BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK MELALUI METODE GLAN DOMAN PADA ANAK KELOMPOK B DI TK ABA BUGISAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Usia Anak UsiaDini

BAB I PENDAHULUAN. paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Maka tepatlah bila

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat menemukan potensi tersebut. Seorang anak dari lahir memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari learning disability. Learning

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan anak usia dini. Di dalam undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun. bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak usia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan golden age yaitu usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan

Mengenalkan Konsep Huruf Dengan Metode Permainan Kartu Huruf Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

PENERAPAN PEMBELAJARAN MEMBACA DENGAN PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK SATU ATAP MARDI PUTRA I WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan sebuah proses yang kompleks, dimana setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berperan penting bagi manusia adalah pendidikan yang

PENGARUH METODE SENSORI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR DI KELOMPOK B TK PERTIWI MOJAYAN I KLATEN TENGAH TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asni Asyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengingat, berpikir, bahasa, sosial emosional dan fisik, sehingga dalam kegiatan

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK dan RA, 2004: 2). Suyanto (2005: 1)

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. 0-6 tahun yang masih memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak

Siti Wulandari Pembimbing: Drs. M. Nur Salim, M.Si NIP Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan sebagai pengubahan sikap dan tingkah laku

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Generasi masa depan suatu bangsa bisa dilihat dari kualitas anak-anak saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada di masa keemasan the golden age, yaitu masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada materi yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Strandar

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. dari orang tua, guru, dan orang dewasa lainya yang ada disekitarnya. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak Usia Dini masih menjadi pro dan kontra, masing-masing punya alasan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuni Juniasih, 2013

METODE MEMBACA SUKU KATA BERPENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA AWAL PADA ANAK KELOMPOK B TK. PERTIWI JUWIRING KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangann berpikir anak-anak usai Taman Kanak-Kanak atau

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

Di susun Oleh: PUJI RAHAYU A

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu aspek

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PERMAINAN TEBAK NAMA DI TK AISYIYAH CABANG BLIMBING POLOKARTO SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini dimulai masa usia 0 6 tahun. Masa ini

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk anak sekolah dan harus dikuasai pada masa awal sekolah. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003). Dari bagian-bagian itu tidak

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

Transkripsi:

BAB I 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental. Tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah usia emas (golden age), di mana anak sangat berpotensi mempelajari banyak hal dengan cepat. Penyelenggaraan sekolah Taman Kanak kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA) menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004 berfokus pada peletakan dasar dasar pengembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Maka sebaiknya pendidikan Taman Kanak kanak (TK) janganlah dianggap sebagai pelengkap saja, karena kedudukannya sama penting dengan pendidikan yang diberikan jauh di atasnya. Pentingnya mengenyam pendidikan TK juga ditunjukkan melalui hasil penelitian terhadap anak anak dari golongan ekonomi lemah yang diketahui kurang memperoleh rangsangan mental selama masa prasekolah, ternyata pendidikan selama 10 tahun berikutnya tidak memberi hasil yang memuaskan (Adiningsih, 2001:28). Beberapa tahun belakangan ini pun, banyak sekolah dasar, terutama sekolah dasar favorit yang memberikan beberapa persyaratan masuk pada calon siswanya. Sekolah ini mengadakan tes psikologi dan mensyaratkan anak sudah harus bisa membaca (Andriani, 2005:1). 1

2 Banyak orangtua meyakini bahwa sebelum masuk sekolah dasar, putra- putrinya harus menguasai keterampilan tertentu. Akhirnya mereka merasa pendidikan TK merupakan suatu prasyarat masuk sekolah dasar. Di satu sisi, membaca bukanlah tujuan yang sebenarnya dari penyelenggaraan pendidikan TK, namun di sisi lain hal ini justru menambah daftar alasan mengapa belajar membaca sejak TK itu penting. Corak pendidikan yang diberikan di TK menekankan pada esensi bermain bagi anak anak, dengan memberikan metode yang sebagian besar menggunakan sistem bermain sambil belajar. Materi yang diberikan pun bervariasi, termasuk menjadikan anak siap belajar (ready to learn), yaitu siap belajar berhitung, membaca, dan menulis.. Mempersiapkan anak untuk belajar di usia ini diharapkan dapat memberi hasil yang baik. Berkaitan dengan hal tersebut (Musfiroh, 2005:82) menyatakan bahwa: Pada usia ini anak mulai menguasai bahasa secara sistematis,mampu bermain simbolis, dan mampu melakukan imitasi tunda, serta menimbulkan bayangan dalam mentalnya.meskipun demikian, anak usia ini masih memiliki pola pikir yang egosentris.belum mampu mengambil perspektif orang lain. Cara berpikir mereka masih memusat, belum multidimensional. Doman dan Doman (2005:13) juga mendukung pernyataan ini, karena menurutnya waktu terbaik untuk belajar membaca kira kira bersamaan waktunya dengan anak belajar bicara, dan masa peka belajar anak terjadi pada rentang usia 3 hingga 5 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengajaran membaca (baik itu sebatas pengenalan huruf atau suku kata) sejak usia Taman Kanak kanak atau bahkan sejak usia 3 tahun bukanlah sesuatu yang aneh atau tidak boleh dilakukan, karena yang terpenting adalah pengemasan materi serta metode yang digunakan.

3 Membaca merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat (life long learning). Glenn juga berpendapat bahwa balita bisa menyerap informasi secara luar biasa. Semakin muda umur seorang anak, maka semakin besar daya serapnya terhadap informasi baru yang ada di inderanya (Hariyanto, 2005:31). Mengajarkan membaca pada anak berarti memberi anak tersebut sebuah masa depan, yaitu memberi teknik bagaimana cara mengekplorasi dunia mana pun yang dia pilih dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan tujuan hidupnya. Pada tahun 1994, Neil Harvey dalam bukunya Kids Who Start Ahead, Stay Ahead melaporkan apa yang terjadi pada 314 anak usia prasekolah (0 4 tahun) yang telah diajarkan membaca, matematika, kegiatan fisik, aktivitas sosial, dan berbagai pengetahuan umum lainnya. Hampir 35% dari anak anak ini, di sekolah dikategorikan sebagai anak berbakat yang unggul dengan sangat meyakinkan dalam berbagai bidang (Doman dan Doman, 2005:51). Penelitian di negara maju pun menunjukkan sebaliknya, bahwa lebih dari10% murid sekolah mengalami kesulitan membaca, yang kemudian menjadi penyebab utama kegagalan di sekolah (Yusuf, 2003:69). Melihat dampak yang akan dihasilkan dari kegagalan pengajaran membaca, dirasakan bahwa kemampuan membaca perlu dirangsang sejak dini. Namun, membaca bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam membaca. Secara umum, faktor faktor tersebut datang dari guru, anak, kondisi lingkungan, materi pelajaran, serta metode pelajaran. Faktor faktor tersebut terkait dengan jalannya proses belajar membaca, dan jika kurang diperhatikan hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan membaca pada anak.

4 Anak harus menggunakan pendekatan visual, suara, dan linguistik untuk bisa belajar membaca dengan fasih. Kemampuan membaca anak tergantung pada kemampuan dalam memahami hubungan antara wicara, bunyi, dan simbol yang diminta (Grainger, 2003:174). Kemampuan memetakan bunyi ke dalam simbol juga akan menentukan kemampuan anak dalam menulis dan mengeja. Dengan memperhatikan kemampuan yang dibutuhkan anak dalam belajar membaca, selanjutnya diperlukan kerjasama komponen komponen lain dalam proses membaca. Guru atau orangtua dapat membimbing anak lebih baik, dan mempersiapkan materi serta metode yang tepat untuk memberi pengajaran membaca pada anak. NAEYC (National Association for the Education of Young Children) memberikan rekomendasi bentuk dan metode pengajaran membaca pada anak Taman Kanak kanak, yaitu berupa bentuk praktek yang cocok dan tidak cocok untuk dikembangkan dalam pendidikan masa awal anak-anak yang berkaitan dengan perkembangan bahasa dan melek huruf. Beberapa praktek yang masih sering ditemui dalam pelajaran membaca dan menulis, adalah mengenal huruf-huruf tunggal, membaca alfabet, menyanyikan nyanyian alfabet, membentuk huruf di atas garis yang sudah ditentukan sebelumnya, atau menyuruh anak mengoreksi bentuk huruf di atas garis yang sudah dicetak merupakan contoh praktek yang tidak cocok diterapkan karena menekankan perkembangan keterampilan secara terpisah (Santrock, 2002:245). Senada dengan hal tersebut di atas, apapun metode yang digunakan sebaiknya memperhatikan kebutuhan dan gaya belajar anak (Musfiroh, 2005:83). Perkembangan bahasa anak usia 4 tahun diantaranya: memperluas kosa kata dari 4000 menjadi 6000 kata, memperlihatkan perhatian pada kata-kata abstrak,

5 mengekspresikan emosi melalui gerak air muka dan membaca isyarat tubuh orang lain, serta meniru tingkah laku anak yang lebih dewasa, mempelajari kata- kata baru dengan cepat jika berkaitan dengan pengalamannya sendiri. Anggapan jika anak belajar menulis dengan mengikuti titik titik yang sudah dibuat guru, anak tidak mengerti apa yang ia tulis. Hal ini merupakan bentuk praktek pendidikan yang tidak patut, berpedoman pada teori Developmentally Appropriate Practices (DAP). DAP juga menyarankan praktek pendidikan yang patut untuk anak Taman Kanak Kanak, yaitu dengan membiarkan anak bereksplorasi sendiri, mencoba menulis huruf atau kata yang ia inginkan dan guru hanya memberi contoh bila perlu. Selain rekomendasi dari NAEYC (National Association for the Education of Young Children) dan aplikasi DAP (Developmentally Appropriate Practices), praktik pengajaran membaca yang cocok untuk anak usia dini adalah yang memperhatikan perbedaan tingkat kemampuan anak dan tipe pembelajaran pada tiap anak. Suatu metode belajar belum tentu efektif untuk semua anak karena setiap anak mempunyai cara sendiri untuk belajar. Ada anak yang memiliki tipe belajar visual learners, auditory learners, kinesthetic learners, atau kombinasi. Tidak ada metode khusus untuk mempercepat kemampuan membaca anak prasekolah, namun sebaiknya apapun metode yang digunakan sebaiknya memperhatikan kebutuhan dan gaya belajar anak.selain metode yang tepat juga harus didukung dengan adanya media yang tepat. Dalam usaha ini Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling kongkrit ke paling abstrak dikenal dengan kerucut pengalaman cone of experience (Abidin, 2009:7). Kepala TK Aisyiyah 01 Mojayan Klaten juga menyatakan bahwa kelemahan dari KBK antara lain adalah ketersediaan alat peraga. Kesepuluh area kegiatan dalam

6 KBK memerlukan alat peraga yang jumlahnya juga harus disesuaikan dengan jumlah anak dalam kelas, sementara berdasarkan hasil observasi dan wawancara, alat yang tersedia saat ini sangat jauh dari cukup. Kondisi ini juga yang menjadi masalah bagi guru dalam melakukan proses kegiatan belajar mengajar khususnya dalam hal baca tulis, seiring dengan banyaknya tuntutan dari orang tua siswa yang sangat ambisi anaknya bisa cepat membaca pada usia dini. Guru dituntut untuk berkreasi mengembangkan sendiri suasana belajar di dalam kelas agar tetap menyenangkan bagi anak. Namun demikian kendala tetap saja terjadi, karena banyak anak yang menjadi bosan dan kehilangan konsentrasi terutama dalam hal baca tulis. Problem lain adalah terbatasnya sumber belajar yang ada disekolah juga tidak ditemukannya huruf huruf yang ditempel atau gambar gambar disertai tulisan di bawahnya, yang sebenarnya dapat memberi rangsangan awal bagi anak dalam hal baca dan tulis. Praktek pengajaran baca tulis di dalam kelas juga memuat beberapa kelemahan. Materi dalam buku penunjang lebih banyak menuntut anak untuk belajar menulis dengan menebalkan garis yang sudah ditentukan sebelumnya. Praktek ini jelas tidak sesuai dengan rekomendasi NAEYC maupun teori DAP yang telah dikemukakan di atas. Praktek ini pun justru bertentangan dengan prinsip pembelajaran konstruktivisme dan kontekstual dalam KBK itu sendiri yang mensyaratkan untuk memungkinkan siswa bereksplorasi dan menggali secara lebih dalam kemampuan, potensi, serta keindahan (Akhdinirwanto, 2003). Kurangnya kesempatan siswa dalam bereksplorasi dikarenakan ketersediaan alat peraga yang sangat terbatas. Akibatnya, menurut keterangan beberapa orangtua, anak anak lebih mudah menangkap pelajaran membaca yang diberikan di rumah karena alat alat peraga yang disediakan orangtua di rumah. Melihat beberapa sebab di

7 atas maka peneliti berupaya untuk merevisi metode yang telah digunakan sebelumnya di TK Aisyiyah 01 Mojayan Klaten dengan dilandasi sistem pendidikan bagi anak anak yang mengalami kesulitan membaca. Solusinya dengan mengembangkan suatu program remedial membaca yang salah satunya menggunakan metode multisensori. Pendekatan multisensori mendasarkan pada asumsi bahwa anak akan belajar lebih baik jika materi pelajaran disajikan dalam berbagai modalitas. Modalitas yang sering dilibatkan adalah visual (penglihatan), auditory (pendengaran), kinesthetic (gerakan), dan tactile(perabaan), yang sering disebut VAKT. Metode ini merupakan salah satu program remedial membaca untuk anak disleksia, namun dirasakan bahwa beberapa prinsip dalam metode ini dapat diterapkan, dan diharapkan mampu mengatasi beberapa kendala penerapan metode membaca dalam KBK di sekolah formal. Proses membaca melibatkan ketrampilan diskriminasi visual dan suara, proses perhatian, dan memori. Anak disleksia pada umumnya memiliki kelemahan umum dalam kapasitas memori jangka pendek, karenanya metode multisensori dirancang secara remedial sehingga memungkinkan mereka mendapatkan latihan yang cukup dalam mengingat memori memori verbal. Jika diterapkan pada anak anak normal, proses remedial juga akan mengasah kemampuan anak dalam membaca dengan memperbanyak latihan sehingga kata yang baru lebih cepat dikuasai baik dari segi penulisan (ortografis) maupun pengucapan (fonemis). Metode multisensori menekankan pengajaran membaca melalui prinsip VAKT, dengan melibatkan beberapa modalitas alat indera. Dengan melibatkan diharapkan mampu memberikan beberapa modalitas alat indera, proses belajar hasil yang sama bagi anak anak dengan tipe pembelajaran yang berbeda beda. Pendekatan yang sesuai dengan tipe pembelajaran

8 anak akan memberi lebih banyak kesempatan bagi anak untuk menggali kemampuan dan potensinya, sesuai prinsip KBK yang saat ini belum diterapkan secara optimal. Prinsip VAKT dalam praktiknya diterapkan dengan menggunakan alat bantu, yang mewakili fungsi dari masing masing alat indera yang ada. Penggunaan berbagai alat bantu sebagai media pembelajaran diharapkan mampu membantu proses belajar. Pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh pengaruh psikologis pada siswa. Media akan dapat menarik minat anak dan akhirnya berkonsentrasi untuk belajar dan memahami pelajaran. Berdasarkan uraian di atas, metode multisensori yang umumnya digunakan sebagai program pengajaran membaca untuk anak anak disleksia ini belum diterapkan di sekolah formal. Sementara jika melihat prinsip prinsip penerapannya, metode ini memiliki beberapa kelebihan dalam memperbaiki dan mempercepat proses membaca. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruh metode ini jika diterapkan pada anak anak di sekolah formal, sekaligus memberi anak anak ini kesempatan untuk mengembangkan kemampuan membacanya secara optimal sesuai minat dan usianya. Berdasarkan uraian di atas, ditemukan bahwa metode multisensori yang selama ini digunakan dalam pengajaran membaca anak-anak disleksia memiliki beberapa prinsip yang memperhatikan kemampuan dan gaya belajar anak. Metode ini pun mampu membangkitkan minat dan motivasi anak, serta memberi kesempatan bagi anak untuk banyak berlatih membaca. Melihat prinsip prinsip penerapan metode multisensori yang memberi dampak positif pada proses membaca, maka ingin

9 diketahui pengaruhnya terhadap kemampuan membaca pada anak anak di taman kanak kanak. B. Batasan Masalah Objek penelitian ini dibatasi pada pengembangan kemampuan membaca permulaan melalui metode multisensori di kelompok B TK Aisyiyah Mojayan I Klaten C. Rumusan Masalah Apakah melalui metode multisensori dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok B TK Aisyiyah Mojayan I Klaten Tengah Tahun Ajaran 2011/2012? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum a. Meningkatkan kemampuan anak dalam menyusun kata menjadi kalimat b. Menambah perbendaharaan kosa kata bagi anak c. Meningkatkan kelancaran membaca bagi anak d. Meningkatkan pemahaman anak tentang kalimat dengan benar 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak usia dini melalui metode multisensori pada anak TK Aisyiyah Mojayan 01 Kecamatan Klaten Tengah Kelompok B tahun ajaran 2011/2012.

10 E. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat: a. Dapat menambah teori tentang membaca permulaan b. Memberi sumbangan referensi di bidang psikologi perkembangan, terutama perkembangan pada masa awal anak-anak c. Memberi sumbangan referensi di bidang psikologi pendidikan, terutama bagi pendidikan anak usia dini 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat : a. Menambah pengalaman guru dalam pembelajaran untuk meningkatkan membaca permulaan. b. Dapat menjadi acuan untuk kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis. c. Memudahkan guru untuk meningkatkan membaca permulaan pada anak. d. Sebagai rujukan guru untuk laporan pada orang tua siswa. e. Mempermudah anak untuk meningkatkan kemampuan membaca sejak dini f. Mempermudah anak dalam menghafal dan memahami kalimat serta kosa kata baru

11