Laporan Penilaian Sertifikasi Pengelolaan Hutan untuk:



dokumen-dokumen yang mirip
Pedoman Umum untuk Penilaian Pengelolaan Hutan di Indonesia (Draf ketiga, April 2003)

Proses Pembelajaran (Learning Lessons) Promosi Sertifikasi Hutan dan Pengendalian Penebangan Liar di Indonesia

Standar Forest Stewardship Hasil Harmonisasi standar antar lembaga sertifikasi FSC untuk Indonesia

Pedoman Pelaksanaan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi. Sebuah petunjuk praktis bagi para praktisi dan penilai lapangan

MENGIDENTIFIKASI, MENGELOLA DAN MEMANTAU HUTAN DENGAN NILAI KONSERVASI TINGGI: SEBUAH TOOLKIT UNTUK PENGELOLA HUTAN DAN PIHAK-PIHAK TERKAIT LAINNYA

PROTOKOL PEMANTAUAN UNTUK KAWASAN NILAI KONSERVASI TINGGI 5 dan 6

Forests and Governance Programme. Pedoman Umum Penyusunan Peraturan Daerah Pengelolaan Hutan. Jason M. Patlis

Panduan Dasar Memahami dan Memantau Penerapan Prinsip dan Kriteria RSPO

Dinamika Proses Desentralisasi Sektor Kehutanan di Sulawesi Selatan

Task 4: Panduan Penataan Batas Desa secara Partisipatif

Rehabilitasi hutan di Indonesia

PROGRAM INVESTASI KEHUTANAN

Konteks REDD+ di Indonesia. Pemicu, pelaku, dan lembaganya. Working Paper

PERENCANAAN TATA RUANG SECARA PARTISIPATIF

Standar Sertifikasi Kelompok

KONDISI DAN PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN

Climate Change PILIHAN SKEMA PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

Otonomi Daerah Bidang Kehutanan

Menghubungkan Bisnis dengan Manajemen Hutan Bertanggung jawab. 'Kayu Baik, Bisnis Baik'

Perkumpulan Sawit Watch. Forest Peoples Programme

Manajemen Sumber Daya Manusia

TANGGUH LNG PROGRAM INVESTASI KOMUNITAS

Akses untuk Keadilan bagi Masyarakat yang Terkena Dampak Pertambangan PT Weda Bay Nickel Laporan Sementara

Analisis Lintas Sektor untuk Kerangka Hukum dan Kebijakan yang Terkait dengan Implementasi REDD+ di Sulawesi Tengah, Indonesia

M o d u l. ZSL INDONESIA Pelatihan Pemantauan Kawasan HCV. Pengenalan Dasar HCV. DURASI PELATIHAN : 15 menit Materi Kelas

Kesepakatan Konservasi Masyarakat dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi

KETERLIBATAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Solusi Bisnis: Mewujudkan Deklarasi Heart of Borneo

Abstrak. Working Paper. Abstrak...1 Pendahuluan...2 Metode...7 Aplikasi...18 Diskusi...20 Penutup...21

Pilihan-pilihan Kebijakan untuk Keberlanjutan Keuangan

Transkripsi:

Disertifikasi oleh: SmartWood Headquarters 65 Millet St. Suite 201 Richmond, VT 05477 USA Tel: 802-434-5491 Fax: 802-434-3116 www.smartwood.org Contact person: Jon Jickling jjickling@smartwood.org Laporan Penilaian Sertifikasi Pengelolaan Hutan untuk: Penilaian Sertifikasi dilakukan oleh: SmartWood Asia Pacific Region Jl. Taman Kemang 32 B Jakarta, Indonesia 12730 Tel: 62-21-7179-0038 Fax: 62-21-7179-2123 Contact person: Jeffrey Hayward Email: jhayward@smartwood.org ACCREDITED FSC-SECR-004 1996 Forest Stewardship Council A.C. Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL) di Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia Finalisasi laporan: April 2005 Tanggal Penilaian: Tim Penilai: 21 s/d 25 February 2005 Chris P.A. Bennett & Teddy Rusolono Tanggal Sertifikat: tbd. Kode Sertifikat: tbd. Nama kontak: Harris Abdul Tamburaka Alamat: Desa Lambakara No 41, Kecamatan Lainea, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Indonesia Telp via JAUH: +62 401 324966; Telp via TFT: +62 401 390988; fax: +62 401 390988 FM-02 Dec 2004 SmartWood Program FM-02 Page 1 of 1

DAFTAR ISI PENDAHULUAN...4 AKRONIM, SINGKATAN dan ISTILAH...5 1. RUANG LINGKUP SERTIFIKAT...8 1.1. RUANG LINGKUP SERTIFIKAT...8 1.2. KAWASAN YANG TIDAK TERMASUK DALAM RUANG LINGKUP SERTIFIKAT...12 2. PROSES PENILAIAN...13 2.1. STANDAR SERTIFIKASI YANG DIGUNAKAN...13 2.2. TIM PENILAI DAN KUALIFIKASINYA...13 2.3. PEER REVIEWER LAPORAN...13 2.4. JADWAL PENILAIAN...13 2.5. STRATEGI EVALUASI... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 2.6. PROSES KONSULTASI PARA PIHAK...15 3. TEMUAN-TEMUAN dan OBSERVASI SELAMA PENILAIAN...17 3.1. KOMENTAR DARI PARA PIHAK...17 3.2. KEKUATAN DAN KELEMAHAN UTAMA...19 3.3. IDENTIFIKASI KETIDAKTAATAN DAN TINDAKAN KOREKSI...20 3.4. TINDAK LANJUT OLEH KLIEN UNTUK MEMENUHI SERTIFIKASI...22 3.5. OBSERVASI...23 3.6. REKOMENDASI SERTIFIKASI...24 4. INFORMASI LATAR BELAKANG KLIEN...25 4.1. KEPEMILIKAN DAN GAMBARAN PENGUASAAN LAHAN...25 4.2. KONTEKS LINGKUNGAN HIDUP... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED. 4.3. KONTEK SOSIO-EKONOMI...25 LAMPIRAN I: Lembar Laporan FSC - Detil Informasi Perusahaan...27 LAMPIRAN II: Ringkasan rencana pengelolaan untuk publik...29 LAMPIRAN III: Daftar periksa ketaatan pada standar sertifikasi (rahasia)...error! Bookmark not defined. LAMPIRAN IV: Daftar periksa ketaatan pada standar lacak balak (rahasia)...error! Bookmark not defined. LAMPIRAN V: Ketaatan Sertifikasi Kelompok (rahasia)...error! Bookmark not defined. LAMPIRAN VI: Daftar tempat-tempat yang dikunjungi (rahasia)... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN VII: Daftar detil para pihak (rahasia)...error! Bookmark not defined. SmartWood Program FM-02 Page 2 of 2

LAMPIRAN VIII: Addenda peer review...error! Bookmark not defined. LAMPIRAN IX: Lembar Kelayakan SLIMF (rahasia)...error! Bookmark not defined. LAMPIRAN X. Peta lokasi keduabelas desa KHJL...Error! Bookmark not defined. SmartWood Program FM-02 Page 3 of 3

PENDAHULUAN Laporan ini menggambarkan temuan-temuan dari penilaian sertifikasi independen yang dilaksanakan oleh tim spesialis yang mewakili Program SmartWood dari Rainforest Alliance. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk mengevaluasi kelestarian ekologi, ekonomi dan sosial dari pengelolaan hutan, sebagaimana yang didefinisikan oleh Forest Stewardship Council, pada koperasi yang dikenal sebagai Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL or Sustainable Teak Forest Cooperative 1 ). Laporan ini berisi empat bagian utama mengenai informasi dan temuan-temuan serta lampiran. Laporan keseluruhan plus lampiran I dan II menjadi informasi publik mengenai pelaksanaan pengelolaan hutan yang mungkin didistribusikan oleh SmartWood atau FSC pada pihak-pihak yang berminat. Selebihnya bersifat rahasia, yang akan direview kembali oleh staff SmartWood dan FSC yang berwenang yang terikat dengan kesepakatan kerahasiaan. Tujuan dari Program SmartWood adalah untuk mengakui kepengurusan lahan secara hati-hati melalui evaluasi dan sertifikasi praktek-praktek kehutanan. Kegiatan pengelolaan hutan yang diakui oleh sertifikasi SmartWood dapat menggunakan label SmartWood dan FSC untuk pemasaran pada publik dan pengiklanan. Unit-unit metrik digunakan di sepanjang laporan ini. Juga dimasukkan bibliografi dari dokumen-dokumen yang dipelajari. Beberapa dari dokumen ini dikutip dalam laporan narasi. Singkatan dan istilah-istilah penting dalam laporan ini serta dokumen-dokumen utama dibuatkan daftarnya. 1 Dasar hukum nomor 518.15/DKK/18/III/2004 yang berdiri pada 18 Maret 2004. SmartWood Program FM-02 Page 4 of 4

AKRONIM, SINGKATAN dan ISTILAH AAC Annual Allowable Cut / Jatah Tebangan Tahunan Adat Traditional or indigenous community Aoreo One of 12 KHJL villages under assessment for forest certification Anggoroboti One of 12 KHJL villages under assessment for forest certification Akte Waris Testament of Inheritance (Will) AHM Anggota Hutan Masyarakat / Community Forestry Member Anggota Member of KHJL or LKAK or Badan Pengawas APPKD Anggaran Pendapatan Pembangunan Desa dan Kelurahan / Revenue Fund for Village Development Audit Audit of certified forest conducted annually Badan Pengawas Control Body Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah / Agency for Area Development Planning, at District and Provincial levels BPD Badan Perwakilan Rakyat / Elected village council BAP Berita Acara Pengukuran / Notice of Yield Measuring BPDAS Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai / Agency for Watershed Management, regional, under MoF BPN Badan Pertanahan Nasional / National Land Agency c. circa or about CAR Corrected Action Request CB FSC-Accredited Certification Body, e.g., SmartWood Certification Formal acknowledgement that an assessed FMU has met the FSC and SmartWood P&C of sustainability. Valid for 5 years. CITES Convention on Trade of Endangered Species C&I Criteria and Indicators Dana Taktis Petty cash dbh Tree diametre at breast height, 130 cm Desa Village DepHut Departemen Kehutanan / Ministry of Forestry, MoF DfID Department for International Development, U.K. DHH Daftar Hasil Hutan / Forest Harvest List DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah / People s Regional Representative Council (at Provincial and District levels) Dusun Sub-village Dinas Kehutanan Provincial or District Forestry Service Dinas Perkebunan Provincial or District Estate Crops Service Eewa One of 12 KHJL villages under assessment for forest certification FMO Forest Management Organisation FMU Forest Management Unit Fresh Green Media forum including Kendari Express and Kendari Pos newspapers; also Kendari Television. FSC Forest Stewardship Council FWI Forest Watch Indonesia GIS Geographic Information System GPS Global Positioning System Girik Local formal acknowledgement of land ownership Group Certificate Group certificate with Group Manager and Group Members under one certificate Ha Area in hectares HKons Hutan Konservasi / Protected Forest HKonv Hutan Koversi / Conversion Forest Area SmartWood Program FM-02 Page 5 of 5

HL HM HP HPT Hutan IFBWW inv intv IPKTM ITTA ITTO JAUH Jati jt Kab. Karantaruna Kayu Bulat Kec. Kelompok KHJL Koeono Komite Anggaran KonSel KU Lambakara LAPAM LEI LEPMIL LHC LHPn, LHP LHP-KB LKAK MAI MFP m m3 Masyarakat Matabubu Mekar Sari MoF NI Non-SFA Onembute Pamandati P P&C Pemda Hutan Lindung / Protection Forest Hutan Masyarakat / Community Forest Hutan Produksi / Production Forest Hutan Produksi Terbatas / Limited Production Forest Forest International Federation of Builders and Wood Workers Inventory number Interview(ed) Ijin Pemungutan Kayu pada Tanah Milik / License for Harvest of Wood from Private Land International Tropical Timber Agreement International Tropical Timber Organisation Jaringan Untuk Hutan / Network for Forests, includes SUAMI, YASCITA, LAPAM, WGF, LEPMIL. JAUH represents FWI for Sultra. Teak, Tectona grandis Teak, Tectona grandis Kabupaten / District Village youth organisation Log Kecamatan / Sub-district Farmer Group, village-level management unit (state land) Koperasi Hutan Jaya Lestari / Sustainable Teak Forest Cooperative One of 12 KHJL villages under assessment for forest certification Finance Committee District (Kabupaten) of Konawe Selatan Kordinator Unit / Unit Coordinator One of 12 KHJL villages under assessment for forest certification Lembaga Pelestarian Lingkungan dan Pembinaan Masyarakat / Insitute for Environmental Conservation and People Guidance. NGO member of JAUH NGO network Lembaga Ekolabel Indonesia / Indonesian Ecolabelling Institute Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pendalaman / Institute for Empowerment of People in Coastal Areas and the Interior. NGO member of JAUH NGO network Laporan Hasil Cruising / Cruising Report Laporan Hasil Pemanenan / Production Report Laporan Hasil Pemanenan Kayu Bulat / Log Production Report Lembaga Komunikasi Antar Kecamatan / Inter-Kecamatan Communication Institute Mean Annual Increment, m3 / ha / yr = total volume of wood produced divided by age Multi-Stakeholder Forestry Programme, a DfID-funded project with a facilitator for Sulawesi supporting the SosFor initiative. Metre Cubic Metre Community One of 12 KHJL villages under assessment for forest certification One of 12 KHJL villages under assessment for forest certification Ministry of Forestry FSC National Initiative Non-SFA / Kawasan Budidaya Non-Kehutanan, outside the development authority of the MoF and Dinas and other state forestry agencies One of 12 KHJL villages under assessment for forest certification One of 12 KHJL villages under assessment for forest certification FSC or SW Principle FSC Principles and Criteria District or Provincial Government SmartWood Program FM-02 Page 6 of 6

Pengurus Perda phn PBB PM PSDH Putobu PT. SW P2LHP P2SKSHH P3KB P3KG RA Rahamenda Re-certification Retribusi RM RTA sawah Sawah Sertifikat SFA SKAPT SKSHH SLIMF SOP SosFor SPPT SSFWC SUAMI Sultra Swara Alam SW TFT Tim Pokja SF Tim Survei TM Tolaki TPn, TPK Trans UMR Unhalu Unit Walhi Wanua Raya WGF YASCITA Yr Management Provincial or District Regulation issued by local parliament or DPRD Tree / Pohon Pajak Bumi dan Bangunan / Land and Building Tax Public Meeting Provisi Sumber Daya Hutan / Forest Resource Rent Tax Adat leader, traditionally responsible for tree harvesting decisions SmartWood (Limited Company), Indonesia Pejabat Pengesahan Laporan Hasil Produksi / Official responsible for approving production reports Permohonan Penunjukan Pejabat Pengesahan Laporan Hasil Hutan / Request to appoint an official responsible for approving production reports Petugas Pemeriksaan Penerimaan Kayu Bulat / Official tasked to check log receipt Petugas Pemeriksaan Penerimaan Kayu Gergaji / Official tasked to check receipt of sawn timber Rapat Anggota / Members Meeting One of 12 KHJL villages under assessment for forest certification Five years after the original certification, built upon the original assessment report Service Fee SmartWood Regional Manager Rapat Tahun Anggota / Annual Members Meeting Irrigated rice field One of 12 KHJL villages under assessment for forest certification Sertifikat Hak Milik / Land Title (full and formal ownership) State Forest Area / Kawasan Hutan Negara Surat Keterangan / Letter of Authenticity (Issued by village head re land ownership) Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan / Letter of Forest Product Authenticity Small and Low Intensity Managed Forest(s) Standard Operating Procedures Social Forestry / Perhutanan Sosial. One of three major national sites in SFA Production Forest (HP) in Kab. Konawe Selatan, involving 34 villages inclding the 12 selected for KHJL certification. Not part of the certification assessment. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang / Letter of Notice of Tax Due Social Standards for Forest Workers in Certification Swadaya Masyarakat Indonesia / Self-reliance Indonesian People. NGO member of JAUH NGO network Province of Sulawesi Tenggara Local Sultra radio station, 99 FM SmartWood Tropical Forest Trust Tim Kelompok Kerja Kehutanan Sosial / Social Forestry Working Group Team, MoF Survey team SmartWood Task Manager Major ethnic group in Kab. Konawe Selatan and in KHJL Tempat Penyimpan Kayu / Log yard Transmigrasi / Transmigration Upah Minimal Rejional. / Minimum Regional Wage Universitas Halu / University of Halu Farmer-level, village-level management unit (private land) Wahana Lingkungan Hidup Indonesia / Indonesian Forum for the Environment (NGO). One of 12 KHJL villages under assessment for forest certification World Green Foundation. NGO member of JAUH NGO network Yayasan Cinta Alam / Foundation for Love of Nature. NGO member of JAUH NGO network Year SmartWood Program FM-02 Page 7 of 7

1. RUANG LINGKUP SERTIFIKAT 1.1. Ruang lingkup sertifikat Sertifikat ini adalah untuk kelompok Hutan yang dikelola dengan intensitas kecil dan rendah (Small and Low Intensity Managed Forests, SLIMFs). Pemegang sertifikat dan pengelola hutan adalah Koperasi Hutan Jaya Lestari, yang disebut dalam laporan penilaian ini sebagai KHJL. KHJL didirikan secara legal pada bulan Maret 2004. Sertifikat ini meliputi kelompok pemilik lahan kecil yang dikelola oleh KHJL dalam 12 unit desa. Pada saat penilaian berlangsung, terdapat total sekitar 152.35 ha kebun hutan jati yang secara individu dan pribadi dimiliki oleh 196 petani di sepanjang 12 desa di Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia (lihat Tabel 1.) Status hukum dari lahan jati ini membiarkan kepemilikan pribadi tidak seperti kawasan hutan negara di dekatnya (lihat Tabel 2). 196 petani jati kesemuanya merupakan anggota dari koperasi. Keanggotaan dan total kawasan yang disertifikasi dapat diperluas sejalan dengan waktu berdasar pada audit monitoring oleh SmartWood. KHJL terdiri dari tim pengurus pusat dan 12 unit desa. Gambar 1 menjelaskan pengaturan desa tim pengurus dari KHJL bersama-sama dengan lembaga monitoring dan kontrolnya, Badan Pengawas (BP), yang merupakan persyaratan hukum dari koperasi yang berbadan hukum di Indonesia. KHJL bekerja dengan lembaga-lembaga lainnya untuk memampukan pekerjaannya. Organisasi yang paralel dengan lembaga tersebut, yaitu Lembaga Komunikasi Antar-Kecamatan (LKAK) pada tingkat desa dan pusat, lebih memiliki peran legislatif. Perwakilan KHJL dan LKAK bertemu pada Rapat Tahunan Anggota (RTA) untuk pengaturan kebijakan dan aturan dan juga untuk pemilihan pengurus KHJL dan LKAK. Jaringan LSM JAUH memberikan bantuan organisasi dan fasilitasi pada kedua lembaga itu. Tropical Forest Trust (TFT) memberikan bantuan teknis untuk pengelolaan hutan dan pengembangan bisnis kayu. Petani jati dalam koperasi tersebut memiliki satu hingga beberapa plot yang berkisar antara 0,1 hingga 1 hektar. Kawasan jati dewasa merupakan tegakan monokultur dan tegakan campuran, misal disela dengan tanaman coklat, lada, kopi, kacang mede, sagu dan berbagai pohon buah. Kawasan yang baru ditanami sekarang sering ditanam bersamaan dengan tanaman pangan misalnya seperti singkong, jagung, padi kering, cabe. Petani jati juga memiliki sawah, ternak khususnya sapi. Informasi lebih detil mengenai Perusahaan dan kawasan yang dicakup dalam sertifikat ini tersaji pada Lampiran I dan II. SmartWood Program FM-02 Page 8 of 8

Tabel 1. Desa-desa dengan kebun jati pada koperasi KHJL, Kab. Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, as of 01 February 2005 /1/ Nama Desa /2/ Kecamatan Luasan jati KHJL (Ha) Jumlah pohon jati yang diinventarisasi pada KHJL Jumlah Petani Jati di KHJL 01. Lambakara Lainea 19.2 1,410 20 02. Aoreo Lainea 11.7 570 13 03. Pamandati Lainea 8.3 2,278 8 04. Anggoroboti Lainea 6.7 1,600 7 05. Eewa Palangga 4.8 1,690 11 06. Onembute Palangga 18.2 14,920 18 07. Wanua Raya Andoolo 17.0 22,043 31 08. Matabubu Andoolo 25.0 12,420 25 09. Rahamenda Andoolo 8.6 1,671 15 10. Mekar Sari Palangga 20.5 2,210 28 11. Koeono Kolono 1.5 3,300 3 12. Sawah Kolono 9.0 248 7 Total 12 159.9 ha 58,296 pohon 186 petani Sumber: Daftar anggota hingga 01 Pebruari 2005 (KHJL 2005h); luasan jati Catatan: /1/ Jumlah total petani (196) dan luasan (152.35 ha) didata pada saat penilaian pada minggu terakhir Pebruari 2005 dan agak berbeda dengan data tiap desa di atas. /2/ Desa-desa yang dekat dengan kawasan hutan produksi pada kawasan hutan negara dengan hutan tanaman jati yang diusulkan sebagai bagian dari program Social Forestry yang tidak termasuk dalam KHJL atau penilaian sekarang. SmartWood Program FM-02 Page 9 of 9

Tabel 2. Klasifikasi Lahan di Kabupaten Konawe Selatan dan Lokasi KHJL Klasifikasi Lahan Luasan lahan kabupaten Luasan KHJL yang dinilai untuk sertifikasi Luasan yang diusulkan untuk Social Forestry /1/ Ha % Ha Ha 1. Kawasan hutan negara 212,097 50.4 0 39,000 a. Hutan Konservasi (H Kons) 79,540 37.5 0 0 b. Hutan Lindung (HL) 42,759 20.2 0 0 c. Hutan Produksi Terbatas (HPT) 3,705 1.7 0 0 d. Hutan Produksi (HP) 86,093 40.6 0 39,000 e. Hutan konversi (H Konv) 0 0 0 0 2. Kawasan Budidaya non-kehutanan 208,909 49.6 152.35 39,000 421,006 100 152.35 39,000 Totals Sumber: Rencana Pengelolaan KHJL (KHJL 2005p), Catatan: /1/ Kawasan yang diusulkan sebagai kawasan social forestry bukan merupakan bagian dari penilaian sertifikasi SmartWood Program FM-02 Page 10 of 10

Gambar 1. Hubungan kelembagaan pada KHJL Jumlah kelompok pada 12 desa * Ketua kelompok dari masing-masing desa Jumlah unit pada 12 desa 196 pemilik kebun jati 152.35 hektar 60,899 pohon * Koordinator Unit pada masing-masing desa BP # Monitoring dan Kontrol LKAK # Administrasi * Tim Manajemen & * Kelompok Desa KHJL # ~ Manajemen Bisnis Koperasi * Tim Manajemen & * Koordinator Unit RTA # Rapat Tahunan Anggota Partisipasi dan Pemilihan: Koordinator Unit Manajemen KHJL Manajemen LKAK Tim BP Kontak dengan lembaga eksternal: - Dinas Kehutanan - Pemda - Mitra Bisnis - Peneliti - Media Massa - Lembaga Sertifikasi # Jaringan LSM JAUH Dukungan Kelembagaan Organisasi dan Proses Fasilitasi ~ TFT Dukungan teknis pada KHJL Pengelolaan hutan dan bisnis SmartWood Program FM-02 Page 11 of 11

1.2. Kawasan yang tidak termasuk dalam ruang lingkup sertifikat Masing-masing desa dan pemilik yang berpartisipasi yang termasuk dalam sertifikat ini memiliki perbatasan yang sama dengan kawasan tanaman jati yang dikembangkan sejak 20-30 tahun lalu yang dalam kawasan hutan negara yang dikelompokkan sebagai hutan produksi (HP). LKAK didirikan sebagai bagian dari pengembangan program social forestry (SosFor) untuk menunjuk 39,000 hektar dari hutan jati ini (lihat Tabel 2) agar dikelola oleh masyarakat. Program ini, yang didukung oleh Departemen Kehutanan (Dephut) dan difasilitasi oleh jaringan LSM JAUH dengan bantuan dari TFT, mencakup 43 desa namun harus menyelesaikan proses-proses persetujuan formal. Tidak ada hutan tanaman jati di hutan negara yang termasuk dalam ruang lingkup sertifikat sekarang ini. Namun demikian, KHJL, merencanakan di masa depan untuk menambah 34 unit koperasi desa pada sertifikat KHJL dengan berbagai tahap, dengan menerapkan struktur organisasi dan bisnis yang sama. Kecuali tiga desa, semua desa tambahan merupakan anggota dari inisiatif SosFor. Tidak ada hutan tanaman jati skala kecil yang ditambahkan dalam ruang lingkup sertifikat ini berasal dari hutan tanaman SosFor. SmartWood Program FM-02 Page 12 of 12

2. PROSES PENILAIAN 2.1. Standar Sertifikasi yang digunakan Standar sertifikasi dan versi yang digunakan dalam penilaian ini adalah Pedoman Umum SmartWood untuk menilai Pengelolaan Hutan di Indonesia (SmartWood 2003) dan tersedia dalam bahasa Inggris dan Indonesia pada www.smartwood.org. Kebijakan dan prosedur SLIMF juga digunakan (SmartWood 2004). Satu bulan sebelum sertifikasi berbagai pihak diundang untuk memberikan komentar pada usulan sertififikasi melalui pengumuman di surat kabar lokal dan mailing list yang meliputi LSM, perusahaan swasta, lembaga penelitian, Departemen Kehutanan dan lembaga donor. 2.2. Tim Penilai dan kualifikasinya Tim Penilai terdiri dari dua konsultan: Fokus pada sosial, ekonomi dan kelembagaan - Chris P.A. Bennett (Pimpinan tim), Spesialis Agroforestry dan Profesor untuk bidang pembangunan pedesaan dari Universitas British Columbia, Vancouver, Canada. Beliau telah banyak berpartisipasi dalam sertifikasi SmartWood dan penilaian scoping di Indonesia dan Laos. Bekerja di bidang pengelolaan sumberdaya alam dan pedesaan di Indonesia sejak tahun 1976. Produksi kayu, sistem pengangkutan dan Ekologi - Teddy Rusolono, Pengelolaan Hutan, Sarjana di bidang Kehutanan, MSc dalam Statistika Terapan, mahasiswa PhD pada Ilmu Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Dosen dalam bidang Pengelolaan Hutan dan Biometrika Hutan pada Fakultas Kehutanan IPB, limabelas tahun pengalaman dalam penilaian proyek kehutanan, survey kehutanan dan konsultansi. Pengalaman sertifikasinya meliputi beberapa evaluasi scoping dan audit untuk SmartWood, dan penilaian dengan menggunakan sistem LEI (Lembaga Ekolabel Indonesia). 2.3. Peer reviewer laporan Karena total kawasan kelompok SLIMF ini di bawah 1,000 ha, maka tidak disyaratkan untuk memiliki peer review. 2.4. Jadwal Penilaian Tabel 3. Jadwal Penilaian Tanggal Lokasi umum * (lokasi utama) 15 Januari (a) koran lokal Kendari Express 24 Januari (b) NGO-forestry sector emailing list Kegiatan utama Pengumuman prapenilaian tentang tujuan sertifikasi pada (a) koran dan (b) email list. 21 Pebruari Kendari Berangkat ke Kendari dari Jakarta untuk pertemuan awal dengan JAUH dan TFT. 22 Pebruari Lambakara, desa KHJL (a) Pertemuan dengan pejabat senior dari KHJL dan LKAK di kantor pusat KHJL. (b) Mengunjungi persemaian jati dan (c) beberapa tegakan jati murni dan campuran dalam kebun anggota KHJL dan wawancara dengan pemilik. Anggoroboti, desa KHJL Koeono, desa KHJL (d) Log yard (e) Kunjungan ke kebun anggota KHJL (f) Wawancara dengan pemilik kebun SmartWood Program FM-02 Page 13 of 13

Kendari (g) Konsultasi dengan anggota jaringan LSM JAUH, SUAMI, YASCITA, LAPAM, WGF, LEPMIL 23 Pebruari Lambakara, KHJL village (a) Pertemuan publik tentang penilaian sertifikasi. Peserta: KHJL, LKAK, BP, Pemda Konawe Selatan, Administrasi Kecamatan, peneliti dari universitas, JAUH, TV Kendari. (b) Wawancara dengan BP, KHJL, LKAK, petani jati anggota KHJL dan administrasi kecamatan Pamandati, desa KHJL (c) Kunjungan ke kebun jati (murni dan campuran dengan tanaman sela) dan kawasan riparian. Desa Punggaluku (d) Pengamatan masalah penebangan liar pada kawasan hutan negara Kendari (e) Pertemuan dengan Walhi dan LSM JAUH, dan 24 Pebruari Kendari (f) Fasilitator DfID untuk Sulawesi (a) Wawancara dengan TFT (b) Diwawancarai oleh TV Kendari TV (c) Konsultasi dengan KHJL, LKAK, TFT dan JAUH Wona Raya, Desa KHJL (d) wawancara dengan lima pemilik kebun dan Koordinator Unit mereka. Onembute, Desa KHJL (e) interview dengan pemilik kebun dan koordinator unit mereka. Meka Sari, Desa KHJL (f) interview dengan pemilik kebun dan koordinator unit mereka. 25 Pebruari Kendari ke Jakarta (a) Diskusi internal tim Jumlah total hari orang kerja untuk penilaian ini: 12. = jumlah asesor yang berpartisipasi - 2 kali jumlah hari untuk audit (termasuk untuk kegiatan prapenilaian) - 6 hari orang kerja. Catatan: /1/ Detail tentang siapa yang ditemui oleh tim dan lokasi-lokasi yang dikunjungi, lihat Lampiran VI dan VII 2.5. Strategi evaluasi Evaluasi ini mengikuti prosedur evaluasi yang diatur oleh FSC yang didokumentasikan dalam dokumen FSC berikut ini: FSC-POL-20-101 SLIMF Streamlined Certification Procedures: summary FSC-POL-20-100 SLIMF Eligibility Criteria. Evaluasi pada kunjungan lapangan selama tiga hari yang direncanakan untuk penilaian sertifikasi di lapangan (lokasi hutan KHJL), kerangka kerja organisasi, dan pengaturan kelembagaan dimulai dengan mengundang koperasi tersebut dan lembaga mitra mereka untuk menyelenggarakan pertemuan dengan para pihak dan kunjungan pada lokasi-lokasi yang representatif. Selama pertemuan ini tim memutuskan lokasi mana dan siapa yang akan ditemui pada hari ketiga. Hari kedua digunakan untuk pertemuan publik. Sejauh itu memungkinkan, kunjungan dilakukan pada kebun-kebun dengan lokasi sebagai berikut: - Tegakan murni, perbatasan dengan tegakan jati dewasa campuran dengan tanaman-tanaman yang penting seperti kopi, coklat, kacang mede, lada dan sagu. - Persemaian jati dan penanamannya dibandingkan dengan jati yang baru saja ditanam - Desa-desa di mana para petani sebagian besar berasal dari kelompok etnis Tolaki dengan kelompok minoritas dibandingkan dengan desa-desa yang didominasi oleh orang Jawa (lokasi transmigrasi) atau populasi Bugis. SmartWood Program FM-02 Page 14 of 14

- Beberapa pemilik wanita, misalnya janda. - Hubungan dari kebun jati KHJL di lahan pribadi dengan lokasi SosFor di kawasan hutan negara. - Penanaman, pemeliharaan dan perlindungan terhadap pencurian jati pada lahan pribadi dan kawasan hutan negara. Kesimpulannya, delapan dari duabelas desa dipilih untuk dikunjungi. Desa-desa tersebut adalah Lambakara, Anggoroboti, Koeono, Pamandati, Lainea, Wanua Raya, Onembute dan Mekar Sari. Tiga desa pertama dipilih oleh KHJL untuk kunjungan lapangan, sementara desa lainnya dipilih oleh tim penilai. Masing-masing lokasi dicapai dengan jalan darat dan terkadang jalan kaki, dengan tim berpencar untuk bertemu dengan orang-orang yang berbeda dan mengamati kawasan yang berbeda itu sendiri atau dengan ditemani oleh KHJL dan organisasi-organisasi terkait. Ada catatan dokumentasi fotografi. Sekitar 30 dari 196 anggota KHJL ditemui paling tidak untuk diskusi informal. Setiap kesempatan diambil untuk pertemuan empat mata secara tidak direncanakan dengan KHJL, BP, LKAK, JAUH dan staf TFT dan juga petani anggota KHJL. Sebelum dan setelah Pertemuan Publik terbukti merupakan kesempatan baik untuk wawancara seperti ini. Setiap upaya dilakukan oleh tim pengurus dan perwakilan lain dari organisasi-organisasi ini untuk membiarkan tim memiliki semua akses kepada siapapun yang ingin mereka temui untuk diwawancara. Para pihak lain diluar KHJL juga diwawancara seperti Administrasi Desa dan Kecamatan dan Bappeda, Kabupaten Konawe Selatan Selatan, seorang peneliti dari universitas dan Program MFP dari DfID (yang mendanai sebagian besar pekerjaan JAUH). Namun meskipun telah diusahakan berulang kali, tidak mungkin bertemu dengan staf Dinas Kehutanan setempat. Berbagai aspek berikut dalam pengelolaan hutan diamati oleh tim penilai. Tabel 4. Daftar aspek pengelolaan yang direview oleh tim penilai: Jenis lokasi Lokasi yang dikunjungi Jenis lokasi Pembangunan jalan 0 Pemukiman ilegal 0 Drainase tanah 1 Pertemuan jembatan/sungai 1 Bengkel 0 Penyimpanan bahan kimia 0 Persemaian pohon 3 Lahan basah 0 Lokasi rencana tebangan 7 Slope yang curam /erosi 0 Lokasi tebangan sekarang 2 Zona Riparian 2 Penebangan yang sudah selesai 2 Penanaman 1 Skarifikasi tanah 0 Perbenihan langsung 1 Lokasi Penanaman 1 Pengendalian gulma 0 Penebangan oleh alat tebang 2 Regenerasi alami 5 Penebangan oleh pekerja hutan 2 Spesies rawan punah 0 Penyaradan /Forwarding 2 Pengelolaan hidupan liar 0 Tebang habis 0 Cagar Alam 0 Pengelolaan kayu lindung 0 Biotop kunci 0 Tebang pilih 4 Kawasan pengelolaan khusus 1 Sanitary cutting 0 Situs sejarah 0 Penjarangan prakomersial 0 Situs rekreasi 0 Penjarangan komersial 0 Kawasan penyangga 0 Camp Logging 0 Masyarakat lokal 7 Lokasi yang dikunjungi 2.6. Proses konsultasi dengan para pihak Tujuan dari strategi konsultasi para pihak untuk penilaian ini ada tiga: 1) Untuk menjamin bahwa publik mengetahui proses penilaian dan tujuannya; SmartWood Program FM-02 Page 15 of 15

2) Untuk membantu tim penilai lapangan dalam mengidentifikasi masalah potensial; dan, 3) Untuk memberikan berbaga kesempatan pada publik untuk membahas dan bertindak terhadap temuan-temuan selama penilaian. Proses yang diikuti bukan sekedar pemberitahuan kepada para pihak, namun bila memungkinkan juga melibatkan interaksi yang berarti bagi para pihak. Sungguh, proses interaksi para pihak bisa mempengaruhi keputusan sertifikasi. Jadi SmartWood tetap menyambut komentar dan masukan-masukan tentang perusahaan yang disertifikasi. Masukan seperti ini sering memberikan sumbangan pada penilaian lapangan, audit tahunan, dan proses resertifikasi lima tahun setelah keputusan sertifikasi. Dengan input dari KHJL dan TFT, langkah pertama dari konsultasi para pihak adalah menyiapkan para pihak utama. Konsultasi para pihak itu sendiri mulai dengan diiklankannya rencana penilaian sertifikasi, yang memberikan peluang untuk menghubungi SmartWood melalui telefon, fax, surat dan email. Kemudian pertemuan publik diselenggarakan dan duapertiganya hadir. Anggota KHJL dan lembagalembaga mitranya diwawancara dan juga pejabat pemerintah dan LSM. Tabel 5. Daftar Umum para pihak yang diwawancara (detil tentang individu-individu yang ditemui bisa dilihat dalam Lampiran VII) Latar belakang para pihak (LSM, lembaga pemerintah, penduduk lokal, kontraktor, pembeli dll) Jumlah para pihak yang diberi informasi 12 Kepala Desa KHJL 12 11 Pemerintah Daerah Kecamatan 6 4 Pemerintah Daerah Kabupaten 3 1 Bappeda 1 1 Dinas Kehutanan, Kabupaten 1 0 Dinas Kehutanan, Propinsi 1 0 Universitas Lokal, Propinsi 1 1 DfID s MFP 1 1 Seluruh Indonesia melalui mailing list LSM sektor Kehutanan baik nasional dan lokal (termasuk LEI, FWI and Walhi), peneliti, lembaga pemerintah, lembaga donor dan sektor swasta 300 13 Penjaga toko 3 3 Tim Pengurus KHJL 1 Tim BP 1 1 Tim Pengurus LKAK Petani jati yang bukan dari KHJL 0 3 Jaringan LSM JAUH 5 5 Tropical Forest Trust 1 1 T.V. dan Radio Kendari 2 2 Surat Kabar Kendari Express & Kendari Post 2 2 Jumlah para pihak yang diwawancara atau yang memberikan input SmartWood Program FM-02 Page 16 of 16

3. TEMUAN-TEMUAN dan OBSERVASI SELAMA PENILAIAN 3.1. Komentar para pihak Konsultasi dengan para pihak memberikan kesempatan kepada para peserta untuk memberikan komentar menurut kategori umum minat mereka terhadap kriteria penilaian. Tabel di bawah ini menggambarkan secara ringkas permasalahan yang diidentifikasi oleh tim penilai dengan pembahasan singkat dari masingmasing prinsip berdasar wawancara atau komentar dalam pertemuan publik. Prinsip FSC Komentar para pihak Respon dari SmartWood P1: Komitmen pada FSC dan Ketaatan pada hukum P2: Hak Penguasaan, hak guna dan tanggungjawab P3 Hak-hak Masyarakat Adat P4: Hubungan dengan Masyarakat dan Hak-hak pekerja Masyarakat lokal memiliki kesadaran yang tidak cukup tentang FSC dan persyaratan sertifikasi jika mereka diberikan status sertifikasi. Setelah dua tahun, masyarakat lokal masih belum mendapatkan persetujuan dari pemerintah untuk pengelolaan kawasan jati SosFor pada kawasan hutan negara. Tidak ada kelompok adat dalam duabelas desa tersebut, meskipun ada kelompok minoritas dan mungkin tidak diuntungkan pada saat pemilihan peserta. Apakah pekerja biasa akan diuntungkan? Ada pengetahuan yang meluas di antara anggota KHJL mengenai sertifikasi. Pengetahuan tentang FSC dan sertifikasi bisa dideteksi hingga ke level bawah pada tingkat petani. Pengetahuan tersebut harus ditingkatkan dengan menjadi bagian dari berbagai proses pengelolaan seperti memperbaharui rencana pengelolaan dan penentuan JTT. Lihat CAR 5 2005 Pertama, meskipun banyak anggota petani jati KHJL juga anggota dalam program SosFor, tidak ada hutan jati KHJL yang diusulkan untuk sertifikasi ditanam pada lahan sosfor atau kawasan lain hutan negara. Kedua, semua anggota KHJL memiliki status lahan di mana mereka menanam jati. Meskipun bukti dokumentasi bervariasi jenisnya, tidak ada konflik kepemilikan lahan. Lahan ini adalah lahan pribadi di luar kawasan hutan negara. Jika di masa depan program SosFor bisa ditebang, akan sangat penting untuk berupaya tetap menjaga terpisah dari kawasan yang disertifikasi sekarang dan kayu untuk 12 desa (dan beberapa desa tambahan bila ada). SmartWood secara aktif mencara dan tidak menemukan kelompok etnis ini. Tidak ada dasar untuk diskriminasi etnis, apakah satu kelompok etnik mendominasi atau dicampur dengan yang lain. Para pekerja dibayar sesuai dengan pedoman upah minimum yang disetujui oleh pemerintah. Proses yang lebih sistematis dalam resolusi konflik akan diperlukan untuk menjamin manfaat itu setara. Lihat CAR 3-2005. SmartWood Program FM-02 Page 17 of 17

P5: Manfaat dari Hutan P6: Dampak Lingkungan P7: Rencana Pengelolaan P8: Monitoring & Penilaian P9: Pemeliharaan hutan dengan nilai konservasi tinggi (HCVF) P10 Hutan tanaman Ada kekhawatiran bahwa kelompok masyarakat anggota akan sedikit menerima keuntungan dan bahkan keuntungan terbesar akan didapatkan oleh pembeli jati bersertifikat. Kekhawatiran lainnya adalah bahwa sertifikat nantinya bisa ditarik tanpa alasan, yang akan mengecewakan peserta dan menyia-nyiakan investasi dalam sertifikasi. Ada resiko bahwa jati yang ditebang secara ilegal dan merusak ditengarai sebagai jati yang bersertifikat. Rencana pengelolaan belum mencerminkan prosess yang bottom-up Apakah ketidaktaatan dimonitor dengan cukup dan ada tindakan yang selayaknya diambil? Tidak ada komentar Keberhasilan sertifikasi mungkin memicu tebang habis pada hutan alam untuk menanam jati. Ada keberterimaan oleh anggota KHJL bahwa harga yang ditawarkan untuk jati bersertifikat lebih menarik daripada harga pasar yang berlaku sekarang, suatu harga yang jauh melebihi dari biaya ketaatan sertifikasi. Sertifikat tidak akan ditarik tanpa alasan jika ada bukti kuat yang menyebabkan demikian. Biasanya pemegang sertifikat diberi kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu dan keputusan ketidaktaatan disampaikan oleh SmartWood sebelum penarikan sertifikat. Sistem penelurusuran log saat ini berjalan baik untuk menjamin bahwa kegiatan kriminal tersebut tidak berlangsung. Lebih banyak hal bisa dilakukan untuk mengurangi kemungkinan ini misalnya peta yang lebih baik dan terintegrasi dengan catatan semua kayu KHJL hingga tunggaknya. Lihat CAR 1-2005 Seluruh pengurus KHJL sangat familiar dengan rencana pengelolaan karena mereka terlibat sejak persiapannya. Namun demikian, harus ditingkatkan rasa kepemilikan pada seluruh anggota KHJL pada rencana pengelolaan tersebut. Lihat CAR 4-2005 BP dapat mencegah ketidaktaatan namun perlu diperkuat selain pengelolaan keuangan untuk mempengaruhi monitoring lapangan dan kantor di semua level. Lihat CAR 2-2005 Tidak ada respon Tidak ada hutan alam yang dikonversi setelah 1994 dan diganti dengan hutan tanaman yang bisa layak untuk disertifikasi. Sejauh yang bisa dipelajari, hanya sejumlah kecil luasan hutan alam masih terdapat di sebagian besar 12 desa KHJL. Anggota tidak menebang hutan alam untuk menanam jati. Tidak ada hutan alam yang ditebang habis untuk menanam jati sejak tahun 1990 ke atas. Banyak tebang habis berlangsung pada tahun 1970an yang lahannya saat ini ditanami jati. SmartWood Program FM-02 Page 18 of 18

3.2. Kekuatan dan kelemahan utama Prinsip Kekuatan Kelemahan P1: Komitmen pada FSC dan Ketaatan pada hukum P2: Hak Penguasaan, hak guna dan tanggungjawab P3 Hak-hak masyarakat adat P4: Hubungan dengan Masyarakat dan Hak-hak Pekerja P5: Manfaat dari hutan P6: Dampak pada Lingkungan Hidup P7: Rencana Pengelolaan P8: Monitoring dan Penilaian P9: Pemeliharaan Hutan dengan nilai konservasi tinggi (HCVF) P10 Hutan tanaman Pengetahuan yang meluas akan dasar pemikiran sertifikasi. Keseluruhan 196 anggota memiliki sendiri lahan yang mereka tanami jati untuk disertifikasi. Ada dokumentasi yang menyatakan kepemilikan tersebut. Tidak ada lahan yang diakui sebagai dimiliki oleh anggota KHJL di dalam kawasan hutan negara. Hak masyarakat adat Tolaki terhadap lahan mereka tidak terancam. Upah yang dibayarkan pada buruh di atas upah minimum. Hubungan masyarakat baik. Penentuan JTT sekarang dan sistem pelaksanaannya menawarkan keuntungan bagi pemilik lahan jati anggota. Hasil penanaman jati secara traditional dan sistem selektifnya serta modernisasinya (jarak tanam genap, pemangkasan, penjarangan) merupakan sistem produksi yang peduli lingkungan. Rencana pengelolaan yang jelas telah dibuat dan berbahasa Indonesia. Ada lembaga monitoring (Badan Pengawas). Hanya HCVF 4 untuk perlindungan sumberdaya air yang ada. HCVF 4 utamanya dijamin oleh sistem wanatani dengan tajuk berlapis untuk budidaya jati diantara anggota petani KHJL. Sistem wanatani dengan tajuk berlapis untuk budidaya jati di antara anggota petani jika KHJL telah berhasil selama lebih dari Ketidakcukupan pengetahuan akan pentingnya melakukan dan memelihara ketaatan khususnya dalam hal penelusuran kayu. Sampai peta yang ada sekarang yang disiapkan pada program SosFor diterbitkan untuk publik dan digunakan, dan plot kebun jati digambarkan dalam peta tersebut, akan ada resiko kritik bahwa sertifikasi akan mengklaim jati bersertifikat dicampur dengan jati yang ditebang secara ilegal dari kawasan hutan negara. Tidak ada kelemahan. Tidak ada kelemahan. Kurangnya proses resolusi konflik yang sistematis dan kuat, meskipun beberapa kejadian konflik kecil dapat ditangani dengan baik oleh KHJL. Ketika jati monokultur modern siap untuk ditebang dan khususnya jika harga jati bersertifikat diperkuat secara konsisten sepanjang waktu, kemungkinan akan ada insentif untuk tebang habis, meskipun kesepakatan keanggotaan KHJL melarangnya. Hal ini tidak akan menjadi isu penting dalam masa lima tahun mendatang. Kurangnya unsur bottom up dalam persiapan rencana, yang mungkin akan mengurangi rasa kepemilikan akan adanya rencana itu bagi anggota. Ruang lingkup lembaga monitoring terbatas dalam fokusnya dan perlu diperluas untuk mencakup bidangbidang yang perlu banyak kegiatan monitoringnya seperti lacak balak. Ketika jati monokultur modern siap untuk ditebang dan khususnya jika harga jati bersertifikat diperkuat secara konsisten sepanjang waktu, ada insentif untuk maju dengan pengelolaan kelas seumur, termasuk tebang habis. Kesepakatan keanggotaan KHJL jelas melarang ini, meskipun rencana pengelolaan masa depan harus secara eksplisit mencakup isu ini. Tidak ada kelemahan. SmartWood Program FM-02 Page 19 of 19

Lacak Balak Persyaratan Sertifikasi Kelompok 30 tahun. Pencatatan penelusuran kayu bulat dan lembar kayu yang diangkut ke pelabuhan Kendari kepada pembeli dari tunggak hingga lokasi pemuatan untuk pengiriman. Sistem ini memang ada, khususnya dalam hal kepemilikan lahan, penentuan JTT yang lestari, sistem penelusuran kayu, pembagian tanggungjawab dan keuntungan dan rencana pengelolaan. Kebun kayu jati belum terdaftar dalam lokasi geologi, dan keberadaannya diumumkan pada publik dan pada peta yang cukup detil sebagai bagian dari sistem GIS yang terintegrasi. Hal ini menjadi kebutuhan bagi KHJL karena akan dapat menentukan jati yang ditebang secara ilegal atau jati yang ditebang dari lahan anggota melebihi JTT, sehingga tidak mencampuri produksi dan pengangkutan kayu yang diijinkan. Prosedur untuk pemberitahuan kepada SmartWood mengenai perubahan dari pool bersertifikat dan perbaharuan daftar pemilik lahan, alamat, dan tanggal masuk pool bersertifikat. Lihat CAR 7 and 8 2005 3.3. Identifikasi ketidaktaatan dan tindakan koreksi Ketidaktaatan merupakan kesenjangan atau gap yang diidentifikasi selama penilaian antara beberapa aspek dalam sistem pengelolaan perusahaan dengan satu atau lebih persyaratan dari standar FSC. Tergantung pada kondisi ketidaktaatan tim penilai membedakan antara ketidaktaatan utama (major) dan ketidaktaatan minor. Ketidaktaatan utama (major) akan terjadi ketika ada kegagalan mendasar untuk mencapai tujuan dari kriteria FSC yang relevan. Sejumlah ketidaktaatan minor terhadap satu persyaratan bisa dianggap memiliki efek kumulatif, dan oleh karenanya akan dianggap sebagai ketidaktaatan utama (major). Ketidaktaatan Minor merupakan ketidaktaatan sementara, tidak biasa atau tidak sistematis yang efeknya terbatas. Ketidaktaatan utama harus dikoreksi sebelum sertifikat dapat diterbitkan. Sementara ketidaktaatan minor tidak menghalangi penerbitan sertifikat, hanya ketidaktaatan harus diatasi dalam jangka waktu yang diberikan untuk mempertahankan sertifikat. Setiap ketidaktaatan dibahas oleh tim penilai dengan memberikan permintaan tindakan korektif (corrective action request, CAR). CARs merupakan persyaratan yang harus disepakati oleh calon perusahaan bersertifikat, dalam jangka waktu yang diberikan hingga satu tahun maksimal. CAR #1-2005 Referensi pada standar: 8.3 Major: Minor: Ketidaktaatan: Belum memiliki sistem penelusuran kayu yang terbukti baik. Belum secara memadai meyakinkan para pihak di luar bahwa sistem tersebut bisa tidak memasukkan kayu yang tidak bersertifikat. Tindakan koreksi: KHJL harus menggunakan GPS untuk melokalisir masing-masing kebun anggota KHJL sekarang, dengan menambahkan informasi ini pada (a) sistem pencatatan penelusuran kayu (dari tunggak untuk diangkut ke pembeli) dan (b) menggunakan peta yang tersedia pada setiap desa yang disiapkan dalam program SOSFOR (meskipun terpisah dari inisiatif SOSFOR) yang secara jelas menunjukkan batas lahan pribadi dan kawasan hutan negara. Padukan semua informasi ini dalam sistem pemetaan. SmartWood Program FM-02 Page 20 of 20