Penulis: Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja

dokumen-dokumen yang mirip
Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at


Kekeliruan-Kekeliruan Umat Islam di Hari Jumat

SUJUD SAHWI Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin

BOLEHKAH MENGERASKAN BACAAN SHALAT SIRRIYAH ATAU SEBALIKNYA DAN BIMBINGAN MENGGUNAKAN PENGERAS SUARA DI MASJID

Keistimewaan Hari Jumat

: The Prostration of Forgetfulness : Syaikh Muhammad bin Shalih al-utsaimin

Definisi Khutbah Jumat

Selain itu hukum wajib atas Khutbah Jum'at, dikarenakan Nabi tidak pernah meninggalkannya. Hal ini termasuk dalam keumuman hadits:


Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

HUKUM SEPUTAR MAKMUM MASBUQ DAN KEKELIRUAN YANG BERKAITAN DENGANNYA

: :

Sujud Sahwi. Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin. 16 Mei Didownload dari:

Menyikapi Fenomena Gerhana. Oleh: Muhsin Hariyanto

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

Tata Cara Shalat Malam

Bukti Cinta Kepada Nabi

Tegakkan Shalat Dengan Berjamaah

BENARKAH KHUTBAH SHOLAT DUA HARI RAYA DUA KALI

Publication: 1435 H_2014 M. Tata Cara Makmum Mengikuti Imam. Disalin dari Majalah As-Sunnah No.08 Th.XVII 1435H/2013M

Keutamaan Bulan Dzul Hijjah

KHUSYUK dan TUMAKNINAH DALAM SHALAT

Shalat Isya Di Belakang Imam Yang Shalat Tarawih

Hukum Menunaikan Haji dan Umrah Dengan Pembayaran Melalui Kartu Kredit

Cara Mengajarkan Shalat Pada Anak*

Hukum Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

Keutamaan Membaca. Publication: 1434 H_2013 M KEUTAMAAN MEMBACA SHALAWAT. Oleh: Ustadz Abdullah Taslim al-buthoni, MA

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

Apa yang Dianjurkan Setelah Selesai Witir

Menggemarkan Shalat Sunnah Rawatib

Hukum Berbicara Ketika Khotbah Jumat

MENGAJAK ANAK PEREMPUAN KECIL KE MASJID اصطحاب بلنات الصغار ىل ملسجد

Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa

Membatalkan Shalat Witir

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

UCAPAN SELAMAT HARI RAYA

Shalat Berjamaah Tidak di Rumah

Syarah Istighfar dan Taubat

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

APAKAH SEORANG IBU MENUNAIKAN AQIQAH BAGI ANAKNYA JIKA BAPAKNYA TELAH MENCERAIKANNYA? هل تو دي الا م العقيقة عن ابنها إذا كن أبوه قد طلقها

Tata Cara Qunut dan Kadarnya

Aku telah meminta hujan dengan Majaadiihus Samaa yang dengannya hujan diturunkan.

Ka'bah Lambang Persatuan Umat Islam

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Demikian pula keterangan asy-syaikh Ibnu Baz (Majmu Fatawa Ibnu Baz 13/20).

Bacaan dalam Shalat Malam

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

Renungan Pergantian Tahun

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

Perihal Sujud Syahwi Yang Benar

MANDI JANABAH, HUKUM DAN TATA CARANYA

Jangan Kau Tunda Apalagi Sampai Kau Tinggalkan Shalat

Perbaikan atas Shalat

BILA SYA BAN TELAH TIBA

AWAS!!! JANGAN SEPELEKAN PERKARA DALAM AGAMA ISLAM Al Ustadz Muhammad Umar as Sewed

SHALAT-SHALAT SUNNAH (Ustzh. Dian, S.Ag, M.Ag, Dosen STAI Bina Madani, Tangerang)

Memperbaiki Kesalahan dalam Bulan Ramadhan

Surat Untuk Kaum Muslimin

Mengangkat Kedua Tangan Saat Qunut

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

TENTANG MA MUM MASBUQ

PANDUAN I TIKAF RAMADHAN Oleh Nor Kandir ( edisi Ramadhan 1437 H)

Hal-Hal Yang Diwajibkan dalam Shalat

Dusta, Dosa Besar Yang Dianggap Biasa

Memperhatikan dan Menasihati Pemuda Untuk Shalat

Dosa Bersumpah Dengan Menyebut Selain Allah

Bantal dan Kasur Yang Melalaikan Shalat Subuh

Menjaga Kebersihan Jasmani bagian dari Sunnah Rasulullah

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

Sifat Shalat Istisqa (Minta Hujan)

Bisakah Kirim Pahala BISAKAH KIRIM PAHALA

Kewajiban Haji dan Beberapa Peringatan Penting dalam Pelaksanaannya

Hukum Mengqadha' Puasa Ramadhan

UNTUK KALANGAN SENDIRI

Beberapa Tips praktis dalam sholat.

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

استقبال شهر رمضان MENYAMBUT DATANGNYA BULAN RAMADHAN. Oleh: Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-utsaimin Rahimahullahu Ta ala. Diterjemahkan Oleh:

Pengaruh Shalat dan Maksiat Terhadap Rezeki

DZIKIR PAGI & PETANG dan PENJELASANNYA

Risalah SUJUD SAHWI. Re-Publication : 1438 H

Tata Cara Sujud Tilawah

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

Doa Setelah Khatam al-qur`an

Nasehat Bagi Orang Yang Melalaikan Shalat

Penulis : Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc Dipublikasikan ulang dari

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

Pemisah Antara Tarawih dan Qiyam

ﻊ ﻣ اﻮ ﻌﻛ را و ة ﻛﺎ ﺰلا اﻮ ﺗآ و ةﻼ ﺼلا اﻮ ﻤﻴ أ و ﻌ ﻛا ﺮلا

PUASA DI BULAN RAJAB

BIDAH MENGUMPULKAN SATU MILYAR SHALAWAT NABI DALAM MENYAMBUT PERAYAAN MAULID بدعة تميع مليارات من الصلاة ع رسول االله بمناسبة لودل نلبوي!

Hukum Ucapan Fulan Mati Syahid

Sifat Allah Al-Hayiyyu, Yang Maha Pemalu

Umur Untuk Amal Shaleh

HUKUM MEMOHON KEPADA ALLAH DENGAN KEDUDUKAN DAN KEMULIAAN ORANG SALEH

BIMBINGAN BAGI ORANG TUA YANG MENGAJAK ANAKNYA SHALAT DI MASJID

Transkripsi:

Penulis: Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja www.firanda.com Penyebar: Iman Daryanto [http://www.ebookislamgratis.wordpress.com]

Pertanyaan : Assalamu'alaikum ustadz...barokallahu fiik, ada beberapa pertanyaan yang mengganjal, terutama terkait kondisi mengikuti imam dalam sholat. 1. Bagaimana bila kita tahu dari kebiasaannya selama ini imam duduk tawarruk, apakah kita juga duduk tawarruk tatkala raka'at terakhir sholat subuh? 2. juga, bagaimana bila kita tidak tahu kebiasaan duduk imam (misalnya karena kita ada di masjid lain)? 3. bila kita ada di shaf pertama dan ada persis di sekitar belakang imam, apakah boleh kita melihat sejenak ke arah imam untuk melihat bagaimana ia duduk? atau, sebaliknya, bagaimana kalau kita ada di shaf kedua, ketiga, dst. tapi benar-2 tdk tahu kebiasaan duduk imam? jazakallahu khoir ustadz... wassalamu'alaikum Jawab : Pertanyaan seperti ini sama dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini: - Apakah jika imam menggerak-gerakan jarinya tatkala tasyahhud maka makmum juga harus ikut menggerak-gerakan jarinya, padahal sang makmum tidak meyakini akan sunnahnya menggerak-gerakan jari tatkala tasyahhud? Dan jika sebaliknya? - Apakah jika imam mengangkat kedua tangan tatkala hendak sujud maka makmum juga harus mengangkat kedua tangannya (padahal sang makmum tidak meyakini disunnahkannya hal tersebut)? Dan jika sebaliknya? - Apakah jika imam hendak sujud dengan meletakkan kedua lututnya terlebih [http://www.ebookislamgratis.wordpress.com] Page 2

dahulu sebelum kedua tangannya apakah makmum juga harus demikian?, sementara makmum meyakini didahulukannya kedua tangan sebelum kedua lutut?, dan jika sebaliknya? - Apakah jika imam melakukan duduk istirahat -tatkala hendak berdiri ke rakaat ke dua atau ke rakaat ke empat- maka makmum juga harus duduk istirahat (padahal sang makmum tidak meyakini adanya duduk istirahat)?, dan jika sebaliknya? - Apakah jika imam qunut subuh maka sang makmum juga harus qunut subuh? (padahal sang makmum meyakini tidak disyari'atkannya qunut subuh) Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita harus paham apa saja perkaraperkara yang sang makmum harus mengikuti imam dan tidak boleh menyelisihinya? Para pembaca yang budiman, nash yang berkaitan dengan permasalahan ini adalah sabda Nabi ا هلل سمع ق ال وإذا وإذا ف إذا ص لى ف إذا إن ما ص لى وإذا ص لى وإذا "Hanyalah dijadikan imam adalah untuk diikuti, maka jika imam sholat berdiri maka sholatlah kalian (wahai para mekmum-pent) berdiri juga, jika imam ruku' maka ruku'lah kalian, dan jika imam bangkit maka bangkitlah, dan jika imam berkata "Sami'allahu liman hamidahu" ucapkanlah "Robbanaa wa lakalhamdu". Jika imam sholat berdiri maka sholatlah berdiri, dan jika imam sholat duduk maka sholatlah kalian seluruhnya dengan duduk" (HR Al-Bukhari no 657) Rasulullah juga bersabda: [http://www.ebookislamgratis.wordpress.com] Page 3

... ف إذا ع ل يه ف ال إن ما "Hanyalah dijadikan imam untuk diikuti, maka janganlah kalian menyelisihinya, jika ia ruku' maka ruku'lah kalian " (HR Al-Bukhari no 689) Ibnu Hajar berkata, "Dan kondisi pengikut (makmum) adalah tidak mendahului orang yang diikutinya (imam), dan juga tidak menyertainya, dan juga tidak berdiri lebih maju di hadapannya, akan tetapi ia memperhatikan gerakan dan kondisi sang imam lalu ia segera menyusul sebagaimana gerakan sang imam" (Fathul Baari 2/178) Berkata An-Nawawi : "Hadits ini dalil akan wajibnya makmum untuk mengikuti imam dalam takbir, berdiri, duduk, ruku', sujud, dan hendaknya ia melakukannya setelah imam. Maka ia bertakbirotul ihroom setelah imam selesai bertakbirotul ihrom. Jika bertakbirotul ihrom sebelum imam bertakbirotul ihrom maka tidak sah sholatnya. Ia ruku' setelah imam mulai ruku' dan sebelum imam berdiri dari ruku'. Jika ia menyertai imam (dalam ruku'-pent) atau mendahului imam maka ia telah berbuat keburukan akan tetapi sholatnya tidak batal. Demikian juga sujud. Dan ia member salam setelah imam selesai salam, jika ia salam sebelum imam salam maka sholatnya batal, kecuali jika ia berniat untuk memisahkan diri dari jama'ah sholat. Dan ada khilaf dalam permasalahan ini..." (Al-Minhaaj 4/131) An-Nawawi juga berkata, "Adapun sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam Hanyalah dijadikan imam untuk diikuti maka maknanya menurut Imam As-Syafi'i dan sekelompok ulama yaitu (diikuti) pada perbuatan-perbuatan (gerakan-gerakan) yang dzohir (nampak), karena boleh saja seseorang yang sholat fardu bermakmum kepada orang yang sholat sunnah dan sebaliknya, demikian juga seorang yang sholat asar bermakmum kepada orang yang sholat dzuhur dan sebaliknya. [http://www.ebookislamgratis.wordpress.com] Page 4

Malik dan Abu Hanifah radhiallahu 'anhumaa dan para ulama yang lain berkata bahwasanya hal ini tidak diperbolehkan. Mereka berkata bahwasanya makna hadits adalah imam diikuti pada gerakan-gerakan dan juga pada niat (jadi niat harus sama antara imam dan makmum-pent). As-Syafii radhiallahu 'anhu- dan para ulama yang sepakat dengannya berdalil dengan bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengimami (dua kelompok dari) para sahabat di Batn Nakhl tatkala sholat khouf dua kali, sekali bersama kelompok pertama dan yang kdua bersama kelompok yang kedua. Maka sholat beliau yang kedua adalah sunnah adapun (para sahabat dari kelompok yang kedua) yang bermakmum di belakang Nabi sholat mereka adalah fardhu. Demikian juga hadits Mu'adz tatkala beliau setelah sholat isya bersama Nabi maka beliaupun setelah itu mendatangi kaum beliau lalu mengimami mereka, maka sholat tersebut sunnah di sisi Mu'adz dan wajib di sisi kaumnya. Hal ini menunjukan bahwa mengikuti imam hanya wajib pada perbuatan-perbuatan (gerakan-gerakan) yang dzohir (Al-Minhaaj 4/134) Al-Hafidz Ibnu Hajar menjelaskan bahwa yang lebih menguatkan pendapat Imam An-Nawawi ini (madzhab As-Syafi'i) bahwasanya kewajiban mengikuti imam yang pada gerakan-gerakan yang dzhohir karena yang disebutkan oleh Nabi dalam hadits adalah ruku', takbir, bangkit dari ruku' dan semacamnya, adapun niat maka tidak disebutkan dalam hadits (lihat Fathul Baari 2/178) Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa makmum hanya wajib mengikuti gerakangerakan dzohir sang imam, jika sang imam bertakbir maka ia bertakbir pula, jika imam rukuk maka ia segera ruku' juga dan demikian juga jika imam duduk atau berdiri. Hal ini dimaksudkan agar makmum tidak mendahului imam atau terlambat mengikuti imam. [http://www.ebookislamgratis.wordpress.com] Page 5

Adapun gerakan-gerakan yang tidak mengakibatkan penyelisihan terhadap imam berupa mendahului atau keterlambatan maka tidak wajib bagi makmum untuk mengikuti imam. Sebagai contoh jika sang imam tatkala duduk tasyahhud sholat subuh dengan tawarruk sedangkan sang makmum meyakini sunnahnya duduk iftirosy maka tidak wajib bagi sang makmum untuk meniru cara duduk sang imam. Karena hal ini sama sekali tidak berkaitan dengan penyelisihan berupa mendahului atau keterlambatan. Demikian juga jika ternyata sang imam tidak menggerak-gerakan jarinya sementara sang makmum meyakini sunnahnya menggerak-gerakan jari tatkala tasyahhud maka tidak wajib bagi sang makmum untuk mengikuti sang imam. Syaikh Al-'Utsaimiin berkata, "Adapun perkara yang mengantarkan kepada penyelisihan imam maka imam harus diikuti (tidak boleh diselisihi-pent), adapun perkara yang tidak menyelisihi imam seperti mengangkat kedua tangan tatkala hendak ruku' jika ternyata sang imam tidak mengangkat kedua tangannya sedangkan makmum memandang disyari'atkannya mengangkat kedua tanganmaka tidak mengapa bagi makmum untuk mengangkat kedua tangannya. Karena hal ini tidak mengakibatkan penyelisihan terhadap imam atau keterlambatan (dalam mengikuti imam). Demikian juga halnya dalam masalah duduk, jika imam tidak duduk tawarruk sedangkan sang makmum memandang disyari'atkannya duduk tawarruk atau sebaliknya maka sang makmum tidak mengikuti sang imam, karena sang makmum tidak menyelisihi sang imam dan juga tidak terlambat (dalam mengikuti sang imam). (Majmuu' Fataawaa wa rosaail As-Syaikh Al-'Utsaimiin15/79) [http://www.ebookislamgratis.wordpress.com] Page 6

Bagaimana jika sang imam tidak duduk istirahat? Jika sang imam tidak duduk istirahat tatkala bangkit ke rakaat ke dua atau ke rakaat ke empat, sedangkan makmum memandang disyari'atkannya hal ini, maka apakah makmum tetap boleh duduk istirahat menyelisihi imam? Dan bagaimana jika perkaranya sebaliknya? Syaikh Al-'Utsaimiin rahimahullah berkata, "Adapun jika (penyelisihan gerakanpent) mengakibatkan keterlambatan makmum misalnya makmum memandang disyari'atkannya duduk istirahat sementara sang imam tidak- maka makmum tidak duduk istirahat. Karena jika sang makmum duduk istirahat maka ia akan terlambat dari imam, padahal Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintah kita untuk bersegera dalam mengikuti imam, beliau bersabda, "Jika imam bertakbir maka bertakbirlah kalian, dan jika imam ruku maka ruku'lah ". Demikian juga jika perkaranya sebaliknya. Jika imam memandang disyari'atkannya duduk istirahat sementara sang makmum tidak, maka jika imam duduk istirahat hendaknya sang makmum juga duduk meskipun sang makmum tidak memandang disyari'atkannya duduk istirahat, namun demi mengikuti imam. Inilah kaidah dalam mengikuti imam, yaitu makmum tidak melakukan hal yang menyebabkan penyelisihan atau keterlambatan" (Majmuu' Fataawaa wa rosaail As-Syaikh Al-'Utsaimiin15/79) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Telah valid bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam duduk istirahat, akan tetapi para ulama berselisih antara apakah Nabi melakukannya karena beliau sudah tua sehingga butuh untuk duduk istirahat?, ataukah Nabi melakukannya karena duduk istirahat merupakan sunnah dalam sholat?. Barangsiapa yang berpendapat dengan kemungkinan kedua maka menganggap duduk istirahat hukumnya mustahab sebagaimana pendapat As-Syafi'i dan salah satu riwayat dari Ahmad. Dan barangsiapa yang berpendapat dengan kemungkinan pertama maka tidak menganggap mutahabnya duduk istirahat kecuali jika memerlukannya sebagaimana pendapat Abu Hanifah, Malik, dan salah [http://www.ebookislamgratis.wordpress.com] Page 7

satu riwayat dari Ahmad. Barangsiapa yang melakukan duduk istirahat maka tidak boleh diingkari meskipun posisinya sebagai makmum (sementara imam tidak melakukannya-pent) karena keterlambatannya mengikuti (imam yang tidak duduk istirahat) hanya sedikit dan tidak termasuk keterlambatan yang dilarang menurut mereka yang berpendapat akan mustahabnya duduk istirahat-. Bukankah ini perbuatan yang merupakan perkara ijtihad? Karena sesungguhnya telah bertentangan antara melakukan sunnah ini yaitu menurutnya- dengan bersegera mengikuti imam?, sesungguhnya mengikuti imam lebih utama daripada terlamabat. Akan tetapi keterlambatan tersebut hanya sedikit, maka perkaranya seperti jika imam berdiri dari tasyahhud awal sebelum makmum menyelesaikan (bacaan) tasyahhud awal padahal makmum memandang mustahabnya menyempurnakan bacaan tasyahhud awal (sehingga akhirnya sang makmum terlambat beridiri-pent). Atau seperti jika imam salam padahal sang makmum masih ingin berdoa sedikit lagi, apakah sang makmum segera salam ataukah menyempurnakan dahulu doanya?. Permasalahanpermasalahan seperti ini termasuk permasalahan ijtihad, dan yang paling kuat adalah bersegera mengikuti imam lebih utama dari pada terlambat karena melakukan perkara yang mustahab. Wallahu A'lam (Majmuu' Al-Fataawaa 22/452-453). Bagaimana jika sang imam qunut subuh? Ibnu Taimiyyah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata "Hanyalah dijadikan imam untuk diikuti" dan juga bersabda "Janganlah kalian menyelisihi imam-imam kalian", dan telah valid juga dalam shahih bahwasanya beliau bersabda "Mereka (para imam) sholat bagi kalian, jika mereka benar maka pahalanya buat kalian dan buat mereka, dan jika mereka salah maka pahalanya bagi kalian dan kesalahan bagi mereka. Bukankah jika imam membaca surat setelah membaca Al- [http://www.ebookislamgratis.wordpress.com] Page 8

Fatihah pada dua rakaat yang terakhir dan memanjangkan bacaan surat tersebut maka wajib bagi makmum untuk mengikutinya (menunggunya-pent)?. Adapun mendahului imam maka hal ini tidak diperbolehkan, maka jika imam qunut maka tidak boleh makmum mendahuluinya, akan tetapi harus mengikuti imam. Oleh karenanya Abdullah bin Mas'uud mengingkari Utsman karena sholat empat rakaat (tatkala safar-pent) akan tetapi beliau sholat empat rakaat diimami oleh Utsman. Maka dikatakan kepada beliau kenapa beliau berbuat demikian, maka beliau berkata Perselisihan itu buruk" (Al-Fataawa Al-Kubro 1/229) Beliau juga berkata, "Wajib bagi makmum untuk mengikuti imam pada perkaraperkara yang diperbolehkan ijtihad msekipun sang makmum tidak sependapat. Sebagaimana jika imam qunut subuh atau menambah jumlah takbir tatkala sholat janazah hingga tujuh kali. Akan tetapi jika sang imam meninggalkan satu perkara yang perkara tersebut menurut makmum adalah rukun atau syarat sholat maka ada khilaf (apakah makmum tetap mengikuti imam atau tidak?-pent)" (Jaami'ul Masaail 5/388) Syaikh Ibnu 'Utsaimin berkata, Lihatlah para Imam (kaum muslimin) yang benarbenar memahami nilai persatuan. Imam Ahmad rahimahullah berpendapat qunut shalat Subuh adalah bid ah. Meskipun demikian beliau berkata, Jika engkau shalat di belakang Imam yang qunut maka ikutilah qunutnya, dan aminkanlah doa imam tersebut. Semua ini demi persatuan barisan dan hati, serta agar tidak timbul kebencian antara sebagian kita terhadap sebagian yang lain. (Asy-Syarhul Mumti ala Zaadil Mustaqni 4/86) Kota Nabi shallallahu alaihi wa sallam, 09 Dzul Qo'dah 1431 H / 17 Oktober 2010 M Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja Artikel: www.firanda.com [http://www.ebookislamgratis.wordpress.com] Page 9