BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. itu, dikumpulkan sumber-sumber yang berhubungan dengan tema

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB I PENDAHULUAN. cenderung ditulis sebagai fenomena yang tidak penting dengan alasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peran Kyai Ibrahim Tunggul Wulung Dalam Penyebaran Agama Kristen Di Desa

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 1. MANUSIA DAN SEJARAHLatihan Soal 1.3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. teknik serta alat tertentu. (Winarno Surakhmad, 1982; 121).

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Penelitian tentang Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Salatiga Masa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban yang. diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah untuk mengurus,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

III. METODE PENELITIAN. metode historis. Adapun historis menurut Nungroho Notosusanto adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. program indoktrinasi wajib mengenai ideologi negara Pancasila bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini penulis mencoba untuk memaparkan berbagai langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Metode penelitian sangat diperlukan untuk menentukan data dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan dihampir semua bidang membuat masyarakatnya nyaman. Meskipun

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam mengkaji mengenai pandangan yang diperlihatkan oleh surat kabar

BAB III METODE PENELITIAN. Skripsi ini berjudul Perbandingan Pemikiran Musso dan Dipa Nusantara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi historis (historical studies) meneliti peristiwa peristiwa-peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kompetisi di tingkat global yang meletakkan tekanan-tekanannya pada relasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam periode , yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik

METODE PENELITIAN. suatu penelitian, hal ini dikarenakan metode merupakan salah satu faktor yang

III. METODE PENELITIAN. Winarno Surachmad bahwa: Metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini merupakan uraian mengenai metode dan teknik penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

MENJADI PENELITI SEJARAH Oleh: Miftahuddin

BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan Indonesia telah memasuki usia 71 tahun. Pencapaian

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai sumber yang terdapat di berbagai perpustakaan. B. Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian selama bulan Oktober 2011-Januari 2012. C. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode historis. Menurut Kuntowijoyo, (1994:xii), metode sejarah adalah petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis tentang bahan, kritik, interpretasi, dan penyajian sejarah. Jadi metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang akan diteliti (Helius Sjamsuddin, 2007:13). Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi arsip (dokumen), studi pustaka. Data yang diperoleh dikritik, baik secara intern maupun ekstern, sehingga menghasilkan fakta-fakta sejarah. Fakta sejarah menurut Louis Gottschalk, (1986:96) adalah sesuatu unsur-unsur yang dapat dijabarkan secara langsung atau secara tidak langsung dari 32

dokumen-dokumen sejarah dan dianggap kredibel setelah pengujian yang seksama sesuai dengan hukum-hukum metode sejarah. Fakta sejarah tersebut kemudian diinterpretasikan dan disusun dalam bentuk cerita sejarah atau historiografi. Penulisan penelitian ini adalah deskriptif naratif, menurut Sartono Kartodirdjo (1992:4), dalam penulisan sejarah permasalahan inti dari metodologi dalam ilmu sejarah adalah masalah pendekatan (approach), penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan, ialah dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana kita yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkan. Untuk itu penulis nantinya akan menggunakan pendekatan sosial-ekonomi dan politik. Data dapat diperoleh melalui arsip atau dokumen, studi pustaka, dan observasi. D. Data dan Sumber Data Sumber data menurut bahannya dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber tertulis dan sumber tidak tertulis. Sumber sejarah menurut urutan penyampaiannya ini dapat dibedakan menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer berupa Arsip dari Kementrian Penerangan R.I, Arsip Kepolisian Negara tahun 1947-1949, Surat kabar Merdeka bulan Mei-Juli 1948, Majalah Merdeka bulan Juli 1948, Majalah Tenaga bulan Juni 1948, Warta SARBUPRI tahun 1951. Sedangkan sumber sekunder diperoleh dari buku-buku karangan A.H. Nasution, Pramoedya 33

Ananta Toer, Ricklefs, Sartono Kartodirdjo, dan Artikel dari Suyatno dalam Majalah PRISMA. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Dokumen (Arsip dan Surat Kabar) Dokumen dalam bentuk arsip merupakan barang yang sangat berharga di mana arsip merupakan sumber primer dalam suatu penelitian sejarah. Dokumen atau arsip merupakan saksi dari peristiwa masa lampau yang dibuat oleh pemerintah sehingga arsip juga disebut sebagai dokumen pemerintah yang sangat dipercaya kebenarannya. (Sartono Kartodirdjo dalam Koentjaraningrat 1997:56). Sumber data dalam penelitian ini berupa arsip-arsip dari Kementrian Penerangan R.I, Arsip Kepolisian Negara tahun 1947-1949 yang diperoleh di kantor Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Jakarta. Sedangkan surat kabar yang didapat adalah surat kabar yang sejaman yaitu harian Merdeka terbitan bulan Mei-Juli tahun 1948 surat kabar ini berposisi netral tidak mendukung ke salah satu partai politik pada masa itu. Untuk majalah yang diperoleh yaitu majalah Merdeka tahun 1948, majalah Tenaga Suara Buruh Perkebunan tahun 1948, majalah Warta Sarbupri terbitan 1951 majalah ini merupakan majalah resmi terbitan Sarbupri di mana isi beritanya lebih banyak condong kepada perjuangan kaum buruh perkebunan dan SOBSI yang mana kedua organisasi ini merupakan kekuatan sayap kiri dari pemerintahan waktu 34

itu, karena isinya masih mengupas tentang gerakan buruh Delanggu maka masih bisa digunakan sebagai sumber primer. Surat kabar dan majalah ini diperoleh di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (P.N.R.I) Jakarta. Data sekunder berupa buku yang relevan, didapatkan dari Perpustakaan Pusat Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga, Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya dan Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Perpustakaan Pusat Universitas Islam (UII) Yogyakarta. Perpustakaan Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta. 2. Studi Pustaka Dalam usaha mengumpulkan data melalui teknik studi pustaka, peneliti melakukan pencatatan isi atau memfotokopi data yang diperoleh yaitu arsip, buku-buku, majalah, dan surat kabar yang memuat tentang permasalahan yang diteliti sehingga data yang dibutuhkan dapat terkumpul. F. Analisis Data Dalam proses analisa data, teknik yang digunakan adalah diskriptif analitik. Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis apakah data tersebut sesuai dengan tema penelitian atau tidak dan dideskripsikan. 35

G. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian dengan metode sejarah (historical method), langkah-langkah yang penulis lakukan yaitu: 1. Heuristik Langkah awal dalam metodologi penelitian sejarah ini adalah heruistik (heuristic) merupakan sebuah kegiatan pencarian-sumbersumber untuk mendapatkan data-data atau materi-materi sejarah atau evidensi (bukti) sejarah. (Helius Sjamsuddin, 2007:86) Dalam menemukan sumber-sumber sejarah, peneliti melakukan pencarian ke berbagai perpustakaan dan museum serta ke kantor arsip. Pencarian sumber primer dalam bentuk arsip menggunakan sistem komputer setelah diketemukan baru peneliti mencatat nomor arsip dan diserahkan kepada petugas arsip. Pencarian sumber dalam bentuk surat kabar di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia diperoleh surat kabar Merdeka, majalah Warta Sarbupri, majalah Mimbar Indonesia. Di Perpustakaan Daerah Yogyakarta terdapat surat kabar Kedaulatan Rakyat terbitan tahun 1948 sudah ada yang dibuat file di dalam komputer dan ada yang belum, apabila surat kabar yang sudah dibuat dalam bentuk file peneliti tinggal mencari sumber tersebut di komputer sesuai dengan tema penelitian. Akan tetapi apabila surat kabar yang belum dibuat file maka peneliti diperbolehkan untuk 36

mencatat atau memotret bagian dari surat kabar yang diperlukan. Perlakuan berbeda di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di mana surat kabar tidak boleh difoto akan tetapi difotokopi sehingga surat kabar yang ukurannya lebar dipaksa untuk bisa difotokopi sehingga sumber surat kabar tersebut akan lebih cepat rusak. Pencarian sumber sekunder dalam bentuk buku-buku yang relevan dengan tema penelitian, peneliti melakukan pencarian ke perpustakaan daerah maupun ke perpustakaan universitas di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Pencarian buku-buku di perpustakaan daerah maupun di perpustakaan universitas sudah menggunakan sistem komputerisasi jadi dalam pencarian sumber buku peneliti tinggal mengetik judul buku atau nama pengarang di komputer. Setelah nomor buku ditemukan maka peneliti mencatat nomor buku tersebut kemudian mencari di lokasi buku itu disimpan. Apabila buku tersebut sesuai dengan tema penelitian, peneliti boleh memfotokopi pada bagian buku yang diperlukan dengan seijin petugas perpustakaan. 2. Kritik Sumber Kritik sumber dilakukan setelah semua data-data sejarah terkumpul, data-data tersebut harus diverifikasi atau dikritik agar peneliti memperoleh keabsahan sumber atau keaslian sumber. Tujuan dilakukan kritik sumber adalah seorang sejarawan atau peneliti tidak serta merta menerima begitu saja sumber yang sudah didapatkan akan tetapi sumber tersebut disaring secara kritis, terutama 37

sumber-sumber pertama, agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya (Helius Sjamsuddin, 2007:131) Dalam penelitian ini dilakukan kritik sumber, yaitu: a. Kritik Ekstern Dalam penelitian ini kritik ekstern dilakukan dengan melihat tanggal, bulan, tahun, bahan dokumen (kertas yang digunakan), apakah bahan itu asli atau turunan (salinan atau fotokopi) serta siapa pengarang sumber tersebut dengan mengidentifikasi sikap serta latar belakang pendidikan dari pengarang. b. Kritik intern Kritik internal menekankan aspek dalam yaitu isi dari sumber yaitu kesaksian (testimony). (Helius Sjamsuddin, 2007:143). Setelah kesaksian-kesaksian itu ditemukan kemudian dikritik oleh peneliti atau sejarawan. Kritik intern dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan sumber yang satu dengan sumber yang lain sehingga didapatkan fakta sejarah yang benar-benar relevan dengan tema penelitian. Jadi kritik intern bertujuan untuk menguji kredibilitas data dari berbagai sumber sejarah, apakah isi, fakta, dan ceritanya dapat dipercaya dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. 38

3. Interpretasi Interpretasi adalah menafsirkan sumber-sumber sejarah yang sudah didapat dan diperoleh oleh peneliti. Dalam penelitian ini dilakukan dengan menafsirkan dan menetapkan makna serta hubungan dari fakta-fakta yang ada. Fakta-fakta yang telah diseleksi tersebut dihubungkan satu sama lain sehingga muncul fakta yang relevan yang akan menjadi suatu kisah sejarah. 4. Historiografi Historiografi merupakan langkah terakhir dari penelitian, ini merupakan langkah menulis jejak-jejak sejarah yang telah dikumpulkan, dianalisis dan ditafsirkan sehingga tersusun sebuah karya sejarah. Historiografi merupakan karya sejarah dari hasil penelitian yang dipaparkan menggunakan bahasa ilmiah untuk menjelaskan hak-hal yang telah diketemukan. Jadi historiografi merupakan gaya penulisan peneliti untuk menyusun fakta sejarah menjadi suatu cerita sejarah yang menarik dan dapat dipercaya kebenarannya. 39

H. Kerangka Berfikir Perkebunan Kapas Faktorfaktor: Sosial Ekonomi, Politik Masyumi Pemilik Tanah (Petani Kaya) Pabrik Karung Delanggu Permasalahan di Pabrik Karung Delanggu Buruh Staff Pabrik Buruh perkebunan /petani kebun Perkebunan Rosella P.K.I dan Organisasi buruh yang berafiliasi dengan PKI Perbedaan Upah dan Jaminan Sosial Ditentang oleh pemilik tanah Gerakan buruh dan tani dengan cara aksi protes pemogokan kerja Penyelesaian (Akhir dari Gerakan Buruh) Didukung oleh PKI, F.D.R, SOBSI,Sar bupri Penjelasan Singkat: Perkebunan kapas dan perkebunan rosella yang ada di daerah Delanggu dan sekitarnya merupakan aset berharga dari pabrik karung Delanggu. Tanaman rosella merupakan bahan untuk membuat karung goni. Pabrik karung Delanggu menyewa tanah-tanah pertanian dari para pemilik tanah atau tuan tanah di mana pemlik tanah tersebut merupakan petani-petani kaya di daerah tersebut. Sistem penyewaan tanah dengan sistem bagi hasil atau maro dengan kesepakatan yang telah dibuat. Sistem maro ini menguntungkan para petani kaya sedangkan para 40

buruh perkebunan atau buruh lapangan atau buruh tani tidak juga mengalami perbaikan upah. Perbedaan fasilitas yang diterima antara buruh staff pabrik dengan buruh yang bekerja di perkebunan sangat berbeda, hal inilah yang menyebabkan ketidakpuasan para buruh. Kesenjangan upah dan jaminan sosial antar mereka menyebabkan timbul aksi-aksi gerakan para buruh untuk melakukan protes terhadap majikan (pemilik pabrik). Permasalahan yang terjadi di Delanggu digunakan oleh PKI untuk mempengaruhi para buruh untuk melawan para penguasa dalam hal ini pengelola pabrik dan para petani kaya. Paham komunis yang memperjuangkan persamaan kelas sosial membuat para buruh banyak yang condong ke PKI, hal ini dikarenakan para buruh sangat mudah dihasut dan dipengaruhi oleh paham komunis di mana PKI memperjuangkan nasib para buruh. PKI menggunakan alat perjuangan serikat buruh untuk menggerakkan massa buruh baik buruh pabrik maupun buruh perkebunan untuk melakukan protes untuk perbaikan nasib mereka. Gerakan aksi protes mogok menyebabkan kerugian bagi pengusaha. Dampak pemogokkan juga dirasakan oleh para tuan tanah yang mayoritas petani kaya yang tergabung dalam Masyumi. Partai Masyumi menentang aksi pemogokan yang dilakukan oleh para buruh karena dengan pemogokan tersebut tanah-tanah mereka menjadi terganggu penggarapannya. Pertentangan politik antara PKI dan Masyumi terjadi karena antara kaum abangan yang diwakili oleh para buruh pabrik dan buruh perkebunan semakin mempermudah PKI memasukan paham komunis, sedangkan Masyumi yang 41

mayoritas kaum santri sangat susah dipengaruhi oleh PKI. Faktor-faktor inilah yang mendorong konflik ditingkat lokal bisa berakibat ke tingkat nasional. Penyelesaian aksi protes pemogokan melibatkan banyak pihak antara lain Sarbupri (Sarikat Buruh Perkebunan Republik Indonesia), Badan Tekstil Negara (B.T.N), dan Lembaga Buruh dan Tani (L.B.T). Ketiga perangkat inilah yang melakukan perundingan-perundingan untuk menyelesaikan permasalahan yang di daerah Delanggu dengan bantuan juru pendamai dari Pemerintah. 42