FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN DI DESA BELANG MALUM KECAMATAN SIDIKALANG KABUPETEN DAIRI TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN DI DESA BELANG MALUM KECAMATAN SIDIKALANG KABUPETEN DAIRI TAHUN 2014

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun Abstract

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU SENJA CERIA SEMARANG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK, AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGUTER

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

PREVALENSI PENYAKIT HIPERTENSI PENDUDUK DIINDONESIA DAN FAKTOR YANG BERISIKO

BAB I PENDAHULUAN. 1

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

MEROKOK, MENGKONSUMI ALKOHOL, DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

HUBUNGAN PENDAPATAN, PENYAKIT INFEKSI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS GLUGUR DARAT TAHUN 2014

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

ABSTRAK FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2011

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

berusia di atas 37,65 tahun untuk lebih diperhatikan. Kata kunci: kesegaran jasmani lalu lintas. Kepustakaan: 46 ( ). ABSTRAK Susilowati

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

Angka Kejadian dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di 78 RT Kotamadya Palembang Tahun 2010

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016.

FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI BESI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARSOBURAN KEC

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

Kata Kunci : Status Merokok, konsumsi alkohol, hipertensi

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG KOTA MAKASSAR

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2009

HUBUNGAN OBESITAS DAN RIWAYAT DIABETES MELLITUS DENGAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DESA TEMPOK SELATAN KECAMATAN TOMPASO KABUPATEN MINAHASA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI- LAKI PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS X NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

Rini Anggraeny 1, Wahiduddin 1, Rismayanti 1.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi Manado

Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Nambangan

ABSTRAK. Kata Kunci: Obesitas, Natrium, Hipertensi

FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

JNPH Volume 4 No. 1 (Juli 2016) The Author(s) 2016

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALNUTRISI PADA LANSIA DI POSYANDU KAWURI SEJAHTERA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

Unnes Journal of Public Health

PENELITIAN. HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI DALAM PENCEGAHAN STROKE di PUSKESMAS PONOROGO UTARA KABUPATEN PONOROGO

FAKTOR -FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI UPT PSLU (UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA) MAGETAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

HUBUNGAN OBESITAS DAN KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN. Oleh : AYU YUSRIANI NASUTION

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSU HANDAYANI KOTABUMI LAMPUNG UTARA

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA DI DESA BLULUKAN KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA DAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SILINDA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2013 TESIS.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN DI DESA BELANG MALUM KECAMATAN SIDIKALANG KABUPETEN DAIRI TAHUN 2014 Susi 1, Hiswani 2, Jemadi 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155 Email: susi.napitupulu@ymail.com ABSTRACT Hypertension is a degenerative disease that shown the rising of diastole and/or sistoles blood presur and attack the elder. Hypertension be a health concern because would lead to complications in target organs and make dying World Health Organizatio identified that hypertension as the first causes of cardiovascular mortality 20 until 50% of the mortality. Hypertension kills nearly 8 million people annually worldwide and nearly 1.5 million people every year in Southeast Asia. Hypertension is associated with several factors, obesity, physical activity, smoking habit, the habit of eating natrium.,and family history. To determine factors associated with hypertension in Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun in 2014, conducted research using cross sectional design. 100 samples were taken by simple random sampling methodh. Univariate data were analyzed descriptively and bivariate data were analyzed using the chi square test with 95% CI. Based on the results obtained proportion prevalence of hypertension 44,00%, the highest proportion of hypertension respondents is male group (64.86%), workers (45,26%), Academik/College education (75.00%), nutritional status obesity (61.10%), insufficient physical activity (63.63%), the habit of smoking (64.51%), eating salt 3 time /week (55.26%), and family history (53.33%).The results of bivariate analyzes, in general there is a significant association between gender (p = 0.001), nutritional status (p = 0.010), physical activity (p = 0.036), and smoking habit (p = 0.006). And there was no significant relationship betwee, level of education, the habit of eating natrium, and family history with incident hypertension. The elderly routinely check the blood pressure, balancereduce the nutritional status by controll the food consumtion or have the sport routinity, add the physical activity by old-age gymnastics, reduce or stop the smooking habit as a risk factor for hypertension. Parties are expected to influence elderly to want participating in the activities of Posyandu elderly and the worker of Posyandu to held the Health Promotion of the risk of Hypertension, and how the way to prevent the hypertension in elderly. Keywords: Hypertension, Elderly, Risk factors 1

Pendahuluan Indikator keberhasilan pembangunan suatu bangsa terlihat dalam peningkatan taraf hidup dan Usia Harapan Hidup (UHH), namun peningkatan UHH ini sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan Kesehatan karena terjadinya transisi epidemiologik akibat meningkatnya angka kesakitan oleh penyakit degeneratif. 1 Permasalahan warga lanjut usia semakin kompleks. 2 Dalam pendekatan kelompok, para lansia menunjukkan kecenderungan prevalensi yang cukup signifikan dalam kaitan gangguangangguan yang bersifat kronis dan degeneratif. 3 Angka kesakitan lansia berusia 60 tahun keatas pada tahun 2012 sebesar 26,93% dari total penduduk lansia. Keluhan kesehatan lansia dari 10 penyakit terbesar yang paling tinggi adalah keluhan yang merupakan efek dari penyakit kronis seperti hipertensi (5,17%), Katarak (4,75%), penyakit jantung iskemik (2,84%), dan lain-lain. 4 Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah diastole dan sistole melebihi nilai normal yakni 140 mmhg dan atau 90 mmhg. World Health Organization telah mengidentifikasi hipertensi, atau tekanan darah tinggi, sebagai penyebab utama mortalitas kardiovaskuler yang menyebabkan 20-50% dari seluruh kematian. 5 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional hipertensi adalah 31,7%. Selain itu hasil Riskesdas juga menunjukkan hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian utama untuk semua kelompok umur di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) 6,8%. 6 Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 Sumatera Utara, dari 10 jenis penyakit tidak menular diketahui bahwa prevalensi hipertensi menduduki peringkat tertinggi keempat dengan proporsi 5,8% setelah persendian, jantung, dan gangguan mental. 7 Perumusan masalah dalam penelitian ini yakni belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di 2 Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proporsi prevalensi hipertensi pada lansia usia pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014. 2. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, status gizi melalui IMT (Indeks Massa Tubuh), aktifitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi garam pada ikan asin, dan riwayat hipertensi pada lansia usia pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014 3. Untuk mengetahui hubungan antara kejadian hipertensi dengan jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, status gizi, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi garam, dan riwayat hipertensi di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014.. Manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan informasi tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014. 2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi instansi terkait dalam rangka meningkatkan upaya kesehatan baik preventif maupun kuratif khususnya untuk penyakit hipertensi lansia. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan referensi dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa/mahasiswi kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Kesehatan Masyarakat. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan meningkatkan pengetahuan bagi penulis dalam meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014.

Metode Penelitian Penelitian ini bersifat analitik, dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi pada tahun 2014..Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia berusia 45 60 tahun yang terdaftar sebagai penduduk di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi tahun 2014 berjumlah 221 orang. Perhitungan sampel dengan menggunakan rumus besar sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi. 8 : n Zα 2 PQ d2 Dengan menggunakan rumus tersebut diketahui jumlah sampel minimum 97, dan peneliti mengambil jumlah sampel 100 orang. hal ini sesuai dengan pernyataan Frankel dan Wallen yang menyatakan bahwa, jumlah sampel untuk penelitian deskriptif atau analitik yang menggunakan wawancara atau survei disarankan untuk mengambil jumlah sampel minimal 100 atau lebih sesuai dengan kemampuan peneliti. Besar sampel dapat diambil lebih tinggi dari jumlah sampel minimum. 13 Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. 8 Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari hasil wawancara menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden. sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Kepala Desa Belang Malum. Data univariat dianalisis secara deskriptif sedangkan data bivariat dengan chi-square 95% CI. Hasil dan Pembahasan Analisis Univariat Penelitian yang dilakukan terhadap 100 orang lansia usia 45-60 tahun di Desa Belang Malum tahun 2014, diperoleh proporsi prevalensi hipertensi. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 1 Distribusi Proporsi Hipertensi Responden di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Kejadian Frekuensi Proporsi (%) Hipertensi Hipertensi 44 44 Tidak Hipertensi 56 56 Jumlah 100 100 3 Berdasarkan table 1. dapat diketahui bahwa proporsi kejadian hipertensi pada lansia usia pertengahan (45-60 tahun) di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 adalah 44%. Tabel 2 Distribusi Proporsi Lansia Usia Pertengahan (45-60 Tahun) Penduduk Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2014 Berdasarkan Sosiodemografi Sosiodemografi Frekuensi Proporsi (%) Usia 45-50 tahun 51-55 tahun 56-60 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD/Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat Akademi/PT 42 23 35 37 63 95 5 32 42 23 35 37 63 95 5 32 22 42 4 22 42 4 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 2. di atas dapat diketahui bahwa proporsi Lansia usia pertengahan (45-60 tahun) di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 berdasarkan kategori usia, lebih banyak ditemukan pada kelompok umur 45-50 tahun yaitu 42 orang (42%), kelompok umur 51-55 tahun ada 23 oran (23%) dan kelompok 56-60 tahun ada 35 orang (35%), berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak ditemukan pada perempuan yaitu 63 orang (63%), sedangkan pada laki-laki yaitu 37 orang (37%). Proporsi Lansia usia pertengahan (45-60 tahun) di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 berdasarkan status pekerjaan, paling banyak ditemukan pada lansia yang berkerja, yaitu 95 orang (95%), dan yang paling sedikit adalah tidak bekerja yakni 5 orang (5 %). Proporsi Lansia di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, paling banyak ditemukan pada Lansia yang berpendidikan terakhir SMA

yaitu 42 orang (42 %), kemudian SD, dan SMP masing-masing yaitu 32 orang (32%), 22 orang (22%), sedangkan yang paling sedikit adalah Akademi/ PT yaitu 4 orang (4 %). Tabel 3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Status Gizi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Status Gizi (IMT) Frekuensi Proporsi (%) Obesitas 36 36 Tidak Obesitas 64 64 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan status gizi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, status gizi tidak obesitas yaitu 64 orang (64%), dan yang paling sedikit adalah status gizi obesitas yaitu 36 orang (36%). Tabel 4 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Aktivitas Fisik Frekuensi Proporsi (%) Tidak Cukup 22 22 Cukup 78 78 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan aktivitas fisik di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada lansia yang aktivitas fisiknya cukup yaitu 78 orang (78%), sedangkan pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup yakni 22 orang (22%). Tabel 5 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Kebiasaan Merokok Frekuensi Proporsi (%) < 10 batang/hari 69 69 10 batang/hari 31 31 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan kebiasaan merokok di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada lansia yang kebiasaan merokoknya <10 batang perhari atau tidak merokok, yaitu 69 orang (69%), sedangkan pada kelompok yang merokok 10 batang perhari yakni 31orang (31%). Tabel 6 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Garam Pada Ikan Asin di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Konsumsi Garam Frekuensi Proporsi (%) 3 kali/minggu 38 38 > 3 kali/ minggu 62 62 Jumlah 100 100 Berdasarkan table 6. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan kebiasaan konsumsi garam, khususnya yang terkandung dalam ikan asin di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada lansia yang kebiasaan konsumsi garam pada ikan asin tinggi (> 3 kali seminggu), yaitu 62 orang (62%), sedangkan pada kelompok yang konsumsi garam yang terkandung pada ikan asin yang rendah ( 3 kali seminggu) yakni 38 orang (38%). Tabel 7 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Riwayat Hipertensi Frekuensi Proporsi (%) Ada 30 30 Tidak ada 70 70 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 7. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan Riwayat Hipertensi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada Lansia yang tidak memiliki riwayat hipertensi, yaitu 70 orang (70%), sedangkan pada yang memiliki riwayat hipertensi yakni 30 orang (30%). Analisis Bivariat Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 8 Tabel 8 Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di 4

Jenis Kelamin Laki-laki 24 20 Perempuan Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 Hipertensi Tidak Hipertensi f % f % f % 64,86 31,75 13 43 35,14 68,25 Jumlah X 2 /p RP (CI= 95 %) 37 63 100 100 10,38/ 0,001 2,043 (1,325 3,150) Berdasarkan tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada laki-laki yaitu 64,86% dan terendah pada perempuan yaitu 31,75%. Kejadian hipertensi pada laki-laki adalah lebih tinggi dari pada perempuan. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,001 (nilai p < 0,05) artinya terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Ratio Prevalance hipertensi pada kelompok lakilaki dan perempuan adalah 2,043 (95% CI=1,325-3,150). Artinya kelompok laki-laki lebih berisiko 2,043 kali dari pada kelompok perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Siringoringo di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir (2013) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi (p=0,737). 9 Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9 Tabulasi Silang Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 Status Pekerjaan Bekerja Pensiunan/ Tidak Bekerja Hipertensi Tidak Hipertensi f % f % f % 43 1 45,30 20,00 52 4 54,70 80,00 Jumlah X 2 /p RP (CI= 95 %) 100 100 95 5 1,230 / 0,267 2,263 (0,387-13,246) Berdasarkan tabel.9 dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok bekerja yaitu 45,3% dan terendah pada kelompok yang tidak bekerja yaitu 20%. Karena ada cell yang memiliki nlai expected count diatas 0%, sehingga tidak dapat dilanjutkan dengan uji chisquare. Pada penelitian Manik (2011) pada Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok yang bekerja adalah 33,3% dan pada kelompok yang pensiunan/ tidak bekerja adalah 24,20%. Hasil uji secara statistik menggunakan chi-square diperoleh nilai p=0,347 artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan dan kejadian hipertensi. 10 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Tingkat Pendidikan Tidak tamat SD/ Tamat SD/ sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SLTA/ sederajat Tamat Akademi/ Perguruan Tinggi Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X 2 /p f % f % f % 12 37,5 20 62,5 32 100 10 45,45 12 54,55 22 100 19 45,24 23 54,76 42 100 3 75,00 1 25,00 4 100 2,154/ 0,541 Berdasarkan table 10 di atas dapat diketahui proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok tamat Akademi/Perguruan Tinggi yaitu 75% dan terendah pada kelompok tidak tamat SD/tamat SD/sederajat yaitu 37,50%. Oleh karena terdapat nilai cell yang memiliki expected count lebih dari 0% maka tidak dapat dilanjutkan dengan uji chi-square. Dan hal ini sejalan dengan penelitian Yulia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung (2011) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, menunjukkan bahwa tidak terdapat 5

hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan hipertensi (p=0,688). 11 Hubungan status gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 11 Tabel 11 Tabulasi Silang Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Status Gizi Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X 2 /p f % f % f % Obesitas 22 61,10 14 38,90 33 100 6,684/ 0,010 Tidak Obesitas 22 34,40 42 65,60 67 100 RP (CI= 95 %) 1,778 (1,160-2,725) Berdasarkan tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok status gizi obesitas yaitu 61,10% dan terendah pada kelompok status gizi tidak obesitas yaitu 34,40%. Hasil uji secara statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,010 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang obesitas dengan lansia yang tidak obesitas adalah 1,778 (95% CI=1,160-2,725), artinya lansia yang mengalami obesitas lebih berisiko 1,178 kali dari pada lansia yang tidak obesitas. Dan hal ini sejalan dengan penelitian Yulia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung (2011) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi (p=0,000). 11 Tabel 12 Tabulasi Silang Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Aktivitas Hipertensi Tidak /p Fisik Hipertensi f % f % f % Tidak 14 63,63 8 36,37 22 100 4,414/ Cukup 0,036 Cukup 30 38,50 48 61,50 78 100 RP (CI= 95%) 1,655 (1,084-2,525) Berdasarkan tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok aktivitas ringan yaitu 63,63% dan terendah pada kelompok aktivitas berat yaitu 38,50%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,036 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup dan cukup adalah 0,539 (95% CI=0,356-0,817), artinya lansia dengan aktivitas tidak cukup lebih berisiko 0,539 kali dari pada lansia dengan aktivitas fisik cukup. Dan hal ini sejalan dengan penelitian Djauhar,dkk di Pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus (2013) dengan menggunakan desain penelitian case control study, proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok aktivitas fisik tidak cukup yaitu 83,33%. Hasil analisis diperoleh nilai p=0,014 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. 14 Hubungan kebiasaan merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 13 Hubungan aktivitas fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 12 6

Tabel 13 Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Kebiasaan Merokok <10 batang per hari 10 batang per hari Hipertensi Tidak Jumlah X2 /p Hipertensi f % f % f % 24 34,78 43 65,22 69 100 7,675/ 0,006 20 64,51 2 35,49 31 100 RP (CI=95 %) 0,539 (0,356 0,817) Berdasarkan tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok 10 batang perhari yaitu 64,51% dan terendah pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok (< 10 batang per hari) yaitu 34,78%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,006 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok 10batang perhari dengan tidak memiliki kebiasaan merokok (<10 batang perhari ) adalah 0,539 (95% CI=0,356-0,817), artinya lansia dengan kebiasaan merokok 10batang perhari lebih berisiko 0,593 kali dari pada lansia yang tidak memiliki kebiasaan merokok (<10 batang perhari ). Dan hal ini sejalan dengan penelitian Djauhar,dkk di Desa Klumpit Kabupaten Kudus ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok adalah 67,75% dan pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok adalah 42,10%. Berdasarkan hasil penelitian yang sama, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaaan merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,003). 12 Tabel 14 Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan Konsumsi Garam dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Kebiasaan Konsumsi Garam 3 kali/minggu > 3 kali/ minggu Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X 2 / p f % f % f % 21 55,26 17 44,74 38 100 3,156 / 23 37,10 39 62,90 62 100 0,076 RP (95% CI) 1,490 (0,967 2,295) Berdasarkan tabel 14 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang kebiasaan konsumsi garamnya 3 kali/minggu adalah 55,26%, dan pada kelompok yang kebiasaan konsumsi garamnya > 3 kali/minggu adalah 37,10%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,076 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok kebiasaan konsumsi garamnya 3 kali/minggu dan > 3 kali/minggu adalah 1,490 (95% CI=0,967-2,295). Dan hal ini sejalan dengan penelitian Berdasarkan hasil penelitian Siringo-ringo (2013), menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi (p=0,074). 9 Hubungan riwayat hipertensi pada keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 15 Hubungan kebiasaan konsumsi garam dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 14 7

Tabel 15 Tabulasi Silang Hubungan Riwayat Hipertensi Pada Keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Riwayat Hipertensi Hipertensi f % f % f % Ada 16 53,33 14 46,67 30 100 1,515/ 0,218 Tidak Ada 28 40,00 42 60,00 70 100 Jumlah X 2 /p RP (95% CI) 1,333 (0,858-2,072) Berdasarkan tabel 15 di atas dapat diketahui bahwa bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki riwayat hipertensi adalah 53,33%, dan pada kelompok yang tidak memiliki riwayat hipertensi adalah 40%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,218 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat hipertensi pada keluarga dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki riwayat hipertensi pada keluarga dan yang tidak memiliki riwayat hipertensi pada keluarga adalah 1,333 (95% CI=0,858-2,072). Dan hal ini sejalan dengan penelitian Siringo-ringo di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir (2013) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok yang memiliki riwayat keluarga 84% dan yang terendah pada kelompok yang tidak memiliki riwayat keluarga yaitu 53,49 %, dan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi (p=0,000). 9 Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a. Proporsi prevalens kejadian hipertensi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 adalah 44%. b. Proporsi Lansia usia pertengahan yang mengalami hipertensi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 yang tertinggi pada kelompok jenis kelamin Laki-laki (64,86%), status pekerjaan bekerja (45,26%), pendidikan tamat Akademi/ Perguruan Tinggi (75%), status gizi obesitas (61,10%), aktivitas fisik tidak cukup (63,63%), memiliki kebiasaan merokok 10 batang perhari (64,51%), konsumsi garam yang terkandung dalam ikan asin 3 kali/minggu (55,26%), dan memiliki riwayat hipertensi pada keluarga (53,33%). c. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 (p=0,001 ; χ 2 =10,38 RP=2,043 (95% CI= 1,325 3,150) d. Terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014. (p=0,010 ; χ 2 =6,684 RP=1,778 (95% CI= 1,160-2,725) e. Terdapat hubungan yang bermakna antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014. (p=0,036 ; χ 2 =4,414 RP=1,655 (95% CI= 1,084-2,525) f. Terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014. (p=0,006 ; χ 2 =7,675 RP=0,539 (95% CI= 0,356 0,817) g. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 (p=0,477). h. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi garam pada ikan asin dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 (p=0,076). i. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 (p=0,218). 8

2. Saran a. Diharapkan kepada seluruh Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum agar rutin memeriksa tekanan darah menyeimbangkan status gizi dengan mengontrol makanan, melakukan olahraga/aktivitas fisik dengan mengikuti senam lansia, mengurangi konsumsi rokok, karena hal tersebut merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. b. Diharapkan kepada pihak kader posyandu untuk mengadakan kegiatan promosi kesehatan tentang faktor risiko dan upaya pencegahan penyakit hipertensi pada lansia. Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010. Skripsi Mahasiswa FKM USU. Medan 12. Djauhar,dkk. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus.STIKES Muhamadiyah Kudus. 13. Frankel,dan Wallen. 1993. How To Design and Evaluate Research in Education. New York. McGraw-Hill Inc. 14. Anggraini,dkk. 2013. Faktor--Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008.Universitas Riau. Riau Daftar Pustaka 1. Maryam, R. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika, Jakarta 2. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu penyakit Dalam. 2003. Penatalaksanaan Pasien Geriatri dengan Pendekatan Interdisiplin. FK UI, Jakarta 3. Tamher, S. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta 4. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Gambaran Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta 5. Wikipedia.Hipertensi.http://id.wikipedia.org/wiki/T ekanan_darah_tinggi. Diakses pada 14 Agustus 2014 6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007. Jakarta 7. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2009. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2008. Medan 8. Cochran. W. G, 1991. Teknik Penarikan Sampel Edisi Ketiga. UI Press. Jakarta 9. Siringo-ringo, M. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013. Skripsi Mahasiswa FKM USU 10. Manik, M. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Pematang Siantar Tahun 2011. Skripsi Mahasiswa FKM USU 11. Yulia. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu 9

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN DI DESA BELANG MALUM KECAMATAN SIDIKALANG KABUPETEN DAIRI TAHUN 2014 Susi 1, Hiswani 2, Jemadi 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155 Email: susi.napitupulu@ymail.com ABSTRACT Hypertension is a degenerative disease that shown the rising of diastole and/or sistoles blood presur and attack the elder. Hypertension be a health concern because would lead to complications in target organs and make dying World Health Organizatio identified that hypertension as the first causes of cardiovascular mortality 20 until 50% of the mortality. Hypertension kills nearly 8 million people annually worldwide and nearly 1.5 million people every year in Southeast Asia. Hypertension is associated with several factors, obesity, physical activity, smoking habit, the habit of eating natrium.,and family history. To determine factors associated with hypertension in Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun in 2014, conducted research using cross sectional design. 100 samples were taken by simple random sampling methodh. Univariate data were analyzed descriptively and bivariate data were analyzed using the chi square test with 95% CI. Based on the results obtained proportion prevalence of hypertension 44,00%, the highest proportion of hypertension respondents is male group (64.86%), workers (45,26%), Academik/College education (75.00%), nutritional status obesity (61.10%), insufficient physical activity (63.63%), the habit of smoking (64.51%), eating salt 3 time /week (55.26%), and family history (53.33%).The results of bivariate analyzes, in general there is a significant association between gender (p = 0.001), nutritional status (p = 0.010), physical activity (p = 0.036), and smoking habit (p = 0.006). And there was no significant relationship betwee, level of education, the habit of eating natrium, and family history with incident hypertension. The elderly routinely check the blood pressure, balancereduce the nutritional status by controll the food consumtion or have the sport routinity, add the physical activity by old-age gymnastics, reduce or stop the smooking habit as a risk factor for hypertension. Parties are expected to influence elderly to want participating in the activities of Posyandu elderly and the worker of Posyandu to held the Health Promotion of the risk of Hypertension, and how the way to prevent the hypertension in elderly. Keywords: Hypertension, Elderly, Risk factors 1

Pendahuluan Indikator keberhasilan pembangunan suatu bangsa terlihat dalam peningkatan taraf hidup dan Usia Harapan Hidup (UHH), namun peningkatan UHH ini sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan Kesehatan karena terjadinya transisi epidemiologik akibat meningkatnya angka kesakitan oleh penyakit degeneratif. 1 Permasalahan warga lanjut usia semakin kompleks. 2 Dalam pendekatan kelompok, para lansia menunjukkan kecenderungan prevalensi yang cukup signifikan dalam kaitan gangguangangguan yang bersifat kronis dan degeneratif. 3 Angka kesakitan lansia berusia 60 tahun keatas pada tahun 2012 sebesar 26,93% dari total penduduk lansia. Keluhan kesehatan lansia dari 10 penyakit terbesar yang paling tinggi adalah keluhan yang merupakan efek dari penyakit kronis seperti hipertensi (5,17%), Katarak (4,75%), penyakit jantung iskemik (2,84%), dan lain-lain. 4 Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah diastole dan sistole melebihi nilai normal yakni 140 mmhg dan atau 90 mmhg. World Health Organization telah mengidentifikasi hipertensi, atau tekanan darah tinggi, sebagai penyebab utama mortalitas kardiovaskuler yang menyebabkan 20-50% dari seluruh kematian. 5 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi nasional hipertensi adalah 31,7%. Selain itu hasil Riskesdas juga menunjukkan hipertensi menduduki peringkat ketiga penyebab kematian utama untuk semua kelompok umur di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) 6,8%. 6 Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 Sumatera Utara, dari 10 jenis penyakit tidak menular diketahui bahwa prevalensi hipertensi menduduki peringkat tertinggi keempat dengan proporsi 5,8% setelah persendian, jantung, dan gangguan mental. 7 Perumusan masalah dalam penelitian ini yakni belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di 2 Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014. Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proporsi prevalensi hipertensi pada lansia usia pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014. 2. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, status gizi melalui IMT (Indeks Massa Tubuh), aktifitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi garam pada ikan asin, dan riwayat hipertensi pada lansia usia pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014 3. Untuk mengetahui hubungan antara kejadian hipertensi dengan jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, status gizi, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi garam, dan riwayat hipertensi di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014.. Manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan informasi tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014. 2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi instansi terkait dalam rangka meningkatkan upaya kesehatan baik preventif maupun kuratif khususnya untuk penyakit hipertensi lansia. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan referensi dalam proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa/mahasiswi kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Kesehatan Masyarakat. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan meningkatkan pengetahuan bagi penulis dalam meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia usia pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014.

Metode Penelitian Penelitian ini bersifat analitik, dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi pada tahun 2014..Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia berusia 45 60 tahun yang terdaftar sebagai penduduk di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi tahun 2014 berjumlah 221 orang. Perhitungan sampel dengan menggunakan rumus besar sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi. 8 : n Zα 2 PQ d2 Dengan menggunakan rumus tersebut diketahui jumlah sampel minimum 97, dan peneliti mengambil jumlah sampel 100 orang. hal ini sesuai dengan pernyataan Frankel dan Wallen yang menyatakan bahwa, jumlah sampel untuk penelitian deskriptif atau analitik yang menggunakan wawancara atau survei disarankan untuk mengambil jumlah sampel minimal 100 atau lebih sesuai dengan kemampuan peneliti. Besar sampel dapat diambil lebih tinggi dari jumlah sampel minimum. 13 Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling. 8 Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari hasil wawancara menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden. sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor Kepala Desa Belang Malum. Data univariat dianalisis secara deskriptif sedangkan data bivariat dengan chi-square 95% CI. Hasil dan Pembahasan Analisis Univariat Penelitian yang dilakukan terhadap 100 orang lansia usia 45-60 tahun di Desa Belang Malum tahun 2014, diperoleh proporsi prevalensi hipertensi. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 1 Distribusi Proporsi Hipertensi Responden di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Kejadian Frekuensi Proporsi (%) Hipertensi Hipertensi 44 44 Tidak Hipertensi 56 56 Jumlah 100 100 3 Berdasarkan table 1. dapat diketahui bahwa proporsi kejadian hipertensi pada lansia usia pertengahan (45-60 tahun) di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 adalah 44%. Tabel 2 Distribusi Proporsi Lansia Usia Pertengahan (45-60 Tahun) Penduduk Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun 2014 Berdasarkan Sosiodemografi Sosiodemografi Frekuensi Proporsi (%) Usia 45-50 tahun 51-55 tahun 56-60 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD/Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat Akademi/PT 42 23 35 37 63 95 5 32 42 23 35 37 63 95 5 32 22 42 4 22 42 4 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 2. di atas dapat diketahui bahwa proporsi Lansia usia pertengahan (45-60 tahun) di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 berdasarkan kategori usia, lebih banyak ditemukan pada kelompok umur 45-50 tahun yaitu 42 orang (42%), kelompok umur 51-55 tahun ada 23 oran (23%) dan kelompok 56-60 tahun ada 35 orang (35%), berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak ditemukan pada perempuan yaitu 63 orang (63%), sedangkan pada laki-laki yaitu 37 orang (37%). Proporsi Lansia usia pertengahan (45-60 tahun) di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 berdasarkan status pekerjaan, paling banyak ditemukan pada lansia yang berkerja, yaitu 95 orang (95%), dan yang paling sedikit adalah tidak bekerja yakni 5 orang (5 %). Proporsi Lansia di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, paling banyak ditemukan pada Lansia yang berpendidikan terakhir SMA

yaitu 42 orang (42 %), kemudian SD, dan SMP masing-masing yaitu 32 orang (32%), 22 orang (22%), sedangkan yang paling sedikit adalah Akademi/ PT yaitu 4 orang (4 %). Tabel 3 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Status Gizi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Status Gizi (IMT) Frekuensi Proporsi (%) Obesitas 36 36 Tidak Obesitas 64 64 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan status gizi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, status gizi tidak obesitas yaitu 64 orang (64%), dan yang paling sedikit adalah status gizi obesitas yaitu 36 orang (36%). Tabel 4 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Aktivitas Fisik Frekuensi Proporsi (%) Tidak Cukup 22 22 Cukup 78 78 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan aktivitas fisik di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada lansia yang aktivitas fisiknya cukup yaitu 78 orang (78%), sedangkan pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup yakni 22 orang (22%). Tabel 5 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Kebiasaan Merokok Frekuensi Proporsi (%) < 10 batang/hari 69 69 10 batang/hari 31 31 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan kebiasaan merokok di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada lansia yang kebiasaan merokoknya <10 batang perhari atau tidak merokok, yaitu 69 orang (69%), sedangkan pada kelompok yang merokok 10 batang perhari yakni 31orang (31%). Tabel 6 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Garam Pada Ikan Asin di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Konsumsi Garam Frekuensi Proporsi (%) 3 kali/minggu 38 38 > 3 kali/ minggu 62 62 Jumlah 100 100 Berdasarkan table 6. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan kebiasaan konsumsi garam, khususnya yang terkandung dalam ikan asin di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada lansia yang kebiasaan konsumsi garam pada ikan asin tinggi (> 3 kali seminggu), yaitu 62 orang (62%), sedangkan pada kelompok yang konsumsi garam yang terkandung pada ikan asin yang rendah ( 3 kali seminggu) yakni 38 orang (38%). Tabel 7 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Riwayat Hipertensi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Riwayat Hipertensi Frekuensi Proporsi (%) Ada 30 30 Tidak ada 70 70 Jumlah 100 100 Berdasarkan tabel 7. dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan Riwayat Hipertensi di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014, lebih banyak ditemukan pada Lansia yang tidak memiliki riwayat hipertensi, yaitu 70 orang (70%), sedangkan pada yang memiliki riwayat hipertensi yakni 30 orang (30%). Analisis Bivariat Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 8 Tabel 8 Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di 4

Jenis Kelamin Laki-laki 24 20 Perempuan Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 Hipertensi Tidak Hipertensi f % f % f % 64,86 31,75 13 43 35,14 68,25 Jumlah X 2 /p RP (CI= 95 %) 37 63 100 100 10,38/ 0,001 2,043 (1,325 3,150) Berdasarkan tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada laki-laki yaitu 64,86% dan terendah pada perempuan yaitu 31,75%. Kejadian hipertensi pada laki-laki adalah lebih tinggi dari pada perempuan. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,001 (nilai p < 0,05) artinya terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Ratio Prevalance hipertensi pada kelompok lakilaki dan perempuan adalah 2,043 (95% CI=1,325-3,150). Artinya kelompok laki-laki lebih berisiko 2,043 kali dari pada kelompok perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Siringoringo di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir (2013) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi (p=0,737). 9 Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9 Tabulasi Silang Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi tahun 2014 Status Pekerjaan Bekerja Pensiunan/ Tidak Bekerja Hipertensi Tidak Hipertensi f % f % f % 43 1 45,30 20,00 52 4 54,70 80,00 Jumlah X 2 /p RP (CI= 95 %) 100 100 95 5 1,230 / 0,267 2,263 (0,387-13,246) Berdasarkan tabel.9 dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok bekerja yaitu 45,3% dan terendah pada kelompok yang tidak bekerja yaitu 20%. Karena ada cell yang memiliki nlai expected count diatas 0%, sehingga tidak dapat dilanjutkan dengan uji chisquare. Pada penelitian Manik (2011) pada Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok yang bekerja adalah 33,3% dan pada kelompok yang pensiunan/ tidak bekerja adalah 24,20%. Hasil uji secara statistik menggunakan chi-square diperoleh nilai p=0,347 artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan dan kejadian hipertensi. 10 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Tingkat Pendidikan Tidak tamat SD/ Tamat SD/ sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SLTA/ sederajat Tamat Akademi/ Perguruan Tinggi Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X 2 /p f % f % f % 12 37,5 20 62,5 32 100 10 45,45 12 54,55 22 100 19 45,24 23 54,76 42 100 3 75,00 1 25,00 4 100 2,154/ 0,541 Berdasarkan table 10 di atas dapat diketahui proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok tamat Akademi/Perguruan Tinggi yaitu 75% dan terendah pada kelompok tidak tamat SD/tamat SD/sederajat yaitu 37,50%. Oleh karena terdapat nilai cell yang memiliki expected count lebih dari 0% maka tidak dapat dilanjutkan dengan uji chi-square. Dan hal ini sejalan dengan penelitian Yulia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung (2011) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, menunjukkan bahwa tidak terdapat 5

hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan hipertensi (p=0,688). 11 Hubungan status gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 11 Tabel 11 Tabulasi Silang Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Status Gizi Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X 2 /p f % f % f % Obesitas 22 61,10 14 38,90 33 100 6,684/ 0,010 Tidak Obesitas 22 34,40 42 65,60 67 100 RP (CI= 95 %) 1,778 (1,160-2,725) Berdasarkan tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok status gizi obesitas yaitu 61,10% dan terendah pada kelompok status gizi tidak obesitas yaitu 34,40%. Hasil uji secara statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,010 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang obesitas dengan lansia yang tidak obesitas adalah 1,778 (95% CI=1,160-2,725), artinya lansia yang mengalami obesitas lebih berisiko 1,178 kali dari pada lansia yang tidak obesitas. Dan hal ini sejalan dengan penelitian Yulia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung (2011) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi (p=0,000). 11 Tabel 12 Tabulasi Silang Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Aktivitas Hipertensi Tidak /p Fisik Hipertensi f % f % f % Tidak 14 63,63 8 36,37 22 100 4,414/ Cukup 0,036 Cukup 30 38,50 48 61,50 78 100 RP (CI= 95%) 1,655 (1,084-2,525) Berdasarkan tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok aktivitas ringan yaitu 63,63% dan terendah pada kelompok aktivitas berat yaitu 38,50%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,036 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup dan cukup adalah 0,539 (95% CI=0,356-0,817), artinya lansia dengan aktivitas tidak cukup lebih berisiko 0,539 kali dari pada lansia dengan aktivitas fisik cukup. Dan hal ini sejalan dengan penelitian Djauhar,dkk di Pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus (2013) dengan menggunakan desain penelitian case control study, proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok aktivitas fisik tidak cukup yaitu 83,33%. Hasil analisis diperoleh nilai p=0,014 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. 14 Hubungan kebiasaan merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 13 Hubungan aktivitas fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 12 6

Tabel 13 Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Kebiasaan Merokok <10 batang per hari 10 batang per hari Hipertensi Tidak Jumlah X2 /p Hipertensi f % f % f % 24 34,78 43 65,22 69 100 7,675/ 0,006 20 64,51 2 35,49 31 100 RP (CI=95 %) 0,539 (0,356 0,817) Berdasarkan tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi tertinggi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok 10 batang perhari yaitu 64,51% dan terendah pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok (< 10 batang per hari) yaitu 34,78%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,006 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok 10batang perhari dengan tidak memiliki kebiasaan merokok (<10 batang perhari ) adalah 0,539 (95% CI=0,356-0,817), artinya lansia dengan kebiasaan merokok 10batang perhari lebih berisiko 0,593 kali dari pada lansia yang tidak memiliki kebiasaan merokok (<10 batang perhari ). Dan hal ini sejalan dengan penelitian Djauhar,dkk di Desa Klumpit Kabupaten Kudus ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok adalah 67,75% dan pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok adalah 42,10%. Berdasarkan hasil penelitian yang sama, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaaan merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,003). 12 Tabel 14 Tabulasi Silang Hubungan Kebiasaan Konsumsi Garam dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 Kebiasaan Konsumsi Garam 3 kali/minggu > 3 kali/ minggu Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah X 2 / p f % f % f % 21 55,26 17 44,74 38 100 3,156 / 23 37,10 39 62,90 62 100 0,076 RP (95% CI) 1,490 (0,967 2,295) Berdasarkan tabel 14 di atas dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang kebiasaan konsumsi garamnya 3 kali/minggu adalah 55,26%, dan pada kelompok yang kebiasaan konsumsi garamnya > 3 kali/minggu adalah 37,10%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square, diperoleh nilai p=0,076 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok kebiasaan konsumsi garamnya 3 kali/minggu dan > 3 kali/minggu adalah 1,490 (95% CI=0,967-2,295). Dan hal ini sejalan dengan penelitian Berdasarkan hasil penelitian Siringo-ringo (2013), menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi (p=0,074). 9 Hubungan riwayat hipertensi pada keluarga dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 15 Hubungan kebiasaan konsumsi garam dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia Usia Pertengahan di Desa Belang Malum Kabupaten Dairi Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 14 7