KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya hutan bakau yang membentang luas di

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. diakibatkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah munculnya penyakit yang

I. PENDAHULUAN. 4,29 juta ha hutan mangrove. Luas perairan dan hutan mangrove dan ditambah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia mempunyai lebih dari pulau dan dikelilingi garis

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai. Kepiting

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang km yang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan

I. PENDAHULUAN. Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu komoditas perikanan

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13

I. PENDAHULUAN. 1 dan Bisnis disektro Kelautan [10 Februari 2009].

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi di dalam memasok total kebutuhan konsumsi protein di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Udang merupakan salah satu komoditas primadona di sub sektor perikanan yang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR, IMPOR, DAN NERACA PERDAGANGAN

Ekonomi Pertanian di Indonesia

PENGENDALIAN SUMBERDAYA IKAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM PENANGKAPAN DAN PENGUMPULAN GLASS ELL (SIDAT) DI MUARA SUNGAI CIMANDIRI

I. PENDAHULUAN. Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu jenis udang

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia,

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Saat ini perikanan tangkap di Indonesia telah mengalami gejala padat tangkap

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

TUGAS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN GURAMEH. Nama : Kotot wijayanto Nim : Kelas : D3 Manajemen Informatika 2A

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. potensial. Berdasarkan hasil analisis ekonomi, komoditas ini memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang dijalankan oleh perusahaan, manager produksi harus mempunyai

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

Transkripsi:

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM :11.12.5999 KELAS : S1-SI-09 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012

ABSTRAK Karya ilmiah ini berjudul BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA Kebutuhan kepiting dunia baik kepiting bakau maupun rajungan adalah komoditas ekspor yang sangat menjanjikan. Berdasarkan data yang tersedia di Departemen Kelautan dan Perikanan, permintaan kepiting dan rajungan dari pengusaha restoran sea food Amerika Serikat saja mencapai 450 ton setiap bulan. Jumlah tersebut belum dapat dipenuhi karena keterbatasan hasil tangkapan di alam dan produksi budidaya yang masih sangat minim. Padahal, negara yang menjadi tujuan ekspor kepiting bukan hanya Amerika tetapi juga Cina, Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan sejumlah negara di kawasan Eropa. Baik kepiting bakau maupun rajungan adalah komoditas ekspor yang sangat menjanjikan. Berdasarkan data yang tersedia di Departemen Kelautan dan Perikanan, permintaan kepiting dan rajungan dari pengusaha restoran sea food Amerika Serikat saja mencapai 450 ton setiap bulan. Jumlah tersebut belum dapat dipenuhi karena keterbatasan hasil tangkapan di alam dan produksi budidaya yang masih sangat minim. Daging kepiting mengandung nutrisi penting bagi kehidupan dan kesehatan. Meskipun mengandung kholesterol, makanan ini rendah kandungan lemak jenuh, merupakan sumber Niacin, Folate, dan Potassium yang baik, dan merupakan sumber protein, Vitamin B12, dan Selenium yang sangat baik.

PEMBAHASAN Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan luas perairan laut termasuk zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI) sekitar 5.8 juta kilometer persegi atau 75% dari total wilayah Indonesia. Wilayah laut tersebut ditaburi lebih dari 17.500 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan terpanjang di dunia setelah Kanada. Di sepanjang pantai tersebut, yang potensil sebagai lahan tambak ± 1.2 juta Ha. Yang digunakan sebagai tambak udang baru 300.000 Ha. (Dahuri, 2005). Sisanya masih tidur. Artinya, peluang bisnis untuk potensi tambak tersebut untuk budidaya kepiting masih terbuka lebar. Kepiting dapat ditemukan di sepanjang pantai Indonesia. Ada dua jenis kepiting yang memiliki nilai komersil, yakni kepiting bakau (soka) dan rajungan. Kepiting soka atau kepiting cangkang lunak adalah kepiting bakau fase ganti kulit (moulting) atau kepiting lemburi. Kepiting dalam fase ini memunyai keunggulan yaitu memunyai cangkang yang lunak sehingga dapat dikonsumsi secara utuh. Pengembangan budidaya kepiting soka ini merupakan diversifikasi produksi untuk menjawab tantangan pasar luar negeri. Berdasarkan data yang tersedia di Departemen Kelautan dan Perikanan, permintaan kepiting dan rajungan dari pengusaha restoran sea food Amerika Serikat saja mencapai 450 ton setiap bulan. Kepiting tersebut diekspor dalam bentuk segar/hidup, beku, maupun dalam kaleng. Jumlah tersebut belum dapat dipenuhi karena keterbatasan hasil tangkapan di alam dan produksi budidaya yang masih sangat minim.

PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Harga kepiting cangkang lunak cukup menjanjikan antara Rp 40.000,00, hingga Rp 50.000,00,- per kilogram (kg).di samping itu usia panen cukup cepat antara 2-3 minggu setelah penyebaran benih. Masa panen tidak berlangsung secara bersamaan, tapi yang diambil adalah kepiting dalam fase tlungsumi atau ganti kulit, sedangkan yang belum moulting dibiarkan saja menunggu sampai fase tersebut. Kepiting bakau mempunyai nilai ekonomis yang tinggi baik di pasar domestic (dalam negeri) maupun pasar mancanegara (luar negeri), terutama Kepiting yang sudah matang dan sudah dewasa serta gemuk. Sementara benih kepiting bakau masih mengandalkan pasokan dari alam karena teknologi pembenihan kepiting belu dikuasai dengan baik. Oleh karena itu, aktivitas penangkapan masih intensif, terutama di daerah penghasil kepiting bakau di muara-muara sungai dan kawasan hutan mangrove. Nilai ekonomis kepiting yang terus meningkat merangsang para petani untuk membudidayakannya di tambak. Hal ini terbukti dengan meningkatnya ekspor kepiting dari Sulawesi Selatan dari tahun ke tehun. Ekspor kepiting dari Sulawesi Selatan sebesar 5.200 kg pada tahun 1989 meningkat menjadi 1.567.527 kg pada tahun 1994. konsumen kepiting tertinggi di dunia adalah Amerika Serikat yang mencapai 55% dari total kepiting dunia dengan peningkatan rata-rata 10,4 per tahun (Departemen Perdagangan, 1990). Negara pengimpor kepiting lainnya adalah Australia, Benelux, Jepang, Hongkong, Taiwan, Singapura, Korea Utara, dan Korea Selatan. Umumnya, Negara-negara tersebut

mengimpor kepiting berukuran 350 g/ekor atau 3ekor/kilogram dengan harga berkisar US$5 US$8 perkologram Berdasarkan data diatas, kita dapat memanfaatkan peluang pasar tersebut dengan cara meningkatkan produktivitas kepiting bakau, baik kuantitas maupun kualitas yang memenuhi standar pasar Internasional. Sementara di Indonesia jumlah petani dan nelayan yang membudidayakan relatif sedikit. Petani nelayan cenderung melakukan penangkapan di alam, padahal sumber daya alam berlimpah, termasuk hutan mangrove yang menjasi habitat kepiting bakau. Mengingat tidak ada satu lokasi yang sempurna, maka sangat memungkinkan adanya perekayasaan. Perekayasaan merupakan cara menciptakan tambak yang sesuai dengan sifat biologis kepiting bakau. Dalam segi ekonomis, perekayasaan tersebut juga perlu diperhitungkan karena tinggi rendahnya teknologi yang akan diterapkan pada tahap rekayasa tambak berkaitan dengan besar kecilnya biaya yang diperlukan. Untuk itu, tambak harus direkayasa sesuai dengan kebutuhan bagi pertumbuhan benih kepiting bakau. Sarana-sarana lain yang tidak atau kurang berkaitan dengan usaha sebaiknya tidak diadakan.

PENUTUP KESIMPULAN Melihat prospek pengembangan budidaya kepiting Soka tersebut maka perlu dilakukan budidaya secara sederhana oleh petambak dalam menghadapi era globalisasi tersebut. Disisi lain banyak terdapat tambaktambak yang tidak termanfaatkan akibat sulitnya budidaya udang yang dirasakan akibat cemaran air dari industri, maupun buangan rumah tangga. Oleh karena itu untuk memecahkan masalah tersebut kiranya pemberdayaan pembudidaya kepiting soka pada lahan budidaya bandeng atau lahan kurang produktif dianggap cukup efektif. SARAN Bila ingin menjadikan kepiting sebagai komoditas andalan maka penangkapan dari alam saja tidaklah cukup. Bahkan penangkapan yang berlebihan dapat mengancam kelestarian hewan ini. Karena itu, budidaya adalah pilihan yang tepat. Ada beberapa teknologi yang mendukung kegiatan budidaya tersebut, yakni: pembenihan, pembesaran, penggemukan, produksi kepiting bertelur, dan produksi kepiting soka.

REFERENSI Dahuri, R. 2002. Membangun Kembali Perekonomian Indonesia melalui Sektor Perikanan dan Kelautan. LISPI. Jakarta. http://www.google.com http://www.mangrovepemalang.blogspot.com http://www.koransuararakyat.com