Praktik Pertanian yang Baik untuk Antisipasi Pasar Global

dokumen-dokumen yang mirip
Good Agricultural Practices

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Pengertian padi organik dan padi konvensional

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 48/Permentan/OT.140/2009 TANGGAL : 19 Oktober 2009

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NO 48/ Permentan/OT.140/10/2009

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984

PT MUTUAGUNG LESTARI

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pedoman. Budi Daya. Buah dan Sayur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

KONSEP DAN STRATEGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PESTISIDA NABATI PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

BAB V PENERAPAN SISTEM PERTANIAN PADI SEHAT

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KAJIAN SISTEM TRACEABILITY DALAM PENANGANAN DAN PENGOLAHAN KOMODITAS PRODUK PERIKANAN INDONESIA UNTUK EKSPOR

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT. oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PUPUK BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Menurunnya kualitas lahan akibat sistem budidaya yang tidak tepat dapat

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN)

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 48 Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

PERAN SERTIFIKASI INTERNASIONAL DALAM BUDIDAYA YANG BERTANGGUNG JAWAB : SERTIFIKASI BEST AQUACULTURE PRACTICE (BAP) DAN AQUACULTURE STEWARDSHIP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH P

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA

I. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

Mengenal Sistem Pangan Organik Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PUPUK BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PENGENDALIAN OPT PADI RAMAH LINGKUNGAN. Rahmawasiah dan Eka Sudartik Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

SISTEM SERTIFIKASI EKSPOR KARANTINA TUMBUHAN PETUNJUK OPERASIONAL PELAKSANAAN IN LINE INSPECTION

4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung

I. PENDAHULUAN. pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati

PENJABARAN KKNI JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES DAN KURIKULUM PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PRODUKSI PERKEBUNAN

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia

Draf RUU SBT 24 Mei 2016 Presentasi BKD di Komisi IV DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM BUDIDAYA TANAMAN

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Salah satu dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN ATAS PEREDARAN, PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN PESTISIDA.

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

Prospek Pengembangan Pertanian Organik di Yogyakarta

Transkripsi:

Praktik Pertanian yang Baik untuk Antisipasi Pasar Global Oleh : Sudiarto Dalam era globalisasi, perdagangan komoditas pertanian akan menghadapi persaingan yang semakin ketat. Penerapan praktik pertanian yang baik merupakan suatu alternatif untuk memproduksi komoditas pertanian yang bermutu tinggi, terjamin, aman, efisien, berwawasan lingkungan, dan dapat dirunut kembali (traceable) asal-usul dan proses yang dilalui sebelum diperdagangkan dan digunakan. Produk praktik pertanian yang baik atau good agricultural practice (GAP) dapat menjawab tantangan isu internasional perdagangan komoditas, termasuk White Paper on Food Safety and Bioterrorism Act. China yang telah memahami dan menyadari esensi GAP dengan gencar meng-gap-kan tanaman obatnya untuk meningkatkan daya saing bahan baku obat tradisionalnya guna mengantisipasi pasar global. Pedoman GAP berorientasi LEISA Pedoman GAP merupakan seperangkat prinsip dan prosedur yang digali dari tradisi pertanian yang ada dan adopsi gagasan dan inovasi teknologi untuk pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. GAP difokuskan pada kegiatan budidaya, pengolahan primer komoditas pertanian dan penyimpanannya yang diperdagangkan dan digunakan dalam industri makanan, pakan, obat, penambah rasa (flavor) dan parfum. Penerapannya telah berkembang di negara-negara anggota Uni Eropa. GAP juga dapat diaplikasikan untuk berbagai sistem pertanian, termasuk pertanian organik. Prinsip GAP adalah menyelaraskan secara bijaksana pengendalian hama terpadu (integrated pest management/ipm) dan pengelolaan tanaman terpadu (integrated crop management). Pendekatan pengelolaan ini penting untuk perbaikan dan berkelanjutan produksi pertanian jangka panjang. Fitur kuncinya adalah penggunaan yang hati-hati terhadap produk agrokimia termasuk insektisida, fungisida, herbisida, dan zat pengatur tumbuh. Karena itu, GAP memanfaatkan pengendalian hama, penyakit dan gulma (tumbuhan pengganggu) sampai taraf aman yang dikehendaki, yaitu pada batas biaya yang ekonomis bagi petani dengan bahaya minimal bagi operator, orang lain di sekitarnya, dan lingkungan hidup. Penggunaan pestisida dan herbisida hasil industri kimia sedapat mungkin dihindari. Selain itu, kehati-hatian ditujukan juga pada penggunaan pupuk kimia dan air irigasi agar optimal untuk pertumbuhan tanaman, minimal terhadap degradasi tanah dan lingkungan dan mengonservasikan sumber daya air.

Kiat GAP untuk menjamin hasil panen dan pengolahan primer bermutu tinggi, aman, efisien, berwawasan lingkungan dapat dikatakan berorientasi pendekatan pemakaian input eksternal rendah untuk pertanian berkelanjutan atau low external input (for) sustainable agriculture (LEISA). Jejak audit yang jelas Hal yang bersifat sentral dan penting bagi GAP adalah menyediakan jejak audit yang jelas, dengan penyelenggaraan dokumentasi yang komprehensif untuk seluruh tahapan kegiatan budidaya, processing, dan penyimpanan hasil atau bahan baku industri sehingga dapat dirunut kembali. Secara praktis, hal ini dilakukan melalui penyusunan protokol tahapan-tahapan tersebut dan mendata seluruh tahapan kegiatan GAP, termasuk penggunaan pestisida, zat pengatur tumbuh, dan pupuk kimia. Tujuan utama pedoman GAP adalah untuk menjamin bahwa bahan baku hasil pertanian sesuai dengan fitur yang diinginkan konsumen, yaitu memenuhi standar kualitas tinggi. Karena itu, penting agar produk yang dihasilkan ditangani, pertama, secara higienis agar dapat meminimalkan cemaran jasad renik, yaitu kelompok kuman yang merugikan kesehatan, dan kedua, secara hati-hati sehingga efek negatif pada tanaman sedikit mungkin dalam proses budidaya, pengolahan primer dan penyimpanan, termasuk terhadap cemaran kontaminan lainnya, seperti logam berat, residu pestisida, dan bahan asing lainnya. GAP diupayakan agar terjamin sepenuhnya dilaksanakan dan didukung para pelaksana. Hal penting lainnya untuk menjamin GAP sepenuhnya dilaksanakan dan didukung para pelaksana adalah adanya pelimpahan tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk seluruh tahapan GAP. Pemanenan dari sumber nonbudidaya Berbagai jenis (spesies) tanaman yang digunakan untuk bahan baku industri obat tradisional dan farmasi sebagian masih tergantung dari sumber nonbudidaya seperti dari hutan dan tempat tumbuh alami lainnya (rawa, pinggir dan tebing sungai, padang rumput, pesisir, gunung, bukit, jurang, semak belukar dan sebagainya). Fenomena ini juga terjadi di Indonesia, bahkan persentasenya mencapai sekitar 85 persen. Hal tersebut berdampak memperparah pelangkaan dan ancaman kepunahan jenisjenis tumbuhan obat tertentu, terutama yang dipanen secara berlebihan seluruh bagian tanaman dan akarnya, tanpa adanya upaya penangkaran dan pelestarian di habitatnya. Pedoman GAP sebenarnya telah mencantumkan tata cara pemanenan tumbuhan liar (wild collection of botanical raw materials).

Namun, mengingat pentingnya hal ini, WHO pada tahun 2003 menerbitkan WHO Gudelines on Good Agricultural and Collection Practices (GACP). Dan tahun ini sedang menyiapkan draf Guidelines on the Conservation of Medicinal Plants, di mana Indonesia berperan aktif dalam memberikan masukannya untuk penyempurnaan draf tersebut. Dokumen-dokumen tersebut memuat pedoman khusus untuk pengumpulan (pemanenan) tumbuhan liar yang umumnya digunakan untuk bahan baku obat-obatan. Bab ini menyangkut strategi umum dan cara-cara mendasar untuk pemanenan TO yang tumbuh liar dalam skala kecil dan besar agar dapat menjamin kelangsungan hidup jangka panjang populasi tumbuhan dan habitat pendukungnya. Rencana pengelolaan pemanenan dari habitatnya harus menyediakan kerangka kerja untuk penyusunan pemanenan berkelanjutan dan uraian praktik pemanenan tepat guna yang sesuai dengan setiap jenis TO dan organ tanaman yang digunakan. Termasuk juga aspek perlunya pengaturan perizinan pemanenan dari sumber nonbudidaya. Prinsip dan prosedur pedoman GAP Pedoman GAP disusun untuk dijadikan acuan praktis prinsip dan tata cara pencapaiannya mulai dari (1) bahan tanaman (varietas, identitas botani). (2) budidaya, termasuk pemilihan lahan dan pemupukan, pengairan, pemeliharaan, dan pengendalian organisme pengganggu. Secara umum tindakan harus diambil untuk mencegah gangguan terhadap lingkungan. Prinsip-prinsip pengelolaan tanaman terpadu harus diikuti termasuk pergiliran tanaman. Pemilihan lahan harus bebas antara lain dari kontaminasi logam berat, residu pestisida dan bahan kimia lainnya. Demikian juga pemupukan sesuai iptek yang berlaku. Pengairan dilakukan apabila dibutuhkan tanaman dan air irigasi sedapat mungkin bebas berbagai kontaminan. Penggunaan pestisida dan herbisida kimia sedapat mungkin dihindari. Apabila sangat diperlukan harus dipilih dan diaplikasikan dengan dosis minimum yang efektif dari produk yang diizinkan pemerintah, dan harus dicatat dengan baik. (3) Panen antara lain dilakukan pada kondisi tanaman memberikan kualitas hasil terbaik dari kondisi cuaca yang memungkinkan dan tidak merusak hasil dan mutunya. Demikian juga peralatan dan wadah yang dipakai harus bersih. (4) Pengolahan primer termasuk menghilangkan tanah dan bagian tanaman yang tidak dibutuhkan secara dibasuh dengan air bersih, perajangan, pengeringan, dan penyulingan. Prosedur yang digunakan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku termasuk bangunan tempat pengolahan primer dan peralatannya. (5) Pengepakan harus higienis dan menggunakan bahan pengemasan yang baru, bersih dan kering. Pelabelan pada setiap pembungkus dilakukan secara cara dokumentasi batch (batch documentation).

Untuk seluruh tahapan GAP perlu disusun berbagai standar prosedur operasionalnya (SOP). Perbedaan manajemen GAP yang terkait dengan SOP yang berbeda atau lingkungan lahan yang berbeda diberi penomoran batch yang berbeda pula. (6) Penyimpanan dan pengiriman harus sesuai dengan kebutuhan untuk menjaga kualitas hasil, terlindung dari antara lain hama, burung, tikus dan ternak. (7) Peralatan yang digunakan harus mudah dibersihkan untuk mengelimansi risiko kontaminasi. (8) Personel dan fasilitas untuk personel sebaliknya yang sudah terlatih, sehat dan higienis serta mendapat fasilitas kebersihan yang memadai termasuk toilet, perlindungan terhadap hasil tanaman yang bersifat alergi dan fasilitas kesejahteraan terjamin. Kriteria GAP dibagi menjadi dua kategori. Pertama, kriteria yang dikehendaki (required), di mana 100 persen pemenuhan target yang tercantum dalam kriteria ini harus dicapai. Kegagalan dari pemenuhan 100 persen target yang dicantumkan memerlukan tindakan koreksi. Kedua, kriteria dianjurkan (encourage). Kriteria ini bersifat rekomendasi tetap tidak wajib. Untuk setiap tahapan kegiatan disusun uraian kriteria yang dikehendaki dan yang direkomendasikan, mulai dari perjanjian dengan petani (termasuk kewajibannya), penentuan dan riwayat lokasi budidaya, persyaratan dan sistem penomoran batch, rencana dari setiap tahapan budidaya sampai penyimpanan, inspeksi, pelaporan, higienis, pelatihan, dan sebagainya. Untuk lokasi budidaya dikehendaki disertai data catatan tentang batas-batas lahan, nama desa, kecamatan, dan kabupaten. Lebih dihargai apabila batas-batas lahan budidaya dilengkapi koordinat secara geografis dengan memakai alat global positioning system (GPS). \Menyiapkan Tanam Seorang Petani desa Banyubiru, Kec. Banyubiru, Kab. Semarang, tengah menyiapkan masa tanam padi, Meski musim kemarau, para petani masih bisa mengolah lahanya dengan menggunakan air yang berasal dari irigasi Rawapening.

Implementasi di Indonesia Implementasi GACP di Indonesia bergantung pada adanya pemahaman dan kesadaran berbagai pihak terkait. Beberapa instansi yang terkait dengan litbang, pembinaan, dan pengawasan tanaman obat di Indonesia telah menyadari pentingnya penerapan GACP di Indonesia. Rencana aksi untuk hal ini sedang digarap antara lain dengan penyusunan berbagai SOP-nya. Keberhasilan penerapannya sangat bergantung pada pemahaman, kesadaran, dan minat pihak industri atau pengusaha mengenai esensi GACP untuk menghadapi tantangan antisipasi pasar global. Kerja sama kemitraan penerapan GACP antara industri/ usahawan dan petani yang difasilitasi instansi terkait perlu digalang dan digalakkan. Penerapan GACP di Asia telah dimulai antara lain Jepang yang telah memiliki GACP tersendiri. Di China, GAP telah disadari pentingnya bagi peningkatan daya saing bahan baku dan obat tradisionalnya. Hal itu ditandai dengan gencarnya mereka meng- GAP-kan 80 jenis TO di 18 provinsi pada tahun 2003. Adanya White Paper on Food Safety (aspek traceability, animal welfare) dari Uni Eropa dan Bioterrorism Act dari Amerika Serikat membawa konsekuensi perlunya implementasi GACP tidak saja ke komoditas tanaman obat, tetapi juga diperluas ke berbagai komoditas pertanian (terutama pangan, pakan) lainnya. Adanya fitur GAP yang dapat dirunut kembali (traceability) dapat menjawab tantangan ini. Bioterrorism Act dimaksudkan mencegah teror melalui kuman-kuman penyakit yang bisa membahayakan manusia atau hewan dari produk ekspor yang masuk Amerika Serikat. Juga termasuk pemberlakuan keamanan yang ketat terhadap makanan olahan maupun produk pertanian impor atau lokal. Ketentuan tersebut tersirat antara lain pada Section 305: Pengusaha lokal atau dari negara lain yang mengekspor produk pangan ke Amerika Serikat wajib mendaftarkan pabrik, gudang atau segala fasilitas proses produksi ke FDA. Section 306: Setiap pabrik harus menciptakan sistem penyimpanan data lengkap. Tujuan: apabila produk ditolak, file produk tersebut bisa diperiksa FDA. Section 307: Setiap barang yang akan dikapalkan harus ada pemberitahuan deskripsi tentang barang tersebut, identitas petani, asal barang dan tempat dikapalkan, negara asal barang dan seterusnya. Penerapan GACP secara luas di Indonesia barangkali dapat juga menghambat atau mengurangi praktik perdagangan komoditas yang tidak jelas asal-usul dan riwayat produksinya seperti pada buah polong panili (yang terpaksa dipanen muda) dan daging impor, dengan keharusan pelabelan GAP komoditas tersebut. Sudiarto Penulis adalah Ahli Peneliti Utama Balai Penelitian Tanaman Obat, Badan Litbang Pertanian Dimuat pada Surat Kabar Harian Jakarta