PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

dokumen-dokumen yang mirip
PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017

DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS DAGING AYAM RAS INDONESIA 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA 2015)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN BANTEN TRIWULAN II-2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI


PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS BERAS INDONESIA 2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

IHK Juni IHK Mei Inflasi Year on Year **) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) U M U M 125,88 129,93 130,63 0,55 0,97 3,78

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI


PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI


PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

Pertumbuhan Ekonomi Banten Triwulan III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2012

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

Tabel 1 IHK, Inflasi, Laju Inflasi Banten Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan November 2015 (2012= 100)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG MARET 2016 INFLASI 0,05 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi

INDEKS TENDENSI KONSUMEN BANTEN TRIWULAN I-2017

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

Inflasi Year on Year **) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) U M U M IHK November 2015.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JULI 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2014

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG NOVEMBER 2015 INFLASI 0,05 PERSEN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Transkripsi:

No. 17/03/36/Th.X, 1 Maret 2016 PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015 DI BANTEN, MARGIN PERDAGANGAN DAN PENGANGKUTAN BERAS 4,97 PERSEN, CABAI MERAH 23,04 PERSEN, BAWANG MERAH 13,18 PERSEN, JAGUNG PIPILAN 25,21 PERSEN, DAN DAGING AYAM RAS 10,84 PERSEN Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) di Provinsi Banten tertinggi terjadi pada jagung pipilan dan terendah pada beras. Dibandingkan secara nasional, di antara empat komoditi strategis, hanya MPP bawang merah yang lebih tinggi. Di Banten, alur distribusi perdagangan utama komoditas terpanjang terjadi untuk jagung yaitu 4 (empat) rantai perdagangan. Selain jagung, alur distribusi perdagangan hanya sampai 3 mata rantai. Distributor beras di Banten menjual 50,89 persen berasnya ke pedagang eceran, 48,52 persen ke pedagang grosir, dan 0,59 persen langsung ke rumahtangga. Agen Bawang Merah Banten menjual 80 persen bawang merahnya ke pedagang eceran dan 20 persen langsung ke rumahtangga. Agen Cabe Merah Banten menjual 85,35 persen cabe merahnya ke pedagang eceran dan 14,65 persen langsung ke rumahtangga 7,93 persen. Agen jagung pipilan Banten menjual 70 persen jagungnya ke pedagang pengepul dan 30 persen langsung ke Rumahtangga. A. PENDAHULUAN Survei pola distribusi perdagangan beberapa komoditi (Poldis) 2015 merupakan survei yang dirancang untuk mendapatkan pola distribusi perdagangan, peta wilayah distribusi perdagangan, marjin perdagangan dan margin pengangkutan mulai tingkat pedagang besar sampai dengan pedagang eceran. Survei Poldis yang dilaksanakan pada memilih komoditi strategis nasional, yaitu komoditi yang memenuhi kriteria sebagai berikut, paling banyak dikonsumsi masyarakat, berperan dalam pembentukan inflasi, berkontribusi cukup besar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan memiliki dampak cukup besar terhadap kebutuhan masyarakat. Berdasarkan kriteria tadi, komoditi yang dicakup untuk survei pola distribusi perdagangan beberapa komoditi (Poldis) 2015 adalah beras, cabai merah, bawang merah, jagung pipilan, dan daging ayam ras. Ketebatasan cakupan ini tentu saja mempertinbangkan beberapa kendala yang dihadapi, seperti waktu pelaksanaan dan sumber daya yang dimiliki. Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 17/03/36/Th.X, 1 Maret 2016 1

B. POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN C. PETA DISTRIBUSI PERDAGANGAN Untuk memenuhi kebutuhan, selera ataupun bagian proses bisnis suatu komoditi, Banten dapat membeli atau mendatangkan atau mengimpor dari luar provinsi. Sebaliknya, jika produksi berlebih atau proses bisnis suatu komoditi menghendaki, Banten menjualnya atau mengekspornya ke daerah lain atau ke mancanegara. Peta distribusi perdagangan menggambarkan distribusi barang dalam suatu provinsi yang dilihat berdasarkan wilayah (provinsi lainnya atau mancanegara) pemasoknya dan wilayah (provinsi lainnya atau mancanegara) penjualan komoditi yang bersangkutan. D. MARGIN PERDAGANGAN DAN PENGANGKUTAN (MPP) Margin perdagangan dan pengangkutan (MPP) menggambarkan besarnya keuntungan yang diperoleh pada transaksi perdagangan dengan masih mengikutsertakan biaya pengangkutan barang (selisih antara nilai penjualan dengan nilai pembelian). Pada umumnya MPP didominasi oleh margin perdagangan. 1. PERDAGANGAN BERAS Perdagangan beras di provinsi Banten melibatkan distributor, agen, sub agen, pedagang grosir, dan pedagang eceran. Distributor yang mendapat pasokan berasnya dari produsen kemudian menjual kembali 50,89 persen dari total pembeliannya ke pedagang eceran dan 48,52 persen ke pedagang grosir. Sisanya, yakni sebesar 0,59 persen dijual langsung ke rumahtangga. Sebagaimana dengan distributor yang menjual sebagian besar berasnya ke pedagang eceran, agen dan pedagang grosir juga menjual sebagian besar pasokan beras tersebut ke pedagang eceran. Pedagang eceran kemudian menjual sebagian besar berasnya langsung ke rumah tangga, yakni sekitar 95,86 persen dan sebagian kecil lainnya dijual ke sesama pedagang eceran, yaitu sebesar 4,14 persen. 2 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 17/03/36/Th.X, 1 Maret 2016

Sebagian besar beras yang diperdagangkan di wilayah Provinsi Banten berasal dari Provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar 57,15 persen. Selain itu dipasok dari beberapa provinsi, seperti: Lampung sebanyak 3,97 persen, Jawa Tengah 2,24 persen dan sebagian kecil dari DKI Jakarta sebesar 0,40 persen. Sementara itu, beras yang diperdagangkan juga ada yang berasal dari Banten sendiri yakni sebesar 36,64 persen. Sedangkan untuk penjualan kembali, seluruh pasokan beras tersebut digunakan untuk konsumsi dalam Provinsi Banten sendiri. Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 17/03/36/Th.X, 1 Maret 2016 3

2. PERDAGANGAN BAWANG MERAH Secara umum, pola distribusi bawang merah di Banten melibatkan beberapa fungsi kelembagaan pada level pedagang besar seperti distributor, agen, sub agen, hingga pedagang grosir. Jalur distribusi berawal dari distributor yang mendapatkan pasokan langsung dari produsen dan menjual sebagian besar stoknya ke pedagang eceran. Selain ke pengecer, secara tidak langsung distributor juga turut memasok ke berbagai fungsi kelembagaan pedagang besar lainnya bahkan hingga memasarkan ke level konsumen akhir secara langsung (rumah tangga). Pada level pedagang besar yang lain seperti agen, sub agen, dan pedagang grosir, yang menjual sebagian stoknya ke pengecer. Selanjutnya, rantai distribusi berujung pada pedagang eceran yang mendapatkan pasokan dari seluruh pedagang besar yang terlibat dan kemudian memasarkan mayoritas stok bawang merahnya ke rumah tangga (93,13%). 4 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 17/03/36/Th.X, 1 Maret 2016

Bawang merah yang diperdagangkan di wilayah Banten diperoleh dari beberapa wilayah terdekat saja. DKI Jakarta merupakan provinsi penyumbang stok bawang merah terbesar dengan persentase sebesar 42,09 persen. Setelah DKI Jakarta, provinsi terdekat yang turut menyumbangkan pasokan bawang merah adalah Jawa Tengah (23,72%) dan hanya sedikit sekali dari Jawa Barat (0,95%). Sementara sisanya mampu diperoleh dari pasokan dalam wilayah Banten sendiri. Dari sisi penjualan, diketahui seluruh stok bawang merah tersebut dijual untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal di wilayah Banten. 3. PERDAGANGAN CABAI MERAH Berdasarkan pola distribusi perdagangan, jalur distribusi perdagangan cabai merah di Provinsi Banten berawal dari distributor. Pedagang seperti agen mendapatkan pasokan cabai merah dari distributor. Selanjutnya, agen menjual cabai merah ke pengecer (85,35%) dan langsung ke rumah tangga (14,65%). Sub agen menjual cabai merah ke pengecer (56,78%), industri pengolahan (17,57%), kegiatan usaha lainnya (7,81%), dan langsung ke rumah tangga (17,85%). Sub agen mendapatkan pasokan cabai merah dari agen. Pengecer menjual cabai merah ke sesama pengecer (15,53%), kegiatan usaha lainnya (0,66%), dan terbesar langsung ke rumah tangga (83,81%). Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 17/03/36/Th.X, 1 Maret 2016 5

Berdasarkan distribusi perdagangan, didapatkan bahwa wilayah pembelian cabai merah berasal dari Provinsi Banten sendiri (44,82%) dan dari luar Provinsi Banten yaitu DKI Jakarta (49,71%) dan Jawa Barat (5,47%). Sementara itu, penjualan cabai merah seluruhnya ke Provinsi Banten sendiri (100,00%). 4. PERDAGANGAN JAGUNG PIPILAN Jalur distribusi jagung pipilan di Provinsi Banten dimulai dari pedagang sub distributor yang mendapat pasokan dari petani, menjual seluruh barang dagangannya ke pedagang pengepul. Selain sub distributor, pedagang pada tingkat agen menjual ke pedagang pengepul dan rumah tangga, sub agen menjual ke pengecer sebesar 50,09 persen, sisanya ke industri pengolahan, dan konsumen akhir. Pada tingkat pedagang grosir yang mendapat pasokan dari agen, menjual kembali barang dagangannya ke pedagang pengepul dan rumah tangga. Terakhir agar konusumen akhir mendapat jagung pipilan, maka disalurkan hampir seluruhnya oleh pengecer. 6 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 17/03/36/Th.X, 1 Maret 2016

Pedagang besar jagung pipilan di wilayah Provinsi Banten melakukan pembelian jagung pipilan terbesar berasal dari produsen di Provinsi Jawa Barat sebesar 41,47 persen, Jawa Tengah sebesar 37,22 persen, dan sisanya dari wilayah sendiri juga luar Provinsi Banten yaitu Lampung dan Jawa Timur. Penjualannya banyak untuk memenuhi konsumen di wilayah sendiri sebesar 97,95 persen sisanya dikirim ke Jawa Barat sekitar 2 persen. 5. PERDAGANGAN DAGUNG AYAM RAS Fungsi usaha/perusahaan yang terlibat dalam perdagangan daging ayam ras di Provinsi Banten adalah distributor, agen, sub agen, pedagang/usaha eceran. Pedagang besar distributor dan sub agen mendistribusikan pasokan daging ayam ras ke fungsi usaha lain dan ke konsumen akhir. Sedangkan pagen mendistribusikan pasokan seluruhnya ke pedagang/usaha eceran. Selanjutnya pedagang/usaha eceran mendistribusikan pasokan ke kegiatan usaha lain seperti rumah makan, restoran, rumah sakit, dll serta ke rumah tangga. Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 17/03/36/Th.X, 1 Maret 2016 7

Pedagang daging ayam ras di provinsi Banten memperoleh pasokan dari dalam provinsi Banten sendiri serta mendistribusikan seluruh hasilnya ke Banten juga. E. PERBANDINGAN MPP BANTEN DENGAN MPP INDONESIA Secara umum, MPP (margin perdagangan dan pengangkutan) jagung pipilan adalah MPP tertinggi di antara empat komoditi strategis yang lain di Banten. Ini sama halnya dengan yang terjadi secara nasional. Kemudian disusul dengan barang yang relatif cepat busuk serta berasal dari luar Banten yakni cabai merah dan bawang merah. MPP terendah terjadi pada beras dimana merupakan bahan makanan pokok yang dikonsumsi penduduk Banten sehingga arus perputaran barang ini relatif cepat. Jika dibandingkan secara nasional, berdagang bawang merah di Banten lebih menguntungkan. Sebaliknya, keuntungan perdagangan beras, cabai merah, jagung pipilan, dan daging ayam ras di Banten sedikit lebih rendah dibandingkan kondisi nasional. No Komoditi Indonesia MPP Banten (1) (2) (3) (4) 1 Beras 10,42 4,97 2 Cabai merah 25,33 23,04 3 Bawang merah 22,61 23,28 4 Jagung pipilan 31,90 25,21 5 Daging ayam ras 11,63 10,84 8 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 17/03/36/Th.X, 1 Maret 2016

Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 17/03/36/Th.X, 1 Maret 2016 9

BPS PROVINSI BANTEN Informasi lebih lanjut hubungi: Ir. Agoes Soebeno, M.Si Kepala BPS Provinsi Banten Telepon: 0254-267027 E-mail : bps3600@bps.go.id; pst3600@bps.go.id Website : banten.bps.go.id 10 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 17/03/36/Th.X, 1 Maret 2016