BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman Nicotiana

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB 1 PENDAHULUAN. mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUAN. 1,3 milyar. Dari jumlah ini, sekitar 80% nya berada di negara-negara dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1


1. PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan kembali menaikkan harga cukai untuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat masih sulit untuk dihentikan (Imasar, 2008 cit Puryanto,

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Setianyar (2016) mengungkapkan bahwa merokok akan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Di tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-4

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan ketergantungan yang menjerat konsumennya tanpa pandang status sosial ekonomi penggunanya. Konsumen rokok dan produk tembakau lainnya terkadang tidak lagi mempunyai pilihan untuk menentukan apakah merokok atau menunda rokoknya demi memenuhi kebutuhan yang lebih mendesak seperti makan bagi keluarganya. Akibat ketergantungan pada rokok dan produk tembakau lainnya, mengakibatkan kebutuhan asupan makanan bergizi bagi anak balita dan jaminan kesehatan dalam keluarga miskin seringkali dikorbankan. Konsumsi rokok dan konsumsi produk tembakau lainnya telah menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya pengendalian konsumsi tembakau telah dilakukan secara bertahap dan terintegrasi melibatkan berbagai sektor pemerintah dan non pemerintah. Merokok sudah menjadi salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Di beberapa daerah terdapat kaum perempuan yang mengkonsumsi tembakau yang biasa kita kenal dengan istilah menyirih. Kebiasaan tersebut berlaku bagi masyarakat kelas ekonomi bawah dan kelas ekonomi atas. Indonesia termasuk dalam 5 negara dengan konsumsi rokok terbesar di dunia pada tahun 2009, yaitu pada urutan keempat setelah China, USA dan Rusia. Jumlah batang rokok yang dikonsumsi di Indonesia cenderung meningkat dari 215 miliar batang pada tahun 1998 (Mackay dan Michael, 2002) menjadi 260,8 miliar batang pada tahun 2009 (Eriksen et al., 2012). Konsumsi rokok di Indonesia 1

2 dalam kurun waktu sebelas tahun (1998-2009) meningkat dengan cukup tinggi yaitu sebesar 1,2 kali lipat. Dengan kata lain, setiap tahun terjadi peningkatan konsumsi rokok di Indonesia sebesar 4,164 miliar batang. TCSC-IAKMI (2012), dalam Bunga Rampai Fakta Tembakau dan Permasalahannya di Indonesia Tahun 2012, menjelaskan bahwa sekitar 10 batang rokok per hari merupakan angka rata-rata yang cukup tinggi untuk memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dan ekonomi. Apabila kita misalkan harga rokok per batangnya adalah Rp500 maka perokok akan mengeluarkan biaya sekitar Rp5000 per hari atau Rp150.000 per bulan hanya untuk membeli rokok saja. Sementara itu beban biaya yang berkaitan dengan penyakit yang diakibatkan oleh rokok seperti gangguan pernafasan dan paru-paru akan lebih mahal dari yang sudah dibelanjakan untuk rokok, bukan hanya dari biaya pengobatan tetapi juga biaya hilangnya hari atau waktu produktivitas kerja untuk usia pekerja. Tren pengeluaran untuk tembakau diantara orang-orang miskin di beberapa negara berkembang sangat mengkhawatirkan. Di Indonesia, misalnya, pengeluaran tembakau memiliki pertumbuhan yang cukup cepat pada kelompok masyarakat miskin. Pada tahun 1981, kelompok berpenghasilan terendah menghabiskan Rp210 per kapita untuk tembakau, 9% dari total pengeluaran mereka. Hal ini naik menjadi Rp1.278 atau 15% dari total pengeluaran pada tahun 1996 (estimasi World Bank dengan menggunakan statistik yang diterbitkan oleh BPS). Dibutuhkan upaya yang lebih besar untuk mengurangi penggunaan tembakau di kalangan masyarakat miskin (de Beyer et al., 2001). Dalam sebuah publikasi WHO tahun 2004 bertajuk Tobacco and Poverty: A Vicious Cycle dikatakan bahwa ada beberapa cara di mana tembakau

3 meningkatkan kemiskinan di tingkat individu, rumah tangga dan tingkat nasional. Pada tingkat individu dan rumah tangga, uang dihabiskan untuk tembakau yang memiliki opportunity cost yang sangat tinggi. Bagi masyarakat miskin, uang dihabiskan untuk tembakau bukan dibelanjakan untuk kebutuhan pokok, seperti makanan, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan. Tembakau juga berkontribusi terhadap kemiskinan individu dan keluarga karena pengguna tembakau memiliki risiko yang lebih tinggi untuk jatuh sakit dan mati muda akibat kanker, serangan jantung, penyakit pernapasan atau penyakit yang berkaitan dengan tembakau lainnya, sehingga merampas pendapatan yang sangat dibutuhkan keluarga dan tambahan biaya perawatan kesehatan yang besar. Efek negatif rokok tidak hanya pada penggunanya saja, asap rokok yang dihembuskan oleh perokok berdampak sama buruknya bagi si bukan perokok, atau orang yang berada disekitarnya dikenal sebagai perokok pasif. Sehingga dapat dibayangkan efek multiplikasi dari sebatang asap rokok yang dihisap oleh perokok yang dihirup oleh orang banyak disekitarnya (Soetjipto, 2012). Rokok merupakan faktor risiko berbagai penyakit, seperti penyakit kardiovaskular, penyakit saluran pernapasan dan kanker paru-paru, saluran pernapasan kronik, ginjal, kanker mulut, tenggorok, lambung, kandung kemih, mulut rahim, dan sumsum tulang (Shinton & Beevers, 1989; Lee & D Alonso, 1993; Doll et al.,1994). Bagi perokok pasif dewasa akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit infeksi paru, bronkitis, jantung koroner, kanker paru-paru, dan kanker payudara (Fontham et al., 1994; Enstrom & Kabat, 2003; WHO, 2007). Wanita yang terpapar asap rokok selama masa kehamilan akan memiliki risiko berat bayi lahir rendah, bayi lahir premature, sindrom kematian mendadak,

4 keterlambatan pertumbuhan bayi dalam kandungan, dan aborsi spontan (Wadi & Al-Sharbatti, 2011; WHO, 2007; Goel et al.,2004). Sementara itu, perokok pasif anak-anak, mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita kejadian berat badan lahir rendah, gangguan pertumbuhan dan perkembangan paru, bronkitis, bronkiolitis, infeksi saluran pernafasan bawah lainya, infeksi rongga telinga, asma, dan sindrom kematian mendadak (Gergen, 2001; WHO, 2007; Jones et al., 2011). Proporsi penduduk umur 15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat pada Riskesdas 2007 (34,2%), Riskesdas 2010 (34,7%), dan Riskesdas 2013 (36,3%) (Balitbangkes, 2013). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, prevalensi penduduk umur 15 tahun ke atas yang merokok tiap hari secara nasional adalah 28,2 persen. Prevalensi perokok tiap hari pada lima provinsi tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Tengah (36,0%), diikuti dengan Kepulauan Riau (33,4%), Sumatera Barat (33,1%), Nusa Tenggara Timur, dan Bengkulu masing-masing 33 persen (Balitbangkes, 2010). Provinsi Sumatera Barat menempati posisi prevalensi ketiga tertinggi di Indonesia. Menurut kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, perokok yang mulai pertama kali merokok pada usia 10-14 tahun yang terbanyak berada di Kabupaten Lima Puluh Kota (25,5%), disusul Kota Padang Panjang (21,5%), dan Kota Payakumbuh (19,5%) (Balitbangkes, 2009). Melihat tingginya angka prevalensi merokok di daerahnya, Pemerintah Kota Payakumbuh telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 15 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Peraturan Daerah Kota Padang Panjang Nomor 8 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok dan Kawasan Tertib Rokok yang dikeluarkan oleh Pemerintah

5 Kota Padang Panjang. Berbeda dengan Kota Payakumbuh dan Kota Padang Panjang, Kabupaten Lima Puluh Kota masih belum memiliki peraturan daerah yang mengatur masalah rokok. Berangkat dari pemikiran betapa besarnya efek negatif rokok terhadap kesehatan dan ekonomi masyarakat yang secara tidak langsung juga akan berpengaruh kepada biaya pendidikan anak serta tingginya tingkat prevalensi merokok di Kabupaten Lima Puluh Kota sebagaimana yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk memilih topik ini dan menganalisisnya lebih jauh dalam suatu penelitian yang berjudul : Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Rumah Tangga di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2013 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan data dari Balitbangkes (2009), persentase perokok di Kabupaten Lima Puluh Kota yang mulai pertama kali merokok pada kelompok usia 10-14 tahun adalah sebesar 25,5%. Dapat dibayangkan bahwa mereka kebanyakan mulai merokok pada usia pendidikan dasar. Rokok sebagai barang adiktif, dimana peningkatan konsumsi di masa lalu akan meningkatkan konsumsi di masa sekarang. Sifat adiktif tersebut akan berimplikasi pada keputusan konsumsi seseorang yaitu konsumen akan dipengaruhi oleh pilihan dia di masa lalu. Dengan kata lain, seorang yang mengkonsumsi barang adiktif, seperti rokok, pastilah pernah mengkonsumsi barang tersebut sebelumnya, sehingga dia akan membutuhkan tingkat konsumsi yang minimal sama dengan masa lalu atau lebih besar untuk memenuhi kecanduannya (Cholupka, 2000).

6 Pemerintah beserta pemerintah daerah melalui berbagai program kebijakan kesehatan dan pendidikan telah berupaya meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan masyarakatnya, namun di sisi lain ada kecenderungan dimana konsumsi rokok pada rumah tangga meningkat sehingga memperburuk kondisi kesehatan mereka dan mengerus sumber ekonomi yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pokok lainnya seperti biaya pendidikan anak serta akan menimbulkan beban biaya yang harus ditanggung negara dan daerah untuk mengobati penyakit yang terkait dengan perilaku merokok. Berdasarkan uraian di atas, penulis sangat tertarik meneliti seputar bagaimana pola pengeluaran rokok serta faktor apa yang mempengaruhi perilaku merokok pada rumah tangga di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan harapan dapat memberikan masukan dalam perencanaan pembangunan, khususnya pada bidang kesehatan dan pendidikan dengan mengetengahkan beberapa pertanyaan yang mendasar seperti : a. Bagaimanakah pola pengeluaran rokok pada rumah tangga menurut tingkat (kuintil) pengeluaran di Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2013? b. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perilaku merokok pada rumah tangga di Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2013? c. Apa implikasi kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah daerah untuk menurunkan prevalensi merokok di Kabupaten Lima Puluh Kota?

7 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini : a. Mengetahui pola pengeluaran rokok pada rumah tangga menurut tingkat pengeluaran di Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2013. b. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada rumah tangga di Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2013. c. Menyusun rekomendasi implikasi kebijakan program pengendalian rokok yang tepat di Kabupaten Lima Puluh Kota. 1.4 Manfaat Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah dan relevansinya dengan tujuan penelitian seperti tersebut di atas, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna : 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam penyusunan perencanaan pembangunan sehingga dapat menurunkan prevalensi merokok. 2. Memberikan gambaran pola pengeluaran rokok serta faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada rumah tangga di Kabupaten Lima Puluh Kota. 3. Sebagai bahan referensi penelitian bagi pihak-pihak yang berkompeten dalam kasus yang sama.

8 1.5 Ruang Lingkup Dari perumusan masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah dari beberapa hal sebagai berikut : a. Studi ini dibatasi hanya membandingkan pengeluaran rokok terhadap pengeluaran keseluruhan (makanan dan bukan makanan) pada rumah tangga menurut tingkat pengeluaran mulai dari kuintil 1 (termiskin) sampai kuintil 5 (terkaya) tahun 2013. b. Studi ini dibatasi hanya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi rokok pada rumah tangga tahun 2013. c. Agar lebih fokus dan akuratnya hasil penelitian, lokasi penelitian dibatasi pada Kabupaten Lima Puluh Kota. 1.6 Sistematika Penulisan Secara garis besar penulisan tesis ini terdiri dari 6 bab, sebagaimana uraian berikut ini : Bab I. Pendahuluan Pendahuluan berisi : (1) Latar belakang, (2) Perumusan masalah, (3) Tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Ruang lingkup, dan (6) Sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan Literatur Tinjauan literatur berisi : (1) Konsumsi rumah tangga, (2) Pengeluaran rumah tangga, (3) Tembakau dan rokok, (4) Hubungan antara sosiodemografi dengan merokok, (5) Penelitian sebelumnya, (6) Pemilihan variabel penelitian dan kerangka analisis, dan (7) Hipotesis penelitian.

9 Bab III. Metode Penelitian Metode penelitian berisi : (1) Daerah penelitian, (2) Jenis dan sumber data, (3) Teknik pengumpulan data, (4) Metode analisis, dan (5) Defenisi operasional. Bab IV. Gambaran Umum Objek Penelitian Bagian ini berisi uraian atau gambaran secara umum mengenai objek penelitian yang bersumber pada data yang bersifat umum. Deskripsi dilakukan dengan merujuk pada fakta yang bersumber pada data yang bersifat umum sebagai wacana pemahaman yang berkaitan dengan penelitian. Bab V. Hasil dan Pembahasan Bagian ini berisikan semua temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian berupa perbandingan rata-rata pengeluaran rokok pada rumah tangga menurut tingkatan pengeluaran, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada rumah tangga. Bagian ini juga berisikan arah kebijakan dan strategi perencanaan pembangunan yang akan direkomendasikan untuk pemecahan masalah yang terindikasi pada temuan-temuan hasil penelitian pada bab sebelumnya. Bab VI. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan berisi pernyataan singkat dan tepat berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang merupakan jawaban dari permasalahan penelitian. Saran diajukan berdasarkan kesimpulan dari penelitian.