BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko

dokumen-dokumen yang mirip

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kejadian paling berat yang dapat menimpa seorang individu terkait

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. selesaikan oleh individu untuk kemudian di lanjutkan ketahapan berikutnya.

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN , , ,793

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Acquired Immunice Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan penyakit

BAB II KAJIAN MENGENAI INFORMASI PUSAT REHABILITASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menglami peristiwa traumatis. Post traumatic Growth bukan hanya. dengan orang lain dan falsafah hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan epidemi HIV (Human Immunodefisiency virus) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setelah kurang lebih lima hingga sepuluh tahun, HIV ini dapat berubah menjadi

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

STRATEGI KOPING PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGALAMI AMPUTASI. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam perkembangan hidup manusia selalu dimulai dari berbagai

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, bisa mengakibatkan cedera

Bab I Pendahuluan. Setiap individu memiliki berbagai gagasan-gagasan mengenai dirinya, dimana gagasan

# kasus terbanyak ditemukan pada kelompok risiko tinggi termasuk pengguna narkoba suntik (penasun), pekerja seks dan pasangan/ pelanggannya, homoseksu

BAB I PENDAHULUAN. Secara nasional prevalensi kasus AIDS di Indonesia sebesar 8,15 artinya

BAB I PENDAHULUAN. siapa lagi yang akan dimintai bantuan kecuali yang lebih mampu. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

Adhyatman Prabowo, M.Psi

Dampak. terhadap anak-anak Reaksi anak-anak terhadap situasi darurat

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

Pedologi. Batasan Pedologi Bidang Terapan. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

mereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi sosial yang ada. dengan perkembangan tehnologi industrialisasi dan urbanisasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

1. Bab II Landasan Teori

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

Makalah Analisis Kasus : Bencana Merapi. Disusun oleh : Carissa Erani

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat hal tersebut menjadi semakin bertambah buruk.

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. dan diantaranya adalah tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang mengarah

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

Proses Keperawatan pada Remaja dan Dewasa. mira asmirajanti

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

Kerangka Acuan Desiminasi Hasil Analisa Pendokumentasian Data Kasus Kekerasan terhadap perempuan dengan HIV dan AIDS di 8 provinsi di Indonesia.

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV di Indonesia telah berkembang dari sejumlah kasus kecil HIV dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko tinggi yang memiliki angka kasus diatas 5 persen. Salah satu hal yang ada di Indonesia adalah tingginya variasi spasial tingkat kemunculan kasus ini. Angka tertinggi terjadi di Propinsi Irian Jaya/Papua, Jakarta, Bali, Riau dan Sulawesi Utara. Tidak semua orang yang terinfeksi HIV AIDS mengalami PTSD, ada juga yang mengalami Posttraumatic Growth dengan tingktan trauma pada beberapa karakteristik individu dan gaya seseorang dalam mengatur emosinya dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mengalami Posttraumatic Growth. Selanjutnya, tingkat self disclosure seseorang tentang keterbukaannya akan emosi dan perspektif mereka akan krisis yang dihadapi, kemungkinan juga memegang perang dalam membangun Posttraumatic Growth pada seseorang. Dan dapat juga di gambarkan cognitive process dalam menghadapi kejadian traumatik, seperti proses pemikiran berulang atau perenungan (ruminative thoughts) juga berhubungan dengan munculnya posttraumatic growth. Terakhir, PTG dapat dengan cara signifikan berhubungan dengan kebijaksanaan dan 1

2 narasi kehidupan individu (the indiviual s life narrative) (Tedeschi & Calhoun, 2004). HIV dapat dikatakan sebagai peristiwa trauma karena pada proses terjadinya Posttraumatic Growth karena setiap individu yang mengalami HIV mengalami stressful dibandingkan dengan level stres yang rendah, Posttraumatic Growth juga disertai transformasi kehidupan, Posttraumatic Growth juga melalui proses coping dalam menghadapi pengalaman traumatic, dan Posttraumatic Growth merupakan perkembangan atau kemajuan kehidupan seseorang (Linley & Joseph, 2004). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV) menyatakan bahwa trauma dapat dialami oleh individu yang menghadapi penyakit serius hingga mengancam keselamatan kehidupannya (American Psychiatric Association, 2000). Tedstone & Tarrier (2003) menyatakan bahwa dalam dunia medis, angka trauma tinggi ditemukan pada kasus pasien yang pernah dirawat di unit gawat darurat (UGD) dan pasien yang mengalami infeksi HIVAIDS. Posttraumatic Growth adalah perubahan positif yang dialami sebagai akibat dari perjuangan dengan krisis besar dalam hidup atau peristiwa traumatis. Dengan penemuan manfaat mengacu pada perubahan psikologis yang positif dialami sebagai akibat dari kesulitan dan tantangan lain untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi berfungsi. Keadaan tersebut merupakan tantangan yang signifikan terhadap sumber daya adaptif individu, dan menimbulkan tantangan yang signifikan untuk

3 cara individu memahami dunia dan tempat mereka didalamnya. Pertumbuhan Posttraumatic Growth tidak tentang kembali ke kehidupan yang sama seperti yang sebelumnya mengalami sebelum masa penderitaan traumatis, melainkan itu adalah tentang menjalani pergeseran 'mengubah hidup' signifikan psikologis dalam berpikir dan berhubungan dengan dunia, yang berkontribusi terhadap proses perubahan pribadi, yang sangat bermakna ( Tedeshi & Calhoun, 2004). Hal ini sering ditandai dengan penurunan reaktivitas dan pemulihan lebih cepat di menanggapi stres serupa di masa mendatang. Hal ini terjadi sebagai akibat dari paparan acara dan pembelajaran berikutnya. Hal ini terkait dengan gerakan Psikologi Positif. Dalam psikologi untuk melakukan growth hal yang diperlukan adalah ketahanan, yang mencapai tingkat sebelumnya berfungsi sebelum trauma, stres, atau tantangan. Perbedaan antara ketahanan dan berkembang adalah titik pemulihan. Berkembang berjalan di atas dan di luar ketahanan menghadapi berbagai keadaan yang sangat sulit mengalami perubahan yang signifikan dalam kehidupan mereka sebagai hasilnya, banyak yang mereka melihat sebagai sangat positif. Pertumbuhan Posttraumatic Growth telah didokumentasikan dalam kaitannya dengan berbagai alam dan buatan manusia traumatis peristiwa, termasuk penyakit yang mengancam jiwa, perang, kekerasan, imigrasi dan kematian orang yang dicintai. Hal ini juga telah didokumentasikan di banyak negara dan dalam konteks budaya yang berbeda dengan bukti

4 bahwa Posttraumatic Growth merupakan fenomena universal, tetapi juga menunjukan beberapa variasi budaya. Pertumbuhan dari trauma telah dikonseptualisasikan tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi sistem keluarga. Saat ini terdapat suatu populasi yang memiliki tingkat kerentanan yang terinfeksi HIV yang cukup tinggi yaitu ibu - ibu rumah tangga. Sejak tahun 2004, terjadi peningkatan pada kasus HIV pada wanita - wanita yang beresiko rendah terkena HIV/AIDS baik wanita yang menikah maupun wanita tidak menikah namun memiliki pasangan (O Connor & Earnest, 2011). Kelompok ini tertular dari suami atau pasangan mereka yang sudah lebih dahulu terinfeksi HIV akibat melakukan hubungan seksual yang tidak aman dengan pekerja seks komersial atau akibat penggunaan jarum suntik bekas pakai. Posttraumatic Growth terjadi dengan upaya untuk beradaptasi yang bersifat negatif dari keadaan yang dapat menimbulkan tekanan tingkat tinggi psikologis seperti krisis besar dalam hidup, yang biasanya menimbulkan reaksi psikologis yang tidak menyenangkan. Pertumbuhan tidak terjadi sebagai akibat langsung dari trauma, yakni sebagai perjuangan individu dengan realitas baru posttraumatic yang sangat penting dalam menentukan sejauh mana pertumbuhan posttraumatic terjadi. Laporan dari pengalaman pertumbuhan setelah peristiwa traumatik jauh melebihi jumlah laporan gangguan kejiwaan, karena terus tertekan

5 pribadi dan pertumbuhan sering hidup berdampingan (Tedeshi & Calhoun, 2004). Sejumlah fakta mengenai Posttraumatic Growth telah dikaitkan dengan pertumbuhan adaptif. Secara Spiritual telah terbukti sangat berkorelasi dengan pertumbuhan pasca - trauma dan pada kenyataannya, banyak yang paling sangat spiritual keyakinan adalah hasil dari paparan trauma (O'Rourke, 2008). Dukungan sosial telah didokumentasikan dengan baik sebagai penyangga untuk penyakit mental dan respon stres. Peran gender kurang handal dapat memprediksi pertumbuhan pasca - trauma meskipun adalah indikasi dari jenis trauma bahwa pengalaman individu. Wanita cenderung mengalami viktimisasi pada tingkat individu dan interpersonal lebih (misalnya korban seksual) sedangkan pria cenderung mengalami trauma lebih sistemik dan kolektif (misalnya militer dan memerangi). Mengingat bahwa dinamika kelompok tampaknya memainkan peran prediksi pertumbuhan pasca - trauma, dapat dikatakan bahwa jenis pemaparan mungkin tidak langsung memprediksi pertumbuhan pada pria (Lilly, 2012). Hasil terlihat pada orang yang telah mengalami Posttraumatic Growth meliputi beberapa hal berikut: penghargaan yang lebih besar dalam kehidupan; merubah persepsi terhadap prioritas kehidupan; hangat, memiliki hubungan yang lebih intim; rasa yang lebih besar dari kekuatan pribadi; dan pengakuan dari kemungkinan - kemungkinan baru atau jalan hidup seseorang dan pengembangan spiritual (Tedeshi & Calhoun, 1996).

6 Dua karakteristik kepribadian yang dapat mempengaruhi kemungkinan bahwa orang dapat menggunakan sisi positif setelah peristiwa traumatik yang menimpa mereka termasuk individu yang menggambarkan kehidupannya berbeda dari yang dahulu dan keterbukaan terhadap pengalaman. Optimis mungkin lebih mampu untuk memusatkan perhatian dan sumber daya pada hal - hal yang paling penting, dan melepaskan diri dari masalah yang tidak terkendali atau dipecahkan. Kemampuan untuk berduka dan secara bertahap menerima trauma juga bisa meningkatkan kemungkinan pertumbuhan (Costa & McCrae, 1992). Sebuah artikel terbaru oleh Iversen, Christiansen & Elklit (2011) menunjukkan bahwa prediktor pertumbuhan memiliki efek yang berbeda pada Posttraumatic Growth pada mikro, meso, dan makro, dan prediktor positif dari pertumbuhan pada satu tingkat dapat menjadi prediktor negatif pertumbuhan pada tingkat lain. Ini mungkin menjelaskan beberapa hasil penelitian yang tidak konsisten dalam daerah. Karakteristik lain dari pertumbuhan pasca trauma itu dapat hidup berdampingan dengan penyesuaian yang negatif dalam psikologis setelah peristiwa traumatis, sehingga sangat penting bahwa langkah - langkah duka digunakan dikedua domain klinis dan penelitian memungkinkan untuk penilaian respon positif. Ketika baru didiagnosis terinfeksi HIV atau AIDS, kadang merasa keinginan yang amat sangat untuk membagi kabar ini dengan seseorang

7 yang dekat, yakni: keluarga, teman, bahkan atasan ditempat bekerja. Setelah memberi tahu orang lain, beberapa orang mendapatkan reaksi yang positif dan bermanfaat, tetapi ada juga yang mendapatkan kekecewaan atau malah lebih buruk dari itu. Individu tersebut harus benar - benar yakin bahwa orang yang akan diberi tahu dapat dipercaya. Yang dapat membantu adalah berbicara lebih dahulu dengan seseorang dari kelompok dukungan sebaya yang pernah mengalami hal yang serupa, sampai seseorang merasa cukup nyaman untuk membagi rahasia dengan orang lain. Orang yang penting untuk diberi tahu adalah pasangan hidup, karena hal ini ada hubungan dengan dia juga. Walaupun status HIV seseorang dapat membuat sebuah hubungan yang baik menjadi terganggu, jangan selalu berprasangka hubungan itu lalu akan hancur karenanya. Menemukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini memang selalu sulit. Kelompok dukungan sebaya yang lain selalu bersedia membantu dalam proses ini dan dapat memberikan saran serta bimbingan ( Hidup dengan HIV/AIDS, 2014). Lebih lanjut dijelaskan bahwa mereka yang mengalami trauma khususnya yang mengingat diri individu pada kematian, terpicu untuk memikirkan pertanyaan mengenai kematian itu sendiri dan tujuan dalam hidup. Perubahan dalam diri individu yang muncul terkait dengan hal ini adalah individu menjadi semakin memaknai hal - hal kecil dalam dirinya dan tidak demikian dengan hal - hal yang sebelumnya penting bagi dirinya. Selain itu muncul pula perubahan dalam hal spiritual dan

8 religiulitas. Tema perubahan dari aspek ini yang paling sering terjadi adalah individu merasa pengalaman hidup mereka lebih berkembang sepenuhnya, memuaskan, dan bermakna. Saat individu merasa bingung dan tidak menerima bahwa trauma tersebut dialami oleh mereka, dalam diri individu meningkat kepuasan bahwa mereka merasakan kehidupan pada tingkat kesadaran yang jauh lebih baik dari sebelumnya (HIV dan AIDS, 2014). Dukungan sebaya merupakan dukungan sesama yang dilakukan oleh orang dengan HIV/AIDS (ODHA) atau orang hidup dengan HIV/AIDS (OHIDHA) kepada ODHA dan OHIDHA lainnya, terutama ODHA yang baru mengetahui status HIV (Mardhiati & Handayani, 2011). Dukungan ssebaya berfokus pada peningkatan mutu hidup ODHA khususnya dalam peningkatan kepercayaan diri, pengetahuan HIV/AIDS, akses dukungan, pengobatan, perawatan, pencegahan positif dengan perubahan perilaku, dan kegiatan produktif. Fokus dari kelompok teman sebaya berbeda dengan aspek - aspek yang menjadi bagian dari Posttraumatic Growth aspek positif yang diharapkan berubah ke arah yang lebih baik pada individu setelah mengalami peristiwa traumatik adalah kekuatan personal, terbuka pada pengalaman baru, hubungan dengan orang lain, penghargaan terhadap kehidupan, dan perubahan spiritual (Calhoun, & Tedeschi, 2006). Wanita cenderung melaporkan lebih banyak manfaat dari pada laki - laki, dan orang - orang yang mengalami peristiwa traumatis melaporkan

9 perubahan yang lebih positif dari pada orang yang tidak mengalami kejadian luar biasa. Posttraumatic Growth Pertumbuhan Persediaan sederhana terkait dengan optimisme dan extraversion. Skala tampaknya memiliki utilitas dalam menentukan individu bagaimana sukses, mengatasi setelah trauma, yang dalam merekonstruksi atau memperkuat persepsi mereka tentang diri, orang lain, dan makna kejadian (Farah Shafira; 2011). 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana gambaran Posttraummatic Growth pada ibu rumah tangga yang tertular HIV/AIDS dari suami? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini melihat gambaran Posttraummatic Growth pada ibu rumah tangga yang tertular HIV/AIDS dari suami. 1.4 Manfaat Penelitian Agar dapat membangkitkan semangat untuk para ODHA untuk mendapatkan gambaran posttraumatic Growth yang baik.