Pertemuan 10 DESAIN BETON BERTULANG 1

dokumen-dokumen yang mirip
PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

Pertemuan 4 DEFINE, ASSIGN & ANALYZE

Jl. Banyumas Wonosobo

BAB IV ESTIMASI DIMENSI KOMPONEN STRUKTUR

APLIKASI KOMPUTER DALAM KONSTRUKSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

BAB V PERBANDINGAN DEFORMASI DAN PENULANGAN DESAIN. Pada bab V ini akan membahas tentang perbandingan deformasi dan

LAMPIRAN 1 Evaluasi Dengan Software Csicol

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Dasar-dasar Perancangan

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

TUGAS AKHIR RC Denny Ervianto

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG BPK RI SURABAYA MENGGUNAKAN BETON PRACETAK DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB IV ANALISA STRUKTUR

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR RUKO 2 ½ LANTAI JL. H. SANUSI PALEMBANG

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. struktur agar dapat mendesain suatu struktur gedung yang baik. Pemahaman akan

n ,06 mm > 25 mm sehingga tulangan dipasang 1 lapis

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Pengumpulan Data. Pengolahan Data. Penyajian Data. Perbandingan Data.

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL

STUDI PERBANDINGAN ANALISIS PELAT KONVENSIONAL DAN PELAT PRACETAK ABSTRAK

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

BAB III METODOLOGI. penjelas dalam suatu perumusan masalah. Data sekunder berupa perhitungan

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

5.2 Dasar Teori Perilaku pondasi dapat dilihat dari mekanisme keruntuhan yang terjadi seperti pada gambar :

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT RENDAH DENGAN SOFTWARE ETABS V.9.6.0

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

BAB IV ESTIMASI STRUKTUR

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

PERENCANAAN ULANG GEDUNG POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK

BAB IV ANALISIS STRUKTUR ATAS

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

LAMPIRAN 1 PRELIMINARY DESAIN

BAB V DESAIN TULANGAN ELEMEN GEDUNG. Berdasarkan hasil analisis struktur dual system didapat nilai gaya geser setiap

BAB III METODE PENELITIAN

Susunan Beban Hidup untuk Penentuan Momen Rencana

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

Gambar Gambar Perencanaan Tangga Tampak Samping. Ukuran antrede = 2 optrede + 1antrede = 65 A = 65-2(17,5)

Latar Belakang Sering terjadinya kesalahan didalam pemasangan tulangan pelat lantai. Pelat yang kuat didasarkan pada suatu perhitungan yang cermat. Pe

TUTORIAL PORTAL 3 DIMENSI

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

Efisiensi Penggunaan Beton Precast pada Gedung Kantor Pelayanan Pajak Tebet Jakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

MODEL PORTAL 3 DIMENSI

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL PESONA TUGU YOGYAKARTA

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB 1 PENDAHULUAN. Metoda yang banyak digunakan dalam mendesain struktur beton bertulang

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971

ini dapat dilihat dengan mulai stabilnya nilai mata uang rupiah dipasar dengan kegiatan pembangunan di Indonesia, khususnya gedung bertingkat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas

PR 1 MANAJEMEN PROYEK

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

Perhitungan Struktur Bab IV

Verifikasi Hasil Penulangan Lentur Balok Beton SAP2000

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2

PENERAPAN DAN PELAKSANAAN APARTEMEN UNTUK MBR DENGAN SISTEM PRACETAK PENUH BERBASIS MANUFACTUR OTOMATIS

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

MODIFIKASI PERENCANAAN APARTEMEN BALE HINGGIL DENGAN METODE DUAL SYSTEM BERDASARKAN RSNI XX DI WILAYAH GEMPA TINGGI

PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG GEDUNG SEKOLAH SMK PEMBANGUNAN NASIONAL AL-MUHYIDDIN KEC. BANJARSARI, CIAMIS, JAWA BARAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

Disusun Oleh : ZAINUL ARIFIN

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 1

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN

LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI PELAT BETON ELEMINDO PERKASA

Transkripsi:

Halaman 1 dari Pertemuan 10 Pertemuan 10 DESAIN BETON BERTULANG 1 Proses DESAIN BETON BERTULANG dapat dilakukan dengan langkah-langkah penting sebagai berikut: a. Asumsi Pembebanan (di luar SAP2000) sesuai peraturan yang berlaku b. Penentuan Material dan Dimensi Penampang c. Konfigurasi struktur 3D balok kolom. d. Kombinasi Pembebanan (sesuai peraturan yang berlaku) e. Analisis Statik atau Dinamik f. Desain Beton Bertulang. Pengertian Desain Beton Bertulang: a. Menentukan mutu beton yang sesuai b. Menentukan penampang balok atau kolom yang sesuai c. Menentukan tulangan yang sesuai (jumlah, diameter, dan jarak) Hal-hal yang tidak dapat dilakukan SAP2000 v 8.08 sehubungan dengan Desain Beton Bertulang: a. Menentukan tulangan pelat lantai b. Menentukan tulangan dinding geser Untuk desain pelat lantai dan dinding geser menggunakan program ETABS atau SAFE 10.1 ASUMSI PEMBEBANAN Karena pelat lantai dalam SAP2000 langsung dimodelkan sebagai beban yang bekerja pada balok (konfigurasi pelat tidak tergambar), maka perlu dilakukan distribusi pembebanan (tributary area) sebagai berikut: 1. Jika menggunakan pelat satu arah (One way slab loading plan): Distribusi pembebanan ke balok adalah setengah dari bentang pelat 2. Jika menggunakan pelat dua arah (Two way slab loading plan): Distribusi pembebanan ke balok terpendek adalah sebagai beban segitiga, dan untuk balok terpanjang adalah beban trapesium. Beban segitiga dan trapesium dapat langsung di assign (sesuai bentuknya) dalam SAP2000, atau diekivalensikan terlebih dahulu sebagai beban merata persegi dengan rumus: 2 1 width w trapesium = q width {3 } 6 length 1 w segitiga = q width 3

Halaman 2 dari Pertemuan 10 Berikut contoh asumsi pembebanan sesuai dengan Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung SKBI 1.3.53.1987 : 1. Beban Mati Komponen Beban Mati yang mungkin bekerja pada pelat lantai: Berat sendiri Pelat, Jika Pelat Konvensional = tebal pelat x 2400 kg/m 3 Jika Pelat Pracetak harus lihat brosur dari pabrik Contoh pelat HCS (produksi PT. BEP) dengan tebal 15 cm = 223 kg/m 2 Beban Mechanical Electrical = 25 kg/m 2 Beban Plafond = 18 kg/m 2 Beban Finishing = 120 kg/m 2 Total = 386 kg/m 2 = 3,79 kn / m 2 Ambil Beban Mati q DL = 4 kn / m 2 2. Beban Hidup Menurut SKBI 1.3.53.1987, besarnya beban hidup yang bekerja pada pelat = 250 kg/m 2 = 2,45 kn / m 2. Ambil Beban Hidup q DL = 3 kn / m 2 3 m 3 m 3 m A A Arah Pelat Balok Anak 30 cm x 65 cm Arah Pelat Balok Induk 40 cm x 80 cm Kolom 60 cm x 60 cm Pelat Pracetak POT. A A Gambar 1

Halaman 3 dari Pertemuan 10 Langkah langkah: 1. File / New Model / Pilih satuan / Pilih template grid only inputlah data awal seperti gambar 10.2 (a) berikut Gambar 2 2. Input data material beton, berat jenis = 2400 kg/m 3, fc =22.5 MPa, E = 4700 fc' = 2294,06 MPa, υ = 0,2; menggunakan tulangan pokok BJTD40 dan sengkang BJTP24, maka data karakteristik yang harus diinput: fy = 400 MPa, fys = 240 MPa. Gambar 3 3. Ukuran tulangan dapat diberikan berdasarkan default atau bila tidak sesuai dengan data tulangan yang diinginkan maka dapat dibuat sendiri melalui menu Option / Preferences / Reinforcement Bar Sizes. Sebagai contoh : Bila digunakan tulangan berdiameter 16 mm maka pilih dari default 16φ, tetapi jika digunakan tulangan berdiameter 19 mm maka dapat dibuat seperti gambar berikut:

Halaman 4 dari Pertemuan 10 Gambar 4 4. Definisikan penampang untuk; balok induk 40 x 80 cm dan 40 x 65 cm; balok anak 30 x 65 cm; dan kolom 60 x 60 cm. Selimut beton untuk balok adalah 5 cm dan untuk kolom adalah 6 cm. Tulangan balok di desain oleh SAP2000, dan tulangan kolom diberikan oleh kita untuk kemudian dianalisis kapasitasnya oleh SAP2000. Gambar 5 5. Buatlah jenis dan kombinasi pembebanan seperti gambar berikut

Halaman 5 dari Pertemuan 10 Gambar 6 Gambar 7 6. Berikanlah beban mati dan beban hidup pada balok dengan cara sebagai berikut: a. Buatlah satuan dalam kn m dan pilih X-Z Plane Y = 8 b. Pilih balok induk yang dibebani pelat konvensional, dan berikan beban merata segitiga seperti gambar berikut untuk beban mati (BM) = 4x2 = 8 kn/m dan beban hidup (BH) = 3x2 = 6 kn/m. Gambar 8 c. Sehingga akan muncul gambar beban merata segitiga seperti gambar 12 berikut

Halaman 6 dari Pertemuan 10 d. Lakukan hal yang sama untuk X-Z Plane Y = 0 e. Untuk X-Z Plane Y = 4, berikan beban mati (BM) = 4x4 = 16 kn/m dan beban hid f. up (BH) = 3x4 = 12 kn/m pada balok anak yang dibebani pelat konvensional. g. Selanjutnya, pilih Y-Z Plane X = 9 dan balok anak yang dibebani pelat konvensional. Berikan beban merata trapesium seperti gambar berikut untuk BM = 4x1.5 = 6 kn/m dan BH = 3x1.5 = 4.5 kn/m. Gambar 9 h. Lakukan hal yang sama untuk Y-Z Plane X = 6, tetapi berikan BM = 4x3 = 12 kn/m dan BH = 3x3 = 9 kn/m. i. Untuk Y-Z Plane X = 0, berikan beban merata persegi untuk BM = 4x1.5 = 6 kn/m dan BH = 3x1.5 = 4.5 kn/m pada balok induk yang dibebani pelat pracetak. Gambar 10 j. Untuk Y-Z Plane X = 3, balok menerima beban dari pelat pracetak dan pelat konvensional. Maka berikan beban merata persegi dan beban merata trapesium untuk BM yang bernilai sama yaitu 4x1.5 = 6 kn/m. Demikian pula beban merata persegi dan beban merata trapesium untuk BH yang bernilai sama yaitu 3x1.5 = 4.5 kn/m.

Halaman 7 dari Pertemuan 10 Gambar 11 Gambar 12 Gambar 13

Halaman 8 dari Pertemuan 10 7. Lakukan analysis 3 D. 8. Lakukan Design a. Pilih Select Design Combo, masukkan komb dan lainnya buang. Gambar 14 b. Pilih peraturan yang digunakan ACI 318 99 Gambar 15 c. Start/check design, rubah satuan dalam mm d. Akan ditampilkan desain tulangan memanjang dan sengkang. Desain tulangan memanjang (Longitudinal Reinforcement) yang ditampilkan adalah syarat minimal luas tulangan pokok yang diperlukan untuk penampang dekat tumpuan dan tengah bentang. Masing-masing terdiri tulangan atas dan tulangan bawah. Desain tulangan geser (Shear Reinforcement) yang ditampilkan adalah Av / s (mm 2 /mm) untuk sengkang yang diperlukan. Av = 2 x luas penampang, dan s = jarak sengkang.