JURNAL SKRIPSI KAJIAN TERHADAP PERAN KONSULTAN HUKUM DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TERHADAP KLIEN YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Diajukan oleh : Arnita Ernauli Marbun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

k. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan untuk meningkatkan wawasan, kepedulian, perhatian, kapasitas perempuan, dan perlindungan anak.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan menyenangkan bagi anggota keluarga, di sanalah mereka saling

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

JURNAL REALISASI PEMENUHAN HAK KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA KHUSUSNYA PEMBANTU RUMAH TANGGA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

Daftar Isi TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Penyusun: Justice for the Poor Project. Desain Cover: Rachman SAGA. Foto: Luthfi Ashari

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan

PROSEDUR PENGAJUAN GUGATAN DAN AKIBAT HUKUM ATAS PERCERAIAN TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI PENGADILAN NEGERI. Oleh : Ni Komang Dewi Mariani

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil pembahasan dapat dikemukakan kesimpulannya sebagai. berikut:

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

KEBIJAKAN SANKSI PIDANA TERHADAP ORANG TUA YANG TIDAK MELAKSANAKAN PENETAPAN UANG NAFKAH ANAK OLEH PENGADILAN PASCA PERCERAIAN

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB II. PENGATURAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Tindak Pidana Kekerasan Dalam Hukum Pidana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

BAB I PENDAHULUAN. yang didukung oleh umat beragama mustahil bisa terbentuk rumah tangga tanpa. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BUPATI POLEWALI MANDAR

JURNAL ILMIAH KEDUDUKAN HUKUM KESAKSIAN ANAK DI BAWAH UMUR DALAM TINDAK PIDANA KDRT. Program Studi Ilmu Hukum

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkawinan merupakan hal yang sakral bagi manusia, tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan-hubungan, nilai-nilai

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

JURNAL UPAYA JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN SEBAGAI SAKSI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH SUAMI TERHADAP ISTRI. A.Kajian Hukum Mengenai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PENUNJUK ADVOKAT DAN BANTUAN HUKUM

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

PERLINDUNGAN TERHADAP KELOMPOK RENTAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEKS HAK ASASI MANUSIA

BUPATI PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

Transkripsi:

JURNAL SKRIPSI KAJIAN TERHADAP PERAN KONSULTAN HUKUM DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TERHADAP KLIEN YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Diajukan oleh : Arnita Ernauli Marbun NPM : 110510550 Program Studi Program Kekhususan : Ilmu Hukum : Peradilan dan Penyelesaian Sengketa Hukum UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2014

JURNAL SKRIPSI KAJIAN TERHADAP PERAN KONSULTAN HUKUM DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TERHADAP KLIEN YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Diajukan oleh : Arnita Ernauli Marbun NPM : 110510522 Program Studi Program Kekhususan : Ilmu Hukum : Peradilan dan Penyelesaian Sengketa Hukum UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2014 i

I. Judul Tugas Akhir : Kajian terhadap Peran Konsultan Hukum dalam Menyelesaikan Masalah terhadap Klien yang Menjadi Korban Tindak Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga II. Identitas Nama Mahasiswa Nama Dosen Pembimbing III. Nama Program Studi Fakultas Universitas : Arnita Ernauli Marbun : Ch. Medi Suharyono : Ilmu Hukum : Hukum : Universitas Atma Jaya Yogyakarta IV. Abstract Kajian terhadap Peran Konsultan Hukum dalam Menyelesaikan Masalah terhadap Klien yang Menjadi Korban Tindak Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga This research entitled Review towards Role of Law Consultant on Problem Settlement of Client who as Victim of Criminal Action on Household Violence. The background of problem is that household violence is very complex, thus the law consultant should be able to demonstrate their competence. Therefore, they will be proper party on problem settlement complained by client, especially client who as victim of criminal action on household violence. The problem based on that background is what step conducted by law consultant to accompany such client. Steps conducted by law consultant to accompany such client is asking client identity and then ask client to tell out the occurred incident of violence and classified the experienced violence whether belong to form of physical, psychological, sexual or economic violence, offering solution with mediation or court way.and the final step if mediation way is not success is the settlement via court way by over it to pointed advocate. Keywords : Law Consultant, Household Violence, and Client. 1

V. Pendahuluan Latar Belakang : Manusia adalah makhluk sosial yang selalu dituntut untuk berinteraksi dengan sesamanya. Interaksi antara yang satu dengan yang lainnya menciptakan suasana yang harmonis dalam hidup berdampingan. Interaksi dalam bentuk komunikasi seperti saling bertegur sapa, berbagi cerita, memberikan pendapat, dan berupaya mencari jalan keluar dari setiap permasalahan dapat membuat manusia merasakan bahwa dirinya tidak hidup seorang diri. Setiap orang dalam menjalani kehidupan pasti tidak lepas dari permasalahan. Dinamika kehidupan yang dihadapi akan menuntut setiap orang agar peka dalam menjalani kehidupan, seperti dalam menyelesaikan suatu masalah. Masalah yang ada sebenarnya bukan merupakan ancaman bagi manusia untuk dihindari tetapi justru sebagai tantangan hidup dan mengupayakan agar masalah tersebut dapat terselesaikan. Menyelesaikan suatu masalah terkadang melibatkan pihak lain yang dianggap mampu dan pada akhirnya dapat memberikan hasil yang baik bagi para pihak yang bermasalah. Pihak lain yang dapat memberikan titik terang dari suatu permasalahan yang dihadapi oleh para pihak yang bersengketa disebut dengan konsultan. Konsultan bertugas memberikan bantuan yang berupa nasehat-nasehat sebagai solusi untuk menyelesaikan masalah. Konsultan yang dipandang atau sering ditunjuk dalam menyelesaikan permasalahan antar individu disebut dengan konsultan hukum. Konsultan hukum berbeda dengan advokat. Konsultan hukum adalah profesi hukum yang bertugas memberikan bantuan hukum di luar jalur pengadilan (Non- 2

Litigations), sedangkan advokat adalah profesi hukum yang bertugas memberikan bantuan hukum melalui jalur pengadilan (Litigations). Tugas dan kewenangan antara konsultan hukum dengan advokat memang berbeda, namun keduanya sama-sama menjadi pihak yang bempunyai fungsi sebagai pihak yang dianggap mampu dalam meyelesaikan suatu masalah. Seiring berjalannya waktu, konsultan hukum harus mampu mengatasi segala bentuk masalah yang semakin lama semakin kompleks dan memprihatinkan. Bantuan hukum berupa jasa hukum yang diberikan konsultan hukum harapannya mampu memberikan solusi yang terbaik bagi para pihak yang bersengketa tanpa harus melalui jalur pengadilan. Seorang konsultan hukum selain mempunyai peran dalam menyelesaikan masalah juga mempunyai kewajiban yaitu tidak boleh membeda-bedakan pihak atau yang diistilahkan dengan klien. Setiap klien yang datang dengan maksud meminta bantuan harus diperlakukan sama tanpa ada pembedaan baik dari segi materi maupun nonmateri. Klien atau penerima bantuan hukum mempunyai hak atas bantuan hukum yang diberikan oleh konsultan hukum sesuai dengan kesepakatan. Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yaitu bahwa penerima bantuan hukum adalah orang atau kelompok orang miskin 1, dengan demikian jelas bahwa bantuan hukum menjadi hak bagi setiap orang. Klien menjadi pihak yang tidak bisa lepas dari tugas seorang konsultan hukum, karena klien adalah pihak yang meminta bantuan hukum atas permasalahan yang dialaminya. Banyak perkara atau kasus yang dikeluhkan oleh klien, salah satunya adalah kekerasan dalam rumah tangga, yang selanjutnya disebut KDRT. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, Cetakan I, Surabaya : Anfaka Perdana, Hlm. 2. 3

KDRT merupakan salah satu pelanggaran Hak Azasi Manusia, karena di dalam sebuah rumah tangga ada pihak yang melakukan kekerasan terhadap pihak yang lain. KDRT biasanya dilakukan oleh suami/ ayah terhadap isteri dan/ atau anak. KDRT yang menimpa baik isteri maupun anak tentu menjadi kabar yang memprihatinkan, namun kasus ini sudah sering terjadi sehingga bukan merupakan hal yang baru di masyarakat. Data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa di Turki jumlah perempuan yang mengalami kekerasan mencapai 57,9% pada tahun 1998, di India mencapai 49% pada tahun 1999, di Bangladesh mencapai 60% di tahun 2000, dan di Indonesia sendiri sekitar 24 juta perempuan atau sekitar 11,4% dari total penduduk Indonesia pernah mengalami tindakan kekerasan yang dilakukan oleh suami. 2 Hal ini mebuktikan bahwa semakin banyak penduduk perempuan kemungkinan terjadinya tindak kekerasan yang dialami oleh perempuan juga semakin besar. KDRT yang terjadi baik dalam ikatan suami isteri maupun orangtua anak khususnya ayah dengan anak menunjukkan bahwa tujuan dari ikatan suatu perkawinan tidaklah tercapai. Tujuan perkawinan berdasarkan Pasal 1 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah membentuk dan membina keluarga keluarga yang bahagia lahir dan batin. 3 Kekerasan juga sering terjadi terhadap anak. Anak yang menjadi korban kekerasan termasuk kekerasan dalam rumah tangga akan menderita kerugian, tidak saja bersifat material, tetapi juga bersifat inmaterial seperti goncangan emosional dan 2 Moerti, Kekerasan dalam Rumah Tangga, Cetakan III, 2012, Jakarta : Sinar Grafika, Hlm. 2. 3 Ibid, Hlm. 62. 4

psikologis, yang dapat memengaruhi kehidupan masa depan anak. 4 Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 5 Masalah kekerasan dalam rumah tangga memang sangat kompleks, untuk itu sebagai konsultan hukum harus mampu menunjukkan kompetensinya sehingga dapat menjadi pihak yang tepat dalam menyelesaikan masalah yang dikeluhkan oleh klien khususnya klien yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Baik isteri maupun anak yang menjadi korban kekerasan rumah tangga pasti membutuhkan perlindungan agar hak-haknya tidak dirampas, hal ini juga menjadi tugas seorang konsultan hukum. Sutiyoso memberi istilah bahwa konsultan hukum adalah dokter kemasyarakatan, artinya seorang konsultan hukum yang hidup di tengah masyarakat, senantiasa sedapat mungkin menunjukkan sikap-sikap yang correct lagi sportif, setiap persoalan hukum yang dimintakan penjelasannya atau nasehatnya, sedapat mungkin ia bisa menjelaskan atau menyelesaikan dengan benar. 6 Berdasarkan uraian Latar Belakang Masalah, maka dilakukan penelitian dengan judul Kajian terhadap Peran Konsultan Hukum dalam Menyelesaikan Masalah terhadap Klien yang Menjadi Korban Tindak Pidana Kekerasan dalam Rumah Tangga. 4 Maidin, Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak dan Perempuan, Cetakan I, 2012, Bandung : Refika Aditama, Hlm. 2. 5 Ibid, Hlm. 4. 6 Jeremias, Lemek, Mencari Keadilan, Cetakan I, 2007, Yogyakarta : Galangpress, Hlm. 43. 5

Rumusan Masalah : Berdasarkan uraian Latar Belakang Masalah, maka dirumuskan masalah langkah apakah yang dilakukan konsultan hukum dalam mendampingi klien yang menjadi korban tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga? VI. Isi Makalah A. Tinjauan Umum tentang Peran Konsultan Hukum 1. Pengertian Konsultan Hukum konsultan hukum adalah mereka yang diangkat oleh menteri kehakiman untuk memberi konsultasi hukum di luar pengadilan sebagai mata pencaharian pokok. 7 2. Misi Pendirian Konsultan Hukum Misi pendirian konsultan hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum terdapat dalam Pasal 6 ayat (1) yaitu bantuan hukum diselenggarakan untuk membantu penyelesaian permasalahan hukum yang dihadapi penerima bantuan hukum. 8 3. Hak dan Kewajiban Konsultan Hukum Hak konsultan hukum terhadap klien sebagaimana tercantum dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, konsultan hukum berhak melakukan pelayanan bantuan hukum, konsultasi hukum, perlindungan hukum selama menjalankan pemberian bantuan hukum, dan hal- 7 Ibid, Hlm. 75. 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, Cetakan I, Surabaya : Anfaka Perdana, Hlm. 5. 6

hal lain yang berkaitan dengan pemberian pendampingan hukum terhadap klien. Kewajiban konsultan hukum terhadap klien sebagaimana tercantum dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yakni konsultan hukum wajib menjaga kerahasiaan data klien yang bersangkutan serta memberikan informasi yang berkaitan dengan perkara yang sedang dialami oleh klien yang bersangkutan. B. Tinjauan Umum tentang Klien 1. Hak dan Kewajiban Klien Klien atau penerima bantuan hukum tidak hanya orang miskin saja, tetapi siapapun yang mengalami masalah dan menyelesaikannya melalui jasa konsultan hukum juga disebut dengan klien atau penerima bantuan hukum. Penerima bantuan hukum sesuai dengan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum berhak : a. mendapatkan bantuan hukum hingga masalah hukumnya selesai dan/ atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama penerima bantuan hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat kuasa; b. mendapatkan bantuan hukum sesuai dengan Standar Bantuan Hukum dan/ atau Kode Etik Advokat; dan c. mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 7

Pasal 14 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum mengatur tentang kewajiban penerima bantuan hukum agar dapat memperoleh bantuan hukum dari pemberi bantuan hukum dalam bentuk syarat-syarat. Syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum sudah sesuai dengan kondisi klien yang dalam hal ini klien adalah pihak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. 2. Klien Kasus KDRT Klien kasus kekerasan dalam rumah tangga yaitu seseorang atau beberapa orang yang mendapat perlakuan tidak baik oleh orang yang berada dalam satu rumah tangga. Artinya bahwa baik korban maupun pelaku tindak pidana kekerasan mempunyai hubungan yang dekat bahkan sedarah, seperti kekerasan yang menimpa seorang isteri oleh suaminya atau kekerasan yang menimpa seorang anak oleh ayah kandung/tirinya. C. Tinjauan Umum tentang Korban Tindak Pidana KDRT 1. Pengertian Korban Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban bahwa korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik,mental, dan/ atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana. 9 9 Rena, Viktimologi Perlindungan Hukum terhadap Korban Kejahatan, Cetakan I, 2000, Yogyakarta : Graha Ilmu, Hlm. 49. 8

2. Pengertian Tindak Pidana KDRT Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pengahpusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, yang dimaksud dengan kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. 3. Bentuk-Bentuk KDRT Bentuk-bentuk tindak kekerasan dalam rumah tangga menurut Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, tercantum dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9, yaitu : a. Kekerasan fisik, yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat (Pasal 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga). b. Kekerasan psikis, yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang (Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga). c. Kekerasan seksual, yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut, selain itu juga berarti pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam 9

lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu (Pasal 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga). d. Penelantaran rumah tangga juga dimasukkan dalam pengertian kekerasan, karena setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangga, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan penghidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Penelantaran tersebut juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah, sehingga korban di bawah kendali orang tersebut. (Pasal 9 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga). 10 D. Peran Konsultan Hukum dalam Mendampingi Klien yang Menjadi Korban Tindak Pidana KDRT Konsultan hukum mempunyai peran yaitu mendampingi klien dalam hal ini adalah klien yang menjadi korban tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga. Konsultan hukum mempunyai batas kewenangan yaitu tidak diperkenankan beracara di dalam pengadilan, karena yang berwenang untuk beracara di pengadilan adalah advokat atau penasehat hukum. Langkah-langkah yang dilakukan oleh konsultan hukum dalam mendampingi klien yang menjadi korban 10 Moerti, Op. Cit, Hlm. 83. 10

tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga sedapat mungkin dapat mengurangi penyelesaian melalui jalur pengadilan. VII. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Langkah-langkah yang dilakukan oleh konsultan hukum dalam mendampingi klien yang menjadi korban tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga yaitu : 1. Konsultan hukum setelah menanyakan identitas klien, selanjutnya konsultan hukum meminta klien untuk menyampaikan kronologis peristiwa kekerasan dalam rumah tangga yang dialami, kemudian mengklasifikasikan ke dalam bentuk-bentuk kekerasan rumah tangga yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, atau kekerasan ekonomi; 2. Konsultan hukum wajib menawarkan penyelesaian dari suatu masalah yang dialami oleh klien diselesaikan secara mediasi atau melalui jalur pengadilan; dan 3. Apabila proses mediasi tidak berhasil dan klien menghendaki untuk diselesaikan secara litigasi, maka konsultan hukum akan menunjuk advokat untuk menangani kasus tersebut B. Saran Kekerasan dalam rumah tangga sudah menjadi hal yang umum didengar oleh sebagian besar masyarakat khususnya di Indonesia. Perempuan sebagai pihak yang rawan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga sudah seharusnya dilindungi oleh aparat penegak hukum. Melihat kondisi yang memprihatinkan ini, 11

saran saya adalah meningkatkan kualitas seorang konsultan hukum, sehingga klien yang mengalami permasalahan tentang kekerasan dalam rumah tangga dapat diselesaikan tanpa harus melalui pengadilan. VIII. Daftar Pustaka Buku : Moerti, Kekerasan dalam Rumah Tangga, Cetakan III, 2012, Jakarta : Sinar Grafika. Maidin, Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak dan Perempuan, Cetakan I, 2012, Bandung : Refika Aditama. Jeremias, Lemek, Mencari Keadilan, Cetakan I, 2007, Yogyakarta : Galangpress. Rena, Viktimologi Perlindungan Hukum terhadap Korban Kejahatan, Cetakan I, 2000, Yogyakarta : Graha Ilmu. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, Cetakan I, Surabaya : Anfaka Perdana. 12