BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era global dimana segala aspek mulai berkembang pesat salah satunya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. persaingan usaha yang sehat di sektor perunggasan telah menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena

PENGECUALIAN MONOPOLI DAN/ATAU PEMUSATAN KEGIATAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi langkah baru bagi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN.. Di dalam kondisi perekonomian saat ini yang bertambah maju, maka akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. hal. Dalam setiap persaingan akan terdapat unsur-unsur sebagai berikut: 1

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT [LN 1999/33, TLN 3817]

BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL. Dalam dunia usaha sekarang ini sesungguhnya banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang ekonomi Indonesia diarahkan kepada. dengan amanat dan cita-cita Pancasila dan Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3)

III. METODE PENELITIAN. Dalam analisa penelitian ini, penulis memilih jenis penelitian normatif, 47 yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian normatif (dokcrinal research) yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam menjamin terciptanya persaingan usaha yang sehat di

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kesejahteraan rakyat merupakan salah satu tujuan utama dalam Negara

Terobosan Peningkatan Kapasitas Nasional dalam Industri Hulu Migas ditinjau dari Perspektif Persaingan Usaha

I. PENDAHULUAN. segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha yaitu mencakup hal-hal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

STUDI KASUS HUKUM. Oleh : CANDRA BUDI KURNIAWAN No. Mahasiswa : Program Studi : Ilmu Hukum

104 Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) Ibrahim, Johnny, Hukum Persaingan Usaha,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. berbasiskan internet yaitu pelaksanaan lelang melalui internet.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2 Indonesia dalam hal melakukan penyelesaian permasalahan di bidang hukum persaingan usaha, yang diharapkan terciptanya efektivitas dan efisiensi dala

BAB I PENDAHULUAN. Berawal dari sebuah adegan di film Arwah Goyang Karawang, Julia

JURNAL SKRIPSI KAJIAN TERHADAP PUTUSAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) MENGENAI PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT. 2.1 Pengertian Persaingan Usaha dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum Persaingan Usaha pada dasarnya mengatur mengenai perilaku,

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

. METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk menganalisis tentang apakah

I. PENDAHULUAN. lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan

III. METODE PENELITIAN. bertujuan untuk mempelejari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan

DAFTAR BACAAN. Ali, Achmad, Keterpurukan Hukum di Indonesia (Penyebab dan Solusinya), Ghalia Indonesia, Bogor, 2005

HUKUM MONOPOLI & PERSAINGAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. dalam dinamika kehidupan manusia, karena manusia selalu mempunyai

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

Lex Et Societatis Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

I.PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar dalam perekonomian nasional Indonesia. 1 Dengan berbagai

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

commit to user BAB I PENDAHULUAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. membuat masyarakat berlomba lomba untuk mendapatkan kehidupan yang

UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. telah menghasilkan banyak kemajuan, antara lain dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. dari aktivitas yang dilakukan. Tetapi beberapa di antara resiko, bahaya, dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

I. PENDAHULUAN. suatu ancaman bagi para pengusaha nasional dan para pengusaha asing yang lebih

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

I. PENDAHULUAN. di segala bidang. Persaingan usaha yang sangat tajam ini merupakan sebuah

MENCIPTAKAN PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT DI INDONESIA (Analisis Terhadap UU No. 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat)

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

KEDUDUKAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) SEBAGAI LEMBAGA PENGAWAS PERSAINGAN USAHA YANG INDEPENDEN

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

MAKALAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum. Dosen Pengampu : Ahmad Munir, SH., MH. Disusun oleh : Kelompok VII

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

BAB III PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: dalam menangani suatu perkara yaitu:

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB III PENUTUP. diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: ini adalah apabila setelah dilakukan penilaian oleh KPPU, ternyata merger

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk terciptanya sebuah struktur pasar persaingan. 1 Krisis ekonomi

BPK DAN KPPU MENYEPAKATI KERJASAMA DALAM PENANGANAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang yang cukup signifikan antar pelaku usaha, praktik monopoli atau

DAFTAR PUSTAKA. Black, Henry Campbell, Black Law Divtionary, Definition of the term and Phrase

BAB I PENDAHULUAN. Proses tender merupakan persaingan antara para penyedia barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan

PELANGGARAN ASAS HUKUM PERSAINGAN USAHA (DEMOKRASI EKONOMI) OLEH RETAIL MODERN

Tinjauan yuridis..., M.Salman Al-Faris, FHUI, 2009 Universitas Indonesia

KAJIAN YURIDIS PEMBATASAN PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK OLEH UU NO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era global dimana segala aspek mulai berkembang pesat salah satunya dalam bidang perekonomian suatu negara dapat dibuktikan dengan banyaknya pelaku usaha dalam negeri maupun pelaku usaha dari luar negeri. Efek dari banyaknya pelaku usaha tersebut menimbulkan suatu persaingan usaha dalam suatu pasar. Selain itu juga memunculkan persaingan usaha tidak sehat antar pelaku usaha untuk mendapatkan banyak keuntungan dengan segala cara. Perkembangan perekonomian dunia yang sifatnya universal ini menimbulkan persaingan usaha ketat yang kompleks, baik dalam perdagangan barang maupun jasa. Pelaku bisnis diberbagai negara di dunia melakukan segala cara untuk memenangkan persaingan pasar dengan menggunakan praktik-praktik perdagangan yangsehat dan sebagian menggunakan praktik tidak sehat. Salah satu dampakpositif yang ditimbulkan oleh persaingan usaha pada iklim dunia usaha, misalnya dalam hal ini persaingan usaha dianggap sebagai proses di mana para pelaku usaha dipaksa menjadi perusahaan yang efisien dengan menawarkan pilihan-pilihan produk dan jasa dalam harga yang lebih rendah. Sedangkan untuk merebut hati konsumen, para pelaku usaha berusaha menawarkan produk dan jasa 1

2 yang menarik, baik dari segi harga, kualitas dan pelayanan. 1 Disisi lain tidak semua persaingan usaha membawa dampak yang positif seperti diuraikan sebelumnya tetapi juga adakalanya persaingan usaha membawa dampak yang negatif sehingga dalam hal ini peran Negara sangat perlu diperlukan didalamnya antara lain memiliki suatu aturan hukum di bidang hukum persaingan usaha yang dapat mengakomodir dan menjadi payung hukum pada persaingan usaha yang ada pada negara tersebut sehingga disusun hukum yang mengatur tentang persaingan usaha. Hukum Persaingan Usaha (HPU), merupakan salah satu hukum yang paling dinamis dibandingkan dengan hukum-hukum yang lain. Dikatakan dinamis karena ketentuan-ketentuan HPU dapat diterapkan sesuai dengan perkembangan ekonomi dan perdagangan. 2 Apabila ditinjau secara umum, hukum persaingan usaha dapat diartikan sebagai hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan persaingan usaha. Menurut Arie Siswanto, hukum persaingan usaha adalah instrumen hukum yang menentukan tentang bagaimana persaingan itu untuk dilakukan. Meskipun secara khusus menekankan pada kata persaingan, yang juga menjadi perhatian dari hukum persaingan usaha adalah mengatur persaingan secara sedemikian rupa sehingga tidak menjadi sarana untuk mendapatkan monopoli. 3 1 Andi Fahmi Lubis et al., Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks, Autobiografi, Indonesia, 2009, h. 2& 3 2 Jur.M.Udin Silalahi, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia dan Perkembangannya, CICODS FH-UGM, Yogyakarta, 2008, h.4 3 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, h. 2

3 Seperti yang disebutkan dalam bagian umum dari penjelasan atas Undang- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, dan ditegaskan kembali pada Pasal 3 dari Undang-Undang Persaingan Usaha tersebut, bahwa Undang-Undang Persaingan Usaha mengambil landasan kepada suatu demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kristalisasinya adalah berupa menjaga keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dengan kepentingan umum, dengan tujuan sebagaimana diatur dalam Pasal 3 : 1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi serta melindungi konsumen. 2. Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif melalui terciptanya persaingan usaha yang sehat, dan menjamin kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi setiap orang. 3. Mencegah praktek-praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan pelaku usaha. 4. Menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. 4 Latar belakang penyusunan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah dilakukannya perjanjian antara International Monetary Fund (IMF) dengan pemerintahan Indonesia pada tahun 1997 disaat IMF melakukan kunjungan ke Indonesia, di dalam perjanjian tersebut IMF menyetujui untuk memberikan bantuan keuangan pada Indonesia yang bertujuan untuk memperbaiki krisis ekonomi dengan syarat Indonesia melakukan reformasi ekonomi dan hukum ekonomi tertentu. Tetapi, perjanjian dengan IMF tersebut bukan satu-satunya alasan penyusunan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 karena banyak sekali faktor-faktor lain yang mengharuskan Indonesia memiliki suatu pengaturan untuk 4 Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, h.2

4 persaingan usaha diantaranya adalah untuk menerapkan aturan hukum dan memberikan perlindungan hukum yang sama bagi semua pelaku usaha di dalam menciptakan persaingan usaha yang sehat.sebelum dibuatnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dibuat, hukum yang mengatur tentang persaingan usaha masih tersebar secara sporadis dalam berbagai aturan. 5 Ketentuan yang ada pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, terdapat tujuan umum dan tujuan khusus pada pembentukan Undang-Undang tersebut 6. Secara umum tujuan diberlakukannya Undang-Undang persaingan usaha adalah untuk menjaga kelangsungan persaingan antar pelaku usaha agar tetap hidup dan diakui keberadaannya yakni untuk melindungi persaingan itu sendiri dengan menghapuskan atau mencegah pengekangan atau pembatasan usaha swasta maupun publik yang dapat megakibatkan atau merugikan proses persaingan itu sendiri. Sedangkan untuk tujuan khususnya adalah negara ingin melindungi sistem kompetisi antar pelaku usaha. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 mengatur mengenai laranganlarangan bagi para pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat diantaranya adalah: a. Perjanjian yang dilarang; b. Kegiatan yang dilarang; c. Posisi dominan. 5 L. Budi Kagramanto, Persekongkolan Tender sebagai Kegiatan yang Dilarang dalam UU Anti Monopoli, Yuridika, Vol. 21 No. 2, Maret 2006 (Selanjutnya disebut L. Budi Kagramanto I), h. 136 6 L. Budi Kagramanto, Mengenal Hukum Persaingan Usaha, Laros, Surabaya, 2008, (Selanjutnya disebut L. Budi Kagramanto II), h. 13

5 Salah satu substansi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dikategorikan sebagai kegiatan yang dilarang adalah penguasaan pasar yang diatur dalam Pasal 19 UU Nomor 5 Tahun 1999, yaitu 7 : Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa: a. Menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk dapat melakukan kegiatan usaha yang sama pada pasar yang bersangkutan 8 ; atau b. Menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan usaha pesaingnya itu; atau c. Membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan; atau d. Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu. Dengan demikian, kegiatan penguasaan pasar yang dilarang oleh Undang- Undang Persaingan Usaha tersebut (Pasal 19) adalah sebagai berikut: 1. Penolakan pesaing Yang dimaksudkan adalah berupa penolakan atau menghalang-halangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama. (a) Menolak Pesaing (Pasal 19 a). (b) Menghalangi Konsumen (Pasal 19 b). (c) Pembatasan Peredaran Produk (Pasal 19 c). (d) Diskriminasi (Pasal 19 d). Untuk lebih jelasnya,berikut ini penjelasan singkat dari masing-masing kategori tersebut diatas,yaitu sebagai berikut : (a) Menolak pesaing Dalam hal ini yang dilarang adalah jika seorang pelaku usaha secara sendiri maupun bersama-sama dengan pelaku usaha lain menolak atau menghalang-halangi pelaku usaha tertentu (pesaing) dalam hal melakukan 7 Budi Kagramanto,Mengenal Hukum Persaingan Usaha (Berdasarkan UU No.5 Tahun 1999),Laros,Surabaya,2008, h. 188 (selanjutnya disebut Budi L. Kagramanto III) 8 Dalam penjelasan Pasal 19 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 : Menolak atau menghalangi pelaku usaha tertentu tidak boleh dilakukan dengan cara yang tidak wajar atau dengan alasan non-ekonomi, misalnya karena perbedaan suku, ras, status sosial dan sebagainya.

6 kegiatan usaha yang sama pada pasar yang bersangkutan. Hal yang demikian dianggap dapat mengakibatkan praktek monopoli dan atau persaingan curang. Menolak dan atau menghalang-halangi pelaku usaha tertentu yang dilarang adalah jika dilakukan secara tidak wajar, misalnya dilakukan dengan alasan ekonomi, seperti karena alasan perbedaan suku, ras, status sosial, dan lain-lain. (b) Menghalangi konsumen Juga dilarang oleh Undang-Undang Anti Monopoli berupa kegiatan dari pelaku usaha baik sendiri maupun bersama-sama dengan pelaku usaha lain yang bersifat menghalang-halangi pihak konsumen dari pelaku usaha lain (pesaing) untuk tidak melakukan atau meneruskan hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaing tersebut. Hal ini juga jelas merupakan tindakan penguasaan pasar yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli pasar dan atau persaingan curang (c) Pembatasan peredaran produk Dalam hal ini, Undang-Undang Anti Monopoli melarang kegiatan oleh pelaku usaha baik sendiri maupun dengan pelaku usaha lain untuk membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar yang bersangkutan. (d) Diskriminasi Tindakan berupa diskiriminasi terhadap pelaku usaha tertentu (pesaing) jelas tidak etis dan berbahaya bagi persaingan dan pasar yang baik sehingga karenanya dilarang oleh Undang-Undang Anti Monopoli. 9 Praktek diskriminasi merupakan tindakan atau perlakuan dalam berbagai bentuk yang berbeda yang dilakukan oleh seorang pelaku usaha terhadap pelaku usaha tertentu dalam suatu pasar bersangkutan. Salah satu bentuk adanya indikasi Praktek Diskriminasi adalah pada kasus perbedaan penerapan tarif harga listrik yang melibatkan PT. Perusahaan Listrik 9 Munir Fuady,Op.Cit., h.78-81

7 Negara dengan Pelanggan Bisnis (B-3) dan Industri (I-2, I-3, dan I-4) selama periode bulan januari 2010 hingga juni 2010 di Wilayah Jawa dan Bali; Kasus tersebut telah diputus oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (selanjutnya disingkat KPPU) pada tanggal 8 Desember2011 pada Putusan Perkara No. 06/KPPU-I/2011 yang menyatakan bahwa PT Perusahaan Listrik Negara (PT.PLN) tidak bukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 19 Huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. KPPU telah memutus tidak bersalah Terlapor perkara dugaan pelanggaran praktek diskriminasi dalam hal ini PT. PLN tidak terbukti melanggar Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. 10 Dalam putusannya, KPPU tidak menemukanbukti telah terjadi praktek diskriminasi yang dilakukan oleh PT.PLN (Persero) dalam hal pembedaan tarif Jasa Penyediaan Tenaga Listrik untuk Pelanggan Bisnis (B-3) dan Industri (I-3)selama periode bulan Januari 2010 hingga Juni 2010 di Wilayah Jawa dan Bali, Selanjutnya dalam hal ini Komisi KPPU hanya memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan PT. Perusahaan Listrik Negara yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Kasus tersebut berawal dari adanya penetapan 2 (dua) tarif berbeda kepada pelanggalan yang menggunakan daya diatas 6600 VA. Untuk Pelanggan yang telah menjadi pelanggan dengan daya diatas 6600 VA sebelum tahun 2005 maka tidak dikenakan tarif Multiguna, sedangkan untuk pelanggan yang menjadi 10 Putusan No.06/KPPU-I/2011 tentang dugaan pelanggaran pasal 19 huruf d Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999 berkaitan dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dalam jasa penyediaan Tenaga Listrik untuk Pelanggan Bisnis (B-3) dan Industri (I-2, I-3, I-4) selama periode bulan Januari 2010 hingga Juni 2010 di Wilayah Jawa dan Bali, http://www.kppu.go.id/id/putusan/tahun-2011/

8 pelanggan dengan daya diatas 6600 VA setelah tahun 2005 maka dikenakan tarif Multiguna. Pelanggan lama yang menambah daya setelah tahun 2005 juga dikenakan tarif Multigun. Penerapan tersebut karena PT. PLN sedang mengalami kekurangan pasokan daya listrik sehingga para pelanggan baru tersebut akan membuat semakin berat beban wajib pasok listrik oleh PT. PLN. Tindakan PT. PLN yang sebagaimana diuraikan diatas dapat diduga sebagai tindakan diskriminatif terhadap pelanggan yang terdaftar setelah tahun 2005 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, permasalahan yang timbul adalah: 1. Apakah benar tarif yang ditetapkan PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PT. PLN) sudah mengakomodir asas efisiensi di dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999? 2. Apakah tindakan diskriminatif yang dilakukan oleh PT.PLN terhadap Pelanggan Bisnis dan Industri, melanggar hak konsumen sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999? 1.3 Penjelasan Judul Judul yang dipilih pada skripsi ini adalah Indikasi Diskriminasi Tarif oleh PT. PLN Terhadap Pelanggan Bisnis dan Industri (Analisis Putusan KPPU Nomor 06/KPPU-I/2011). Berdasarkan judul tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

9 Indikasiadalah hasil dari perbuatan menduga: kemungkinan tidak akan meleset;, sangkaan: perkiraan; taksiran: diluar -, tidak diduga sama sekali;. 11 Pelanggaranadalah tindak pidana yang termasuk ringan lebih ringan dari kejahatan. 12 Praktek diskriminasi adalah sesuatu tindakan berupa diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu. 13 Pelanggan adalahorang yang membeli (menggunakan, dsb) barang secara tetap atau individu atau kelompok yang terbiasa membeli sebuah produk atau jasa berdasarkan keputusan mereka atas pertimbangan manfaat ataupun harga. 14 PT.PLN adalah suatu badan hukum yang menyediakan jasa atau barang berupa tenaga listrik Melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu adalah sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Judul ini lebih menitikberatkan pada dugaan pelanggaran mengenai praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu yang ada pada Putusan KPPU Nomor 06/KPPU-I/2011. Dugaan praktek diskriminasi mengenai penetapan tarif terhadap pengguna jasa ini menimbulkan persaingan usaha tidak sehat yang kemudian akan merugikan beberapa pihak. 11 http://www.artikata.com/arti-362935-indikasi.html 12 J.C.T. Simorangkir, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, h. 122 13 Munir Fuady, Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, h.81 14 http://library.binus.ac.id/ecolls/ethesis/bab2/2011-1-00550-mnsi%202.pdf, h. 1, dikunjungi pada tanggal 20 Mei 2012.

10 1.4 Alasan Pemilihan Judul Alasan pemilihan judul pada skripsi ini adalah untuk menganalisis dugaan adanya pelanggaran terhadap hukum persaingan usaha pada perbedaan penetapan tarif kepada pengguna jasa yang dilakulan oleh PT. PLN. Skripsi ini lebih dititik beratkan untuk menganalisis kegiatan pelaku usaha terutama dalam hal adanya dugaan pelanggaran terhadap Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yaitu melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu. 1.5 Tujuan Penulisan a. Tujuan pertama dari penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisisapakah penetapan tarif yang dilakukan oleh PT.PLN sudah mengakomodir asas dan tujuan yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 khususnya Pasal 3 mengenai asas efisiensi alokatif dan asas efisiensi produktif, sehingga dapat diuraikan pada penetapan tarif pada Pelanggan Bisnis dan Industri sudah sesuai dengan asas efisiensi dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. b. Tujuan kedua dari penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisisapakah tindakan perbedaan penetapan harga oleh PT.PLN yang diduga melakukan praktek diskriminasi merupakan suatu tindakan yang dapat dikategorikan sebagai pelanggarap terhadap hak-hak konsumen sesuai dengan ketentuan UU Nomor 8 Tahun 1999.

11 1.6 Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah dengan menggunakan penelitian hukum secara normatif karena pada skripsi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan peraturan perundangundangan. 2. Pendekatan Masalah Penulis dalam penyusunan skripsi ini menggunakan 3 (tiga) metode pendekatan yaitu: a. Statute approach (pendekatan peraturan perundang-undangan) yaitu pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua peraturan perundangundangan terkait dan regulasi lainnya yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. 15 b. Conseptual approach yaitu pendekatan yang dilakukan beranjak pada pendapat-pendapat para sarjana hukum, literatur-literatur yang terkait dengan hukum persaingan usaha, praktisi dan pakar hukum disamping peraturan perundang-undangan yang telah ada. c. Case approach yaitu pendekatan terhadap rumusan masalah melalui putusan dan pada skripsi ini menggunakan pendekatan terhadap Putusan KPPU No. 06/KPPU-I/2011 tentang perbedaan penetapan tarif oleh PT.PLN kepada pelanggan yang satu dengan yang lain. 2006, h. 93 15 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,

12 3. Pengolahan Bahan Hukum 1) Bahan Hukum Bahan hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah: a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan resmi atau risalah dalam pembuatan peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Dalam skripsi ini, bahan hukum primer yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan terutama yang terkait dengan hukum persaingan usaha dan hukum perlindungan konsumen. Selain itu juga sumber bahan hukum primer lainnya adalah Putusan KPPU Nomor 06/KPPU- I/2011 tentangperbedaan penetapan tarif oleh PT.PLN kepada pelanggan yang satu dengan yang lain. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah literatur dan bukubuku hukum yang berkaitan dengan persaingan usaha, laporan, makalah, artikel di internet dan surat kabar yang terkait dengan hukum persaingan usaha. 2) Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Berdasarkan penulisan skripsi ini, teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dengan melalui studi kepustakaan yang kemudian diinventarisasi dan diklarifikasi sesuai dengan permasalahan yang dibahas

13 serta dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan dam ketentuanketentuan yang berlaku. Bahan hukum tersebut kemudian dirumuskan pada suatu pokok bahasan yang sistematis. 3) Analisa Bahan Hukum Bahan hukum yang telah terkumpul kemudian dianalisa dengan menganalisa dengan suatu hal yang bersifat umum yang kemudian ditarik menjadi suatu kesimpulan secara khusus, sehingga dari bahan hukum yang telah didapatkan dapat dianalisa dan dikaji sesuai dengan permasalahan yang ada sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan sebagai upaya pemecahan suatu masalah. 1.7 Pertanggungjawaban Sistematika Pertanggungjawaban sistematika ini dimaksudkan untuk memberikan kerangka penulisan yang berurutan sehingga hal ini akan memudahkan bagi penulis untuk penyusunan skripsi ini serta memudahkan pembaca untuk mengetahui mengenai permasalahan dan pembahasan secara menyeluruh dalam skripsi ini. Pada skripsi ini terbagi menjadi 4 bab yaitu Bab I, Bab II, Bab III, dan Bab IV. Bab I merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, penjelasan judul, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metode penelitian dan pertanggungjawaban sistematika.

14 Bab II menguraikan rumusan permasalahan yang pertama yaitu untuk menganalisis pelaksanaan perbedaan penetapan harga oleh PT.PLN berdasar asas efisiensi yang terdapat pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Bab III menguraikan rumusan permasalahan yang kedua yaitu untuk menganalisistindakan yang dilakukan PT.PLN terkait dengan perbedaan penetapan tarif untuk Pelanggan Bisnis dan Industri merupakan tindakan yang patut diduga sebagai pelanggaran terhadap hak-hak konsumen di dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Bab IV merupakan bagian penutup yang berisi tentang kesimpulan yang disusun berdasarkan pada uraian bab-bab pembahasan yang sebelumnya serta berisi saran-saran yang disampaikan oleh penulis sebagai upaya untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat.

14 BAB II ASAS EFISIENSI DI DALAM PENERAPAN TARIF PT. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA