BOKS LAPORAN SURVEI LAPANGAN PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN HARGA KOMODITAS CABAI DI KABUPATEN MAGELANG DAN WONOSOBO

dokumen-dokumen yang mirip
Transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate) Bank Umum Konvensional di Indonesia

No. 13/5/DPNP Jakarta, 8 Februari Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

Q&A Suku Bunga Dasar Kredit/ Prime Lending Rate

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2017 TENTANG TRANSPARANSI INFORMASI SUKU BUNGA DASAR KREDIT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2017 TENTANG TRANSPARANSI INFORMASI SUKU BUNGA DASAR KREDIT

Contoh Klausula Transparansi Informasi Produk Bank Pada Formulir Aplikasi yang Diisi oleh Nasabah

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

Formulir 9.a. Risiko Spesifik Eksposur Surat Berharga (Trading Book)

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/14 /PBI/2012 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

ANALISIS INFLASI MARET 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

2 mengelola risiko; dan (iv) mengurangi ketidakpastian pasar (market uncertainty) serta kesenjangan informasi (asymmetric information). Di sisi lain,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

Monthly Market Update

Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

HASIL SURVEI KREDIT KONSUMSI A. Karakteristik Bank

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

1. Tinjauan Umum

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

Boks 2 MANGENTE POLA PERDAGANGAN BAWANG MERAH DI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut

TRANSPARANSI INFORMASI SUKU BUNGA DASAR KREDIT PADA KREDIT UMKM

KAJIAN PENINGKATAN KINERJA PERDAGANGAN ANTAR PULAU DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN. Reni Kustiari

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG JULI 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JAWA TIMUR APRIL 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

I. PENDAHULUAN. datang adalah hortikultura. Hortikultura merupakan komoditas pertanian yang

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komoditas bahan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

Boks 1 TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI PROVINSI RIAU. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Grafik 1. Perkembangan Inflasi Secara Bulanan di Pekanbaru dan Nasional. Nasional (data mulai tahun 2005)

BAB I PENDAHULUAN. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa, mulai

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN NOPEMBER 2016

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI DESEMBER 2014 INFLASI 2,52 PERSEN

Transkripsi:

BOKS LAPORAN SURVEI LAPANGAN PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN HARGA KOMODITAS CABAI DI KABUPATEN MAGELANG DAN WONOSOBO I. Latar Belakang Dalam keranjang IHK, komoditas cabai direpresentasikan oleh komoditas cabai merah, cabai rawit, dan cabai hijau serta cabai merah kering. Dilihat dari bobotnya, secara keseluruhan komoditas cabai hanya memiliki bobot sekitar 0,64% terhadap total IHK, dengan bobot tertinggi pada cabai merah dan cabai rawit. Sementara beras memiliki bobot sekitar 4% terhadap total IHK. Mulai akhir 2010, komoditas cabai mengalami kenaikan harga yang luar biasa. Namun, penurunan harga cabai yang mulai terlihat beberapa waktu terakhir ini juga memperlihatkan pola yang tidak biasa. Berdasarkan pola historis, inflasi cabai biasanya diikuti oleh deflasi pada bulan selanjutnya dengan magnitude yang kurang lebih sama sehingga harga cabai cenderung kembali turun di sekitar level harga ketika sebelum terjadi kenaikan. Namun, hingga awal tahun 2011 harga cabai masih bertahan pada level yang tinggi. Dengan kata lain, harga cabai lambat untuk turun kembali. Tabel 1. Sumbangan Inflasi/Deflasi Cabai di Jawa Tengah! " # $ %!# $! &!!! ' $ &(&)*+& )&,&)& ' )&-. /0)/&& Meningkatnya harga cabai yang cukup signifikan tersebut ditengarai terkait dengan menurunnya pasokan yang dipengaruhi oleh adanya gangguan produksi yang cukup parah. Curah hujan yang lebih tinggi (kemarau basah) yang terjadi hampir di sepanjang tahun tidak mendukung produksi tanaman cabai dan tanaman hortikultura lainnya pada umumnya. Selain itu, spekulasi pedagang ditengarai memperparah besarnya kenaikan harga. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk melihat secara lebih jelas mengenai kondisi pasokan dan distribusi cabai serta dampaknya terhadap harga cabai, dilakukan survei lapangan ke beberapa sentra produksi cabai di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang dan Kabupaten Wonosobo. Survei tersebut sebagai tindak lanjut dari rekomendasi rapat TPPH 1 pada bulan Januari 2011. 1 Tim TPPH yang terjun langsung ke lapangan antara lain : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Prov. Jateng, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Jateng, Biro Perekonomian Setda Prov. Jateng dan Bank Indonesia

II.Kondisi Produksi/Pasokan Total produksi cabai besar di Jawa Tengah pada 2010 sebesar 1.344.377 kuintal, atau turun 3,97% dibandingkan produksi pada 2009 sebanyak 1.399.933 kuintal dengan luas panen sebesar 2.387 ha. Sementara itu, produksi cabai rawit di Jawa Tengah pada 2010 sebesar 48.807 kuintal, menurun 32,19% dibandingkan produksi pada 2009 sebanyak 809.37 kuintal dengan luas panen sebesar 1.342 ha (Grafik 1). Dalam kurun waktu 2004 2009, produksi cabai merah menunjukkan produksi yang lebih berfluktuatif. Di 2010, terlihat bahwa produksi cabai, khususnya cabai rawit, menurun drastis, setelah meningkat cukup tinggi di tahun sebelumnya. Penurunan produksi cabai di 2010 diperkirakan terkait dengan gangguan produksi yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca selama 2010 dengan intensitas curah hujan yang lebih tinggi (kemarau $ % 1 $ % basah). Gangguan produksi cabai di Jawa Tengah juga dipengaruhi oleh erupsi gunung merapi yang mengeluarkan abu vulkanik sehingga banyak tanaman, termasuk cabai, yang tidak dapat menghasilkan produksi atau bahkan mati. III. Kondisi Produksi/Pasokan di Kabupaten Magelang % ' $ # 1 " 23*4+ )3*+ 2&*4+ )&*+ Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Jateng (2010) Gambar 1. Porsi Daerah Penghasil Cabai Besar di Jawa Tengah! ' ' ' Kabupaten Magelang merupakan salah satu sentra produksi cabai di Jawa Tengah. Menempati peringkat kedua produsen cabai merah besar, setelah Kabupaten Brebes, produksi cabai besar di Kabupaten Magelang mempunyai porsi sebesar 16,39% dari keseluruhan produksi cabai besar di Jawa Tengah (Gambar 1). Kunjungan Lapangan dan wawancara dilakukan pada kelompok tani dan lahan pertanian cabai di Kecamatan Tegalrejo dan Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang Dari kunjungan lapang dan wawancara diketahui hal-hal sebagai berikut: Produksi cabai menunjukkan peningkatan sejalan dengan kondisi cuaca yang mendukung. Saat ini, petani memasuki masa panen yang ke-6 dari 20 kemungkinan waktu panen. 3!6'#7 9 %6!!7 $67 6"!7 $6!"7 Lahan seluas 1 ha dapat ditanami hingga 16 ribu batang tanaman. Produktivitas 2.!617 3 16"7 8 %6'%7 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Jateng (2010) Grafik 1. Produksi dan Luas Areal Panen Cabai di Jawa Tengah

per tanaman cabai merah keriting berkisar 7. ons 8 ons per batang, sedangkan untuk tanaman cabai merah besar bisa lebih tinggi hingga 1 kg per batang tanaman. Kondisi pasokan cabai di pedagang semakin meningkat, sehingga pedagang tidak kesulitan untuk mendapatkan pasokan cabai dan menjual ke tingkat selanjutnya. Untuk penjualan hasil produksi, petani tidak langsung menjual ke Sub Terminal Agribisnis (STA), sehingga pembentukan harga cabai antara petani dengan tengkulak terjadi dengan sistem tawar menawar secara langsung di lahan maupun untuk cabai yang telah dipetik. IV. Kondisi Produksi/Pasokan di Kabupaten Wonosobo Cabai merupakan komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Wonosobo setelah Kentang dan Kubis. Kabupaten Wonosobo menempati peringkat kedua produsen cabai rawit hijau setelah Kabupaten brebes, dengan porsi sebesar 12,74% dari keseluruhan produksi cabai rawit di Jawa Tengah (Gambar 2). Dari kunjungan lapang dan wawancara dengan petani cabai di Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, pedagang di pasar (eceran) dan di sentra terminal agribisnis (STA) diketahui beberapa hal sebagai berikut: Produksi cabai merah besar dan cabai rawit hijau di Kabupaten Wonosobo, mengalami peningkatan sesuai dengan banyaknya permintaan dan kenaikan harga jual cabai, sehingga banyak petani yang tertarik menanam cabai. Pasokan cabai di pasar cukup tersedia dan menunjukkan peningkatan dibanding periode-periode sebelumnya. Kondisi tersebut diindikasikan dari pedagang eceran yang tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh pasokan cabai dan menjualnya ke konsumen. Demikian halnya di STA yang merupakan tempat bertemunya pedagang pengepul dan pedagang besar, kondisi pasokan semakin membaik. V. Jalur Distribusi 2. $6#!7 #67 #6$7 3. 16!7 "6'"7 3 167 8 6#%7 6$7 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Jateng (2010) Gambar 2. Porsi Daerah Penghasil Cabai Rawit di Jawa Tengah Dari kunjungan lapangan ke sentra produksi cabai di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang dan Kabupaten Wonosobo, dapat disimpulkan terdapat 3 (tiga) jalur distribusi yang umumnya dilalui komoditas cabai untuk sampai ke konsumen 2. Pada 2 Dari ketiga jalur distribusi tersebut, belum dapat dilakukan analisis apakah jalur distribusi yang terpendek merupakan yang paling efisien dalam arti petani menikmati margin keuntungan yang lebih besar!

umumnya, 60% produksi cabai di Jawa Tengah dijual keluar provinsi Jawa Tengah 3. Hal ini dikarenakan adanya marjin pembentukan harga yang lebih menguntungkan di luar provinsi dibandingkan dengan penjualan di dalam provinsi Jawa Tengah. Namun demikian, untuk memenuhi pasokan cabai Jawa Tengah di pasok dari luar Jawa Tengah, khususnya dari Banyuwangi, Jawa Timur. & ) - ) 3 :&& ) ; & ) - ) 3 & ), Gambar 3. Jalur Distribusi Cabai Rawit di Jawa Tengah VI. Perkembangan Harga Komoditas cabai mengalami kenaikan harga semenjak awal tahun 2010, dan mengalami peningkatan tertinggi pada bulan November 2010 Januari 2011. Dari hasil pengamatan di lapangan, terdapat beberapa hal yang ditengarai menyebabkan peningkatan harga cabai di Jawa Tengah antara lain sebagai berikut: a. Kenaikan harga cabai terutama disebabkan karena menurunnya produksi dan tingkat produktivitas. Pasokan cabai (berkurangnya dan cenderung langka) di pasar diakibatkan oleh perubahan cuaca yang mengganggu pola dan kuantitas produksi cabai. Tanaman cabai bergantung kepada kelembaban udara dan kuantitas kandungan air dalam tanah serta perubahan iklim atau cuaca, sehingga kondisi cuaca ekstrem (hujan sepanjang tahun) akan menganggu produksi tanaman cabai. Selain karena curah hujan yang tinggi, penyebab lainnya adalah hama berkembang di tengah udara lembab sehingga membuat bunga, daun dan tanaman cabai rusak akhirnya mengakibatkan kegagalan panen. Selain cuaca, dari hasil liaison yang dilakukan di Dinas Pertanian Kab. Magelang, diketahui bahwa erupsi merapi yang melanda Kab. Magelang sebagai salah satu sentra produksi cabai di Jawa Tengah juga membawa dampak berkurangnya produksi cabai. Diketahui sebanyak 900 Ha lahan cabai besar dan 200 Ha lahan cabai rawit mengalami gagal panen akibat terkena 3 sebagian besar pedagang melakukan penjualan cabai keluar Jawa Tengah, dengan tujuan antara lain DKI Jakarta, Sumatera Utara, bahkan ke Kalimantan %

abu vulkanik merapi. b. Terganggunya distribusi komoditas cabai ke pasar Kerusakan infrastruktur, berupa jembatan terputus atau jalan tertutup pasir dan abu vulkanis akibat erupsi merapi membuat hambatan dalam distribusi komoditas cabai. Memasuki bulan Februari 2011, harga cabai sudah mengalami penurunan dari bulan-bulan sebelumnya walaupun masih berada di level yang cukup tinggi. Lambatnya penurunan harga cabai yang cukup tinggi di daerah Jawa Tengah ditengarai disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: Musim kemarau dan musim hujan yang datang tidak menentu sepanjang tahun 2010 menyebabkan tidak adanya panen raya yang terjadi untuk komoditas cabai. Penggunaan tekhnologi informasi (handphone, media cetak dan media elektronik) oleh petani dan pedagang untuk senantiasa memantau perkembangan harga dan pasokan cabai baik di wilayah mereka atau diluar wilayah mereka menyebabkan harga sulit untuk turun. Adanya motif spekulasi harga dan keinginan untuk mendapatkan marjin keuntungan sebesar-besarnya yang didukung oleh informasi pasar yang update menjadikan petani/pedagang mematok harga yang cukup tinggi. Selain itu, pedagang tidak ragu menaikkan harga cabai yang tetap diburu konsumen karena pasokannya yang masih terbatas. Hal ini dilakukan terutama oleh para pedagang makanan. Dengan kecenderungan banyak petani yang tertarik menanam cabai dikarenakan harganya yang sedang bagus. Sehingga diperkirakan produksi untuk 3 sampai 6 bulan ke depan akan melimpah dan harganya bisa kembali ke level normal dan stabil. VII. Rekomendasi Dari kesimpulan diatas, dapat disampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut: 1. Diperlukan upaya untuk menjaga keberlanjutan produksi komoditas cabai sehingga ketersediaan pasokan antar waktu dapat terjaga. Hal ini terkait dengan dampak cuaca ekstrem yang dapat menganggu produksi cabai. Untuk itu diperlukan intervensi tekhnologi pertanian yang mengupayakan agar produksi dapat dijaga kontinuitasnya. 2. Menjaga ketersediaan pasokan di Jawa Tengah dengan mengoptimalkan produksi lokal. Hal ini terkait dengan jalur distribusi cabai yang sebagian besar (60%) di distribusikan ke luar Jawa Tengah. Berkenaan dengan hal tersebut yang perlu dilakukan antara lain menyediakan informasi mengenai kebutuhan konsumsi komoditas cabai di Jawa Tengah. Sehingga produksi lokal dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan di Jawa Tengah tanpa mengurangi insentif pedagang dalam mencari keuntungan. 3. Perlunya penelitian lebih lanjut terkait dengan pemetaan produksi dan jalur distribusi komoditas cabai di Jawa Tengah. Hal tersebut diperlukan untuk melihat sebaran produksi cabai di Jawa Tengah sehingga dapat dilakukan kerja sama antar daerah untuk mengurangi kesenjangan produksi antar daerah. '

$

BOKS TRANSPARANSI SUKU BUNGA DASAR KREDIT (SBDK) ATAU PRIME LENDING RATE BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Bank Indonesia (BI) memantau pelaksanaan publikasi SBDK (Suku Bunga Dasar Kredit) oleh perbankan yang diberlakukan per 31 Maret 2011. Kebijakan Transparansi SBDK merupakan kebijakan yang saling terkait sebagai bagian dari bauran kebijakan (policy-mix) yang dikeluarkan BI melalui Paket Desember 2010. Tujuan Pengaturan Publikasi SBDK dilakukan untuk (1). meningkatkan transparansi mengenai karakteristik produk perbankan termasuk manfaat, biaya dan risikonya untuk memberikan kejelasan kepada nasabah, dan (2). meningkatkan good governance dan mendorong persaingan yang sehat dalam industri perbankan melalui terciptanya disiplin pasar (market discipline) yang lebih baik. Suku bunga yang dibebankan kepada debitur (lending rate) adalah penjumlahan dari SBDK ditambah dengan premi risiko. Sedangkan SBDK terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu angka akhir hasil penjumlahan harga pokok dana untuk kredit (HPDK), biaya overhead yang dikeluarkan bank dalam proses pemberian kredit, dan marjin keuntungan (profit margin). Dengan demikian, besarnya suku bunga kredit yang dikenakan kepada debitur belum tentu sama dengan SBDK. Adapun premi risiko merepresentasikan penilaian bank terhadap prospek pelunasan kredit oleh calon debitur yang antara lain mempertimbangkan kondisi keuangan debitur, jangka waktu kredit, dan prospek usaha yang dibiayai. Untuk tahap awal, bank yang pada dan/atau setelah tanggal 28 Februari 2011 berdasarkan posisi Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) mempunyai total aset Rp10 T (sepuluh triliun rupiah) atau lebih wajib melakukan publikasi informasi SBDK dalam rupiah. Jenis kredit yang wajib diumumkan terdiri atas 3 (tiga) jenis yaitu: (1) kredit korporasi, (2) kredit ritel, dan (3) kredit konsumsi (KPR dan non KPR). Dalam kredit konsumsi non KPR tidak termasuk penyediaan dana melalui kartu kredit dan kredit tanpa agunan (KTA). Publikasi informasi SBDK dilakukan melalui (1) papan pengumuman di setiap kantor bank, (2) halaman utama website bank, jika bank memiliki website, dan (3) pengumuman di surat kabar bersamaan dengan pengumuman Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan untuk posisi akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember. Namun demikian, untuk kepentingan surveillance, Bank Indonesia dapat meminta bank untuk menyampaikan laporan perhitungan SBDK secara berkala atau sewaktu-waktu di luar periode penyampaian tersebut. #

1