PH-5/BPJS TK/2015 PENDAPAT HUKUM

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAPAT HUKUM. perumahan dan/atau manfaat lain tidak sesuai dengan Pasal 37 UU. SJSN. Kedua, Pasal 26 ayat (5) PP No. 46 Tahun 2015 diubah dengan PP

MAKNA TRANSFORMASI BPJS A.A OKA MAHENDRA ASIH EKA PUTRI

Harmonisasi Peraturan Per-UUan Jaminan Pensiun Menyongsong Pelaksanaan Jaminan Pensiun SJSN

IMPLEMENTASI SJSN. Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional

Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi

PERATURAN PELAKSANAAN (R)UU BPJS: Apa Yang Harus Dikawal? Sistem Jaminan Sosial Nasional

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban

PENUNJUK BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

KONSEP PENGAWASAN OJK TERHADAP BPJS Disampaikan dalam Workshop Penelitian Kebijakan Kesehatan dan Kebijakan Medik

Transformasi BPJS 2. September 2011

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id

ISU STRATEGIS, TANTANGAN DAN KENDALA PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. Dewan Jaminan Sosial Nasional

PUNGUTAN OJK TERHADAP BPJS

BAB I PENDAHULUAN. berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 7 Nopember 2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pelatihan. Oleh: A.A. Oka Mahendra (Konsultan Martabat) Seri Pendapat Hukum PH - I / 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Paham BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

OPTIMALISASI PENGELOLAAN ASET DAN LIABILITAS UNTUK SUSTAINABILITAS BPJS KESEHATAN

Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia

Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia

16 MASALAH POKOK Daftar Inventaris Masalah (DIM) dari Pemerintah, 9 Mei 2011 Terhadap RUU BPJS Sistem Jaminan Sosial Nasional

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

Disampaikan untuk Peserta Seminar POKSI IX FPKS DPR RI MENCARI BENTUK IDEAL BPJS: TUNGGAL ATAU MULTI?

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. keamanan dan kepastian terhadap resiko-resiko sosial ekonomi, dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 12 Tahun 2018 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2018 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

LEMBARAN NEGARA. KESRA. Jaminan Sosial. Pengelolaan. Laporan. Bentuk. Isi.

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan kesehatan merupakan hak Konstitusional setiap warga negara. Dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 3. Undang Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan L

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT

Pengalihan JPK ke BPJS Kesehatan. Agus Supriyadi Direktur Renbang dan Informasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- Penyempurnaan redaksional. - Kata yang setelah frasa Sistem Jaminan Sosial Nasional dihapus.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 98/PUU-XV/2017 Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian Bagi Aparatur Sipil Negara

Hubungan Kerja Direksi dan Dewan Pengawas. Good Governance is Commitment and Integrity

Kata Kunci : BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, dan Jaminan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 3/POJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

-2- Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Yuridis Filosofis Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

TATA KELOLA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 3/POJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

PENYELENGGARAAN PROGRAM JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI ASN PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pencapaian dan Tantangan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Dewan Jaminan Sosial Nasional

PENYELENGGARAAN JKK DAN JKM APARATUR SIPIL NEGARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Implementasi Program Jaminan Sosial untuk Pekerja Indonesia

BAB II PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL (SJSN) DI INDONESIA

RAMBU-RAMBU IMPLEMENTASI AZAS DAN PRINSIP SJSN DALAM PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL OLEH BPJS KETENAGAKERJAAN. Jakarta, 31 Maret 2016

EKONOMI KESEHATAN (HEALTH ECONOMICS) )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2013

Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi. PT Astra International Tbk

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013 TENTANG PENGAWASAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penjamin masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat pemeliharaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

Komite Nominasi dan Remunerasi mempunyai tugas dan tanggung jawab:

2 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega

Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan. Good Governance is Commitment and Integrity

PUTUSAN Nomor 98/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL BIDANG KETENAGAKERJAAN (SJSN-TK)

Jaminan Hari Tua (JHT) & Jaminan Pensiun (JP) Pekerja. Timoer Sutanto, DPN Apindo, Ketua Bidang Jaminan Sosial Jakarta, 24 April 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Program BPJS Ketenagakerjaan Bagi Pekerja Pada PT.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Total Aset Lancar 7,820,713,520,511 8,277,738,484,037

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

Transkripsi:

PH-5/BPJS TK/2015 Berdasarkan ketentuan Pasal 62 huruf d UU BPJS dan didukung oleh fakta hukum bahwa BPJS Ketenagakerjaan sudah lahir pada tanggal 1 Januari 2014, anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi untuk pertama kali telah diangkat oleh Presiden, dan telah menyelenggarakan program JKK, JHT, dan JKM yang selama ini diselenggarakan oleh PT Jamsostek (Persero) sampai paling lambat 1 Juli 2015, dan untuk itu sejak tahun 2014 BPJS Ketenagkerjaan telah menerima dan operasional serta melakukan kegiatan manajerial termasuk pelaporan pelaksanaan tugas secara teratur kepada pejabat yang berwenang, maka secara implisit BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014. Karena itu penghitungan jangka waktu paling lama masa tugas anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi BPJS Ketenagakerjaan yang diangkat untuk pertama kali dihitung mulai 1 Januari 2014 dan berakhir paling lama 1 Januari 2016. Oleh : A.A. Oka Mahendra Konsultan Hukum PT Martabat Prima Konsultindo Jakarta, 20 Oktober 2015

1 MENGENAI PASAL 63 UU NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BPJS I PENGANTAR Pasal 63 UU BPJS menentukan Untuk pertama kali, Dewan Komisaris dan Direksi PT Jamsostek (Persero) diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi BPJS Ketenagakerjaan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak BPJS Ketenagakerjaan beroperasi. Pembentuk UU BPJS memandang bahwa ketentuan Pasal tersebut cukup jelas. Ketika Pasal tersebut hendak diterapkan ternyata timbul permasalahan. Permasalahannya ialah kapan BPJS Ketenagakerjaan beroperasi menurut ketentuan Pasal 63 UU BPJS tersebut? Jawaban terhadap permasalahan ini penting untuk menghitung secara pasti sampai kapan paling lama masa tugas atau masa bakti anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi BPJS Ketenagakerjaan yang diangkat untuk pertama kali berdasarkan Pasal 63 UU BPJS? Rekomendasi 1. DJSN mendesak Presiden untuk segera menetapkan Panitia Seleksi. 2. Panitia Seleksi mempercepat pelaksanaan seleksi calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi. 3. Untuk mengantisipasi terlambatnya penetapan Keppres tentang Pengangkatan Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi BPJS, Presiden menetapkan Perpu untuk mengubah ketentuan Pasal 59 dan Pasal 63 UU BPJS.

DAFTAR ISI Hlm I. PENGANTAR 1 II. POKOK PERMASALAHAN 3 III. ANALISIS 1. Pengertian kata beroperasi 3 2. Apa Kata UU BPJS 3 IV. Kesimpulan 5 2

3 II POKOK PERMASALAHAN Kapan BPJS Ketenagakerjaan beroperasi menurut ketentuan Pasal 63 UU BPJS? III ANALISIS 1. Pengertian kata beroperasi Menurut KBBI (Edisi Ketiga 205:800) kata beroperasi diberi arti a.l. melakukan aktivitas kerja. Dalam konteks BPJS Ketenagakerjaan yang dimaksud dengan beroperasi adalah melakukan aktivitas kerja dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang BPJS sebagaimana ditentukan dalam Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11 UU BPJS. Fungsi, tugas dan wewenang BPJS Ketenagakerjaan sebagai badan hukum publik dilaksanakan oleh organ BPJS Ketenagakerjaan yaitu anggota oleh Dewan Pengawas dan anggota Direksi sesuai dengan fungsi, tugas dan wewenang masing-masing sebagaimana ditentukan dalam Pasal 20 sd Pasal 24 UU BPJS. Suatu badan hukum publik dapat dinyatakan melakukan aktivitas kerja apabila: a. organya telah diangkat sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga secara sah mewakili badan hukum publik yang bersangkutan untuk melaksanakan fungsi, tugas dan wewenang badan hukum publik yang bersangkutan sampai masa tugasnya berakhir /diakhiri; b. mempunyai program pelayanan publik yang diselenggarakan; c. melaksanakan kegiatan pelayanan publik secara teratur; d. memperoleh dana operasional sesuai ketentuan yang berlaku; dan e. melakukan kegiatan manajerial termasuk pelaporan pelaksanaan tugas secara teratur kepada pejabat yang berwenang. 2. Apa kata UU BPJS a. Pasal 62 ayat (1) UU BPJS menentukan PT Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2014. Kemudian pada ayat (2) huruf d ditentukan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program JKK, JHT, dan JKM yang selama ini diselenggarakan oleh PT Jamsostek (Persero) termasuk menerima peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan yang sesuai dengan ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 38 dan Pasal 43 sampai dengan Pasal 46 UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, paling lambat 1 Juli 2015.

Selanjutnya Pasal 64 UU BPJS menentukan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi menyelenggarakan program JKK, JHT, JP, dan JKM bagi Peserta selain peserta program PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero), sesuai dengan ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 46 UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, paling lambat 1 Juli 2015. b. Kata beroperasi dengan arti melakukan aktivitas kerja dalam UU BPJS digunakan secara tersirat (implisit) dan tersurat (eksplisit). 1) Secara tersirat tercantum dalam Pasal 62 ayat (2) huruf d khususnya anak kalimat sebagai berikut, menyelenggarakan program JKK, JHT dan JKM yang selama ini diselenggarakan oleh PT Jamsostek (Persero). Dengan kata lain sejak PT Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2014, BPJS Ketenagakerjaan beroperasi dalam arti melanjutkan penyelenggaraan program JKK, JHT dan JKM yang selama ini diselenggarakan oleh PT Jamsostek (Persero). BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014 melakukan perbuatan hukum menyelenggarakan program JKK, JHT dan JKM sebagai kelanjutan dari program PT Jamsostek (Persero) yang belum disesuaikan dengan UU SJSN. Untuk melakukan aktivitas tersebut BPJS Ketenagakerjaan menerima asset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban hukum PT Jamsostek (Persero) menjadi asset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan mendapat dana operasional yang besarannya menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 212/PMK.02/2013 dihitung berdasarkan persentase tertentu dari total iuran program JKK dan JKM yang telah diterima dan persentase tertentu dari rerata bulanan akumulasi iuran dan dana hasil pengembangan program JHT. Untuk tahun 2014 BPJS Ketenagakerjaan memperoleh persentase dana operasional sebesar: 4 10 % untuk program JKK; 10 % untuk program JKM;dan 0,1125 % untuk program JHT. 2) Secara tersurat tercantum dalam Pasal 64 yang menentukan BPJS Ketenagkerjaan mulai beroperasi menyelenggarakan program JKK, JHT, JP

5 dan JKM bagi Peserta selain peserta program yang dikelola oleh PT Taspen (Persero) dan PT Asabri (Persero), sesuai dengan ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 46 UU SJSN, paling lambat tanggal 1 Juli 2015. Mulai beroperasi dalam Pasal ini maksudnya adalah melaksanakan aktivitas penyelenggaraan program sesuai dengan ketentuan UU SJSN. c. Pasal 63 UU BPJS tidak menetukan secara pasti mengenai arti frasa mulai beroperasi, adalah mulai beroperasinya sesuai dengan ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 46 UU SJSN, sehingga dalam praktek terjadi multi tafsir. Ada yang menafsirkan mulai beroperasi secara implisit dalam arti melaksanakan program jaminan sosial sebagai kelanjutan dari program yang diselenggarakan oleh PT Jamsostek (Persero), tetapi ada pula yang menafsirkan secara eksplisit dalam arti beroperasi sesuai dengan ketentuan UU SJSN. IV KESIMPULAN Pendapat Hukum Berdasarkan analisa sebagaimana dikemukakan di atas dapat disampaikan pendapat hukum sebagai berikut: Berdasarkan ketentuan Pasal 62 huruf d UU BPJS dan didukung oleh fakta hukum bahwa BPJS Ketenagakerjaan sudah lahir pada tanggal 1 Januari 2014, anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi untuk pertama kali telah diangkat oleh Presiden, dan telah menyelenggarakan program JKK, JHT dan JKM yang selama ini diselenggarakan oleh PT Jamsostek (Persero) sampai paling lambat 1 Juli 2015, dan untuk itu sejak tahun 2014 BPJS Ketenagakerjaan telah menerima dana operasional serta melakukan kegiatan manajerial termasuk pelaporan pelaksanaan tugas secara teratur kepada pejabat yang berwenang, maka secara implisit BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014. Karena itu penghitungan jangka waktu paling lama masa tugas anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi BPJS Ketenagakerjaan yang diangkat untuk pertama kali dihitung mulai 1 Januari 2014 dan berakhir paling lama 1 Januari 2016. Dengan demikian pengangkatan anggota Dewan pengawas dan anggota Direksi BPJS hasil seleksi harus sudah terlaksana paling lambat tanggal 1 Januari 2016.

Rekomendasi: 1. DJSN mendesak Presiden untuk segera menetapkan Panitia Seleksi. 2. Panitia Seleksi mempercepat pelaksanaan seleksi calon anggota Dewan Pengawas dan calon anggota Direksi. 3. Untuk mengantisipasi terlambatnya penetapan Keppres tentang Pengangkatan Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi BPJS, Presiden menetapkan Perpu untuk mengubah ketentuan Pasal 59 dan Pasal 63 UU BPJS. 6

www.jamsosindonesia.com 7

www.jamkesindonesia.com 8