BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). untuk menjamin bahwa tujuan tercapai secara hemat, efisien, dan efektif.

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

BUPATI MAROS PROVINSI SULAWASI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 08 TAHUN 2016 TENTANG

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Visi Universitas XY pada tahun 2025 adalah menjadi. kecendekiaan. Salah satu misi untuk mewujudkan visi tersebut adalah

BERITA NEGARA. No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan.

PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. Bersih dan Bebas dari KKN. (Meidyah Indreswari, 2011). Salah satu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah; 3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola. penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

birokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manajemen keuangan daerah tidak terlepas dari perencanaan dan

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

BAB VII PENUTUP. pengendalian intern, harus dilaksanakan kelima unsur dari SPIP yaitu lingkungan

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi di Indonesia didesain agar bisa menciptakan birokrasi

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup, dan batasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

KEPUTUSAN KECAMATAN CICURUG KABUPATEN SUKABUMI NOMOR : 30 Tahun 2018

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Sebagaimana telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, program reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik merupakan salah satu program prioritas dari program pemerintah. Birokrasi diharapkan dapat menggerakkan roda pemerintahan untuk melaksanakan fungsi regulasi, alokasi, distribusi, pelayanan, dan pemberdayaan masyarakat. Reformasi birokrasi pemerintahan, sebagai perubahan dalam suatu sistem birokrasi sangat mendesak untuk dilaksanakan saat ini karena birokrasi pemerintahan telah dianggap sebagai sistem yang tidak efisien, rumit, rigid, dan bernuansa korupsi, kolusi, dan nepotisme (Mardiasmo, 2010:1;5). Optimalnya kinerja birokrasi sangat tergantung pada kapasitas, kompetensi, integritas dan kinerja para pegawai. Sebagai sumber daya manusia, pegawai merupakan elemen utama organisasi dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang sebab manusialah yang mengendalikan bagian-bagian yang lain. Terkait dengan hal tersebut, maka perlu ada pembinaan sumber daya manusia (SDM) yang dimaksudkan untuk membentuk pegawai yang professional, taat hukum, rasional, inovatif, berintegritas serta menjunjung etika administrasi publik dalam memberikan pelayanan publik. Menurut Mardiasmo (2010), peningkatan profesionalisme dilakukan melalui pembentukan karakteristik yaitu (1) Mempunyai komitmen yang tinggi terhadap 1

perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan bernegara; (2) Memiliki kompetensi yang dipersyaratkan dalam mengemban tugas pelayanan dan pengelolaan kebijakan publik; (3) Mampu melaksanakan tugas dengan terampil, kreatif, inovatif; (4) Disiplin dalam bekerja berdasarkan sifat dan etika professional; (5) Memiliki daya tanggap dan sikap bertanggung gugat (akuntabilitas); (6) Memiliki derajat otonomi yang penuh rasa tanggung jawab dalam membuat dan melaksanakan berbagai keputusan sesuai kewenangan; (7) Memaksimalkan efisiensi, kualitas, dan produktivitas. Untuk mencapai sasaran di atas maka ditempuhlah pembinaan Sumber Daya Manusia melalui langkah pendidikan dan latihan, mengingat pembinaan pegawai menjadi suatu keniscayaan dan suatu usaha yang penting dalam organisasi dimana diklat merupakan wahana strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kepribadian seutuhnya untuk dapat bekerja dengan baik dan mampu memecahkan berbagai masalah kehidupan dalam perubahan yang berlangsung begitu cepat. Peranan pendidikan dan latihan dalam pengembangan sumber daya manusia perlu dilihat secara proporsional dan tepat. Merupakan hal yang tepat, logis dan wajar apabila organisasi mengharapkan bahkan menuntut efisiensi kerja dan produktifitas yang tinggi dari semua anggota organisasi. Pendidikan formal yang telah ditempuh memang merupakan modal yang sangatlah penting. Namun telah umum dimaklumi dan disadari bahwa pendidikan formal yang bersifat umum hanya mengakibatkan penguasaan sesuatu jabatan tertentu. Berarti bahwa kepada mereka yang telah melalui berbagai jenjang pendidikan formal tertentu pun masih perlu diberikan 2

pendidikan tambahan yang lebih memungkinkan mereka menerapkan ilmunya pada situasi konkrit yang dihadapi sehari-hari dalam organisasi. Dalam Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), menteri, gubernur, dan bupati/walikota, wajib melakukan pengendalian atas kegiatan penyelenggaraan pemerintah. Sistem Pengendalian Intern merupakan suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, mendorong efisiensi, dan membantu mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan sehingga pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel dapat tercapai. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai pembina dalam penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) bertujuan untuk memberikan pemahaman substansi atau konsep SPIP, menyamakan persepsi tentang SPIP serta untuk memberikan pemahaman tentang grand design pengembangan SPIP agar implementasinya dapat berjalan terarah dan simultan. Diklat ini berpusat di kantor Pusdiklatwas BPKP di Jakarta, tetapi guna efisiensi dan efektifitas (tenaga, waktu, dan materi) maka sebagai afiliasi, BPKP tingkat perwakilan provinsi dapat menyelenggarakan diklat pada 3

lingkup provinsi masing-masing, dan yang menjadi locus dalam penelitian ini adalah kantor BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan. Penerapan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) pada instansi keuangan ini merupakan salah satu instrumen utama untuk mendukung komitmen mewujudkan reformasi birokrasi yang bersih dan bebas KKN. Merujuk kembali pada diklat, Diklat yang efektif dan efisien merupakan diklat yang berorientasi proses, dimana organisasi tersebut dapat melaksanakan program-program yang sistematis untuk mencapai tujuan dan hasil yang dicitacitakan. Keefektifan diklat akan mempengaruhi kualitas kinerja sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkannya. Namun pada beberapa kasus diklat ditemukan pelaksanaan diklat pada umumnya tidak seperti yang diharapkan karena diklat seringkali dipandang sebagai proses formalitas saja tanpa ada tindak lanjut dalam pelaksanaan tugas setelah mengikutinya, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama diklat belum maksimal ditularkan pada unit kerjanya, Secara substansial, pendidikan dan pelatihan yang diadakan dianggap belum memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kebanyakan peserta diklat juga lebih berorientasi pada ijazah/sertifikat, bukan pada pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh (Jurnal V4 N1 2009-3). Dari hasil Focus Group Discussion (FGD) diidentifikasi bahwa risiko yang terjadi dalam penyelenggaraan diklat khususnya di lingkup BPKP kebanyakan bersumber dari orang antara lain adalah risiko terkait dengan widyaiswara/ Instruktur terutama dalam hal kompetensi, kehadiran, variasi mengajar, ketersediaan, dan kecukupan jumlah. Risiko lain yang perlu untuk dikelola adalah 4

risiko barang yaitu risiko terkait dengan bahan ajar/modul yang kurang up to date sehingga perlu disesuaikan dengan perkembangan terkini. (http://www.bpkp.go.id/puslitbangwas/konten/962/mr-diklat). Sehubungan dengan diklat Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang diadakan oleh BPKP Provinsi Sulawesi Selatan, dapat dilihat beberapa permasalahan terkait Sistem Pengendalian Intern seperti yang dikemukakan Abi Rusman Tjokronolo sebagai Kepala BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan pada Desember 2011, dalam tulisannya, sebagai berikut: kelemahan sistem pencatatan dan pelaporan, kelemahan sistem pelaksanaan anggaran, kelemahan struktur pengendalian intern dimana dukungan Sumber Daya Manusia akuntansi kurang memadai, entitas tidak memiliki SOP pengelolaan keuangan dan barang, Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) belum terbentuk atau tidak berfungsi optimal, pemisahan tugas dan fungsi belum memadai. (inspektoratsulsel.org/wpcontent/plugins/download.../download.php?.). Adanya berbagai kelemahan di atas karena belum efektifnya penyelenggaraan pendidikan dan latihan SPIP yang diikuti pegawai bersangkutan sehingga terjadi kesenjangan antara keterampilan dan pengetahuan yang diterima dengan kinerja pada unit pekerjaannya. Sehubungan dengan itu, ditemukan kendala lain terkait penyelenggaraan diklat pada kantor BPKP Provinsi Sulawesi Selatan, antara lain sarana dan fasilitas yang belum memenuhi standar seperti asrama/penginapan yang belum disediakan secara khusus. Motivasi peserta saat penjaringan cenderung rendah sehingga harus menunggu konfirmasi instansi cukup lama. Akibatnya jadwal pelaksanaan diklat tidak sesuai target dan prosedur yang direncanakan, rumitnya prosedur 5

pemberian biaya/anggaran untuk penyelenggaraan diklat. Masih adanya tenaga pengajar (widyaiswara) yang belum professional dalam menyajikan materi diklat, dimana widyaiswara yang dinilai ahli dan pintar namun belum dapat mengajar dan berkomunikasi secara efektif atau teaching skillnya tidak efektif. Berdasarkan uraian di atas maka efektivitas diklat harus tercapai agar melahirkan alumni diklat yang berkualitas. Oleh hal inilah yang mendorong penulis meneliti tentang EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) PADA KANTOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROPINSI SULAWESI SELATAN. I. 2. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup penulisan ini hanya pada proses penyelenggaraan pendidikan dan latihannya demi terarah dan sistematisnya penulisan ini serta mengingat kajian pendidikan dan latihan cukup luas, maka ditentukan rumusan masalah, yaitu: 1. Bagaimana efektivitas proses penyelenggaraan diklat SPIP pada Kantor BPKP Perwakilan Sulawesi Selatan? I. 3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: untuk menganalisis efektivitas proses penyelenggaraan pendidikan dan latihan pada Kantor BPKP Perwakilan Sulawesi Selatan. 6

I. 4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Manfaat akademik Kegunaan akademik dalam penelitian ini adalah sebagai referensi bagi pihak-pihak yang berkompoten dalam pencarian informasi atau sebagai referensi mengenai efektivitas penyelenggaraan diklat. 2. Manfaat praktis Kegunaan praktis dalam penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi sumbangan pemikiran serta informasi bagi instansi Pemerintah di Kantor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Perwakilan Sulawesi Selatan. 3. Manfaat bagi penulis Kegunaan bagi penulis, dapat menambah dan memperluas wawasan dan pengetahuan penulis dalam penulisan karya ilmiah (skripsi) terkait masalah yang diteliti, serta merupakan tugas akhir bagi peneliti untuk mendapatkan gelar sarjana. 7