BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cold Storage

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Vaksin

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PEMBUAT ES BALOK KAPASITAS 2 TON PERHARI UNTUK MENGAWETKAN IKAN NELAYAN DI PANTAI MEULABOH ACEH

BAB III PERANCANGAN.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB IV DATA DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

COEFFICIENT OF PERFORMANCE (COP) MINI FREEZER DAGING AYAM KAPASITAS 4 KG

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN ANALISA PERFORMANSI REFRIGERATOR DOUBLE SYSTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

menurun dari tekanan kondensasi ( Pc ) ke tekanan penguapan ( Pe ). Pendinginan,

Bunga. Sayuran. Cold Storage. Hortikultura

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

IV. METODE PENELITIAN

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T.

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI

[LAPORAN TUGAS AKHIR]

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

BAB II DASAR TEORI 2.1 Brine cooling

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

benar kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan. Pada bagan psikometrik ada dua hal yang p

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peluang Pemanfaatan Sistem Refrigerasi Cascade Sebagai Air Conditioner

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Air Kondensat Untuk Meningkatkan Unjuk Kerja Dan Efisiensi AC Split

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB IV METODE PENELITIAN

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket.

Jurnal Pembuatan Dan Pengujian Alat Uji Prestasi Sistem Pengkondisian Udara (Air Conditioning)Jenis Split

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAB II LANDASAN TEORI

PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN PADA COLD STORAGE UNTUK PENYIMPANAN IKAN TUNA PADA PT.X

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian umum. Refrigerasi adalah aplikasi dari hukum ke dua Termodinamika yang. dinyatakan oleh Clausius.

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cold Storage Cold storage merupakan suatu ruang penyimpanan yang digunakan untuk menjaga dan menurunkan temperatur produk beserta kelembabannya agar kualitas produk tetap terjaga sampai pada waktunya dikirim ke konsumen. Bangunan cold storage dapat dikelompokkan menurut fungsi utamanya, yaitu: 1. Bangunan yang difungsikan untuk menyimpan sayuran dan buah-buahan. Bangunan ini memiliki temperatur > 0 C. 2. Bangunan yang difungsikan untuk menyimpan makanan beku seperti ikan dan daging. Bangunan ini memiliki temperatur sampai -25 C. 3. Bangunan yang biasanya digunakan untuk memproduksi ice cream. Gambar 2.1 Bangunan Cold Storage (sumber, yunias19ocean.blogspot.com) POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 5

2.2 Sistem Kompresi Uap Sederhana Sistem refrigerasi kompresi uap adalah siklus pada sistem pendinginan yang menggunakan proses penguapan dalam menyerap panas dengan menggunakan media refrigeran. Komponen utama yang digunakan adalah kompresor, kondensor, alat ekspansi dan evaporator. Siklus refrigerasi tersebut berlangsung secara terus-menerus sehingga menghasilkan suatu siklus seperti Gambar 2.2, dan Gambar 2.3. 3 2 KONDENSOR ALAT EKSPANSI KOMPRESOR 4 1 EVAPORATOR Gambar 2.2 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap Sederhana P 3 Kondensasi 2 Ekspansi Kompresi 4 Evaporasi 1 Gambar 2.3 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap pada Diagram P- h POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 6

2.2.1 Proses 1-2 Proses Kompresi Proses kompresi ini terjadi di kompresor, dimana fasa yang masuk ke kompresor adalah uap jenuh dengan tekanan dan temperatur yang rendah. Kerja yang diberikan pada refrigeran dengan cara dipompakan (dikompresikan) agar tekanan naik sehingga temperaturnya juga menjadi naik (titik didih naik). Pada fasa ini, uap refrigeran yang keluar dari kompresor berubah menjadi fasa uap superheat dengan tekanan yang tinggi. Temperatur refrigeran akan lebih tinggi daripada temperatur lingkungan tempat kompresor tersebut ditempatkan. Refrigeran mengalami kompresi secara isentropik. Kerja kompresi (qw) dapat dinyatakan dalam persamaan: qw = h 2 h 1...(2.1) (Dossat, 1981) qw = Kerja kompresor (kj/kg) h 1 = Enthalpy refrigeran saat masuk kompresor (kj/kg) h 2 = Enthalpy refrigeran saat keluar kompresor (kj/kg) 2.2.2 Proses 2-3 Proses Kondensasi Proses ini terjadi di kondensor, uap refrigeran dari saluran discharge mengalami pendinginan dengan melepaskan kalor sensibel ke lingkungannya sehingga menjadi uap jenuh yang siap diembunkan. Refrigeran yang mempunyai tekanan dan temperatur yang tinggi akan berubah fasanya menjadi cair dan melepas kalor laten ke lingkungan sekitarnya. Proses kondensasi ini terjadi pada temperatur dan tekanan yang konstan. Kalor yang dilepas di kondenser : POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 7

Q c = m. q c q c = h 2 - h 3 Q c = m. (h 2 -h 3 )...(2.2) (Dossat,1981) Q c = Kalor yang dilepas di kondenser (kw) m = Laju aliran massa refrigeran (kg/s) h 2 = Enthalpy refrigeran keluar kompresor (kj/kg) h 3 = Enthalpy refrigeran keluar kondenser (kj/kg) 2.2.3 Proses 3-4 Proses Ekspansi Proses ekspansi merupakan suatu proses penurunan tekanan. Proses ini terjadi di katup ekspansi. Setelah refrigeran melepas kalor di kondensor, refrigeran berfasa cair yang berasal dari kondensor akan mengalir menuju katup ekspansi untuk diturunkan tekanan dan temperaturnya. Diharapkan temperatur yang akan terjadi lebih rendah daripada temperatur lingkungan, sehingga dapa menyerap kalor pada saat berada di evaporator. Dalam proses ekspansi ini tidak terjadi proses penerimaaan ataupun pelepasan energi. Maka, dapat dinyatakan dalam persamaan: h 3 = h 4...(2.3) (Dossat, 1981) h 3 = Enthalpy refrigeran keluar kompresor (kj/kg) POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 8

h 4 = Enthalpy refrigeran masuk evaporator (kj/kg) 2.2.4 Proses 4-1 Proses Evaporasi Proses ini terjadi di bagian evaporator, dimana temperatur refrigeran di evaporator dibuat lebih rendah daripada temperatur lingkungan atau kabin. Karena temperatur refrigeran lebih rendah dibandingkan temperatur lingkungan, maka refrigeran itu akan mengalami penguapan dan menyerap kalor dari lingkungan atau produk yang akan didinginkan. Sehingga refrigeran berubah fasa dari fasa campuran (cair-uap) menjadi fasa uap jenuh. Besarnya kalor yang diserap di evaporator adalah: qe = h 1 h 4...(2.4) (Dossat, 1981) Kalor total diserap di evaporator (kapasitas Pendinginan) Qe = m. qe Qe = m. ( h 1 h 4 )....(2.5) qe = Besranya kalor yang diserap di evaporator (kj/kg) m = Laju aliran massa refrigeran (kg/s) h 1 = Enthalpy Refrigeran keluar evaporator (kj/kg) h 4 = Enthalpy refrigeran masuk evaporator (kj/kg) 2.3 Performansi Sistem POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 9

Diagram P-h (pressure-enthalpy) atau diagram mollier merupakan suatu media untuk mengetahui besaran-besaran yang menunjukkan performansi dari suatu sistem. Untuk menganalisis suatu sistem dari diagram P-h biasanya kita harus mengetahui terlebih dahulu jenis refrigeran yang digunakan pada sistem tersebut. Karena diagram P-h bermacam-macam sesuai dengan jenisnya. Dengan adanya diagram P-h kita dapat dengan mudah mengetahui performansi sistem dari data yang diperoleh diantaranya: jenis refrigeran yang digunakan, tekanan kerja high pressure dan low pressure dengan menggunakan pressure gauge, temperatur keluar dan masuk evaporator, temperatur keluar dan masuk kompresor, temperatur keluar dan masuk kondensor, temperatur kabin dan temperatur masuk alat ekspansi. Selanjutnya kita dapat memplotkan pada diagram P-h sehingga kita dapat menghitung nilai: Kapasitas refrigerasi Qe = m. (h 1 -h 4 ) Kerja kompresi Qw = m. (h 2 h 1 ) Kalor yang di buang kondensor Qc = m. (h 2 h 3 ) Nilai COPcarnot,COPactual dan Efisiensi sistem 2.4 Koefisien Prestasi Perhitungan koefisien prestasi dari suatu sistem refrigerasi akan memudahkan untuk mengetahui efisiensi dari suatu sistem. Harga koefisien actual dan carnot dapat ditulis dengan persamaan berikut: COP actual adalah COP sebenarnya yang dimiliki suatu sistem. COP actual = qe qw...(2.6) (Dossat,1981) POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 10

COP actual qe qw = koefisien prestasi aktual = Efek refrigerasi (kj/kg) = Kerja kompresi (kj/kg) COP carnot atau COP ideal adalah COP maksimum yang dapat dimiliki suatu sistem. Sementara perhitungan COP carnot dapat dituliskan dengan persamaan: Te COP carnot = Tk Te...(2.7) (Dossat, 1981) COP carnot Te Tk = koefisien prestasi carnot = Temperatur evaporator (K) = Temperatur kondensor (K) Sedangkan untuk mencari harga efisiensi dari suatu sistem refrigerasi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut: ɳ = COPactual COPcarnot...(2.8) (Dossat, 1981) 2.5 Perhitungan Beban Pendinginan Dalam rancang bangun sistem refrigerasi perlu dilakukan perhitungan beban pendinginan yang harus ditangani untuk menentukan kapasitas peralatan yang dibutuhkan. Dalam sistem refrigerasi beban pendinginan bisa dikelompokkan ke dalam empat jenis sumber beban. Beban total diperoleh dengan menjumlahkan beban yang ada dari keempat jenis sumber beban tersebut. POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 11

Jenis sumber beban,yaitu: 1. Beban kalor melalui dinding (wall gain load) 2. Beban pertukaran udara (air change load) 3. Beban produk (product load) 4. Beban lain-lain (miscellaneous load) 2.5.1 Beban Kalor Melalui Dinding Besarnya kalor yang masuk ruangan melalui dinding dapat dihitung dengan persamaan : Qd = U x A x T... (2.9) Q = Kalor yang masuk ke ruangan melalui dinding (Watt) U = Koefisien perpindahan panas meyeluruh (W/m² K) T = Beda temperatur melalui dinding ( 0 C) A = Luas penampang (m²) Nilai U bisa dicari dengan cara : 1 U 1 f i x k 1 1 x k 2 2 x k 3 3 x... k n n 1 f 0...(2.10) U = Koefisien perpindahan kalor meyeluruh dalam (W/m²K) k = Konduktivitas bahan (W/m K) x = Tebal lapisan bahan (m) f i = Koefisien konveksi dinding dalam diasumsikan 9,37 (W/m² K) f o = Koefisien konveksi dinding luar. diasumsikan 22,7 (W/m² K) Harga c dan k dilihat pada tabel 10-3 (Dossat,1981) POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 12

Untuk bahan yang tidak homogen nilai k dapat diperoleh dengan data konduksi bahan sebagai berikut : x C...(2.11) k C = Nilai konduktansi 2.5.2 Beban Pertukaran Udara (infiltrasi load) Udara yang masuk ke dalam ruangan refrigerasi bisa menjadi beban untuk pendinginan ruangan tersebut. Udara masuk ruangan ada dua yaitu : - ventilasi (sengaja) - infiltrasi (tidak sengaja) Beban pertukaran udara bisa dihitung dengan persamaan : Qpu = I x h...(2.12) Q pu I h = Kalor pertukaran udara, (kw) = Laju infiltrasi,(l/s) = Perubahan entalpi faktor pertukaran udara, (kj/l) Harga I dan h dilihat di tabel 10-7 dan 10-6 Dossat. 2.5.3 Beban Produk Beban produk dapat dibagi menjadi : 1. Beban pendinginan produk 2. Beban wadah (tempat) 3. Beban respirasi (untuk buah dan sayuran) 4. Beban lain lain POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 13

2.5.4 Beban Kalor Dari Produk (product load) persamaan: Beban pendinginan produk ini dapat dihitung dengan dimana : Qp = m.cp. T...(2.13) n.3600 Qp = Beban kalor penurunan temperatur produk (kw) Cp = Kalor spesifik (kj/kgk) m = Massa produk (kg) T = Besarnya penurunan temperatur (K) n = Chilling time 2.5.5 Beban Wadah Wadah atau pembungkus bisa menjadi sumber beban untuk m. C p. T Q...(2.14) n.3600. pendinginan, besarnya beban wadah dihitung dengan persamaan : dimana : Cp = Kalor spesifik wadah, (kj/kg K) m = Massa wadah (kg) t = Besarnya penurunan temperatur (K) n = Chilling time Bila ada chilling rate factor digunakan persamaan : m. C p. T Q...(2.15) n.3600. Rf dimana : POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 14

RF = chilling rate factor (nilainya berupa pecahan ada pada tabel 10-8 s/d 10-11, Dossat) 2.5.6 Beban Lain-Lain Beban lain-lain diantaranya adalah : 1. Manusia 2. Lampu 3. Peralatan 4. Lain-lain 2.5.7 Beban Manusia Besarnya beban kalor dari manusia diantaranya tergantung pada : a. Aktivitas b. Ukuran tubuh c. Pakaian d. Dll. Untuk memudahkan perhitungan beban kalor dari manusia dapat menggunakan tabel kalor equivalen/orang (tabel 10-14, Dossat). Beban kalor manusia dihitung dengan persamaan : Qm = (P x QE).Tp/24...(2.16) dimana : P = jumlah orang QE = kalor equivalen /orang (kw/orang) Tp = lamanya orang berada di ruangan (Jam) POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 15

2.5.8 Beban Lampu Beban dari lampu dihitung dengan persamaan : QL = WL x (TL/24)...(2.17) dimana : WL = Watt lampu (Watt) TL = lamanya lampu menyala (Jam) QL = beban kalor dari lampu (Watt) 2.5.9 Kapasitas Peralatan dan Penggunaan Faktor Keamanan Q B = Q M + Q DT + Qpu + Q pt + Q LL Q B Q M Q DT Q pu Q pt Q LL : Jumlah beban total : Beban Kalor dari manusia (kw) : Beban kalor dinding, lantai dan atap (kw) : Beban Pertukaran udara (kw) : Beban produk total (kw) : Beban lain-lain (kw) Kapasitas peralatan yang dibutuhkan dihitung dengan persamaan: Dimana: Q= QT x 24 RT...(2.18) Q QT : Kapasitas peralatan : Jumlah beban total ditambah faktor keamanan 10% dari jumlah tersebut. RT : Jam Operasi Peralatan (Running Time) POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 16

2.6 Deskripsi tentang Produk yang Diamati 2.6.1 Kentang Kentang (Solanum Tuberosum L.) termasuk famili solanoceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang mendatangkan keuntungan bagi petani, mempunyai dampak yang baik dalam pemasaran dan ekspor, tidak mudah rusak seperti sayuran lain. Selain itu, merupakan sumber kalori, protein dan vitamin. Umbi kentang dapat dipanen setelah daunnya berwarna kekuningan, yaitu sekitar umur 70 hari. Setelah umbi kentang dipanen, dilakukan grading atau pengelompokan umbi berdasarkan ukuran atau berat umbi menjadi kelas A, B dan C. Sortir dilakukan untuk memisahkan umbi yang berkualitas jelek. Kemudian umbi ditempatkan dalam karung jala, keranjang atau kotak untuk tujuan pengangkutan dan penyimpanan sementara. Jika tidak langsung dipasarkan, umbi sebaiknya disimpan pada suhu dingin (cold storage), yaitu pada suhu 10 0 C dan RH 90%. Penyimpanan seperti ini bisa memperpanjang umur simpan sampai 2 bulan, mempertahankan kualitas, memperkecil susut bobot, menekan pertunasan dan menekan pembusukan umbi. 2.6.2 Buncis Buncis (Phaseolus Vulgaris L.) merupakan jenis polong-polongan yang dapat dimakan. Buah, biji, dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai sayuran. Sayuraan ini kaya dengan kandungan protein. Pemanenan dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 60 hari dan polong menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut: Warna polong masih agak muda dan suram. Permukaan kulitnya agak kasar. Biji dalam polong belum menonjol. POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 17

Polongnya belum berserat dan apabila di patahkan akan menimbulkan bunyi meletup. Temperatur penyimpanan buncis di dalam cold storage antara 4-5 C dengan RH 90%. Penyimpanan seperti ini bisa memperpanjang umur simpan sampai 1 bulan. 2.6.3 Lobak (White Radish) Lobak ( Rhavanus Sativus L.) adalah tanaman jenis umbi, jenis umbi lobak ini hampir mirip dengan wortel, jika wortel mempunyai isi dan warna kulit orange lain halnya dengan lobak yang mempunyai isi dan warna kulit yang putih. Lobak banyak mengandung enzim ditase, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan vitamin E. Temperatur penyimpanan di dalam cold storage untuk jangka pendek antara 4-5 C. Sedangkan, untuk jangka panjang dapat disimpan pada 0 C. Lamanya penyimpanan dengan temperatur tersebut sekitar 4-5 bulan. 2.6.4 Ubi jalar (Sweet Potato) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang berbentuk umbi dengan kandungan karbohidrat yang tinggi. Temperatur penyimpanan yang di rekomendasikan pada cold storage adalah 12,75 C. Dengan penyimpanan pada temperatur tersebut dapat memperpanjang umur simpan sampai 5 bulan. 2.6.5 Melon Melon (Cucumis Melo L.) merupakan tanaman buah yang masuk kedalam suku labu-labuan. Di dalam cold storage melon disimpan pada temperatur 7,25 C dengan RH 85 % dengan penyimpanan yang demikian akan memperpanjang umur simpan sampai 2-4 minggu. POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 18