 Juli 2011, h. 1, dikunjungi pada tanggal 29 September 2014

7 menjadi UU No 23 Tahun 2014, mengatur secara tegas bahwa urusan pendidikan merupakan urusan wajib Pemerintah Daerah Provinsi. Sebelum sistem baru tersebut, dana BOS dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dikirim kepada Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). Dari Kemendiknas itu dana langsung ditransfer ke seluruh sekolah penerima dana BOS. Mekanisme ini menyebabkan pengelolaan dana BOS nyaris tanpa pengawasan. 8 Sembilan tahun sudah program BOS berjalan di Indonesia, tetapi penyaluran dan penggunaan dana BOS masih saja mengalami berbagai permasalahan. Masalah tersebut terkait dengan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan yang kemudian menghambat tercapainya tujuan BOS itu sendiri. Hal itu terlihat dari banyaknya pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat kepada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui web BOS yang disediakan untuk mengadukan permasalahan mengenai program BOS. 9 Maka dari itu penyaluran dana BOS yang dalam hal ini merupakan salah satu bentuk anggaran Negara, dalam pengelolaannya diperlukan acuan atau asas yang dianut. Asas-asas yang mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan dan pengelolaan keuangan Negara antara lain asas akuntabilitas berorientasi pada hasil, asas profesionalitas, asas proporsionalitas, asas 8 Ibid. 9 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat, http://bos.kemdikbud.go.id/pengaduan/home/lihat_pengaduan, h. 1, Dikunjungi pada 12 Desember 2014

8 keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara, pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. 10 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini meliputi: 1. Apakah penyaluran dana BOS tahun 2013 sudah terselenggara dengan baik sesuai Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknisnya? 2. Apakah ada jaminan bahwa dana BOS tidak diselewengkan dengan adanya mekanisme penyaluran dana BOS yang baru? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penyelenggaraan dana BOS tahun 2013 sudah terselenggara dengan baik sesuai Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknisnya. 2. Untuk menganalisis ada atau tidaknya jaminan bahwa dana BOS tidak diselewengkan dengan adanya mekanisme penyaluran dana BOS yang baru. 10 Adrian Sutedi, Hukum Keuangan Negara, Sinar Grafika, Jakarta, h. 4.

9 1.4. Metode Penelitian 1.4.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu permasalahan yang akan ditinjau secara khusus pada norma hukum yang berkaitan dengan pokok masalah yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan menggunakan Statute Approach dan Conceptual Approach. 1.4.2. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan untuk mengkaji masalah pada penulisan ini berdasarkan Statute Approach (Pendekatan Undang-Undang) dan Conceptual Approach (Pendekatan Konsep). Statute Approach digunakan dengan menelaah semua Undang-Undang dan Regulasi yang bersangkut paut dengan Penyaluran dana BOS. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu UU dan UUD NRI 1945 atau antara regulasi dan UU. Hasil dari telaah tersebut merupakan argument untuk memecahkan isu penyaluran dana BOS tersebut, sehingga perlu dicari ratio legis dan dasar ontologis lahirnya UU yang berkaitan dengan penyaluran dana BOS tersebut. 11 Conceptual Approach beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrindoktrin yang berkembang dalam Hukum Keuangan Negara. Berdasarkan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam Hukum Keuangan Negara, 2005, h. 133 11 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,

10 maka dapat ditemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu penyaluran dana BOS. 12 1.4.3. Sumber Bahan Hukum Sumber bahan hukum yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah berupa Peraturan Perundang-undangan sebagai bahan hukum primer, artinya peraturan perundang-undangan lah yang menjadi bahan hukum primer, karena Indonesia merupakan Negara bekas jajahan Belanda yang menganut Civil Law System. Dalam hal ini peneliti menggunakan UUD NRI 1945, UU Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara, UU APBN, UU Sisdiknas dan UU lain yang berkaitan dengan penyaluran dana BOS. Bahwa selain berupa Peraturan Perundang-undangan sebagai bahan hukum, penulis juga menggunakan Bahan Hukum Sekunder yang diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilaksanakan dengan mempelajari buku-buku teks, jurnal hukum tentang keuangan Negara dan Program BOS. 1.4.4 Metode Pengumpulan Bahan Hukum Metode pengumpulan bahan hukum dilakukan berdasar pada bahan hukum yang diperoleh dari sumber sumber yang digunakan yaitu peraturan perundangundangan sebagai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang relevan. 12 Ibid, h. 135

11 Langkah selanjutnya dilakukan seleksi terhadap sumber bahan hukum untuk diklarifikasi berdasarkan permasalahan yang ada dalam pembahasan. Halhal yang tidak relevan akan tereliminasi, sehingga diperoleh gambaran yang lebih spesifik mengenai permasalahan yang akan dibahas. Setelah dieliminasi, hal-hal yang relevan tersebut dapat ditetapkan isu hukumnya. Isu hukum yang diajukan kemudian ditelaah lebih terperinci. Maka pada akhirnya setelah melakukan penelaahan terhadap isu hukum yang diajukan tersebut dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab isu hukum tersebut. 1.5 Pertanggungjawaban Sistematika Penulisan skrispsi ini disusun menurut lazimnya sistematika yang digunakan penulisan karya ilmiah, dibahas dalam empat bab dan masing-masing bab terdiri atas beberapa sub bab. Penelitian ini dimulai dengan : Bab I adalah pendahuluan. Bab ini memberikan gambaran secara umum dan menyeluruh mengenai pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Diawali dengan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian yang terdiri dari Pendekatan Masalah, Sumber Bahan Hukum, Metode pengumpulan bahan hukum dan diakhiri dengan pembahasan sistematika dari penelitian ini. Bab II akan menguraikan rumusan masalah yang kedua yaitu mengenai kondisi riil penyaluran dana BOS tahun 2013, apakah sudah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya.

12 Bab III akan menguraikan rumusan masalah yang pertama yaitu ada atau tidaknya jaminan bahwa dana BOS tidak diselewengkan dengan adanya mekanisme penyaluran dana BOS yang baru. Bab IV merupakan bagian penutup dikemukakan kesimpulan dari semua permasalahan yang didapat akan disusun secara sistematis sehingga akan didapat konklusi yang utuh, singkat, padat, dan objektif. Saran sebagai wujud karakter penelitian doctrinal diajukan guna memberikan sambungan pemikiran ke depannya untuk menjawab permasalahan yang akan datang.