Judul Tulisan : Antara Ekspektasi dan Realita: Kontroversi Pemberian Suplemen Akademis Pada Anak Usia Dini

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

BAB V PENUTUP. Penelitian yang berjudul Kemampuan Berbicara Argumentatif Anak

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan kognitif. Kemampuan intelektual ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan berkualitas agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak orang yang mengatakan masa remaja adalah masa yang paling

BAB I PENDAHULUAN. tidak dekat dengan ustadzah. Dengan kriteria sebagai berikut dari 100

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha!7

PENGASUHAN POSITIF. Hj. Fitriani F. S., MSi. Psikolog. Disampaikan pada Parenting TKIT Teratai Hijau Kota Depok, 17 Desember 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

POLA PENGASUHAN DAN GANGGUAN KEPRIBADIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kondisi kesejahteraan sebuah bangsa. kepada anak-anaknya. Namun seiring perkembangan zaman dan kehidupan yang

TINJAUAN MATA KULIAH... MODUL 1: PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL PADA ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH YANG DITERAPKAN ORANG TUA DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HETEROSEKSEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

AUTHORITATIVE PARENTING PRACTICES DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI DI BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

Deskripsi Mata Kuliah Psikologi Perkemb 1: Psikologi perkembangan menjabarkan tentang perkembangan manusia, meliputi perkembangan fisik, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS. Eddi Artanti Puji Lestari L.A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena tujuan pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan fisik dan alat reproduksi menjadi sempurna. terlibat konflik dengan orang tua karena perbedaan pandangan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kejayaan suatu bangsa di dunia ditentukan oleh pembangunan di bidang

LAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan

POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA DAN EFIKASI DIRI DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN KARIR PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

KOMPONEN SILABUS DAN SAP IDENTITAS DAN DESKRIPSI MATA KULIAH PSIKOLOGI UMUM (S2)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Narkotika Nasional, sebagian besar korban penyalah gunaan narkoba. remaja berusia dibawah 20 tahun. (Rahman, 2008: 71).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tiang utama dalam mengatur segala hal yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah bagi orangtua. Namun, anak juga. bisa menjadi cobaan bagi orangtua. Sebagaimana dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

Transkripsi:

Nama : Nadia Anindita Vandari NPM : 1406564540 Mata Kuliah Kelas : Penulisan Ilmiah : B Semester : 1 Tahun Akademik : 2014/2015 Judul Tulisan : Antara Ekspektasi dan Realita: Kontroversi Pemberian Suplemen Akademis Pada Anak Usia Dini Premis Utama : Pemberian suplemen akademis yang berlebihan sejak usia dini dapat berefek buruk bagi perkembangan mental dan sosioemosional anak serta bagi keturunannya di masa depan. John C. Maxwell mengatakan, change is inevitable. Segala hal di dunia ini mengalami perubahan dan perubahan itu tidak dapat kita cegah. Tren gaya hidup dan pengasuhan anak pun tidak terhindar dari perubahan. Orang tua di zaman sekarang jauh lebih memperhatikan pendidikan dan perkembangan anak-anaknya sejak usia dini dibandingkan dengan orang tua dari generasi sebelumnya (King, 2013). Beberapa minggu yang lalu sebuah pesan berantai terkait hal ini tersebar di berbagai media sosial. Pesan itu bercerita tentang seorang anak berusia enam tahun yang mengalami gangguan jiwa karena tertekan oleh berbagai les tambahan yang diikutinya atas perintah ibunya. Di akhir pesan, terdapat sebuah himbauan bagi para orang tua untuk tetap memperhatikan tahapan perkembangan anak serta untuk tidak mengeksploitasi anak-anaknya demi ambisi orang tua. Terlepas dari kontroversi tentang kebenaran cerita pada pesan tersebut, sebuah pertanyaan besar timbul. Salahkah perilaku orang tua zaman sekarang yang memberikan anaknya berbagai suplemen akademis (les / kursus tambahan) sejak dini? Apa yang terbentuk pada anak-anak pada usia dini biasanya akan mempengaruhi kehidupannya hingga ia dewasa (King, 2013; Taylor, Clayton, & Rowley, 2004), sehingga hal ini perlu diperhatikan oleh para orang tua. Pemberian suplemen

akademis yang berlebihan sejak usia dini dapat berefek buruk bagi perkembangan mental dan sosioemosional anak serta bagi keturunannya di masa depan. Efek negatif pertama yang dapat timbul adalah hilangnya motivasi belajar pada anak. Menurut Seto (1997, dalam Hyoscyamina, 2011), orang tua sebaiknya menanamkan arti belajar pada anak sejak dini agar di masa depan anak termotivasi untuk belajar, namun cara yang dilakukan dalam penanaman arti belajar ini harus mempertimbangkan berbagai hal, seperti kebutuhan, kemampuan, gaya, serta tahapan perkembangan anak. Jika mengambil contoh dari cerita sebelumnya, anak tersebut berusia enam tahun sehingga ia sedang berada pada masa transisi dari tahap pra-sekolah menuju tahap pendidikan dasar. Di satu sisi ia memang harus mulai mengarahkan energinya untuk mempelajari banyak hal dan mengembangkan intelegensinya (Erikson, 1968 dalam King, 2013), namun di sisi lain dunianya masih dunia kanak-kanak yang mencintai permainan. Jika anak pada usia ini waktunya dipenuhi dengan berbagai macam les tambahan, ia akan merasa kehilangan waktu untuk bermain dan lambat laun menjadi jenuh (Hyoscyamina, 2011). Kejenuhan ini akan menurunkan motivasi belajar anak yang berakibat pada menurunnya prestasi akademis (dan juga sebaliknya). Dengan demikian, tujuan penanaman arti belajar yang dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi belajar tidak akan tercapai, bahkan berbalik menjadi menurunkan motivasi belajar anak. Selain motivasi yang turun, anak juga akan memiliki skema yang negatif tentang sekolah. Pembentukan skema ini sangat dipengaruhi oleh sikap dan tingkah laku orang tua terhadap anak mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sekolah (Taylor, Clayton, & Rowley, 2004). Orang tua yang memberikan suplemen akademis secara berlebihan akan membuat anak menjadi jenuh. Kejenuhan ini mengakibatkan anak memandang dan mengingat sekolah sebagai suatu hal yang negatif. Dengan memiliki skema yang negatif mengenai sekolah, anak juga akan mengembangkan emosi yang negatif terhadap hal-hal yang berhubungan dengan sekolah. Emosi yang negatif ini dapat berujung pada pembentukan tingkah laku negatif di sekolah. Efek negatif dari pemberian suplemen akademis secara berlebihan tidak hanya mempengaruhi kehidupan masa sekolah anak, namun juga kehidupan masa depannya. Skema negatif tentang sekolah yang terbentuk saat ia kanak-kanak tersimpan di memori jangka panjangnya dan terbawa hingga ia dewasa dan berkeluarga. Si anak kelak akan memiliki anaknya sendiri dan mengasuh serta membesarkannya. Ketika anaknya memasuki masa pra-

sekolah, memori-memori masa kecilnya akan teraktivasi dan mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya dalam mendidik anaknya (Taylor, Clayton, & Rowley, 2004). Memori dan skema yang teraktivasi kembali ini akan mempengaruhi bagaimana ia mengenalkan dan menanamkan arti belajar pada anaknya. Jika memori dan skema yang teraktivasi bersifat negatif, maka apa yang ditanamkan kepada anaknya akan cenderung negatif pula, sehingga skema anaknya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sekolah akan menjadi negatif. Jika dibiarkan, hal ini dapat berlanjut dari generasi ke generasi, mengakibatkan penyebaran skema negatif mengenai sekolah. Bagaimanapun juga, terdapat beberapa pendapat yang menganggap pemberian suplemen akademis pada anak usia dini sebagai hal yang positif. Mereka yang memiliki pandangan ini beranggapan bahwa pemberian suplemen akademis merupakan perwujudan dari ekspektasi orang tua terhadap prestasi anak. Orang tua tentu menginginkan anaknya untuk memiliki prestasi yang baik di sekolah, sehingga anaknya diikutkan dengan berbagai les tambahan untuk menunjang prestasi akademisnya. Ekspektasi tinggi orang tua mengenai prestasi akademis anak memang merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kesuksesan anak di sekolah (Taylor, Clayton, & Rowley, 2004). Walaupun demikian, ekspektasi yang tinggi semata tidak cukup untuk membawa anak pada kesuksesan di sekolah. Ekspektasi ini juga harus dibarengi oleh daya tanggap orang tua yang tinggi. Dengan kata lain, orang tua tidak hanya mengharapkan anaknya untuk menjadi berprestasi tanpa memperhatikan pendapat, kebutuhan, dan keinginan anak. Sebaliknya, orang tua harus bersikap responsif terhadap hal-hal tersebut serta turut membimbing dan mengarahkan anaknya dalam mencapai kesuksesan. Perpaduan antara ekspektasi tinggi dan daya tanggap tinggi pada orang tua disebut sebagai pola asuh otoritatif (authoritative parenting) (Maccoby & Martin, 1983 dalam Steinberg, Lamborn, Dornbusch, & Darling, 1992). Pola asuh ini memenuhi tiga aspek penting yang dipercaya dapat menghasilkan perkembangan psikologis yang sehat serta kesuksesan anak di sekolah, yaitu kehangatan orang tua, kontrol terhadap perilaku anak, serta pola asuh yang demokratis (Steinberg, 1990; Steinberg et al., 1989, 1991, dalam Steinberg, Lamborn, Dornbusch, & Darling, 1992). Di samping itu, pola asuh otoritatif juga membentuk anak menjadi mandiri, bertanggung jawab, serta kompeten secara sosial (King, 2013). Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa terdapat dampak negatif berantai dari pemberian suplemen akademis yang berlebihan pada anak usia dini. Padahal anak-anak di

masa sekarang kelak akan menjadi generasi penerus dan mewarisi dunia ini di masa depan. Oleh karena itu, mereka seharusnya diasuh dan dididik dengan cara yang benar agar siap secara kognitif, mental, dan emosional untuk menghadapi masa depan mereka. Orang tua berekspektasi bahwa pemberian suplemen akademis secara berlebihan dapat membantu anak meraih kesuksesan di sekolah, namun pada kenyataannya cara ini bukan cara yang tepat untuk mendidik anak-anak. Orang tua sebaiknya mengasuh dan mendidik anaknya dengan pola asuh otoritatif yang telah terbukti dapat membawa anak pada kesuksesan di sekolah, membentuk anak yang sehat secara psikologis, serta membentuk karakter yang baik pada anak (King, 2013; Steinberg, Lamborn, Dornbusch, & Darling, 1992; Taylor, Clayton, & Rowley, 2004). DAFTAR PUSTAKA Hyoscyamina, D. E. (2011). Peran keluarga dalam membangun karakter anak. Jurnal Psikologi Undip, 10(2), 144-152. Dipetik November 28, 2014, dari http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/2887/2570 King, L. A. (2013). The science of psychology: An appreciative view. New York: The McGraw-Hill Companies. Steinberg, L., Lamborn, S. D., Dornbusch, S. M., & Darling, N. (1992). Impact of parenting practices on adolescent achievement: Authoritative parenting, school involvement, and encouragement to succeed. Child Development, 63, 1266-1281. doi:10.1111/j.1467-8624.1992.tb01694.x Taylor, L. C., Clayton, J. D., & Rowley, S. J. (2004). Academic socialization: Understanding parental influences on children's school-related development in the early years. Review of General Psychology, 8(3), 163-178. doi:10.1037/1089-2680.8.3.163

OUTLINE Paragraf pembuka: mengapa topik ini penting, premis utama Argumen 1: Menghilangkan motivasi belajar Argumen 2: Membentuk skema negatif tentang sekolah Argumen 3: Mengakibatkan efek negatif yang berantai pada anak keturunannya Argumen yang bertentangan: Sebagai wujud ekspektasi orang tua terhadap prestasi anak Argumen 4 (kontra-argumen yang bertentangan): Ekspektasi tinggi harus dibarengi oleh daya tanggap tinggi pola asuh otoritatif Paragraf penutup: mengulang premis utama, kesimpulan, saran