Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun Abstract"

Transkripsi

1 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pada Lansia Di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013 Martati Siringoringo 1, Hiswani 2, Jemadi 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Abstract Hypertension is one of the degenerative disease a public health problem in the world because hypertension often appears without symptoms. Health Research Association (Riskesdas) Balitbangkes in 2007 showed the prevalence of hypertension nationally reached 31,7%. According to the Ministry of Health of the Republic of Indonesia (2010) suggested that hypertension is the third cause of death is by PMR 6,7% of the population deaths in all age groups in Indonesia. To determine factors associated with hypertension in Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir in 2013, conducted research using cross sectional design. The sample was 179 people were taken by non random with purposive sampling. Univariate data were analyzed descriptively and bivariate data were analyzed using the chi square test with 95 % CI. Based on the results obtained proportion prevalance of hypertension 62,01 %, the highest proportion of respondents with hypertension in this age group is the age group years (74,57%), female (63,16%), elementary education/equivalent (66,67%), employment status work (68,75%), family history (84,00%), nutritiona status obesity (72,73%), and insufficient physical activity (70,97%), have the habit of smoking (63,64%), saturated fat >3 times/week (71,05%), eating salt 3 times/week (67,65%). Results of the bivariate analizes, in general there is a significant association between age (p=0,041), family history (p=0,000,), and the habit of eating saturated fat (p=0,032) and the incidence of hypertension. And there was no significant relationship between gender, level of education, employment, nutritional status, physical activity, smoking habit, and the habit of eating natrium with incident hypetension. In Posyandu elderly should be done counseling about the risk factors and the prevention of hypertension. Elderly should set the pattern of consumption of saturated fats and checking the blood pressure regularly. Keywords: Hypertension, Elderly, Risk Factors Pendahuluan Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular dilatarbelakangi dengan kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular dalam masyarakat, termasuk kalangan masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri memberikan andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi yang dapat memicu peningkatan penyakit tidak menular. Perubahan pola dari penyakit tidak menular ke penyakit tidak menular disebut transisi epidemiologi. 1 Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. 2 Salah satu penyakit degeneratif yang perlu diwaspadai adalah hipertensi. masih menjadi masalah kesehatan karena merupakan penyakit the silent killer karena tidak terdapat tandatanda atau gejala yang dapat dilihat dari

2 luar, yang akan menyebabkan komplikasi pada organ target. 2 merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal sehingga memiliki resiko penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal sehingga memiliki resiko penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. 3 Perubahan gaya hidup secara global berperan besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi. Semakin mudahnya mendapatkan makanan siap saji membuat konsumsi sayuran segar dan serat sangat berkurang, konsumsi garam, lemak, gula, dan kalori meningkat. Terlebih lagi penurunan aktivitas fisik sehingga menyebabkan peningkatan jumlah populasi orang yang kelebihan berat badan dan beresiko menyandang diabetes. 4 Komisi Pakar Organisasi Kesehatan Dunia tentang Pengendalian mengadakan pertemuan di Jenewa, E. Barmes, mengemukakan bahwa hipertensi adalah gangguan pembuluh darah jantung (kardiovaskular) paling umum yang merupakan tantangan kesehatan utama bagi masyarakat yang sedang mengalami perubahan sosioekonomi dan epidemiologi. 5 Pada tahun 2011, WHO mencatat satu miliar orang di dunia menderita hipertensi. penyebab kematian hampir 8 juta orang setiap tahun di seluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun di Asia Tenggara. Sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa di daerah Asia Tenggara memiliki tekanan darah tinggi. 6 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Prevalensi ini jauh lebih tinggi dibanding Singapura (27,3%), Thailand (22,7%), dan Malaysia (20%). 7 merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, dengan PMR (Proportional Mortality Rate) mencapai 6,7 % dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. 8 Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 yang merujuk hasil Riskesdas 2007 di Sumatera Utara, dari 10 jenis penyakit tidak menular diketahui bahwa prevalensi hipertensi menduduki peringkat tertinggi keempat dengan proporsi 5,8% setelah persendian, jantung, dan gangguan mental. Prevalensi hipertensi tertinggi di Kabupaten Nias Selatan 9,6% dan terendah di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu 2,4%. 9 Menurut hasil penelitian Manik di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Marihat Siantar (2012) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan prevalence rate hipertensi Lansia sebesar 30,50 %. 10 Berdasarkan laporan bulanan Posyandu Lansia bulan Februari 2013 di Puskesmas Mogang Kabupaten Samosir diketahui bahwa proporsi penderita hipertensi yang berkunjung di Posyandu Lansia pada bulan Februari adalah 20,1% ( 40 orang dari 199 orang). 11 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Simbolon. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Belum diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun Tujuan khusus penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui proporsi prevalens Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013

3 b. Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor intrinsik (umur, jenis kelamin, dan riwayat keluarga) c. Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor ekstrinsik (pendidikan, pekerjaan, status gizi, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh, dan kebiasaan mengonsumsi garam) d. Untuk mengetahui Ratio Prevalence (RP) umur, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat keluarga, status gizi, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh, dan kebiasaan mengonsumsi garam. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: a. Masukan bagi Puskesmas Mogang Kabupaten Samosir dalam program penanggulangan penyakit hipertensi di Desa Sigaol Simbolon. b. Masukan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan dan dapat dijadikan referensi c. Bagi penulis adalah sebagai pengalaman langsung dalam menambah wawasan dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Metode Penelitian Penelitian ini bersifat survei analitik, dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun. Penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober Populasi dalam penelitian adalah seluruh Lansia 45 tahun yang ada di desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 yang berjumlah 333 orang. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan metode non random dengan purposive sampling. Perhitungan sampel dengan menggunakan rumus besar sampel dengan jumlah populasi yang diketahui. 12 n = Z 2 [p (1-p)] N Z 2 [p (1-p)] + (N-1) E 2 Dengan menggunakan rumus tersebut diketahui sampel sebanyak 179 orang. Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari Lansia dengan metode wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner tertutup, pengukuran tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan Lansia. Dalam hal ini peneliti mengunjungi rumah Lansia yang menjadi sampel dalam penelitian. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Desa Sigaol Simbolon berupa gambaran wilayah desa. Data univariat dianalisis secara deskriptif sedangkan data bivariat dengan chi-square 95% CI. Hasil dan Pembahasan Analisis Univariat Proporsi prevalens kejadian Simbolon. Tabel 1. Proporsi Prevalens Kejadian di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013 Kejadian f % , ,99 Total ,00 Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa proporsi prevalens kejadian Simbolon adalah 62,01 %. merupakan salah satu penyakit degeneratif sehingga sering ditemukan pada Lansia. merupakan gangguan sistem peredaran

4 darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal sehingga memiliki resiko penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. 2 Menurut hasil penelitian Kusugiharjo (2003) di Posyandu Lansia Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Provinsi DIY dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan prevalensi hipertensi yaitu 34,4%. 13 Hubungan umur dengan hipertensi pada. Tabel 2. Hubungan Umur Tahun dengan Kabupaten Samosir Tahun 2013 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada kelompok umur tahun adalah 54,72%, pada kelompok umur tahun 74,57%, dan pada kelompok umur tahun adalah 64,29%. Hasil uji secara statistik dengan nilai p=0,041 yang berarti secara umum terdapat umur dengan kejadian hipertensi. Sedangkan jika dibandingkan menurut kelompok umur tahun dengan kelompok umur tahun, hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,012 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian hipertensi. Rasio prevalens kejadian hipertensi pada kelompok umur tahun dibandingkan dengan kelompok umur tahun adalah 0,734 (p=0,012). Artinya Lansia pada kelompok umur tahun memiliki kemungkinan resiko yang lebih besar mengalami hipertensi dibandingkan dengan Lansia pada kelompok umur tahun. p RP (95 % 0, , , (0,584-0,922) 0, , , ,160 (0,764-1,762) Untuk kelompok umur tahun jika dibandingkan dengan kelompok umur tahun dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,438 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian hipertensi. Tekanan darah secara alami cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. 14 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sugiharto di Kabupaten Karanganyar (2009) dengan menggunakan desain penelitian case control, ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok umur tahun sebesar 84%, umur tahun sebesar 93,1%, dan umur tahun sebesar 95%. 15 Hubungan jenis kelamin dengan Simbolon Tabel 3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian pada Umur Jumlah (tahun) , , Jenis Kelam in Lakilaki Perem puan Jumlah p RP (95 % 60, , , , ,737 Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok lakilaki adalah 60,71% dan pada kelompok perempuan adalah 63,16%. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chisquare, diperoleh nilai p=0,737 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalance hipertensi pada kelompok laki-laki dan perempuan adalah 0,961 (p=0,737), artinya jenis kelamin bukan sebagai faktor resiko untuk kejadian hipertensi. Hasil uji statistik dengan nilai p=0,737 artinya tidak terdapat jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalance hipertensi pada kelompok lakilaki dan perempuan adalah 0,961 (p=0,737), artinya jenis kelamin bukan 0,961 ( ,211)

5 sebagai faktor resiko untuk kejadian hipertensi. Hubungan pendidikan dengan Simbolon Tabel 4. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian pada Pendidikan Hiperten si Jumlah tamat 13 65, , SD SD/ Sederajat SLTP/ Sederajat SLTA/ Sederajat Akademi/ Sarjana Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa proporsi hipertensi pada kelompok tidak tamat SD/ tidak sekolah adalah 65,00%, pada SD adalah 66,67%, pada SLTP adalah 60,00%, pada SLTA adalah 59,10%, dan pada Akademi/ PT adalah 53,33%. Hasil uji statistik dengan nilai p=0,855 artinya tidak terdapat pendidikan dengan kejadian hipertensi. Sedangkan jika Lansia yang memiliki pendidikan terakhir SD/Sederajat dibandingkan dengan Lansia yang tidak tamat SD, hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=0,891 yang berarti tidak terdapat pendidikan dengan kejadian hipertensi. Pada kelompok lansia yang memiliki pendidikan terakhir SLTA/Sederajat dibandingkan dengan Lansia yang tidak tamat SD, hasil uji statistik dengan menggunakan uji chisquare diperoleh nilai p=0,653 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian hipertensi. Sedangkan pada kelompok Lansia yang memiliki pendidikan terakhir p RP (95% 40 66, , ,975 (0,675-1,409) 24 60, , ,083(0,7 0, ,631) 26 59, , ,100(0,7 34-1,649) 8 53, , , 1,219( 0,688-2,160) Akademi/Sarjana dibandingkan dengan Lansia yang tidak tamat SD, hasil uji statistik dengan menggunakan uji chisquare diperoleh nilai p=0,486 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian hipertensi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yulia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung (2011) dengan menggunakan desain penelitian crosssectional, menunjukkan bahwa tidak terdapat pendidikan dengan hipertensi (p=0,688). 16 Hubungan pekerjaan dengan Simbolon Tabel 5. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Pada Lansia di desa Sigaol Simbolon Dari tabel 5 diketahui bahwa Pekerjaan Jumlah p RP (95 % Bekerja 22 68, , ,386 1,136 Bekerja 89 60, , (0,869-1,484) proporsi hipertensi pada kelompok yang bekerja adalah 68,75% dan pada kelompok yang pensiunan/tidak bekerja adalah 60,54%. nilai p=0,386 artinya tidak terdapat pekerjaan dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok bekerja dan pensiunan/ tidak bekerja adalah 1,136 (95% CI=0,869-1,484). Hubungan riwayat keluarga dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013

6 Tabel 6. Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian pada Riwayat Keluarga Ada ada Hiperten si 84, , , , Jumlah p RP (95 % 0,000 1,570 (1,284-1,921) Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki riwayat keluarga adalah 84,00% dan pada kelompok yang tidak memiliki riwayat keluarga adalah 53,49%. nilai p=0,000 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok ada riwayat keluarga dan tidak ada riwayat keluarga adalah 1,570 (p=0,000), artinya kemungkinan resiko kejadian hipertensi yang memiliki riwayat keluarga lebih besar dibandingkan yang tidak memiliki riwayat keluarga. Penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah orang tuanya bila mereka memiliki hubungan darah dibandingkan dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan atau status sosial), berperan besar dalam menentukan tekanan darah. 4 juga banyak dijumpai pada penderita yang kembar monozigot (satu telur) apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi. 17 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Irza di Sumatera Barat (2009) dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki riwayat keluarga 35,98% dan yang tidak memiliki riwayat keluarga 8,77%. Berdasarkan hasil penelitian yang sama, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi (p=0,000). 18 Hubungan status gizi dengan Simbolon dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian pada Kabupaten Samosir Tahun 2013 Status Gizi Obesitas Obesitas Jumlah 24 72, , , , p 0,160 Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang obesitas adalah 72,73% dan pada kelompok yang tidak obesitas adalah 59,59%. nilai p=0,160 artinya tidak terdapat status gizi dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang obesitas dan tidak obesitas adalah 1,220 (p=0,160), artinya status gizi bukan sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi. Hubungan aktivitas fisik dengan Simbolon Tabel 8. Aktivitas Fisik Cukup Cukup Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian pada Juml ah 89 60, , , , Dari table 8 dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang aktivitas fisiknya cukup adalah 60,14% dan pada kelompok yang aktivitas fisiknya tidak cukup adalah 70,97%. nilai p=0,259 artinya tidak terdapat aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Ratio p RP (95 % 0,259 0,847 (0,653-1,100) RP (95% 1,220 (0,952-1,564)

7 prevalence hipertensi pada kelompok yang aktivitas fisiknya cukup dan tidak cukup adalah 0,847 (p=0,259), artinya aktivitas fisik bukan sebagai faktor resiko kejadian hipertensi. Hubungan kebiasaan merokok dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013 Tabel 9. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian pada Kebiasaan Merokok Ada ada 42 63, , , ,94 Jumlah p RP (95 % ,732 Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok adalah 63,64% dan pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok adalah 61,06%. nilai p=0,732 artinya tidak terdapat kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak memiliki kebiasaan merokok adalah 1,042 (p=0,732), artinya kebiasaan merokok bukan sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sarasaty di Kelurahan Sawah Baru, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan tahun 2012 ditemukan proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan merokok adalah 68,3% dan pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan merokok adalah 64,1%. Berdasarkan hasil penelitian yang sama, menunjukkan bahwa terdapat tidak ada kebiasaaan merokok dengan kejadian hipertensi (p=0,656). 19 1,042 (0,824-1,317) Hubungan kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh dengan hipertensi pada Tabel 10. Konsumsi Lemak Jenuh 3 kali/minggu >3 kali/minggu Hubungan Kebiasaan Mengonsumsi Lemak Jenuh dengan Kejadian pada Kabupaten Samosir Tahun , , , , Jumlah p RP (95 % 0,032 0,779(0, 622-0,976) Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh 3 kali dalam seminggu adalah 55,34% dan pada kelompok memiliki kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh > 3 kali dalam seminggu adalah 71,05%. nilai p=0,032 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh 3 kali dalam seminggu dan > 3 kali dalam seminggu adalah 0,779 (p=0,032), artinya kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh > 3 kali dalam seminggu memiliki kemungkinan resiko kejadian hipertensi yang lebih besar dibandingkan dengan memiliki kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh 3 kali dalam seminggu. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan resiko atherosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. 20 Hasil analisis statistik pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sugiharto di Kabupaten Karanganyar (2007) dengan menggunakan desain penelitian case control kebiasaan sering mengkonsumsi lemak jenuh (> 3 kali per minggu) terbukti merupakan faktor resiko hipertensi (p=0,022). 15 Lemak jenuh (ditemukan pada mentega, cake, pastry, biskuit, produk daging, dan krim) telah terbukti dapat

8 meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah dapat mempersempit arteri, bahkan dapat menyumbat peredaran darah. 4 Lemak jenuh (ditemukan pada mentega, cake, pastry, biskuit, produk daging, dan krim) telah terbukti dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol yang terlalu tinggi dalam darah dapat mempersempit arteri, bahkan dapat menyumbat peredaran darah. 4 Hasil analisis statistik pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sugiharto di Kabupaten Karanganyar (2007) dengan menggunakan desain penelitian case control kebiasaan sering mengkonsumsi lemak jenuh (> 3 kali per minggu) terbukti merupakan faktor resiko hipertensi (p=0,022). 15 Hubungan kebiasaan mengonsumsi garam dengan hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013 Tabel 11. Konsumsi Garam 3kali/minggu > 3kali/minggu Hubungan Kebiasaan Mengonsumsi Garam dengan Kejadian pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir Tahun 2013 Jumlah 69 67, , , , 45 Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa proporsi hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan mengonsumsi garam 3 kali dalam seminggu adalah 67,65% dan pada kelompok yang memiliki kebiasaan mengonsumsi garam > 3 kali dalam seminggu adalah 54,55%. nilai p=0,074 artinya tidak terdapat kebiasaan mengonsumsi garam dengan kejadian hipertensi. Ratio prevalence hipertensi pada kelompok yang memiliki kebiasaan mengonsumsi garam 3 kali p RP (95 % 0,074 1,240 (0,972-1,583) dalam seminggu dan > 3 kali dalam seminggu adalah 1,240 (p=0,074), artinya kebiasaan mengonsumsi garam bukan sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan volume darah. 20 Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a. Proporsi prevalens kejadian hipertensi di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 adalah 62,01%. b. Proporsi Lansia yang mengalami hipertensi di Desa Sigaol Simbolon yang tertinggi pada kelompok umur tahun (74,57%), jenis kelamin perempuan (63,16%), pendidikan SD/sederajat (66,67%), status pekerjaan bekerja (68,75%), memiliki riwayat keluarga (84,00%), status gizi obesitas (72,73%), dan aktivitas fisik tidak cukup (70,97%), memiliki kebiasaan merokok (63,64%), mengonsumsi lemak jenuh > 3 kali/minggu (71,05%), mengonsumsi garam 3 kali/minggu (67,65%). c. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013(p=0,041 ) d. terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin lansia di Desa Sigaol Simbolon (p=0,737). e. terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan

9 (p=0,855) f. terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian kejadian hipertensi pada (p=0,386) g. Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 (p=0,000) h. terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian hipertensi pada Lansia di Desa Sigaol Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 (p=0,160). i. terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik (p=0,259) j. terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok (p=0,732) k. Terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh (p=0,032). l. terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengonsumsi garam dengan kejadian Simbolon Kabupaten Samosir tahun 2013 (p=0,074) 2. Saran a. Di Posyandu Lansia sebaiknya dilakukan penyuluhan tentang faktor risiko dan upaya pencegahan hipertensi b. Lansia sebaiknya mengatur pola konsumsi lemak jenuh dan rutin memeriksa tekanan darah setiap minggu. Daftar Pustaka 1. Bustan, M., Epidemiologi Penyakit Menular. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta 2. World Health Organization, Global Status Report On Noncommunicable Diseases Geneva 3. Sudoyo, dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV.Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta 4. Palmer, A., Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Erlangga. Jakarta 5. Laporan Komisi Pakar WHO, Pengendalian. Penerbit ITB. Bandung 6. WHO, Hypertension Fact Sheet. Department of Sustainable Development and Healthy Environments non_communicable_diseases_hype rtension fs.pdf 7. Hartono, B., The Silent Killer Perhimpunan Indonesia. spdf/news- Dr. Drs. Bambang Hartono.SE26.pdf 8. Depkes RI, Penyakit Menular Penyebab Kematian Terbanyak Di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. /berita/press-release/810-hipertensi penyebab-kematian-nomortiga.html 9. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Medan 10. Manik, M., Faktor-faktor yang

10 Berhubungan dengan Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Siantar Marihat Pematang Siantar Tahun Skripsi Mahasiswa FKM USU 11. Laporan Bulanan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Mogang Kabupaten Samosir Bulan Februari Tahun Eriyanto, Teknik Sampling Analisis Opini Publik. PT Pelangi Aksara : Yogyakarta 13. Kusugiharjo, W Studi Prevalensi dan Karakteristik Demografi Serta Faktor Risiko Pada Usia Lanjut di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Propinsi DIY. FKM UNDIP. Semarang 14. Davey, P., At a Glance Medicine. Erlangga. Jakarta 15. Sugiharto, A., Faktor-Faktor Risiko Grade II Pada Masyarakat. Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana UNDIP. Semarang 16. Yulia Faktor-faktor yang Berhubungan dengan pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun FKM USU. Medan 17. Dalimartha, dkk Care Your Self,. Penebar Plus. Jakarta 18. Irza, S Analisis Faktor Risiko Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung Sumatera Barat. FKM USU. Medan 19. Sarasaty, R Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pada Kelompok Lanjut Usia Di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan Tahun FKM UINSYAH.Jakarta 20. Hull, A Penyakit Jantung,, dan Nutrisi. Jakarta: Bumi Aksara

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu dengan adanya transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DAN UMUR DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI DESA TARABITAN KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA Gloria J. Tular*, Budi T. Ratag*, Grace D. Kandou**

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN DI DESA BELANG MALUM KECAMATAN SIDIKALANG KABUPETEN DAIRI TAHUN 2014

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN DI DESA BELANG MALUM KECAMATAN SIDIKALANG KABUPETEN DAIRI TAHUN 2014 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN DI DESA BELANG MALUM KECAMATAN SIDIKALANG KABUPETEN DAIRI TAHUN 2014 Susi 1, Hiswani 2, Jemadi 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN DI DESA BELANG MALUM KECAMATAN SIDIKALANG KABUPETEN DAIRI TAHUN 2014

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN DI DESA BELANG MALUM KECAMATAN SIDIKALANG KABUPETEN DAIRI TAHUN 2014 FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA USIA PERTENGAHAN DI DESA BELANG MALUM KECAMATAN SIDIKALANG KABUPETEN DAIRI TAHUN 2014 Susi 1, Hiswani 2, Jemadi 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi

Lebih terperinci

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARSOBURAN KECAMATAN SIANTAR MARIHAT PEMATANGSIANTAR TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: MARGARET ELISABETH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis yang sifatnya tidak ditularkan dari orang ke orang. Penyakit ini memiliki banyak kesamaan dengan beberapa sebutan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya arus globalisasi di segala bidang berupa perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada pola hidup masyarakat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut The Seventh Report of The Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun 2003, hipertensi adalah peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah menyebabkan transisi epidemiologi sehingga

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI YANG BERUSIA 40 TAHUN KE ATAS DI KELURAHAN BAHOI KECAMATAN TAGULANDANG KABUPATEN SIAU TAGULANDANG BIARO Indra Galia Kudati*, Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah >140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terjadinya transisi epidemologi yang paralel dengan transisi demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatkan perubahan penyakit dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Berdasarkan data WHO (2013), pada tahun 2008 angka kematian Penyakit Tidak Menular

Lebih terperinci

Stikes Muhammadiyah Gombong

Stikes Muhammadiyah Gombong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK Melly Mustikasari 1) Korneliani dan vianti 2) Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi dan Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens dan prevalensi PTM (Penyakit Tidak Menular) diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik 140 mmhg dan Diastolik 85 mmhg merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Obesitas, Natrium, Hipertensi

ABSTRAK. Kata Kunci: Obesitas, Natrium, Hipertensi ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA ASUPAN NATRIUM DAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN POLIKLINIK UMUM DI PUSKESMAS TUMARATAS KECAMATAN LANGOWAN BARAT KABUPATEN MINAHASA Fifi Mamoto *, Grace D. Kandou

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, INDEKS MASSA TUBUH DAN KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT TK.III R. W. MONGISIDI MANADO Pretisya A. N. Koloay*, Afnal Asrifuddin*, Budi T. Ratag*

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 23 30 Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN, Ana Ulfah Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Email: perdana_182@yahoo.co.id ABSTRAK Menurut WHO (World Health Organization)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dewasa ini sedang dihadapkan pada terjadinya transisi epidemiologi, transisi demografi dan transisi teknologi, yang mengakibatkan terjadinya perubahan pola

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI ALKOHOL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA 25-65 TAHUN DI DESA KAPOYA KECAMATAN TARERAN SULUUN KABUPATEN MINAHASA SELATAN Emmelia livi lapian *, Nancy S H Malonda *,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOMPASO KECAMATAN TOMPASO KABUPATEN MINAHASA Pratiwi N. Wowor *, Nancy S. H. Malonda*, Shane H. R. Ticoalu** *Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN 2015 Meike N. R. Toding*, Budi T. Ratag*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN Fazidah A. Siregar, Achsan Harahap, dan Rasmaliah Departemen Epidemiologi

Lebih terperinci

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3 INTISARI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI CUKA KABUPATEN TANAH LAUT M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd.,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014 1 Gumarang, 2 Gita 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diarahkan guna mencapai pemecahan masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang dengan perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada prilaku dan gaya hidup pada masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit degeneratif tersebut antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. Ada beberapa

Lebih terperinci

Rini Anggraeny 1, Wahiduddin 1, Rismayanti 1.

Rini Anggraeny 1, Wahiduddin 1, Rismayanti 1. FAKTOR RISIKO AKTIVITAS FISIK, MEROKOK, DAN KONSUMSI ALKOHOL TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATTINGALLOANG KOTA MAKASSAR RISK FACTORS OF PHYSICAL ACTIVITY, SMOKING,

Lebih terperinci

FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG

FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG The Risk Factors Incidence of Hypertension in Puskesmas Basuki Rahmat Palembang Heriziana 1 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi, transisis demografi dan transisi teknologi di Indonesia telah mengakibatakan perubahan pada pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi

Lebih terperinci

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS 51 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS Arif Nurma Etika 1, Via Monalisa 2 Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Kadiri e-mail: arif_etika@yahoo.com ABSTRACT Diabetes Mellitus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG

HUBUNGAN FAKTOR KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG HUBUNGAN FAKTOR KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG Factors Related Food Consumption with Hypertension in the Elderly in Pattingalloang Health Center Andi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang mematikan. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer, karena klien sering tidak merasakan adanya gejala dan baru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menghadapi beban ganda di bidang kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih tinggi diikuti dengan mulai meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Menurut

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : VRIASTUTI 201210201214 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan 21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah epidemiologi bermula dengan penanganan masalah penyakit menular yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan sosioekonomi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN POLIKLINIK UMUM DI PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Giroth Linda Julia*, Angela F. C. Kalesaran*, Sekplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih tinggi. Penyakit tidak menular tersebut antara lain, penyakit jantung koroner, penyakit stroke, hipertensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2010 menjelaskan bahwa gambaran masyarakat di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU SENJA CERIA SEMARANG TAHUN 2013

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU SENJA CERIA SEMARANG TAHUN 2013 FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU SENJA CERIA SEMARANG TAHUN 2013 ARTIKEL ILMIAH Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang paling sering diderita oleh banyak orang khususnya masyarakat Medan. Hipertensi merupakan akibat dari pola hidup yang salah dan beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbanyak keempat setelah China, India,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI BESI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARSOBURAN KEC

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI BESI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARSOBURAN KEC FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI BESI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARSOBURAN KEC. HABINSARAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN 2011 SKRIPSI OLEH: SRI AGNES NAIBAHO 071000103

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang bertanggung jawab atas 68% dari 56 juta kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular (Non-Communicable diseases) terdiri dari beberapa penyakit seperti jantung, kanker, diabetes, dan penyakit paru-paru kronis. Pada tahun 2008,

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG KOTA MAKASSAR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG KOTA MAKASSAR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG KOTA MAKASSAR Factors Associated With Hypertension On Compliance For The Elderly In Pattingalloang Health

Lebih terperinci

MEROKOK, MENGKONSUMI ALKOHOL, DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA

MEROKOK, MENGKONSUMI ALKOHOL, DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA MEROKOK, MENGKONSUMI ALKOHOL, DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA FACTORS RELATED TO THE INCIDENT AT THE ELDERLY HYPERTENSION Eni Yulia Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN 2010-2011 Evi Susanti Sinaga 1, Hiswani 2, dan Jemadi 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Saat ini penyakit kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1) BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi kognitif merupakan bagian dari fungsi kortikal luhur, dimana pengetahuan fungsi kognitif luhur mengaitkan tingkah laku manusia dengan sistem saraf. Fungsi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Kebiasaan Merokok, Konsumsi Alkohol, Hipertensi

ABSTRAK. Kata Kunci: Kebiasaan Merokok, Konsumsi Alkohol, Hipertensi ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DAN KONSUMSI ALKOHOL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN POLIKLINIK UMUM DI PUSKESMAS TUMARATAS KEC. LANGOWAN BARAT KAB. MINAHASA Diyan, N.Oroh *, Grace D.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik konsisten di atas 140/90 mmhg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada peningkatan tekanan darah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergeseran seperti pola makan, penanganan stres, kebiasaan olahraga, serta gaya hidup berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan apabila tidak disikapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi merupakan faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transformasi luar biasa dibidang ekonomi dan urbanisasi telah mengubah struktur demografi sosial di Indonesia sehingga menyebabkan pergeseran besar dalam pola makan

Lebih terperinci

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age. HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PIL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Chaterine J. M. Tulenan*, Budi T. Ratag *, Shane

Lebih terperinci

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO Ana Ratnawati Sri Hendarsih Anindya Intan Pratiwi ABSTRAK Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data American Heart Association

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent killer merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi karena merupakan pembunuh tersembunyi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) dimasukkan sebagai salah satu target SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu mengurangi sepertiga angka kematian dini dari Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya

Lebih terperinci