BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengangguran terutama pengangguran yang berasal dari lulusan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gugun Ruslandi, 2016 Pengaruh Program Mahasiswa Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di IndonesiaMenurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk mendapatkan peluang kerja yang kian terbatas. Bukan saja yang

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Rencana siswa setalah lulus Jumlah Persentase (%) Manjadi Pegawai Berwirausaha 8 10 Melanjutkan sekolah Total

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Indonesia dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

BAB I PENDAHULUAN. niat berwirausaha.begitupun metodologi yang digunakan agar dapat mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukan baru-baru ini saja terjadi. Fenomena pengangguran terdidik telah

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya. pasar dengan produk-produk yang inovatif.

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. menuju keadaan yang lebih baik pada kurun waktu tertentu dan dengan adanya. pembangunan ekonomi dari suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. orang, dibutuhkan wirausahawan minimal 4,7 juta orang. Kenyataanya, saat ini baru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Asal mula kewirausahaan dapat dijabarkan sebagai berikut: wirausaha

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kependudukan dengan banyaknya jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut David McClelland dalam bukunya The Achieving Society suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Suryana (2008:2), mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan, pengangguran global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pencari kerja. Orang yang mencari kerja lebih banyak, sehingga banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya. Generasi muda sebagai garda depan pembangunan dimasa depan dan estafet kepemimpinan akan berada pada tanggung jawabnya. Berkenaan dengan hal ini berarti golongan muda mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan diberbagai bidang. Asumsinya jika kalangan muda siap menghadapi tantangan global, apabila tidak maka hanya akan menjadi beban dan menghambat pembangunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tentang kependudukan pada Sensus 2010 menyatakan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa. Jumlah penduduk yang termasuk kelompok generasi muda yaitu kelompok umur 14-22 tahun menempati jumlah yang banyak sebesar 64 juta jiwa. Jumlah generasi muda Indonesia yang sangat melimpah adalah potensi terbesar untuk pembangunan bangsa ini kedepan namun jika generasi muda Indonesia rusak maka hancurlah bangsa ini secara perlahan di masa depan. Harapan besar perbaikan Indonesia melalui agen perubahan dari generasi muda menyisakan ironi tersendiri, hal ini didasari banyaknya fakta terjadinya beberapa kemunduran dan kenakalan dikalangan remaja. Berdasarkan outlook Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tahun 2010 dalam Kebijakan Nasional Pengembangan Karakter Bangsa memperlihatkan bahwa masalah utama bangsa ini adalah bergesernya nilai etika dalam berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa dan melemahnya kemandirian bangsa. Pernyataan di atas diperkuat oleh data yang disajikan BPS tahun 2013 memperlihatkan bahwa tingkat pengangguran terbuka berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan di Indonesia memperlihatkan jumlah yang tinggi pada golongan terdidik yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), diploma dan universitas. Data dapat dilihat di Tabel 1.1 beikut :

2 Tabel 1.1 Jumlah Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2011-2013 Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan 2011 2012 2013 Februari Agustus Februari Agustus Februari Tidak/belum sekolah 92,142 190,370 123,213 82,411 109,865 Belum/tidak tamat SD 552,939 686,895 590,719 503,379 513,534 SD 1,275,89 1,120,090 1,415,11 1,449,508 1,421,653 SLTP 1,803,00 1,890,755 1,716,45 1,701,294 1,822,395 SLTA Umum 2,264,37 2,042,629 1,983,59 1,832,109 1,841,545 SLTA Kejuruan/SMK 1,082,10 1,032,317 990,325 1,041,265 847,052 DiplomaI,II,III/Akademi 434,457 244,687 252,877 196,780 192,762 Universitas 612,717 492,343 541,955 438,210 421,717 Total 8,117,631 7,700,086 7,614,241 7,244,956 7,170,523 Sumber : Badan Pusat Statistik 2013 Pada Tabel 1.1 terlihat tren menurun berkenaan dengan jumlah pengangguran namun dari segi jumlah masih cukup tinggi yaitu 7.170.523 jiwa dan hal ini akan berakibat pada masalah sosial ekonomi negara. Masalah yang cukup jelas terlihat pada data adalah masih tingginya pengangguran dikalangan terdidik. Tingginya tingkat pengangguran ini disebabkan tidak hanya kurangnya soft skill tetapi juga pola pikir job seeker pada generasi muda lulusan pendidikan tinggi. Dampaknya jumlah pengangguran yang ada akan terus bertambah dan terakumulasi. Kalangan terdidik yang seharusnya dapat membuat lapangan pekerjaan baru dengan ilmunya ironinya menjadi beban negara dan berkontribusi besar terhadap tingkat pengangguran secara agregat. Hal ini ditagaskan juga oleh Penasihat Dewan Pendidikan Jawa Timur Daniel Rosyid, Jumlah pengangguran intelektual di Indonesia cukup tinggi. Hal ini dinilai akibat dari dua faktor. Pertama, karena kompetensi mahasiswa yang kurang. Kedua, jumlah lapangan pekerjaan di Indonesia memang tidak terlalu banyak. Sistem pendidikan di Indonesia yang terlalu berorientasi ke bidang akademik juga menjadi masalah. Kurikulum S1 terlalu menekankan pada pengajaran akademik. Hasil akhirnya membuat mental sarjana hanya mencari kerja (Republika, 12/12/03).

3 Tingginya jumlah pengangguran di Indonesia juga disebabkan jumlah entrepreneur Indonesia saat ini juga sangat sedikit. Menurut data AIBI (Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia) pada lansiran online Sekertariat Kabinet 2013 entrepreneur di Indonesia baru 0,18% atau sejumlah 400.000 dari jumlah ideal 4,4 juta (2%). Saat jumlah ideal entrepreneur di Indonesia terpenuhi maka akan membuka labih banyak lapangan pekerjaan. Sebagai perbandingan entrepreneur di Amerika Serikat mencapai 11,5%, Cina 10%, dan Singapura 7,2%, Fenomena nasional tentang tingkat pengangguran dan sedikitnya jumlah entrepreneur juga terjadi di Jawa Barat sebagai salah satu provinsi tiga besar penyumbang PDB Indonesia. Tingkat Pangangguran Terbuka (TPT) berdasarkan data BPS Jawa Barat pada bulan Februari 2013 tercatat penganggur sebanyak 1.815.266 orang dan TPT sebesar 8,90 persen. Hal ini lebih besar dari TPT nasional yang hanya 5,92 persen. Ironinya di Jawa Barat tingkat TPT dikalangan terdidik juga masih tinggi yaitu sebesar 12,84%. Fakta berikutnya yang mengiringi tingginya penganggur dikalangan terdidik adalah rendahnya jumlah entrepreneur di Jawa Barat khususnya dikalangan generasi muda. Menurut Ahmad Heryawan, jumlah pengusaha muda di Jawa Barat masih relatif kecil hanya mencapai 0,8 persen dari jumlah penduduk usia muda (Ekonomi/Okezone, 04/06/2013). Data nasional dan regional tentang sedikitnya entrepreneur didukung juga oleh fakta dari pra penelitian yang menunjukan intensi kewirausahaan mahasiswa di Kota Bandung cukup rendah, terlihat pada survei yang dilakukan pada mahasiswa Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas Padjajaran (UNPAD). Indikator intensi kewirausahaan pada pra penelitian mengadopsi dari Fransisco Linan dan Wen Chen (2006:20) yaitu, tujuan karir professional seseorang, usaha untuk mulai menjalankan bisnis dengan waktu yang jelas dan mempunyai rencana usaha. Hal inilah yang mendasari pra penelitian yang di lakukan penulis pada awal bulan Januari 2013. Data hasil pra penelitian yang di peroleh mengenai perencanaan mahasiswa dalam memilih karir setelah menyelesaikan pendidikan adalah sebagai berikut:

4 Tabel 1.2 Pemilihan Karir Mahasiswa KSEI SCIEmics Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan KSEI ISEG Universitas Padjajaran (UNPAD) Pemilihan Karir UPI UNPAD Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Mencari pekerjaan 31 68,89% 29 70,73% (Pegawai swasta/ negeri) Menciptakan pekerjaan 14 31,11% 12 29,27% (wirausaha) Total 45 100% 41 100% Sumber : Pra Penelitian (data diolah) Berdasarkan Tabel 1.2 diketahui bahwa lebih dari setengah mahasiswa yang diteliti di UPI merencanakan mencari pekerjaan daripada berwirausaha. Pekerjaan yang diinginkan adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau bekerja di lembaga keuangan Islam. Kemudian sepertiga mahasiswa yang diteliti berniat ingin berwirausaha sebagai karir profesionalnya. Deskripsi berikutnya dari jumlah mahasiswa UPI yang ingin berwirausaha 57% di antaranya masih belum mempunyai produk yang jelas dan sisanya akan berwirausaha dengan produkproduk di bidang kuliner, jasa dan pakaian. Berdasarkan hasil pra penelitian dapat disimpulkan dengan Entrepreneurial Intention Questionnaire (EIQ) intensi mahasiswa KSEI fakultas pendidikan ekonomi dan bisnis Universitas Pendidikan Indonesia masih rendah untuk berwirausaha. Deskripsi berikutnya berdasarkan Tabel 1.2 diketahui bahwa lebih dari setengah mahasiswa KSEI UNPAD merencanakan untuk mencari pekerjaan sebagai karyawan di perusahaan multinasional daripada sebagai wirausaha. Kemudian hampir semuanya berniat untuk bekerja di lembaga keuangan Islam sebagai pilihan alternatif. Fakta berikutnya 29,27% mahasiswa yang diteliti berniat ingin berwirausaha, hampir setengah diantaranya masih belum mempunyai produk yang jelas. Berdasarkan hasil pra penelitian dapat disimpulkan dengan Entrepreneurial Intention Questionnaire (EIQ) intensi mahasiswa KSEI UNPAD masih rendah.

5 Rendahnya keinginan (intensi) berwirausaha dikalangan mahasiswa sangat menghawatirkan, karena beberapa penelitian menyebutkan bahwa keinginan berwirausaha para mahasiswa akan berpengaruh terhadap prilaku. Choo dan Wong dalam Nurul Indarti dan Rostianti (2008:4) menyatakan bahwa intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha dimasa depan. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi kewirausahaan berdasarkan penelitian Indarti diantaranya adalah kebutuhan akan prestasi, efikasi diri dan kesiapan instrumen dalam bisnis. Wirausaha baru mempunyai peran penting sebagai motor penggerak perekonomian di era global. Jika intensi kewirausahaan dikalangan generasi muda rendah maka dimasa depan semakin sedikit muncul wirausaha baru dan akibatnya berpengaruh negatif terhadap penciptaan lapangan kerja baru serta daya saing ekonomi pada Sumber Daya Manusia (SDM). Intensi sebagai prediktor terbaik dalam melihat perilaku kewirausahaan mahasiswa. Hal ini sangat sesuai dengan Theory of Reasoned Behavior (TPB), dimana menjadi faktor sentral dalam TPB adalah intensi individu untuk melakukan sesuatu yang kemudian ditampilkan dalam perbuatan. Intensi diasumsikan untuk menangkap faktor motivasi seseorang dan indikasi seberapa keras orang yang bersedia untuk mencoba serta berapa banyak dari upaya mereka untuk menjalankan rencana. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi adalah sikap berprilaku, norma subjektif dan kontrol sikap. (Icek Ajzen, 1991: 181). Mengembangkan pendidikan kewirausahaan untuk menumbuhkembangkan entrepreneur muda dibutuhkan sebuah intensi kewirausahaan yang kuat tertanam pada generasi muda. Niat (intention) dapat digunakan untuk meramal seberapa kuat keinginan individu untuk menampilkan tingkah laku dan seberapa banyak usaha yang akan dilaksanakan untuk menampilkan tingkah laku tersebut. Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam memulai usaha. Oleh karena itu penulis tertarik ingin meniliti dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan, Sikap Kewirausahaan, Kesiapan Instrumen terhadap Intensi Kewirausahaan Mahasiswa di Kota Bandung.

6 1.2 Rumusan Masalah Lingkup masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran umum pengetahuan kewirausahaan, sikap kewirausahaan, kesiapan instrumen dan intensi kewirausahaan mahasiswa KSEI di Kota Bandung? 2. Bagaimana pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa? 3. Bagaimana pengaruh sikap kewirausahaan terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa? 4. Bagaimana pengaruh kesiapan instrumen kewirausahaan terhadap terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa? 5. Bagaimana pengaruh secara simultan pengetahuan kewirausahaan, sikap kewirausahaan dan kesiapan instrumen terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mendeskripsikan pengetahuan, sikap kewirausahaan dan intensi kewirausahaan mahasiswa KSEI di Kota Bandung. 2. Untuk menganalisis pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa. 3. Untuk menganalisis pengaruh sikap kewirausahaan terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa. 4. Untuk menganalisis pengaruh kesiapan instrumen kewirausahaan terhadap terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa. 5. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan pengetahuan kewirausahaan, sikap kewirausahaan dan kesiapan instrumen terhadap intensi kewirausahaan mahasiswa.

7 1.4 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Secara Teoritis Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya inetnsi kewirausahaan pada mahasiswa Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) dalam bidang pendidikan dan kewirausahaan. 2. Secara Praktis Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor faktor yang mempengaruhi intensi kewirausahaan mahasiswa di kota Bandung. Hal ini dapat berguna bagi pemerintah dalam menetapkan program pendidikan kewirausahaan dan bagi praktisi dalam melakukan pelatihan serta pembinaan wirausaha baru.