BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia mulai diajarkan sejak usia dini di sekolahsekolah

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN TIPE KANCING GEMERINCING

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ENTENG KARYANA, 2013

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012), hlm. 27.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan bermasyarakat kita mengenal dua macam cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Lian Yulianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah rangkaian bunyi-bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dituangkan melalui bahasa baik, lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

BAB I PENDAHULUAN. Setelah melakukan pengamatan ketika melaksanakan PLP di Sekolah Dasar Negeri 3 Cibogo kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat,

BAB I PENDAHULUAN. Asep Resa Baehaki,2014

BAB I. daya manusia yang berkualitas dan tangguh. Pendidikan dasar mempunyai. tujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. Dalam konteks yang bersamaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat dengan ketrerampilan-keterampilan lainnya.

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

berkonotasi. Kemampuan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran sastra yang diajarkan dikelas. Ketrampilan menulis puisi wajib dikuasai

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam undang-undang No. 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara terencana dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang saat ini berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan, yang diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan bahasa. Dengan menggunakan bahasa Indonesia, setiap orang yang berasal dari daerah yang berbeda dapat saling memahami satu sama lain, karena berkomunikasi menggunakan satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Jika bahasa Indonesia tidak ada, sudah pasti kita menggunakan bahasa daerah masing-masing. Bahasa Indonesia selain sebagai pemersatu, juga sebagai salah satu budaya Indonesia yang merupakan identitas bangsa. Bahasa Indonesia mulai diajarkan sejak dini di sekolah-sekolah formal di Indonesia. Tentu saja hal ini merupakan upaya wajib untuk mempertahankan bahasa Indonesia sebagai warisan bangsa. Secara politik para pengajar bahasa Indonesia sudah diuntungkan. Kedudukan para pengajar bahasa Indonesia secara Undang-undang sudah dilindungi oleh negara. Intinya, selama bangsa Indonesia masih menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi maka para pengajar bahasa Indonesia kedudukannya sudah terjamin. Namun, yang menjadi persoalannya adalah apakah dengan terjaminnya lantas para pengajar bahasa Indonesia hanya mengambil zona aman saja. Dengan adanya jaminan tersebut, seyogianya para pengajar bahasa Indonesia merasa tertantang melakukan perbaikan-perbaikan dalam kualitas pengajaran. Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, serta mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan pendidikan (Depdiknas, 2006). Sangat jarang di antara kita yang mendengar bahwa siswa sangat menunggu-nunggu pembelajaran bahasa Indonesia. Malah yang terjadi siswa merasa bahwa pembelajaran bahasa Indonesia sangat membosankan. Siswa beranggapan bahasa Indonesia tidak menarik sama sekali sehingga saat

2 pembelajaran berlangsung kebanyakan di antara mereka melamun dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyibukkan dirinya sendiri. Hasil penelitian The Association For Childhood Education International Amerika Serikat menyebutkan, bermain adalah alat utama untuk perkembangan imajinasi, kecerdasan, bahasa, dan kemampuan motorik (perceptual motor) pada bayi dan anak-anak kecil (Resmini, 2007, hlm. 243). Dalam hal ini, guru sebagai pendidik harus memahami cara untuk memotivasi siswa agar tidak jenuh dalam belajar. Gambar 1.1 Kerucut Pengalaman Dale Berdasarkan kerucut pengalaman Dale (Sumiati dan Asra, 2009, hlm. 175), pengalaman belajar 70% diperoleh dari dramatized experience, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui permainan (permainan pembelajaran). Tahapan perkembangan bahasa individu dilihat dari perkembangan umur kronologis menurut Asrori (2009: 143) dibedakan ke dalam tahap-tahap berikut ini: 1. Tahap pralinguistik atau meraban (0,3 1 tahun), anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan yang mempunyai fungsi komunikatif. 2. Tahap holofrastik atau kalimat satu kata (1 1,8 tahun), satu kata yang diucapkan oleh anak harus dipandang sebagai satu kalimat penuh

3 mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai cara untuk menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu. 3. Tahap kalimat dua kata (1,8 2 tahun), anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk menyatakan kemauannya dalam berkomunikasi dengan menggunakan kalimat dua kata. 4. Tahap pengembangan tata bahasa awal (2 5 tahun), anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang kalimat bertambah, ucapan semakin kompleks, dan menggunakan kata jamak. 5. Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5 10 tahun), anak semakin mampu mengembangkan struktur tata bahasa yang lebih kompleks serta mampu melibatkan gabungan-gabungan kalimat sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan konjungsi. 6. Tahap kompetensi lengkap (11 tahun dewasa), akhir masa kanak-kanak, memasuki masa remaja dan dewasa, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami perubahan, dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Berdasarkan paparan di atas, usia siswa kelas V SD memasuki tahap perkembangan berbahasa kompetensi lengkap, dimana anak seharusnya lancar dan fasih dalam berkomunikasi. Berdasarkan hasil observasi dan pre-test yang dilakukan, pembelajaran di kelas V semester 2 SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dalam berbicara dan menulis pada pembelajaran Bahasa Indonesia masih terdapat siswa yang belum berani mengungkapkan ide-ide dan gagasannya dalam bentuk lisan dan tulisan. Siswa yang berani berbicara untuk mengungkapkan ide dan gagasan hanya 10%. Hal ini dikarenakan siswa dalam pembelajaran berbicara belum berani untuk mengemukakan ide dan gagasannya dengan alasan tidak percaya diri atau minder disebabkan masih ada teman yang lebih pintar darinya yang mampu mengungkapkan ide dan gagasannya dengan benar. Faktor inilah yang membuat siswa kelas V semester 2 SDN 2 Cibogo memiliki kesempatan yang berbeda dalam mengungkapkan

4 ide dan gagasannya ketika pembelajaran. Ide-ide dan gagasan siswa dalam kegiatan menulis juga terlihat masih kurang. Hal ini disebabkan siswa kurang diberi rangsangan, kesulitan memunculkan ide dan gagasan dalam menulis, serta siswa belum terampil dalam menggunakan pilihan kata dan tanda baca yang tepat sehingga 76% siswa kelas V semester 2 SDN 2 Cibogo terlihat kurang mahir dalam menulis karangan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran konvensional yang dilakukan guru menjadi salah satu faktor yang membuat siswa merasa jenuh dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, sehingga belum mampu membuat siswa aktif. Dalam cooperative learning, siswa dituntut untuk belajar bersama siswa lainnya dengan konsep we sink or swim together. Dalam kenyataannya, sering kali ada satu siswa yang dominan dan banyak bicara, namun ada yang pasif dan menyerahkan semuanya pada rekannya yang lebih dominan sehingga pemerataan tanggung jawab dalam kelompok tidak tercapai. Ralph W. Tyler (Sumiati dan Asra, 2009, hlm. 174) menyatakan bahwa untuk tujuan yang hendak dicapai siswa harus mempunyai pengalaman belajar yang memberi kesempatan kepadanya untuk mempraktikkan jenis perilaku yang dimaksudkan dalam tujuan. Dengan demikian, penulis termotivasi untuk melaksanakan penelitian dengan menggunakan model cooperative learning tipe Kancing Gemerincing karena dalam tipe ini, setiap anggota kelompok belajar memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi mereka dalam kegiatan kelompok. Model cooperative learning tipe Kancing Gemerincing dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok (Lie, 2008, hlm. 63). Berbagai penelitian mengenai pembelajaran berbicara telah dilakukan, salah satunya oleh Enteng Karyana pada tahun 2013 dengan judul penelitian Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing dengan Menggunakan Media Gambar untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis dalam Melengkapi Cerita Rumpang terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.

5 Dengan alasan tersebut, penulis termotivasi untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas terhadap siswa Kelas V Semester 2 Sekolah Dasar Negeri 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2013/2014 dengan judul Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara dan Menulis Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan penerapan model cooperative learning tipe Kancing Gemerincing dalam meningkatkan kemampuan berbicara dan menulis siswa kelas V SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan berbicara dan menulis melalui penerapan model cooperative learning tipe Kancing Gemerincing terhadap siswa kelas V SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan penerapan model cooperative learning tipe Kancing Gemerincing dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan menulis siswa kelas V SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. 2. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbicara dan menulis melalui penerapan model cooperative learning tipe Kancing Gemerincing terhadap siswa kelas V SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. D. Manfaat Penelitian

6 Peneliti mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait seperti berikut: 1. Siswa a. Meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam kegiatan diskusi kelompok pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penggunaan model cooperative learning tipe Kancing Gemerincing. b. Meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam penyusunan laporan pengamatan yang termasuk ke dalam karangan argumentasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia. c. Meningkatkan kerjasama sesama siswa karena cooperative learning memandang siswa sebagai makhluk sosial. d. Meningkatkan rasa ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran berbicara dan menulis. 2. Guru a. Model ini bisa dijadikan sebagai salah satu model pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang dapat dilaksanakan di kelas, khususnya dalam pembelajaran berbicara dan menulis dalam pembuatan laporan pengamatan. b. Memberikan pengetahuan mengenai penerapan model cooperative learning tipe Kancing Gemerincing yang dapat menjadi wahana baru untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran. c. Memotivasi guru agar dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan dengan menggunakan model cooperative learning tipe Kancing Gemerincing. 3. Sekolah

7 Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan gambaran dalam menerapkan kebijakan mengenai model cooperative learning tipe Kancing Gemerincing sehingga dapat diterapkan oleh guru yang lain agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. 4. Peneliti Bagi peneliti, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan ilmu pengetahuan dan gambaran mengenai model cooperative learning tipe Kancing Gemerincing untuk penelitian selanjutnya yang digunakan sebagai bahan referensi. 5. Pembaca Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan wawasan baru mengenal model cooperative learning tipe Kancing Gemerincing dan implementasinya dalam pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan minat tulis pada siswa. E. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan pertanyaan dan multi tafsir mengenai istilahistilah kunci dalam penelitian ini, maka akan diijelaskan sebagai berikut. 1. Model Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing Model pembelajaran cooperative learning tipe Kancing Gemerincing merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan yang sama kepada masing-masing anggota kelompok untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan anggota yang lain. Dilaksanakan dengan cara berkelompok 4-5 orang tiap kelompok. Dalam hal ini siswa di dalam kelompoknya menanggapi suatu persoalan secara bergiliran dengan kesempatan yang sama masing-masing anggotanya untuk selanjutnya ditulis dalam suatu karangan.

8 2. Kemampuan Berbicara dan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kemampuan berbicara dan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah kesanggupan siswa untuk mengucapkan kata-kata dan menuangkannya dalam suatu lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa dalam mengekspresikan gagasan dan perasaannya pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan baik agar dapat menumbuhkan apresiasi siswa terhadap hasil karya sastra Indonesia. F. Hipotesis Tindakan Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara dan Menulis Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: "Apabila guru menerapkan model cooperative learning tipe kancing gemerincing dalam pembelajaran berbicara dan menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia, maka kemampuan berbicara dan menulis pada siswa kelas V SD akan meningkat.