BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara Indonesia dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar. Sumbangan pajak

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan self assessment system dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Theresia Woro Damayanti (2010:1)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini mempuyai umur tidak

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. pajak, dengan menjaring wajib pajak baru (

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan pemerintahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber bagi penerimaan negara dan mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya pembangunan yang berkesinambungan. Pemerintah melalui Dirjen

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian. Masing-masing akan

BAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan dominan dalam pos penerimaan negara (Suryadi,2006).

BABl PENDAHULUAN. Kelangsungan suatu negara dalam menjalankan sistem pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

Abstrak. Kata kunci: PP no. 46 tahun 2013, pertumbuhan wajib pajak, pertumbuhan penerimaan PPh pasal 4 ayat (2)

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Konstribusi pajak yang terus mengalami peningkatan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dari waktu ke waktu semakin menjadi andalan penerimaan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembiayaan belanja negara yang semakin lama semakin bertambah

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak menutup

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut P.J.A. Andriani dalam Ikatan Akuntan Indonesia, pajak adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penerimaan dalam negeri maupun penerimaan luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Pengertian pajak adalah iuran kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan sektor pemasukan terbesar kas Negara, penerimaan

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak dari sistem official assesment ke sistem self assessment yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, pembangunan maupun untuk biaya rutin negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan hal yang penting bagi suatu negara yang terus

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, dan penerimaan hibah. Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia guna mencapai masyarakat adil

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

Adhitya Febrian Arifin NIM: Fakultas Ekonomi dan Bisins Perbanas Institute ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan lainnya yaitu penerimaan migas maupun penerimaan bukan pajak,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kesadaran..., Dhio, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemerintah di Indonesia selalu berusaha untuk mengelola dan menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. dibayarkan oleh wajib pajak (WP) digunakan untuk pembiayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pajak menjadi sumber

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara Indonesia dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Penerimaan negara dari sektor pajak terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika dilihat dari penerimaan negara dalam APBN, penerimaan negara tidak lagi didominasi oleh migas dan minyak bumi, melainkan dari sektor pajak. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, penerimaan pajak dalam APBN-P 2013 mencapai 76,68%. Berikut realisasi penerimaan pajak dari tahun 2009 sampai 2013. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2009-2013 (Milyar Rupiah) No. Tahun Realisasi Penerimaan 1 2009 619,922 2 2010 723,307 3 2011 873,874 4 2012 980,518 5 2013 1,148,365 Sumber: Badan Pusat Statistik RI Begitu besarnya peran pajak dalam penerimaan negara, maka pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak terus berusaha untuk meningkatkan penerimaan pajak. Ada beberapa strategi yang akan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak, yaitu penyempurnaan sistem administrasi 1

2 perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, ekstensifikasi wajib pajak orang pribadi berpendapatan tinggi dan menengah, perluasan basis pajak kepada sektor-sektor yang selama ini tidak terlalu banyak digali potensinya, optimalisasi pemanfaatan data dan informasi berkaitan dengan perpajakan dari institusi lain, penguatan penegakan hukum bagi penghindar pajak, dan penyempurnaan peraturan perpajakan untuk lebih memberikan kepastian hukum dan perlakuan yang adil serta wajar (Wibowo Subekti, 2014). Usaha memaksimalkan penerimaan pajak tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Direktorat Jenderal Pajak saja, tetapi juga dibutuhkan peran aktif dari para wajib pajak itu sendiri dan calon wajib pajak untuk mendaftarkan diri menjadi wajib pajak. Perubahan sistem perpajakan Indonesia dari official assessment menjadi self assessment memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang (Mardiasmo, 2013: 7). Hal ini menjadikan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak menjadi faktor yang sangat penting dalam hal untuk mencapai target pajak yang ditetapkan. Self assessment system menuntut adanya peran aktif dari wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang (Mardiasmo, 2013:7). Kepatuhan dan kesadaran yang tinggi dari wajib pajak merupakan faktor penting dalam pelaksanaan self assessment system. Beberapa kasus perpajakan yang terjadi dalam dunia perpajakan di Indonesia yang melibatkan para petugas pajak membuat masyarakat dan wajib pajak khawatir untuk membayar pajak. Kondisi

3 tersebut dapat memengaruhi kepatuhan wajib pajak, karena wajib pajak takut pajak yang sudah dibayarkan disalahgunakan oleh petugas pajak itu sendiri. Berikut data tax coverage ratio dan tax compliance ratio dari tahun 2008 sampai tahun 2011. Tabel 1.2 Tax Coverage Ratio dan Tax Compliance Ratio Uraian/tahun 2008 2009 2010 2011 WP Terdaftar 7,137,023 10,682,099 15,911,576 19,112,590 % kenaikan jumlah WP 33% 33% 33% 17% Wajib Pajak 6,341,828 9,996,620 14,101,933 17,694,317 SPT Tahunan 2,097,849 5,413,114 8,202,309 9,332,657 Rasio Kepatuhan SPT Tahunan 33% 54% 58% 53% Penerimaan PPh (Milyar rupiah) 229,061 243,591 265,265 315,490 % kenaikan penerimaan 22% 6% 8% 16% Sumber: Data dari Artikel Buyung Muniriyanto Dari tabel 1.2 di atas dapat dilihat penerimaan pajak dari tahun 2008 sampai dengan 2011 tidak mengalami kenaikan yang signifikan jika dibandingkan dengan kenaikan wajib pajak terdaftar yang tumbuh rata-rata 29% pertahun. Penerimaan pajak yang dapat dihimpun Direktorat Jenderal Pajak hanya tumbuh sekitar 13% pertahun. Rasio kepatuhan wajib pajak sangatlah rendah hanya berkisar dibawah 60%, bahkan ditahun 2013 rasio kepatuhan wajib pajak masih berkisar diangka 52%. Meningkatkan kepatuhan wajib pajak merupakan kunci suksesnya mencapai penerimaan pajak (Buyung Muniriyanto, 2014). Menurut seorang ahli ekonomi Sarker dalam Buyung Muniriyanto (2014) mengatakan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat diartikan sebagai derajat wajib pajak untuk melaksanakan aturan perpajakan dengan baik dan benar atau tidak benar. Sehingga semakin tingginya

4 tingkat kepatuhan maka peraturan perpajakan akan dijalankan dengan semakin baik dan benar, begitu juga sebaliknya apabila tingkat kepatuhan rendah. Tabel 1.3 Rasio Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Bandung Tahun 2013 Nama KPP Jumlah WP Efektif Jumlah Penyampaian SPT Tingkat Kepatuhan KPP Pratama Bandung Tegallega 93,002 25,266 27% KPP Pratama Bandung Cibeunying 105,377 33,926 32% KPP Pratama Bandung Karees 114,158 31,407 28% KPP Pratama Bandung Bojonagara 102,537 31,034 30% KPP Pratama Bandung Cicadas 130,546 32,638 25% Total 545,620 154,271 28% Sumber: Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan Berdasarkan tabel 1.3 di atas, di kota Bandung secara khusus hingga tahun 2013 terdapat sebanyak 545.620 wajib pajak orang pribadi (WPOP) yang efektif dan wajib pajak yang menyampaikan SPT hanya 154.271. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kota Bandung hanya 28%. Tabel 1.4 Rasio Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Bandung Tahun 2009-2013 Tahun Jumlah WP Efektif Jumlah Penyampaian SPT Tingkat Kepatuhan 2009 365,272 160,327 44% 2010 427,605 155,623 36% 2011 471,076 164,814 35% 2012 511,337 161,826 32% 2013 545,620 154,271 28% Sumber: Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan Berdasarkan tabel 1.4 di atas, tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kota Bandung dari tahun 2009 hingga tahun 2013 senantiasa menurun. Hal ini tentu membutuhkan suatu kajian agar hal tersebut tidak terjadi berlarut-larut. Oleh

5 karena itu, perlu dilakukan suatu kajian untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kota Bandung. Kepatuhan yang tinggi dari wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan faktor penting dalam pelaksanaan self assessment system. Berdasarkan literatur dan hasil penelitian, tingkat kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan, dan tarif pajak penghasilan. Terdapat undang-undang yang mengatur mengenai tarif pajak penghasilan dan sanksi perpajakan agar tarif pajak penghasilan yang berlaku adil bagi seluruh masyarakat dan sanksi perpajakan diterapkan untuk mendorong kepatuhan wajib pajak. Namun, penerapan sanksi perpajakan harus konsisten dan berlaku terhadap semua wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan (John Hutagaol, 2012). Kesadaran wajib pajak atas fungsi pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya dan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Mardiasmo, 2013: 1-2). Hasil penelitian yang dilakukan Ni Ketut Muliari (2011) menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur. Tingkat kesadaran wajib pajak dapat diukur dengan perbandingan antara jumlah wajib pajak yang terdaftar dengan jumlah penduduk. Berdasarkan data dari Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan tahun 2013, jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di kantor pelayanan pajak yang

6 ada di kota Bandung adalah 545.620. Sedangkan jumlah penduduk kota Bandung berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Bandung tahun 2013 adalah 2.483.977 jiwa. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kesadaran wajib pajak di kota Bandung masih rendah, hanya mencapai 21,97%. Inilah yang menyebabkan tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kota Bandung rendah. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012 tentang tata cara penetapan dan pencabutan penetapan wajib pajak dengan kriteria tertentu dalam rangka pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak telah ditentukan kriteria wajib pajak patuh, salah satunya yaitu tepat waktu dalam menyampaikan SPT dalam 3 (tiga) tahun terakhir. Jika wajib pajak terlambat menyampaikan SPT dalam dua tahun terakhir, maka wajib pajak termasuk tidak patuh. Wajib pajak yang terlambat menyampaikan SPT dapat dikenakan sanksi perpajakan (Mardiasmo, 2013: 61). Semakin besar sanksi perpajakan yang diterima oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka tingkat kepatuhan wajib pajak semakin rendah. Dan sebaliknya, jika besar sanksi perpajakan yang diterima oleh Direktorat Jenderal Pajak rendah, maka tingkat kepatuhan wajib pajak semakin tinggi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak tahun 2013, penerimaan negara yang berasal dari sanksi perpajakan mencapai 5.401,98 milyar rupiah. Hal ini dapat menunjukkan bahwa masih banyak wajib pajak yang tidak patuh dan melanggar aturan perpajakan yang mengakibatkan sanksi yang harus dibayar. Menurut Alm, Bahl, dan Murray (1990) dalam John Hutagaol (2012), besarnya tarif pajak dapat memengaruhi kepatuhan wajib pajak. Semakin rendah tarif pajak, semakin patuh wajib pajak. Orang yang mempunyai penghasilan tinggi

7 perlu dikenai tarif pajak yang lebih tinggi. Semakin tinggi tarif pajak, orang cenderung mengecilkan penghasilan yang dilaporkan kepada otoritas pajak. Berdasarkan data dan informasi mengenai kepatuhan wajib pajak dan hasil evaluasinya, diperoleh hasil bahwa penerapan tarif yang lebih rendah mendorong kepatuhan wajib pajak daripada penerapan tarif pajak yang tinggi (Hatta dalam John Hutagaol, 2012). Tarif pajak yang ditetapkan harus sesuai dengan kemampuan wajib pajak agar tidak menimbulkan beban pajak yang diluar kemampuannya. Sebaran profit margin merupakan faktor yang harus diperhatikan untuk penentuan tarif pajak. Bagi kelompok UMKM, sebaran profit margin merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk penentuan tarif PPh UMKM. Sabagaimana model perpajakan berdasarkan presumptive regime, PPh dapat dikenakan berdasarkan suatu presumsi yang biasanya menggunakan turnover atau penghasilan bruto sabagai dasar pemajakannya. Dengan digunakannya turnover sebagai dasar pemajakan, perlu dipahami sebaran profit margin UMKM agar tidak menimbulkan beban pajak yang diluar kemampuannya (Syarif Ibrahim: 2014).

8 Sumber: Diolah dari Data Bank Indonesia (Syarif Ibrahim, 2014) Gambar 1.1 Diagram Sebaran Profit Margin UMKM per Sektoral Berdasarkan data di atas, terdapat perbedaan sebaran profit margin usaha menengah dengan usaha kecil dan mikro. Pada usaha menengah, mayoritas dari populasi (56,4% - 70,8%) memiliki profit margin kurang dari 10%, sedangkan pada usaha mikro dan kecil, mayoritas dari populasi (45,2% - 59,4% dan 44,5% - 60,5%) memiliki profit margin diatas 10%-50%. Penetapan tarif efektif yang tepat perlu memperhatikan sebaran profit margin. Sebagaimana sebaran profit margin di Indonesia di atas, untuk usaha mikro dan kecil mayoritas memiliki profit margin diatas 10%, sedangkan usaha menengah mayoritas profit margin dibawah 10%. Untuk itu, maka penentuan tarif efektif PPh Final 1% yang diterapkan seharusnya menggunakan asumsi dibawah 10% untuk seluruh kelompok usaha. Dengan demikian, kelompok usaha mikro dan kecil yang mayoritas sebaran profit marginnya diatas 10% akan memperoleh

9 insentif, sedangkan usaha menengah yang sebaran profit marginnya dibawah 10% tidak akan banyak berpengaruh. Usaha menengah dengan peredaran usaha yang marginal diatas ambang Rp4,8 miliar akan berpikir dua kali untuk berusaha mendapatkan kemudahan ini, mengingat dengan tarif tunggal 1% final tersebut dapat menyebabkan beban pajak penghasilannya justru lebih besar dibandingkan menggunakan tarif progresif. Hal inilah yang dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak UMKM. Karena tarif 1% final untuk usaha mikro dan kecil tidak memberatkan dan tidak perlu menyiapkan laporan keuangan sebagai dasar penghitungan pajak terutangnya (Syarif Ibrahim: 2014). Beberapa penelitian tentang kepatuhan wajib pajak telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Agus Nugroho Jatmiko (2006) meneliti mengenai pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus, dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kota Semarang. Hasil dari penelitian Jatmiko menunjukkan bahwa pengaruh sikap wajib pajak terhadap pelaksanaan sanksi denda, sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus, dan sikap wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Mart Tri Pola Sitanggang (2009) meneliti mengenai model hubungan kausal kesadaran wajib pajak, modernisasi sistem administrasi pajak, dan tindakan penegakan hukum di bidang perpajakan dan pengaruhnya terhadap kepatuhan pajak. Hasil dari penelitian Sitanggang menunjukkan bahwa pengaruh kesadaran wajib pajak dan tindakan penegakan hukum berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sementara modernisasi sistem administrasi pajak

10 berpengaruh signifikan untuk wajib pajak badan di KPP Madya, sedangkan di KPP Pratama tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Ni Ketut Muliari (2011) meneliti mengenai pengaruh persepsi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur. Hasil dari penelitian Muliari menunjukkan bahwa pengaruh persepsi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Arabella Oentari Fuadi dan Yenni Mangoting (2013) meneliti mengenai pengaruh kualitas pelayanan petugas pajak, sanksi perpajakan, dan biaya kepatuhan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Hasil dari penelitian ini menggunakan teknik regresi linier berganda yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan dan sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Semakin baik kualitas pelayanan petugas pajak dan semakin berat sanksi perpajakan yang dikenakan pada wajib pajak UMKM maka akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak UMKM. Disamping itu, biaya kepatuhan pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Semakin besar biaya kepatuhan pajak maka kepatuhan wajib pajak UMKM akan menurun. Cindy Jotopurnomo dan Yenni Mangoting (2013) meneliti mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus, sanksi perpajakan, dan lingkungan wajib pajak berada terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Surabaya. Hasil dari penelitian ini menggunakan teknik regresi linear berganda menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus, sanksi

11 perpajakan, dan lingkungan wajib pajak berada berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Surabaya. Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai kepatuhan wajib pajak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitianpenelitian sebelumnya adalah objek penelitian yang diambil berdasarkan responden yang ada di Kota Bandung. Variabel bebas yang digunakan hanya kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan, dan tarif pajak penghasilan. Berdasarkan kondisi di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kepatuhan wajib pajak dengan judul penelitian Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Penerapan Sanksi Perpajakan, dan Penerapan Tarif Pajak Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi UMKM di Kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Pada penelitian ini, peneliti ingin membahas mengenai pengaruh antara kesadaran wajib pajak, penerapan sanksi perpajakan, dan penerapan tarif pajak penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi UMKM di Kota Bandung. Kesadaran wajib pajak, penerapan sanksi perpajakan, dan penerapan tarif pajak penghasilan dianggap berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, karena dengan kesadaran wajib pajak yang tinggi, penerapan sanksi perpajakan yang tinggi, dan rendahnya penerapan tarif pajak penghasilan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Peneliti juga ingin mengetahui apakah hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya akan sama atau berbeda sama sekali.

12 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 2. Bagaimana penerapan sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 3. Bagaimana penerapan tarif pajak penghasilan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 4. Bagaimana kesadaran wajib pajak, penerapan sanksi perpajakan, dan penerapan tarif pajak penghasilan berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. 2. Untuk menganalisis pengaruh penerapan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. 3. Untuk menganalisis pengaruh penerapan tarif pajak penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak.

13 4. Untuk menganalisis pengaruh kesadaran wajib pajak, penerapan sanksi perpajakan, dan penerapan tarif pajak penghasilan secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis Manfaat praktis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai variabelvariabel yang perlu diperhatikan dalam upaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi UMKM, khususnya di Kota Bandung. 2. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai tindakan yang dapat diambil Kantor Pelayanan Pajak untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi UMKM yang dilayaninya, khususnya di Kota Bandung. 1.5.2 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: Diharapkan penelitian ini dapat memberikan bukti empiris dan memberikan sumbangan dalam pengembangan teori perpajakan.