KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TANJUNG PUTUS KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TONGKOH KECAMATAN DOLAT RAYAT KABUPATEN KARO SKRIPSI

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TONGKOH KECAMATAN DOLAT RAYAT KABUPATEN KARO

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.3 No. 4 Th. 2015

TINJAUAN PUSTAKA. Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam

KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI LAHAN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. mungkin terdapat kehidupan. Air tidak saja perlu untuk kehidupan semua

Rate Infiltration Evaluation on Several Land Uses Using Infiltration Method of Horton at Sub DAS Coban Rondo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No. 3 Th. 2014

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

KAJIAN DISTRIBUSI AIR PADA TANAH INCEPTISOL BERTANAMAN KEDELAI DENGAN JUMLAH PEMBERIAN AIR YANG BERBEDA SKRIPSI

EVALUASI KONSTANTA PERSAMAAN INFILTRASI KOSTIAKOV DAN PHILIP SECARA EMPIRIK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LAJU INFILTRASI PADA BERBAGAI TIPE KELERENGAN DIBAWAH TEGAKAN EKALIPTUS DI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI SEKTOR AEK NAULI

PERBEDAAN LAJU INFILTRASI PADA TANAH HUTAN DAN BUKAN HUTAN

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan

ANALISIS HUJAN PADA LAHAN KELAPA SAWIT DENGAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI KEBUN PTP. NUSANTARA II TANJUNG GARBUS SKRIPSI

PANDUAN PRAKTIKUM INFILTRASI. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP

INFILTRASI PADA HUTAN DI SUB DAS SUMANI BAGIAN HULU KAYU ARO KABUPATEN SOLOK

KAJIAN DISTRIBUSI AIR PADA TANAH INCEPTISOL BERTANAMAN KEDELAI DENGAN JUMLAH PEMBERIAN AIR YANG BERBEDA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

TINGKAT INFILTRASI PADA BEBERAPA TIPE PENGGUNAAN LAHAN DI DAS SEI WAMPU BAGIAN HILIR SKRIPSI YUSNIWATI SARAGIH ILMU TANAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

ANALISIS HUJAN PADA KEBUN KELAPA SAWIT DENGAN MODEL KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI KEBUN RAMBUTAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA III

KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI LAHAN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN SKRIPSI

PENENTUAN BULK DENSITY ABSTRAK

EVALUASI KONSTANTA PERSAMAAN INFILTRASI KOSTIAKOV DAN PHILIP SECARA EMPIRIK

KAJIAN TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) TANAH ANDEPTS PADA PENGGUNAAN LAHAN TANAMAN KACANG TANAH DI KEBUN PERCOBAAN KWALA BEKALA USU

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 1 (2016), Hal ISSN :

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : , 2017 e-issn:

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4.No.4, Desember 2016 (646);

DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAJU INFILTRASI TANAH DIBERBAGAI KEMIRINGAN LERENG HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT LINGGA BUANA

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN SALURAN IRIGASI PADA TANAH ANDEPTS DALAM SKALA LABORATORIUM

ANALISA POTENSI KETERSEDIAAN AIR UNTUK PEMBUATAN EMBUNG DI KAMPUNG KWEEL DISTRIK ELIKOBEL KABUPATEN MERAUKE

Erosi. Rekayasa Hidrologi

STUDI METODE INFILTRASI FALLING HEAD DAN CONSTANT HEAD PADA BEBERAPA VARIASI KETINGGIAN GENANGAN AIR AHMAD FADHLI A

3 METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3.

EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN BUNGA KOL PADA TANAH ANDOSOL

PENENTUAN BOBOT ISI TANAH(BULK DENSITY) UJI LAB

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

125 permukaan dan perhitungan erosi berasal dari data pengukuran hujan sebanyak 9 kejadian hujan. Perbandingan pada data hasil tersebut dilakukan deng

RESPON BEBERAPA POLA AGROFORESTRY BERBASIS MANGLID (Manglieta glauca Bl) TERHADAP KAPASITAS INFILTRASI TANAH Oleh Wuri Handayani dan Ary Widiyanto

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN BUNGA KOL PADA TANAH ANDOSOL

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KARAKTERISASI FISIK DAN KELEMBABAN TANAH PADA BERBAGAI UMUR REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG

ANALISIS HUBUNGAN TUTUPAN TAJUK, CURAH HUJAN, DAN SIFAT TANAH DENGAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI NURUL HANIFAH

Yeza Febriani ABSTRACT. Keywords : Erosion prediction, USLE method, Prone Land Movement.

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH SIFAT FISIK TANAH PADA KONDUKTIVITAS HIDROLIK JENUH DI 5 PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS DI KELURAHAN SUMBERSARI MALANG)

Pengukuran Nilai Infiltrasi Lapangan dalam Upaya Penerapan Sistem Drainase Berkelanjutan di Kampus UMY

ABSTRACT ABSTRAK. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang Oktober 2016 ISBN...

BAB 5 INFILTRASI DAN PERKOLASI

INFILTRASI. Infiltrasi adalah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENENTUAN LAJU INFILTRASI PADA TANAH DENGAN VARIASI KEPADATAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

BAB II LANDASAN TEORI

190. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar

METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

SIMULASI PENGARUH SEDIMENTASI DAN KENAIKAN CURAH HUJAN TERHADAP TERJADINYA BENCANA BANJIR. Disusun Oleh: Kelompok 4 Rizka Permatayakti R.

PENGARUH PEMBERIAN LAPISAN LEMPUNG TERHADAP PENINGKATAN LENGAS TANAH PADA LAHAN MARGINAL BERPASIR

Rd. Indah Nirtha NNPS. Program Studi Teknik Lingkungn Fakultas Teknis Universitas Lambung Mangkurat

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

ANALISIS SIFAT FISIK TANAH PADA BEBERAPA TIPE PENUTUPAN LAHAN DI AREA OPERASIONAL TAMBANG BIJIH BESI PT. SILO, KALIMANTAN SELATAN GUNAWAN RUKMANA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengambilan sampel tanah Entisol di lapangan

BAB III LANDASAN TEORI

KARAKTERISITK SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

Kajian Hubungan Kadar Liat, Bahan Organik dan Kandungan Air terhadap Indeks Plastisitas Tanah di Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah

Gambar 3.1 Siklus hidrologi (Triatmodjo, 2008)

III. METODE PENELITIAN

PENDUGAAN TINGKAT BAHAYA EROSI PADA LAHAN TANAMAN KOPI (Coffea Sp.) DI BEBERAPA KECAMATAN DI KABUPATEN DAIRI SKRIPSI. Oleh:

Erosi Kualitatif Pada Perkebunan Karet Umur 25 Tahun di Desa Lau Damak Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

IDENTIFIKASI IKLIM, TANAH DAN IRIGASI PADA LAHAN POTENSIAL PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

KONDISI BEBERAPA KOMPONEN HIDROLOGI PADA TEGAKAN SENGON WURI HANDAYANI DAN EDY JUNAIDI

Transkripsi:

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO (Study of Soil Infiltration Rate in Some Type of Lands at Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo) Rika Isnaini 1, Sumono 1, Ainun Rohanah 1 1) Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian USU Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155 Diterima tanggal 6 Februari 2013/ Desetujui tanggal 12 Maret 2013 ABSTRACT Infiltration is a very important component in soil conservation. Because as it coralation with rain intensity, run off, and erosion. The aim of this research was to know the infiltration rate in some type of lands i.e chili field, coffee field, and bush at Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo using Philips equation model. Parameters observed were moisture content, soil texture, bulk density, particle density, porosity, organic matter and cumulative infiltration was used. Double ring infiltrometer that pressed into the soil, and filled with water was used. The decreased of water was observed with interval of 0, 5, 10, 20, 30, 45, 60, 120, 180, 240 minutes. The results showed that the highest infiltration rate was found in bush, followed by chili field, and the smallest was found in coffee field. The biggest influence on the infiltration rate was organic matter. Key words: Infiltration rate, chili field, coffee field, bush, Sempajaya PENDAHULUAN Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk ke dalam tanah. Laju maksimal masuknya air masuk ke dalam tanah dinamakan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah. Sebaliknya, apabila intensitas hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan curah hujan. Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan intensitas curah hujan, yaitu millimeter perjam (Asdak, 1995). Dalam bidang konservasi tanah, infiltrasi merupakan komponen yang sangat penting karena masalah konservasi tanah pada azasnya adalah pengaturan hubungan antara intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi, serta pengaturan aliran permukaan. Aliran permukaan hanya dapat diatur dengan memperbesar kemampuan tanah menyimpan air, utamanya dapat ditempuh melalui perbaikan atau peningkatan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi merupakan laju maksimum air yang dapat masuk ke dalam tanah pada suatu saat (Kurnia, dkk, 2006). Apabila kapasitas infiltrasi lebih kecil dari intensitas hujan, dapat menyebabkan terjadinya banjir dan erosi. Laju infiltrasi pada suatu lokasi akan berbeda dengan lokasi lainnya, bergantung pada berbagai faktor seperti tekstur tanah, bahan organik, struktur tanah, kadar air tanah, porositas tanah. Besarnya laju infiltrasi dapat ditentukan melalui suatu model yang telah dikembangkan oleh para peneliti, diantaranya adalah model yang dikembangkan oleh Philips. Pengetahuan laju infiltrasi pada suatu lokasi atau wilayah sangat penting, terutama pada daerah dengan curah hujan tinggi dan berlereng dengan kecuraman tinggi untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya run off dan erosi dalam mempertahankan kelestarian lahan. Desa Sempajaya, merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, yang berada pada ketinggian rata-rata 1.375 m di atas permukaaan laut. Kecamatan Berastagi memiliki tanah jenis andosol dengan topografi datar sampai bergunung dengan curah hujan rata-rata 2.100-3.200 mm per tahun. Mata pencaharian utama penduduk Sempajaya pada umumnya adalah sebagai petani (BPS kabupaten Karo, 2012). Dari berbagai penggunaan lahan usaha tani di Kecamatan Berastagi memiliki kemampuan laju infiltrasi yang berbeda-beda 51

yang akan berpengaruh terhadap penyimpanan dan ketersediaan air dalam tanah serta kemungkinan terjadinya limpasan air (run off). Tujuan penelitan adalah menentukan laju Infiltrasi tanah pada berbagai penggunaan lahan di Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. METODOLOGI Bahan-bahan yang diperlukan adalah lahan yang akan digunakan (ladang, kebun dan semak), dan air. Alat yang digunakan adalah double ring infiltrometer, ring sample, tensiometer, stopwatch, timbangan, oven, ember, cangkul, mistar. Metode yang digunakan adalah penelitian lapangan yang dilaksanakan pada tig lokasi yang berbeda, yaitu di Cabai, Kopi, dan Semak yang diawal penelitian memiliki potensial air tanah yang sama dan diukur dengan alat tensiometer yang dilakukan dengan tiga ulangan. Penelitian dimulai dengan melakukan survey pendahuluan di lapangan dengan mengadakan tinjauan di lokasi dan pengambilan titik untuk masing-masing tata guna lahan yang memiliki potensial air tanah yang sama. Pada setiap lahan ditentukan tiga lokasi untuk pengukuran infiltrasi. Penelitian ini diawali dengan pengukuran infiltrasi kumulatif menggunakan ring infiltrometer ganda. - Kedua ring infiltrometer ganda dibenamkan ke dalam tanah dengan kedalaman 10 cm. - Penggaris dipasang pada sisi dalam ring yang pertama (kecil). - Air dimasukkan kedalam kedua ring infiltrometer setinggi 20 cm secara merata. - Penurunan muka air diukur setiap selang waktu 5 menit, 10 menit, 20 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit, 180 menit, dan 240 menit. - Dihitung laju infiltrasi dengan menggunakan metode Philips Model persamaan infiltrasi philips: (1) Dimana: fp = kapasitas infiltrasi (mm/ menit) C, D = konstantayang ipengaruhi oleh faktor T lahan dan kadar air tanah awal. = waktu (menit) Infiltrasi kumulatif diperoleh dengan mengintegralkan persamaan diatas untuk periode tertentu, mulai dari t = 0 sampai dengan t = t. (2) Sehingga persamaan infiltrasi kumulatif Philip dapat ditulis: (3) Proses pengepasan dari persamaan di atas dapat dilakukan dengan menggunakan data dari dua interval waktu, yaitu t1dan t2 serta dua nilai dari infiltrasi kumulatif pada interval tersebut, yaitu F1 dan F2 sehingga: (4). (5) Untuk mendapatkan nilai D maka dilakukan eliminasi, sehingga diperoleh: (6) - Nilai D lalu dimasukkan ke dalam persamaan (4) atau (5) makadiperoleh nilai C. Nilai C dan D kemudian dimasukkan ke dalam persamaan Philips (1). (Januar dan Nora, 1999). - Diambil sampel tanah untuk mendapatkan tekstur dan bahan organik tanah, kadar air sebelum dan sesudah pengukuran, kerapatan massa tanah, kerapatan partikel tanah, dan porositas tanah dengan menggunakan ring sample Parameter Penelitian - Tekstur Tanah: Diukur dengan metode Hidrometer - Bahan Organik: Diukur dengan metode Walkey and Black - Kadar Air: Diukur dengan metode Gravimetri - Kerapatan Massa (Bulk Density): Kerapatan massa tanah dapat ditentukan berdasarkan..(7) Dimana : = Kerapatan massa (bulk density) ( ) Ms = massa tanah (g) Vt = volume total tanah (volume ring) - Kerapatan Partikel (Particel Density): Kerapatan partikel ditentukan berdasarkan (8) Dimana, Vs = volume tanah (cm 3 ) kerapatan partikel (particle density) ( ) - Porositas Tanah: Porositas tanah dapat ditentukan dengan menggunakan 52

...(9) (Hillel,1987). - Potensial Matriks: Potensil matriks dapat diukur dengan menggunakan tensiometer pada kedalaman, 5 cm, 15 cm dan 25 cm. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Sifat Fisik Tanah Hasil pengukuran analisa sifat fisik tanah dari berbagai penggunaan lahan yaitu ladang, kebun dan semak di Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, dapat dilihat pada tabel-tabel berikut: - Tekstur Tanah Hasil analisa tekstur tanah pada ketiga lokasi penelitian, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisa Tekstur Tanah Fraksi Pasir Debu Liat Tekstur Tanah 60,56 27,12 12,32 54,56 35,28 10,16 Semak 64,56 23,12 12,32 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat pada lokasi ladang, kebun dan semak, memiliki tekstur yang sama, yaitu bertekstur lempung berpasir. - Kerapatan Massa (Bulk Density) Hasil analisa kerapatan massa pada ketiga lokasi penelitian, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Analisa Kerapatan Massa (Bulk Density) Tanah Sebelum Setelah Infiltrasi Infiltrasi (g/cm 3 ) (g/cm 3 ) 0.89 0.89 0.84 0.86 Semak 0.86 0.87 Tabel 2 menunjukkan hasil analisa kerapatan massa untuk ketiga lahan menunjukkan nilai dibawah 0,90 g/cm 3. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arsyad (1989), beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0,90 g/cm 3, bahkan ada yang kurang dari 0,10 g/cm 3 seperti tanah gambut. Sedangkan tanah mineral menurut (Hardjowigeno, 2007) nilai bulk density-nya berkisar 1-0,7 g/cm 3 Makin besar nilai kerapatan massa (bulk density) maka tanah makin sukar meloloskan air. - Kerapatan Partikel (Particle Density) Hasil Analisa Kerapatan Partikel (Particle Density) Tanah pada ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisa Kerapatan Partikel (Particle Density) Tanah Sebelum Setelah Infiltrasi Infiltrasi (g/cm 3 ) (g/cm 3 ) 2.12 2.05 2.36 2.16 Semak 2.11 2.12 Dari Tabel 3 di atas diperoleh hasil analisa kerapatan partikel untuk keseluruhan data baik sebelum pengukuran infiltrasi dan setelah pengukuran infiltrasi menunjukkan perubahan yang sangat kecil. Perbedaan terjadi kemungkinan karena sampel tanah yang diambil sebelum infiltrasi dari luar ring infiltrometer dan setelah infiltrasi dari dalam ring infiltrometer. Dari ketiga lokasi penelitian tersebut, kerapatan partikel tertinggi terdapat pada kebun sebesar 2.36 g/cm 3. Pada tanah mineral umumnya kerapatan partikelnya 2,65 g/cm 3 dan mulai menurun apabila kandungan bahan organiknya bertambah (Arsyad, 2000). - Ruang Pori atau Porositas Hasil analisa porositas tanah pada ketiga lokasi penelitian, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisa Porositas Tanah Sebelum Setelah 58.14 56.4 63.69 59.42 Semak 58.85 58.89 Dari Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa ruang pori atau porositas tanah sebelum infiltrasi lebih besar dibandingkan setelah pengukuran infiltrasi. Pemberian air secara terus menerus selama proses infiltrasi mengakibatkan proses pemampatan dan penutupan pori-pori tanah. 53

Kandungan porositas tanah pada ladang dan semak termasuk kedalam klasifikasi baik, dan pada kebun termasuk poros. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutanto (2005), yaitu pada % volume 100% (sangat poros), 80-60% (poros), 60-50% (baik), 50-40% (kurang baik), 40-30% (jelek), < 30% (sangat jelek). - Bahan Organik Tanah Hasil analisa bahan organik tanah pada ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisa Bahan Organik Tanah % C- Bahan Organik Organik 6,91 4,02 6,50 3,78 Semak 4,07 7,00 Tabel 5 menunjukkan bahan organik tertinggi terdapat pada semak. Bahan organik sangat berpengaruh terhadap kemampuan tanah meloloskan air. Semakin tinggi nilai bahan organik, berarti semakin remah struktur tanahnya, sehingga lebih mudah dalam meloloskan air (Hanafiah, 2005). - Kadar Air Tanah Hasil analisa kadar air tanah pada ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Analisa Kadar Air Tanah Sebelum Setelah 45.88 48.92 Kopi 43.87 48.51 Semak 60.08 63.33 Tabel 6 menunjukkan kenaikan nilai kadar air tanah setelah infiltrasi untuk ketiga lokasi. Kenaikan yang paling tinggi pada lokasi kebun sebesar 4.04%. - Infiltrasi Hasil pengukuran infiltrasi kumulatif pada ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. infiltrasi kumulatif pada ketiga lahan Waktu (t) Infiltrasi Kumulatif (F) (cm) (menit) Cabai Kopi Semak 5 2.4 2.17 4.17 10 4.33 3.90 7.60 20 6.7 5.23 11.67 30 10.9 6.90 16.60 45 14.43 8.83 22.33 60 17.5 10.5 27.90 90 22.53 13.2 35.30 120 28.2 16.93 4360. 180 39.23 22.26 57.27 240 47.56 28.93 74.57 Dari hasil kombinasi waktu untuk prediksi infiltrasi kumulatif, maka diperoleh: - Pada ladang, waktu (t) 10 menit dan 240 menit yang paling mendekati infiltrasi kumulatif pengukuran. sehingga diperoleh konstanta C = 0.14 dan D = 0.47, dengan demikian diperoleh laju infiltrasi: - Pada kebun, waktu (t) 5 menit dan 240 menit yang paling mendekati infiltrasi kumulatif pengukuran. sehingga diperoleh konstan C = 0.07 dan D = 0.41 diperoleh laju infiltrasi: - Pada semak, waktu (t) 10 menit dan 240 menit yang paling mendekati infiltrasi kumulatif pengukuran. Sehingga diperoleh konstanta C = 0.20 dan D= 0.89 dengan demikian diperoleh laju infiltrasi: Dari ketiga lahan, yaitu ladang, kebun, dan semak, dapat dilihat laju infiltrasi kumulatif yang paling tinggi terdapat pada semak dan yang paling kecil ditemukan di kebun. Hal ini dipengaruhi oleh sifat fisik tanah yang terdapat pada semak, yaitu memiliki kandungan pasir dan bahan organik yang paling tinggi dibanding dengan ladang dan kebun, sehingga menyebabkan tanahnya lebih mudah meloloskan air. - Klasifikasi Laju Infiltrasi Pada Ketiga Lahan Hasil pengukuran laju infiltrasi pada ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Klasifikasi infiltrasi. Laju infiltrasi (mm/jam) Klasifikasi 104-189 sedang cepat 56.4-150 sedang cepat Semak 159-316.8 Cepat Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa laju infiltrasi pada semak adalah cepat, dan laju infiltrasi pada ladang dan kebun termasuk dalam klasifikasi sedang cepat. Lee (1990) mengklasifikasikan infiltrasi tanah ke dalam beberapa kelas yaitu, sangat lambat (1 mm/jam), lambat (1-5 mm/jam), sedang lambat (5-20 mm/jam), sedang (20-65 mm/jam) sedang 54

cepat (65-125 mm/jam), cepat (125-250 mm/jam), dan sangat cepat ( > 250 mm/jam) - Potensial Matriks Tanah Nilai potensial matriks pada ketiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai hisapan air tanah pada berbagai penggunaan lahan Suction (Cbar) Sebelum Infiltrasi Setelah Infiltrasi Pada Kedalaman pada Kedalaman 5 15 25 15 15 25 cm cm cm cm cm cm 27 30 29 28 28 29 29 30 29 28 30 31 Semak 30 29 28 28 29 30 Dari Tabel 9 dapat dilihat nilai potensial matriks pada beberapa kedalaman di tiga lokasi penelitian yang telah ditentukan dimana pada awal penelitian setiap lokasi memiliki potensial matriks yang sama. Menurut Lee (1990), potensial air dalam tanah didefinisikan sebagai tekanan negatif (tarikan) dimana air diikat pada beberapa tempat dalam tanah yang disebut potensial matriks. sebelum infiltrasi nilai isapan matriks menunjukkan angka yang lebih kecil pada kedalaman yang semakin dalam, hal ini sesuai karena tanah belum dalam keadaan jenuh. Namun pada pengukuran setelah infiltrasi menunjukkan angka yang lebih besar pada kedalaman tanah yang semakin dalam. Hal ini kemungkinan disebabkan alat tensiometer yang dipergunakan kurang peka pada kondisi tanah yang mendekati jenuh. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan semak mempunyai laju infiltrasi yang paling tinggi dibandingkan ladang dan kebun karena memiliki kandungan fraksi pasir dan bahan organik yang paling tinggi, walaupun memiliki jenis dan tekstur tanah yang sama. Pengaruh yang paling besar terhadap laju infiltrasi tanah adalah kandungan bahan organik tanah. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konduktivitas hidrolik dengan alat yang lebih peka dan untuk pengukuran infiltrasi perlu digunakan tabung marihot. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Asdak.C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. BPS Kabupaten Karo, 2012. Badan Pusat Statistik Akabupaten Karo Koordinator Statistik Kecamatan Berastagi. Sumatera Utara. Hillel. D.1987. Soil and Water Physical Principles and Processes. Academic Press. New York. Hardjowigeno, S. 2007. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika. Pressindo, Jakarta Januar. R. dan Nora. H.P.. 1999.Evaluasi Persamaan Infiltrasi Kostiakov dan Philip secara Empirik untuk Tanah Regosol Coklat Kekelabuan. Buletin Keteknikan Pertanian. Vol 13 (3): hal 1-9. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor. Kurnia, U., dkk., 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Lee. R.. 1990. Hidrologi Hutan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogyakarta 55